Alana semakin tidak terkendali saat melihat Arkan yang memberikan perhatian lebih kepada Alina membuat dirinya semakin kesal dengan Alina.Alana yang kalap, langsung menarik tangan Arkan hingga Alina akhirnya terjatuh ke bawah.Alina menjerit kesakitan saat itu. Arkan yang melihat Alana melakukan hal itu kepada Alina, dengan cepat langsung mendorong tubuh Alana ke belakang."Alana, cukup! Hentikan tingkah lakumu itu! Kau bisa mencelakakan Alina," geram Arkan dengan menaikkan dua oktav nada bicaranya.Alana tampak tertegun saat mendengar apa yang dikatakan oleh Arkan."Berhentilah untuk cemburu buta. Mengertilah bahwa saat ini Alina tengah mengandung anakku! Jangan merasa kamu istri pertama, kamu bisa seenaknya berbuat seperti itu kepada madumu!" imbuh Arkan lalu segera menggendong tubuh Alina yang saat ini tengah kesakitan.Arkan dengan wajah cemasnya lalu segera membawa Alina menuju ke klinik kandungan dekat rumahnya.Alana hanya bisa menangis di sana sambil menjambaki rambutnya send
Alina terdiam saat mendengar penuturan dari mulut Arkan yang mengatakan hal yang cukup menyakitkan dirinya."Aku tau dan mengerti jika saat ini aku hanyalah seorang madu, Pak," balas Alina dengan menundukkan kepalanya.Arkan seketika terdiam dan merasa bersalah dengan apa yang dia katakan kepada Alina saat itu."Alina maafkan aku, tadi aku hanya ...." Alina memotong ucapan Arkan."Tidak usah meminta maaf, Pak. Aku sadar jika diriku saat ini memang bukanlah sepenuhnya istrimu. Kau hanya perlu rahimku untuk memberikan keturunan darimu dan aku memerlukan uang untuk bisa menutupi ekonomi dan biaya kuliahku," sela Alina dengan menahan air matanya yang tertumpuk pada pelupuk matanya.Arkan tersentak dengan apa yang dikatakan oleh Alina kepada dirinya.Sejurus kemudian, Arkan mencoba untuk meminta maaf kepada dirinya atas apa yang dia katakan itu begitu menyinggung perasaannya yang sensitif karena hormon kehamilannya."Alina, maafkan atas ucapanku tadi. Sungguh aku tidak bermaksud untuk meny
Arkan tampak sangat terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh mamanya."Mama kenapa bilang seperti itu? Alina saat ini tengah istirahat di dalam kamarnya," balas Arkan dengan berubah untuk meyakinkan mamanya."Tidak, Arkan. Tolong antarkan aku ke kamar Alina sekarang juga," balas mama Elly dengan wajah penuh kekhawatiran.Karena mama Elly terus memaksa, membuat Arkan akhirnya menuruti apa yang telah dikatakan oleh mamanya."Baiklah Ma, Arkan akan mengantarkan Mama ke kamar Alina. Mama harus janji akan istirahat setelah bertemu dengan Alina," ucap Arkan dengan menatap wajah mamanya."Mama janji, akan istirahat setelah ini." Mama Elly berusaha untuk meyakinkan Arkan.Arkan kemudian bergegas mengantarkan mamanya menuju ke kamar Alina.Tampak dia mulai memapah tubuh mamanya yang lemas menuju ke kamar Alina.Saat itu terlihat Alana yang bersembunyi dibalik sebuah tembok, tampak terkejut saat melihat suaminya dan mama mertuanya hendak menuju ke arah kamarnya."Sialan, kenapa mereka saa
Arkan tampak bingung dan sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh mamanya kepada dirinya kali ini.Menjadikan tumbal madunya? Bagaimana bisa dilakukan oleh Alana? Dia bahkan mendukung dirinya menikah lagi sejak kematian Ayana saat itu."Sebaiknya mama jangan menuduh Alana seperti itu sebelum Mama memiliki bukti yang menunjukan bahwa apa yang Mama katakan itu benar, Ma." Arkan sedikit melayangkan protesnya kepada mamanya ketika dia menuduh Alana menjadikan Alina sebagai tumbalnya."Baiklah, aku akan mencari bukti itu Arkan, cukup saja dua menantuku menjadi korban. Aku tidak mau Alina juga menjadi korban nantinya." Mama Elly mempertegas ucapannya saat itu.Alina menatap kesal wajah Arkan yang saat ini terlalu percaya dengan istri tuanya."Sudahlah Ma, tidak perlu repot-repot mencari bukti, sebenarnya Aliana saat ini curiga dengan gudang yang tak terpakai di belakang halaman rumah," sahut Alina dengan menatap wajah Mama Elly yang saat ini sedang menatap dirinya."Apa maksudmu,
Alana benar-benar tidak menyangka jika apa yang disembunyikan selama ini akhirnya terbongkar sedikit demi sedikit.Ia tentunya tidak menyangka pula jika Alina pernah melihat dirinya tengah malam di sini. Wajahnya tentu saja langsung pucat pasi saat mendengar mama Elly mengatakan itu."Alina hanya membual saja, aku tau jika saat ini dirinya banyak berhalusinasi. Mama jangan pernah percaya dengan apa yang dikatakan olehnya."Alina tidak mungkin berbicara bohong kepadamu, kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku, Alana. Katakan kepada diriku, apa yang kau sembunyikan di dalam sana?" cecar mama Elly menatap nyalang."Mama jangan memfitnah, tidak ada yang aku sembunyikan di sini. Sebaiknya Mama pergi ke dalam sekarang!" Alana semakin gugup dan kini mulai menarik tubuh mama Elly lalu membawanya ke dalam.Mama Elly saat itu menolak dan meronta saat Alana memaksanya untuk masuk ke dalam rumah."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Biarkan aku melihat ke dalam gudang itu!" teriak Bu Elly dengan nada ker
Alana semakin gugup saat ia sudah menelan minuman yang sudah diberi sesuatu olehnya saat itu.Itu adalah sejenis obat halusinasi atau obat psikedelik ke dalam minuman tersebut, di mana obat tersebut bisa menimbulkan halusinasi bagi seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut.Beberapa menit kemudian, Alana mulai sedikit merasakan pikirannya mulai linglung, entah mengapa saat itu dia melihat sosok Azriel adalah Arkan yang saat itu sedang tersenyum memandangi dirinya."Mas Arkan, aku kangen sama kamu, Mas," Alana tersenyum menggoda dengan menggigit bibir bawahnya dengan sensual.Azriel yang sejak tadi menunggu reaksi obat Alana, tampak bingung melihat perubahan sikap Alana yang saat ini terlihat sedang menggoda dirinya.Azriel menoleh ke belakang, ternyata tidak ada siapapun di sana. Ia tampak bingung ketika Alana mendekati dirinya dengan tatapan penuh menggoda."Kau ini bicara apa, Mbak? Tidak ada Bang Arkan di sini," balas Azriel mencoba untuk menyadarkan dirinya.Alana yang saat itu su
Arkan tentunya tidak menyangka jika Alina merasakan ada sesosok makhluk abstral yang mendampingi Alana.Selama ini, dia tidak mempercayai hal-hal yang bersifat mistis sebelumnya."Katakan kepadaku, makhluk seperti apa yang kau maksudkan itu, Alina? Selama ini, aku tidak merasakan keanehan saat bersama dengan Alana." Arkan berusaha untuk mencari tau lebih dalam lagi tentang Alana.Alina menarik napas panjangnya sebelum dia benar-benar menceritakan itu kepada dirinya."Aku melihat sosok tua yang saat ini ada di tubuh mbak Alana. Dia terus mengawasiku seolah aku ini adalah mangsanya. Terkadang aku tidak berani untuk menatap wajah mbak Lama, karena sosok itu kadang berubah menjadi sosok yang menakutkan. Mungkin, mama juga pernah mengalami hal yang sama dengan apa yang aku alami, Pak."Arkan berpikir sejenak, mungkin yang dikatakan oleh Alina saat ini adalah benar. Mamanya juga pasti pernah melihat sosok yang diceritakan oleh Alina saat ini.Pernah waktu itu mamanya pernah melihat sosok an
Alana benar-benar sangat ketakutan ketika melihat wajah Alina yang saat ini seperti melihat wajah Ayana. Ia melihat sosok Ayana tengah tersenyum menyeringai dan seolah ingin menuntut balas kepadanya.Arkan yang melihat ada keanehan pada diri Alana saat itu, hingga akhirnya dia pun berusaha untuk menenangkan dirinya yang mulai melihat aneh-aneh sejak Alina datang ke arahnya."Alana, kau kenapa? Siapa yang kau lihat itu?" tanya Arkan dengan menatap wajah Alana yang semakin ketakutan."Mas, tolong aku, Mas. Lihatlah itu Mas, ada Ayana." Alana menunjuk ke arah wajah Alina yang saat itu berdirinl di depannya."Apa maksudmu? Tidak ada Ayana. Kau jangan mengada-ada, Alana." Arkan mengguncangkan tubuh Alana yang saat ini terlihat sangat ketakutan."Aaaaah tolong jangan bunuh aku Ayana, tolong jangan sakiti aku," rancau Alana dengan histeris melihat Alina.Melihat Alana yang saat ini terlihat mulai berhalusinasi, segera Arkan meminta Alina untuk pergi meninggalkan kamar Alana."Alina, tolong k