Arkan sepertinya terkejut dengan apa yang dikatakan oleh mamanya saat ini.Sejenak dia pun bertanya pada dirinya saat ini, apakah yang dikatakan oleh mamanya saat ini benar? Ia pun memutuskan untuk mencari tau kebenarannya sendiri nanti."Sebaiknya kau lebih berhati-hati lagi dengan istrimu, Arkan," ucap mama Elly mulai memperingatkan dirinya.Arkan pun menganggukkan kepalanya, saat ini dia tidak mau berspekulasi dini tentang Alana, seperti yang diceritakan oleh mamanya."Sebaiknya mama beristirahat, Arkan tidak mau papa tau jika mama saat ini sedang jatuh pingsan.""Aku baik-baik saja, Arkan. Mungkin Minggu depan, aku mau ruqyah ke ustadz Azzam. Mama dapat referensi dari teman-teman pengajian mama di sana," balasnya dengan tersenyum ke arahnya."Terserah mama, kalau itu menurut mama baik. Arkan akan mengantarkan Mama ruqyah nanti," balas Arkan dengan tersenyum ke arahnya."Di mana Alina?" tanya Mama Elly menatap cemas."Dia masih di kampus, Ma. Mungkin sebentar lagi dia pulang," bala
Arkan tampak sangat cemburu kala melihat istrinya yang saat itu terlihat dekat dengan dosen pembimbingnya."Kamu jangan dekat-dekat sama lelaki lain, Alina. Kamu wanita yang sudah bersuami, kau harus ingat itu," peringat Arkan dengan menatap tegas ke arah Alina.Alina hanya terdiam dan menarik nafasnya dengan panjang ketika Arkan saat ini terlihat mulai cemburu kepada dirinya."Kita pulang sekarang!" ajak Arkan dengan menarik tangan Alina.Alina hanya terdiam dan mengikuti langkah Arkan menuju ke arah mobilnya.Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di depan pintu mobilnya dan tak lama kemudian mereka pun masuk ke dalam mobilnya.Tampak suasana hening di dalam mobil tersebut. Alina yang sedikit kesal dengan sikap suaminya, terlihat tidak mengatakan sepatah kata pun ketika mereka berdua ada di dalam mobil tersebut.Arkan melirik ke arah istrinya yang terlihat merengut memajukan kedua bibirnya ke depan, membuat dirinya harus menepikan kendarannya sejenak."Kenapa denganmu, Alina? Ka
Alana semakin tidak terkendali saat melihat Arkan yang memberikan perhatian lebih kepada Alina membuat dirinya semakin kesal dengan Alina.Alana yang kalap, langsung menarik tangan Arkan hingga Alina akhirnya terjatuh ke bawah.Alina menjerit kesakitan saat itu. Arkan yang melihat Alana melakukan hal itu kepada Alina, dengan cepat langsung mendorong tubuh Alana ke belakang."Alana, cukup! Hentikan tingkah lakumu itu! Kau bisa mencelakakan Alina," geram Arkan dengan menaikkan dua oktav nada bicaranya.Alana tampak tertegun saat mendengar apa yang dikatakan oleh Arkan."Berhentilah untuk cemburu buta. Mengertilah bahwa saat ini Alina tengah mengandung anakku! Jangan merasa kamu istri pertama, kamu bisa seenaknya berbuat seperti itu kepada madumu!" imbuh Arkan lalu segera menggendong tubuh Alina yang saat ini tengah kesakitan.Arkan dengan wajah cemasnya lalu segera membawa Alina menuju ke klinik kandungan dekat rumahnya.Alana hanya bisa menangis di sana sambil menjambaki rambutnya send
Alina terdiam saat mendengar penuturan dari mulut Arkan yang mengatakan hal yang cukup menyakitkan dirinya."Aku tau dan mengerti jika saat ini aku hanyalah seorang madu, Pak," balas Alina dengan menundukkan kepalanya.Arkan seketika terdiam dan merasa bersalah dengan apa yang dia katakan kepada Alina saat itu."Alina maafkan aku, tadi aku hanya ...." Alina memotong ucapan Arkan."Tidak usah meminta maaf, Pak. Aku sadar jika diriku saat ini memang bukanlah sepenuhnya istrimu. Kau hanya perlu rahimku untuk memberikan keturunan darimu dan aku memerlukan uang untuk bisa menutupi ekonomi dan biaya kuliahku," sela Alina dengan menahan air matanya yang tertumpuk pada pelupuk matanya.Arkan tersentak dengan apa yang dikatakan oleh Alina kepada dirinya.Sejurus kemudian, Arkan mencoba untuk meminta maaf kepada dirinya atas apa yang dia katakan itu begitu menyinggung perasaannya yang sensitif karena hormon kehamilannya."Alina, maafkan atas ucapanku tadi. Sungguh aku tidak bermaksud untuk meny
Arkan tampak sangat terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh mamanya."Mama kenapa bilang seperti itu? Alina saat ini tengah istirahat di dalam kamarnya," balas Arkan dengan berubah untuk meyakinkan mamanya."Tidak, Arkan. Tolong antarkan aku ke kamar Alina sekarang juga," balas mama Elly dengan wajah penuh kekhawatiran.Karena mama Elly terus memaksa, membuat Arkan akhirnya menuruti apa yang telah dikatakan oleh mamanya."Baiklah Ma, Arkan akan mengantarkan Mama ke kamar Alina. Mama harus janji akan istirahat setelah bertemu dengan Alina," ucap Arkan dengan menatap wajah mamanya."Mama janji, akan istirahat setelah ini." Mama Elly berusaha untuk meyakinkan Arkan.Arkan kemudian bergegas mengantarkan mamanya menuju ke kamar Alina.Tampak dia mulai memapah tubuh mamanya yang lemas menuju ke kamar Alina.Saat itu terlihat Alana yang bersembunyi dibalik sebuah tembok, tampak terkejut saat melihat suaminya dan mama mertuanya hendak menuju ke arah kamarnya."Sialan, kenapa mereka saa
Arkan tampak bingung dan sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh mamanya kepada dirinya kali ini.Menjadikan tumbal madunya? Bagaimana bisa dilakukan oleh Alana? Dia bahkan mendukung dirinya menikah lagi sejak kematian Ayana saat itu."Sebaiknya mama jangan menuduh Alana seperti itu sebelum Mama memiliki bukti yang menunjukan bahwa apa yang Mama katakan itu benar, Ma." Arkan sedikit melayangkan protesnya kepada mamanya ketika dia menuduh Alana menjadikan Alina sebagai tumbalnya."Baiklah, aku akan mencari bukti itu Arkan, cukup saja dua menantuku menjadi korban. Aku tidak mau Alina juga menjadi korban nantinya." Mama Elly mempertegas ucapannya saat itu.Alina menatap kesal wajah Arkan yang saat ini terlalu percaya dengan istri tuanya."Sudahlah Ma, tidak perlu repot-repot mencari bukti, sebenarnya Aliana saat ini curiga dengan gudang yang tak terpakai di belakang halaman rumah," sahut Alina dengan menatap wajah Mama Elly yang saat ini sedang menatap dirinya."Apa maksudmu,
Alana benar-benar tidak menyangka jika apa yang disembunyikan selama ini akhirnya terbongkar sedikit demi sedikit.Ia tentunya tidak menyangka pula jika Alina pernah melihat dirinya tengah malam di sini. Wajahnya tentu saja langsung pucat pasi saat mendengar mama Elly mengatakan itu."Alina hanya membual saja, aku tau jika saat ini dirinya banyak berhalusinasi. Mama jangan pernah percaya dengan apa yang dikatakan olehnya."Alina tidak mungkin berbicara bohong kepadamu, kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku, Alana. Katakan kepada diriku, apa yang kau sembunyikan di dalam sana?" cecar mama Elly menatap nyalang."Mama jangan memfitnah, tidak ada yang aku sembunyikan di sini. Sebaiknya Mama pergi ke dalam sekarang!" Alana semakin gugup dan kini mulai menarik tubuh mama Elly lalu membawanya ke dalam.Mama Elly saat itu menolak dan meronta saat Alana memaksanya untuk masuk ke dalam rumah."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Biarkan aku melihat ke dalam gudang itu!" teriak Bu Elly dengan nada ker
Alana semakin gugup saat ia sudah menelan minuman yang sudah diberi sesuatu olehnya saat itu.Itu adalah sejenis obat halusinasi atau obat psikedelik ke dalam minuman tersebut, di mana obat tersebut bisa menimbulkan halusinasi bagi seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut.Beberapa menit kemudian, Alana mulai sedikit merasakan pikirannya mulai linglung, entah mengapa saat itu dia melihat sosok Azriel adalah Arkan yang saat itu sedang tersenyum memandangi dirinya."Mas Arkan, aku kangen sama kamu, Mas," Alana tersenyum menggoda dengan menggigit bibir bawahnya dengan sensual.Azriel yang sejak tadi menunggu reaksi obat Alana, tampak bingung melihat perubahan sikap Alana yang saat ini terlihat sedang menggoda dirinya.Azriel menoleh ke belakang, ternyata tidak ada siapapun di sana. Ia tampak bingung ketika Alana mendekati dirinya dengan tatapan penuh menggoda."Kau ini bicara apa, Mbak? Tidak ada Bang Arkan di sini," balas Azriel mencoba untuk menyadarkan dirinya.Alana yang saat itu su