Ayana benar-benar terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh mama Elly kali ini. Tentu saja dia tak pernah menyangka jika dirinya akan dinikahkan dengan putra sulungnya bernama Arkan yang sudah memiliki istri.
Ayana benar-benar tidak mengerti dengan jalan pemikiran mama Elly kali ini, ia merasa jika Alana adalah istri yang sangat sempurna untuk Arkan.Ayana dulu benar-benar sangat iri dengan Alana yang sangat beruntung menjadi istri seorang CEO, karena Alana hanya wanita biasa yang dibesarkan dari panti asuhan.Banyak wanita yang akhirnya patah hati karena Arkan lebih memilih Alana dibandingkan dengan wanita cantik dan seksi yang mengelilingi dirinya setiap hari.Namun, Ayana tak pernah tau jika dibalik kebahagiaan yang dia lihat, ada penderitaan yang harus dia hadapi saat ini. Alana harus rela berbagi suami setelah ini karena dirinya yang sudah dua tahun tidak kunjung hamil juga."maaf Bu, bukankah Mas Arkan sudah memiliki istri? Bukankah Mbak Alana masih menjadi istri sah dari Mas Arkan?" tanya Ayana."Iya, Alana masih sah menjadi isti Arkan dan masih menjadi menantuku sampai saat ini," balas mama Elly dengan tersenyum."Lalu, mengapa saya harus dinikahkan dengan Mas Arkan?" tanya Ayana dengan wajah bingungnya."Karena Alana sampai saat ini tidak bisa memberikan Arkan keturunan, keluarga besar kami menginginkan keturunan sebagai seorang pewaris keluarga besar Alvendra. Namun, sampai sekarang keinginan kami belum juga terwujud hingga akhirnya aku memutuskan untuk menikahkan anakku dengan wanita lain untuk memberikan keturunan untuk keluarga kami," balas Bu Elly dengan menatap tegas wajah Ayana.DegJantung Ayana langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh mama Elly kali ini."A-apa? Jadi saya menikah dengan Mas Arkan hanya untuk mendapatkan keturunan saja? Lalu bagaimana jika suatu saat nanti saya tidak memiliki keturunan dengan Mas Arkan?" Ayana bertanya dengan nada sedikit ragu."Kau tenang saja, kau akan tetap menjadi menantuku dan istri Arkan. Namun, Arkan tetap akan saya nikahkan dengan wanita lain sampai dia benar-benar memiliki keturunan dan kalian tidak bisa protes dengan keputusanku," jawab mama Elly.Bagaikan disayat sembilu, hati Ayana tiba-tiba merasakan sangat perih."Apa? Jadi aku akan bernasib sama dengan mbak Alana? Aku harus rela berbagi suami dengan wanita lain?" tanya Ayana dengan wajah tak percaya."Aku yakin kau bisa hamil Ayana, percayalah kepadaku," ungkap mama Elly dengan nada penuh meyakinkan.Ayana hanya bisa pasrah saja setelah mama Elly selalu meyakinkan dirinya bahwa ia bisa memberikan keturunan untuk Arkan."Baiklah Ayana, jika kau sudah setuju dengan rencana ini, kau dan Arkan akan aku pertemuan sore ini, sekalian untuk membahas rencana pertemuan kami dengan keluargamu nanti. Aku akan bicara dengan keluargamu untuk melamarmu dan menikahkan minggu depan."Ayana kembali dikejutkan dengan ucapan mama Elly kali ini, ia bahkan tidak mengira jika dia akan dinikahkan dengan putranya seminggu lagi."A-apa? Minggu depan kami menikah?" tanya Ayana dengan suara terbata-bata."Iya, dan kau tidak perlu khawatir dengan mahar dan pesta pernikahan, aku akan menyiapkan semuanya dan tidak ada kata protes, Ayana." Tegas mama Elly lalu menuju ke arah pintu."Sekarag, kau pergilah, persiapkan dirimu sore ini untuk bertemu dengan anakku.Ayana hanya bisa pasrah menerima keputusan mama Elly dan dengan langkah beratnya diapun langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruangan tersebut.****Sore harinya, sebelumnya Arkan pulang ke rumah dia mendapatkan telepon dari mamanya dan memintanya untuk datang ke sekolahnya untuk bertemu dengan Ayana.Saat itu Arkan sempat menolak. Namun, mama Elly tidak menerima penolakan hingga membuat Arkan terpaksa memenuhi permintaan mamanya.Arkana menunggu wanita Pilihan mamanya di parkiran sekolah, tempat di mana Ayana saat ini tengah mengajar."Masih lama Ma?" Tanya Arkan seraya melihat jam yang melingkar ditangannya."Kamu sabar sedikit saja kenapa? Kamu tidak lihat belum ada satu guru atau murid yang keluar dari kelasnya?" jawab mama Arkan dengan nada mulai kesal.Tak selang beberapa lama kemudian seorang wanita tengah keluar dari gerbang sekolah dengan membawa beberapa buku, segera mama Elly turun dari mobil Arkan dan segera mama Elly menghampiri Ayana.Arkan sempat melihat wajah Ayana dari dalam mobilnya, ia sempat terkesima dengan kecantikan alami dan tanpa polesan yang menutupi kecantikannya. Arkan merlihat Ayana adalah wanita yang inner beauty dibalik kesederhanaan yang menambah aura kecantikan wajahnya.Beberapa saat kemudian, mama Elly menggandeng Ayana menemui Arkan.Kaca mobil Arkan tiba-tiba diketuk oleh mamanya, segera Arkan membuka kaca mobilnya dengan tatapan dinginnya."Ada apa Ma?" ucap Arkana tanpa melirik sedikitpun ke arah wajah Ayana."Bukakan pintu untuk calon istrimu!" perintah mamanya dengan melotot tajam wajah Arkan.Sebenarnya Arkana enggan untuk melakulannya. Namun, mamanya terus melototi dirinya membuat Arkana segera mematuhi perintah mamanya. Ia lalu keluar dari mobilnya dan langsung membukakan pintu samping kemudi untuk Ayana, setelah itu Arkana membukakan pintu belakang kemudi untuk mamanya.Sekilas Arkan melirik Ayana yang duduk di sampingnya, ia melihat Ayana sedang mencuri pandang kepadanya.Arkan memang sengaja tak melepaskan kaca mata hitamnya saat itu untuk menghindari tatapan gadis yang ada disampingnya.Saat Arkan melajukan kendaraannya terlihat mamanya tampak asyik mengobrol dengan Ayana bahkan sesekali Arkan mendengar mamanya sedang memuji dirinya saat itu.Dia memang sedikit pemalu dan selalu menunduk ketika Arkan tak sengaja menatap wajahnya waktu itu.Dua puluh menit kemudian merekapun sudah sampai disebuah cafe. Sengaja Arkan memilih tempat ini agar Alana tak merasa sakit hati ketika Arkan berkenalan dengan wanita pilihan mamanya.Merekapun duduk di dekat jendela kaca. Mama Arkan mempersilahkan Ayana duduk di dekatnya, setelah itu mamanya langsung memperkenalkan dirinya kepada Arkan."Arkan ..., kenalkan! Dia adalah Ayana usianya 24 tahun dan dia adalah seorang Guru," mama Arkan berkata seraya memperkenalkan Ayana kepada Arkana.Arkanpun menoleh ke arahnya dan mengangguk saja sebagai reaksi perkenalanya dengan Ayana.Saat itu mama Arkan sudah terlihat membolakan matanya ketika melihat reaksi Arkan yang terkesan cuek dan dingin kepada Ayana."Arkan, tak sopan jika kau berkenalan dengan calon istrimu memakai kacamata, sekarang lepaskan kacamatamu dan jabat tangan calon istrimu," titah mama Elly dengan menatap tegas wajahnya.Arkanpun segera mengikuti apa yang dikatakan oleh mamanya saat itu."Arkan ...." ucap Arkan dengan mengulurkan tangannya kepada Ayana."Ayana." jawabnya dengan menerima uluran tangan Arkan."Ayana, ini adalah calon suamimu, dia memiliki seorang Istri namanya Alana, sudah dua tahun ini Alana tak kunjung memberikan keturunan untuk putraku Arkana, untuk itu aku ingin kamu menjadi istri kedua putraku, dan aku berharap kamu bisa memberikan keturunan untuk putraku."Terlihat Ayana mendadak pucat pasi saat mendengar ucapan mama Arkan waktu itu. Ia sedikit gugup dan tak berani menatap wajah Arkan, saat itu Arkan menatap penuh curiga ketika melihat raut wajah Ayana yang sedikit tertekan."Ayana, jika kau keberatan dengan rencana mamaku, kau bisa mundur," sahut Arkan dengan nada tegasnya.Seketika mama Arkan langsung melototi Arkana ketika dia mengatakan itu kepada Ayana.Tak ingin terjadi kesalah pahaman, segera Ayana menyahuti ucapan Arkan."Tidak Mas, aku bersedia untuk menikah denganmu, aku bersedia untuk memberikan keturunan untukmu, ini adalah keputusanku sendiri tanpa ada paksaan apapun," sahut Ayana dengan tersenyum sedikit dipaksakan.Mama Arkan terlihat tersenyum ke arahnya. Namun, tidak dengan Ayana yang terlihat tidak senang dengan keputusannya sendiri.Bersambung"Ayana, kau harus memberitahukan kepada Keluargamu, bahwa kami akan melamarmu. Apa kau mengerti?" ucap mama Arkan dengan tatapan penuh intimidasi.Ayana terdiam dan terus mengangguk saja. Ayana terlihat seperti tertekan dengan intimidasi yang dilakukan oleh mama Arkan, hingga membuat Arkan menaruh curiga."Iya Bu," jawabnya dengan nada ketakutan.Ketika mereka sudah berada tepat di depan pintu rumahnya, segera Ayana mengetuk pintu rumah tersebut.TokTokTok"Bi, bibi Mila, buka pintunya," panggil Ayana.Tak lama kemudian seorang wanita kini telah keluar dari dalam rumahnya dan membukakan pintu untuk mereka.Terlihat bibi Ayana sangat terkejut melihat kedatangan Arkan dan mamanya bersama dengan keponakannya."Ayana, siapa mereka?" tanya bibi Mila dengan wajah herannya."Bi, peekenalkan beliau adalah pemilik yayasan sekolah tempat Ayana bekerja, namanya Bu Elly dan di samping beliau adalah putranya namanya Pak Arkan," jelas Ayana.Bibi Milapun tersenyum dan menyambut kehadiran mereka d
Saat Arkan melamar Ayana, sungguh dirinya merasakan debaran jantungnya berdegup kencangnya, apalagi saat dia harus menjelaskan kepada bibi Mila yang saat ini tengah mengintrogasinya. Tentunya sebagai seorang bibi yang merawat Ayana sejak kecil, pasti akan memiliki hati was-was, ketika Arkan dan mamanya melamar Ayana sebagai Istri kedua Arkan.Setelah Mama Arkan menjelaskan dan meyakinkan bibi Mila, bahwa mereka tak akan menyakiti keponakannya, akhirnya bibi Mila merestui dan menerima lamaran Arkan kepada Ayana, walaupun saat itu terjadi perdebatan yang pelik diantara mereka bertiga."Baiklah kalau kita sudah sama-sama setuju, aku akan menikahkan mereka minggu depan," ucap mama Arkan dengan nada penuh ketegasan.DegJantung Ayana mulai berdegub begitu kencang, tak disangka jika mama Akan hanya memberikan jarak seminggu untuk menikah dengan putranya yang baru dikenalnya hari ini.Ayana sedikit frustasi saat mendengar keputusan mama Elly yang dinilainya terburu-buru untuk menikahkan mere
Alana zaelanty, itulah nama istri Arkan dengan latar belakang orang tua yang tak diketahui karena kedua orang tuanya telah tega menitipkan Alana sejak bayi di Panti Asuhan ini.Sejak kecil hingga besar Alana tinggal di panti asuhan tanpa ada orang yang mau mengadopsi dirinya sebagai anak asuh.Sungguh saat itu Alana sangat iri dengan teman-temannya yang dengan mudahnya mendapatkan orang tua baru dan tinggal di tempat yang layak. Entah apa yang salah pada dirinya hingga tak satupun ada calon orang tua yang mau mengadopsi Alana, padahal dia gadis yang cantik dan pandai.Alanapun menerima ini dengan lapang dada hingga suatu hari Alana tak sengaja bertemu dengan seorang wanita tua misterius yang mengatakan kalau dia akan menikah dengan lelaki kaya raya dan mencintainya. Namun, Alana memiliki satu kutukan jika Alana mengingankan hal itu Alana tidak akan pernah memiliki keturunan.Mendengar itu Alana sangat senang dan menaruh harapan jika semuanya itu akan terjadi. Tapi diapun harus mengor
Seminggu KemudianSungguh Ayana tak pernah menyangka jika saat ini dirinya akan menikah dengan Arkan, bukan dengan Azriel seperti yang diidamkan olehnya sejak lama.Selama seminggu sejak Arkan melamar dirinya, Arkan tak pernah sekalipun bertemu atau berkomunikasi dengannya walau hanya sekedar bertanya apa kabarnya.Arkan terkesan tidak mempedulikan dengan kabar calon madu Alana saat ini.Arkan selalu sibuk dengan Istrinya yakni Alana yang saat ini terpaksa harus menerima kenyataan pahit harus berbagi suami dengan wanita lain karena mama Arkan yang menuntut dirinya menikahi wanita pilihannya untuk segera memiliki keturunan.Alana terlihat bersedih saat itu. Namun, sebisa mungkin dia sembunyikan kesedihannya dari Arkan yang segera memasuki kehidupan barunya dengan madunya.Alana terlihat memaksakan senyumannya tatkala dia merapikan jas putih yang dikenakan oleh Arkan saat ini."Alana, Maafkan aku," ucap Arkan dengan nada penuh penyesalan."Tak usah meminta maaf Mas, aku baik-baik saja."
Flashback On"Anakku Arkana Alvarendra harus menikah dengan seorang wanita yang baik, aku harus mencarinya segera, aku tak ingin Menantu sialan itu, akan terus-terusan meracuni pikiran Putraku, untuk menerimanya tanpa memberikan keturunan." Tutur mama EllyMama Elly lalu berjalan menuju sebuah Sekolahan milik Yayasan keluarga Alvarendra yang saat ini telah dikelolanya.Sekolahan cukup luas dan sangat besar itu, menjadi Sekolah Favorit bagi kalangan orang berduit dan anak yang berprestasi.Sekolah Yang sudah didirikan semenjak 25 tahun yang lalu mampu berdiri kokoh dan bersaing dengan sekolah swasta dan sekolah negri yang lain. Tentu tidak main-main untuk mendatangkan pengajar yang kompeten dan berprestasi dari lulusan yang terbaik Universitas di mana mereka dulu menimbah Ilmunya, tak terkecuali Ayana Ameca.Meski Ayana Ameca dari keluarga tidak mampu, tapi berkat otak cerdasnya dia mampu kuliah hingga lulus S1 dengan beasiswa yang dia dapatkan karena prestasinya yang luar biasa.Namun
Mama Arkan mulai memaksanya untuk masuk ke dalam kamar yang sudah dipersiapkan olehnya sebelumnya.Arkan benar-benar sangat gugup dan bingung ketika dia melihat Ayana sudah berada di dalam kamar tersebut, dan masih menggunakan kebaya yang dia pakai saat acara akad nikah tadi."Mom, buka pintunya! Kenapa Mama mengunciku dari luar?" rengek Arkan dengan menggedor pintu kamarnya."Jangan bicara, Arkan! Mama sengaja mengincinu dari luar, agar kalia bisa malam pertama tanpa ada gangguan dari istri pertamamu," balas mama Elly dari luar pintunya."Apa? Mama sengaja melakukan ini semua? Please Ma, jangan memaksaku untuk melakukan ini," tolak Arkan mendengus sebal."Sebaiknya kau lakukan sekarang! Atau aku tidak akan pernah mengijinkan dirimu tidur dengan istri pertamamu, Arkan," ancamnya lalu segera pergi meninggalkan tempat tersebut.Arkan semakin gusar, ia benar-benar bingung harus melakukan apa di kamar ini bersama dengan istri barunya.Beberapa menit kemudian, Ayana terlihat mendekat ke ar
Esok paginya Arkan terbangun dan dia terkejut ketika melihat ke arah sampingnya, melihat Ayana sedang tertidur disampingnya dan terlihat kulit putihnya yang saat itu tidak tertutup selimut. Arkan masih merasakan kepalanya terasa berat kala ia belum mampu untuk mengingat apa yang terjadi dengan dirinya kemarin malam.Sejenak dia merasakan tubuhnya terasa sedikit dingin, kala suhu AC itu sudah mulai menusuk kulitnya.Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat tubuhnya tampak polos dan sekilas melihat tubuh Alissya yang tak mengenakan sehelai kain benang pun di sana."Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi denganku?" gumam Arkan dengan menjambak rambutnya sendiri.Arkan berusaha mengingat kembali malam pertamanya dengan Ayana yang mereka lewati begitu indah. Namun, saat itu dia mengira melakukan semua itu dengan Alana.Tak lama kemudian, dia merasakan geliat Ayana saat ia hendak terbangun dari tidurnya. Beberapa menit kemudian Ayana rasakan tubuhnya terasa pegal dan sakit pada area intimnya.
Arkan berlari mengejar Alana yang sudah tidak mau mendengar penjelasan Arkan terlebih dahulu.Saat Alana berjalan menuju ke arah dapur, Arkan segera menghampiri Alana dan menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan dan juga Ayana."Sayang ..., Sayang ..., dengarkan aku, kau jangan marah seperti ini, aku akan jelaskan kepadamu, semalam aku dijebak sama mamaku, minumanku ditaruh obat perangsang oleh mama, aku benar-benar tidak tau apa yang terjadi dengan Ayana semalam, hingga kami melakukan itu," Arkan berusaha menjelaskan kepada Ayana tentang apa yang terjadi dengan dirinya waktu itu."Kau bohong Mas, katanya tidak ada wanita yang sanggup menggantikan aku, tapi nyatanya kau sendiri sudah menduakan aku, kau telah tidur dengan wanita itu," ucapnya dengan nada mulai marah.Arkan mulai frustasi ketika Alana terus merajuk dan menanyalahkan dirinya.Saat Alana sudah mulai tenang, kini tiba-tiba mama Elly datang dengan menggandeng Alana menuju ke arah mereka berdua."Arkan, kenapa kau ada
Setelah pemakaman Mbak Alana, kami pun mulai menjalani kehidupan normal seperti biasanya.Aku dan keluarga Mas Arkan memutuskan untuk menghibahkan rumah itu untuk dijadikan panti asuhan.Setelah itu, kami memutuskan untuk tinggal bersama menempati rumah baru kami yang cukup besar dan luas di pusat kota.Kehidupan kami pun sangat bahagia dan aku pun menunggu kelahiran anak kami yang pertama, tiga bulan lagi.Saat ini kami sedang melakukan tingkepan atau tujuh bulanan di rumah baru kami sekalian syukuran menempati rumah kami yang baru Aku sangat senang saat semua keluarga berkumpul di sini bersama penuh kebahagiaan.Kasus pembunuhan kak Ayana dan Rizka sudah ditutup, saat yang menjadi tersangka Mbak Alana sudah mendapatkan ganjaran terlebih dahulu atas perbuatannya.Hal-hal ghaib yang sengaja disembunyikan oleh Mbak Alana akhirnya dikeluarkan dari rumah lama kami dengan bantuan pak Ustaz.****Tiga Bulan Kemudian Akhirnya aku merasakan sesuatu pada jalan lahirku."Mas, perutku sangat
Arkan dan Alina tak bisa menyembunyikan rasa terkejut saat mereka menyaksikan kematian Alana yang begitu tragis di hadapan mereka. Batu ghaib yang selama ini dibawa oleh Alana, ternyata mempunyai kekuatan supranatural yang kerap kali membuat keanehan terjadi di rumah Arkan. Setelah berhasil menyelamatkan Alina, segera Arkan menghubungi Pak Miko untuk segera datang ke tempat kejadian. Di sana, Arkan menjelaskan dengan detail bagaimana kejadian tragis tersebut terjadi, merasa bersalah dan ingin menegaskan bahwa ini bukan salah siapa-siapa. Begitu banyak perasaan yang ingin ia ungkapkan. namun rasa haru sudah menghalangi kata-kata itu keluar. Arkan lantas mengajak Alina ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kesehatannya dan juga calon bayi yang ada di dalam kandungannya. Hatinya sedikit lega melihat Alina masih bisa tersenyum walaupun sedih. "Semuanya sudah berakhir, kita sudah melewati ini bersama-sama, Alina," ucap Arkan dengan wajah penuh bahagia. Arkan merasa bersyukur bahwa m
Alana merasa mendapatkan kekuatan baru dalam dirinya setelah batu ghaib yang selama ini ia bawa mulai memberikan pengaruh tak terduga. Seolah-olah ada dorongan besar dari dalam diri untuk mencari sasaran baru. Alana berjalan menuju sebuah parkiran yang agak sepi. Di sana, tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki yang tampak hendak masuk ke dalam mobilnya. Melihat kecantikan Alana yang luar biasa, seketika lelaki itu pun melupakan rencananya untuk masuk ke dalam mobilnya, dan bergegas mendekati Alana, mencoba untuk berkenalan dengan dirinya. "Apakah dia sudah mulai tertarik kepada diriku, sehingga dia datang mendekati diriku?" batin Alana, merasa senang karena akan ada yang menjadi mangsanya.Entah mengapa, pada saat itu Alana merasa ada sesuatu yang berbeda. Sesosok makhluk ghaib seakan berkumpul di dalam tubuhnya, memberikan semacam keberanian dan kekuatan yang misterius. Lelaki itu tampak tersenyum mesum ke arahnya sambil bertanya, "Mbak, mau kemana? Apa boleh aku antarkan
Rencana jahat Mbak Alana ternyata gagal, semua berkat Mas Arkan yang secara kebetulan mengangkat teleponku dan berhasil melacak keberadaanku melalui jaringan seluler. Entah mengapa, saat itu ada perasaan lega sekaligus rasa khawatir yang menghantui pikiranku, beruntunglah Mas Arkan akhirnya datang tepat waktu dan segera menolongku.Sementara itu, Mas Arkan mengejar Mbak Alana dan berteriak memanggil Mbak Alana yang mencoba melarikan diri dari sini."Alana! Jangan lari!" teriak Mas Arkan, menghentikan mbak Alana yang semakin melangkahkan kakinya jauh.Tak lama kemudian, terdengar langkah kakinya yang semakin mendekat, dan ternyata itulah Mas Arkan, yang kembali ke pondok setelah gagal mengejar Mbak Alana."Kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Arkan dengan wajah cemas sekaligus lega, sambil segera membuka ikatan tanganku. "Aku baik-baik saja, Mas. Tapi, tolong bantu Pak Dwi," pintaku sembari merasakan napas yang terengah-engah, dan mulai turun dari ranjang bambu tempatku terikat. Dengan sig
Sepanjang jalan aku mulai banyak berpikir tentang keadaan Alina. Entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? gumamku dalam hati.Aku sangat mencemaskan Alina, ingin rasanya aku segera sampai di sana.Beberapa saat kemudian handphone milikku berdering kembali.KringSegera aku memasang bluetooth di telingaku dan mendengar teriakan Alina yang saat itu terdengar memilukan.***Aku terseret dengan kasar oleh Mbak Alana, ke arah suatu tempat yang tak aku kenal. Hatiku berdebar kencang saat kami semakin dalam memasuki hutan dan akhirnya sampai di sebuah pondok tua yang tampak terlantar.Saat itulah, pikiranku berlari cepat mencari cara untuk menyelamatkan diri.Aku mengumpulkan keberanian saat Mbak Alana lengah membuka pintu pondok itu.Tangan ku bergetar, saat aku terburu-buru mengambil ponsel dalam tas milikku, tapi akhirnya aku berhasil menggenggam ponsel dan menekan nomor Mas Arkan, yang sudah aku simpan dalam mode speed dial."Ya Allah, semoga
Aku terkejut saat mendengar apa yang diungkapkan oleh Mbak Alana. Sebuah perasaan takut dan panik mulai merayapi hatiku kala mendengar apa yang dikatakan oleh Mbak Alana."Apa maksudmu, Mbak? Apakah ini sengaja kau rencanakan?" tanyaku dengan suara gemetar dan tubuh yang bergetar.Mbak Alana terdiam, wajahnya tertunduk, tapi ada senyuman tipis di sudut bibirnya yang terlihat.Saat itulah aku merasa ada sesuatu yang aneh di sekitarku, seperti adanya suatu kehadiran yang tidak biasa. Angin bertiup kencang, menggetarkan jendela mobilku, seolah menegaskan kekhawatiranku. Bulu kudukku berdiri, ketakutan mulai menguasai pikiranku."Apakah ini sebuah pertanda ada makhluk lain di sini? Apakah ada sesuatu yang ingin memberitahuku lewat angin ini?" batinku, sementara aku merasa semakin kalut dengan situasi yang terjadi. Aku mencoba merenung sejenak, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana aku harus menghadapinya. Tak ada yang lebih penting bagi ku saat ini selain menenangkan dir
Mendengar rintihan Mbak Alana, seketika hatiku merasa iba padanya. Aku pun langsung menolong Mbak Alana yang saat itu sedang duduk kesakitan. Tanpa menaruh curiga, aku membantunya berdiri dan menanyakan keadaannya. "Mbak Alana, apa kamu baik-baik saja, Mbak?" tanyaku dengan menatap wajah Mbak Alana yang saat itu berpura-pura kesakitan. "Bawa aku ke rumah sakit saja, aku sudah tidak tahan, ini sakit sekali, aku bisa mati di sini jika kau tidak membantuku membawa ke rumah sakit" rintihnya dengan berpura-pura menahan rasa sakit yang luar biasa. Aku saat itu sempat berpikir, apakah aku seharusnya mengikuti ucapan Alana atau tidak? Mengingat saat itu di rumah dalam keadaan sepi dan semua orang sedang pergi sebentar. "Ya Allah, aku bingung. Haruskah aku membantunya pergi ke rumah sakit?" gumamku dalam hati, sambil mencoba menilai apakah ini sebuah situasi yang cukup genting untuk aku turut campur. Aku merasa perlu untuk menolong mbak Alana, tapi di sisi lain, aku juga tidak ingin meng
Alina terdiam, menahan perasaan yang bergolak dalam dadanya. Ia tahu bahwa Arkan, suaminya, hanya mencoba untuk memancing jawaban darinya. Namun, seolah-olah Arkan telah memahami isi hatinya tanpa harus Alina ungkapkan."Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu, Mas?" ujar Alina dengan mencebikkan bibirnya, berusaha menutupi rasa cemburunya."Bukankah kamu sendiri sudah tahu bagaimana perasaanku, Mas?" Arkan tersenyum sedikit, seolah mengerti apa yang tengah Alina rasakan."Aku tahu kamu cemburu, Alina. Maafkan aku jika aku sudah menyinggung perasaanmu," ucapnya lembut, matanya menatapku hangat wajah Alina. "Ada apa, kok kamu mencariku?" Merasa tersentuh dengan perhatian suaminya, Alina terpaksa mengungkapkan kegelisahan yang menghantui hatinya."Aku hanya... mengkhawatirkan dirimu, Mas," ungkapnya dengan tatapan gelisah.Arkan menatap tenang, sambil mendengarkan legelisahan yang dirasakan oleh istrinya."Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering merasa tak tenang, seperti ada bayangan bur
Aku terkesiap saat mendengar ucapan Mas Arkan. Entah mengapa, saat itulah aku merasakan ada suatu keanehan, seperti Mas Arkan sedang berusaha mengurungku di sini."Apakah dia benar-benar sengaja melarangku pergi?" gumamku dalam hati, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kamu melarangku pergi, Mas?" tanyaku, menatap wajah suamiku yang terlihat marah. "Apa yang membuatmu sampai seperti ini? Apa salahku, hingga Mas Arkan melarangku untuk pergi?" tanyaku dengan wajah mulai menuntut jawabannya."Iya, aku melarangmu pergi! Sebaiknya kau tetap tinggal di sini dan jangan pernah coba-coba untuk pergi tanpa seijinku. Aku akan memerintahkan anak buahku untuk mengawasi dirimu, Alana," tegas Mas Arkan.Aku merasa keberatan dengan ucapan Mas Arkan. Di benakku, muncul pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawabannya."Mengapa dia ingin mengurungku? Apakah ini karena rasa cemburu atau mungkin ada alasan lain? Atau mungkin ini berkaitan dengan kasus yang kini membelitku? Tapi buk