Alana terdiam terpaku mendengar ucapan dari suaminya. Tak ada pilihan lagi baginya, karena dirinya hanyalah wanita biasa yang tak memiliki apa-apa.
Arkan terdiam ketika Alana mengantarkan dirinya sampai depan halaman rumahnya."Mas, hati-hati di jalan." Ucap Alana memberikan tas dan mulai mencium pipi Arkan."Hemm." jawabnya bergumam lalu masuk ke dalam mobilnya dengan perasaan marah.Azriel yang saat itu berjalan di belakangnya segera masuk ke dalam mobilnya dan bersiap untuk berangkat ke kantornya.Tak lama kemudian disusul oleh papa mertuanya yang saat itu diantar oleh mama mertuanya sampai menuju ke arah mobilnya.Merekapun kini berangkat bersama-sama menuju ke kantornya.Mama Arkan yang tak lain bernama ibu Elly, tampak menatap sinis ke arah menantunya yang kini masih berdiri melihat punggung mobil suaminya yang sudah mulai menjauhi halaman rumahnya.Alana lalu masuk ke dalam rumahnya dan iapun terkejut ketika mama mertuanya sudah berdiri di depannya."Mama," lirih Alana dengan wajah terkejutnya."Tidak perlu basa basi lagi, aku mau tau keputusan yang kau ambil saat ini? Kembali ke panti asuhan atau kau masih mau menjadi menantu di rumah ini?" todong pertanyaan dari mama Elly.Alana semakin tertekan ketika mama mertuanya kini sudah mulai mengintimidasi dirinya."Mam tidak perlu cemas, aku sudah memutuskan untuk mengijinkan Mas Arkan menikah dengan wanita pilihan Mama. Aku harap keputusan Mama kali ini benar, dan Mama bisa mendapatkan keturunan dari menantu pilihan Mama, jangan sampai dia juga seperti diriku, yang sampai dengan saat ini belum juga memiliki keturunan. Semoga maduku nanti tidak mama katakan mandul setelah berjuang lama untuk memberikan keluarga ini keturunan tapi tak juga mendapatkan hilal nyata." Cibir Alana lalu ia bergegas pergi meninggalkan mama mertuanya.Mendengar perkataan menantunya yang sudah berani mencibir dirinya membuat hati mama Elly semakin geram dengan menantunya.Sementara itu, Alana berlari dalam kamarnya dan ia mulai meluapkan rasa sakit hatinya dengan menangis tersedu di dalam kamarnya."Kenapa semua ini harus terjadi? Ini semua karena janjiku kepadamu." Teriak Alana dengan menjambak rambutnya.Alana melirik ke arah kotak kecil yang ada di atas nakasnya, segera dia buka dan tak lama kemudian muncul sinar yang terang dari batu terebut.Alana meneteska air matanya lalu air mata itu jatuh ke batu tersebut hingga beberapa menit kemudian terdengar suara ghaib dari batu tersebut."Jangan menangis, aku akan membantumu untuk menyingkirkan wanita yang ada di dekat suamimu, jadikan mereka tumbal satu persatu agar suamimu selalu mencintaimu dan tak pernah meninggalkanmu."Suara ghaib itu menggema di telinga Alana, hingga membuat dirinya benar-benar tersentak oleh perkataannya.***Mengenal sosok calon istri kedua ArkanHari ini Arkana akan diperkenalkan dengan seorang wanita pilihan pilihan mamanya yaitu gadis sederhana yang berprofesi sebagai seorang Guru.Mama Arkana memang tak pernah memilih calon menantu dari status sosialnya apakah dia dari keluarga kaya ataupun keluarga miskin. Namun, mama Arkan lebih suka memilih calon menantu yang tidak neko-neko dan patuh kepada dirinya dan juga bisa mengurus Arkana.Kali ini, mama Elly sengaja memilih Ayana Ameeca sebagai menantu pilihannya. Usianya 24 tahun, seorang anak yatim, ibunya sudah menikah lagi dan kini tinggal bersama dengan suaminya.Ayana memilih tinggal bersama sang bibi dan pamannya, dari pada harus ikut tinggal dengan mama dan ayah tirinya yang terlihat sangat mesum ketika menatap Ayana. Sedangkan adiknya lebih memilih tinggal bersama dengan kakeknya.Ayana menjadi guru di sebuah yayasan sekolah milik mama Arkan. Entah mengapa saat itu tiba-tiba dia dipanggil oleh mama Arkan setelah dia selesai mengajar.Ayana adalah gadis pendiam dan pemalu, sebenarnya dia sangat cantik. Namun, karena dia Ansos (anti sosolial) membuat banyak mata lelaki yang ingin mendekati dirinya akhirnya memutuskan untuk mundur setelah Ayana selau menolak mereka yang ingin mendekati dirinya.Ayana terkejut ketika mama Elly memintanya untuk menjadi menantunya. Tentu saja Ayana menolak permintaan mama Elly saat itu, mengingat saat ini dirinya nasih belum memiliki pikiran untuk menikah dalam waktu dekat. Namun, ketika Ayana diberikan keputusan yang sulit oleh sang pemilik yayasan, akhirnya dengan berat hati dirinyapun langsung menerima keputusan dari mama Elly."Terima tawaranku, atau kau pergi dari yayasan ini! Jika kau resign dari sini, kau tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan di manapun. Pikirkanlah lagi Ayana, aku tau siapa dirimu, kau bahkan harus menjadi tulang punggung untuk adikmu Alina yang saat ini masih duduk di bangku SMA, ibu kamu tidak memperdulikan kalian dan ayah tirimu tidak bisa diandalkan," papar mama Elly dengan tatapan mengintimidasi.Alana semakin tertekan saat itu, dirinya adalah tulang punggung untuk keluarganya, apa yang dikatakan oleh mama Elly tidak salah, gaji yang didapatkannya nyatanya memang untuk biaya sekolah Ayana dan membantu neneknya di sana. Sementara sisanya di bagi sedikit untuk bibi dan kebutuhannya.Alana menggenggam erat roknya, wajahnya kini semakin pucat pasi dan mama Elly sudah mulai mendesaknya untuk menerima tawarannya."Aku tidak memiliki banyak waktu, sebaiknya kau putuskan sekarang! Menerima tawaranku atau kau menolaknya dan segera pergi dari sini hari ini juga." Desak mama Elly dengan memutari tubuh Ayana.DegJantung Ayana langsung mencelos saat mendengar mama Elly mulai mendesak dirinya untuk mengambil keputusan.Ayana semakin merasakan jantungnya berdegub dengan kencangnya, pikirannya sudah mulai tidak karuan hingga akhirnya dirinyapun langsung memutuskan untuk menerima tawaran dari mama Elly."Baiklah, saya menerima tawaran Ibu, tapi tolong jangan pecat saya," balas Ayana dengan cepat.Bu Elly tersenyum sumringah, diapun kini mulai mendudukkan Ayana di kursinya, di depan kursi kebesarannya."Bagus Ayana, ini adalah keputusan yang bagus, dan aku akan memberikan posisi yang bagus untukmu setelah kau menjadi istri anakku."Ayana mengira jika saat itu mama Elly akan menikahkannya dengan Azriel adik Arsen yang masih bujang itu.Alana tidak akan menyangka jika dirinya kini akan menjadi seorang istri kedua Arkan, sang Kakak yang kini seduah memiliki seorang istri."Baiklah, Ayana jika kau menerima keputusanku ini, maka bersiaplah untuk bertemu dengan anakku nanti. Aku akan memperkenalkan kau dengan dirinya, dia memang sedikit dingin, tapi dia adalah pria yang penyayang dan juga bertanggung jawab. Kau tidak akan salah mendapatkan suami seperti dirinya," terang mama Elly menatap wajah Ayana."Ibu tidak perlu memperkenalkan kami. Saya sudah mengenal Mas Azriel sejak lama, saya tau dia adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab," sahut Ayana dengan bibir bergetar.Seketika mama Elly langsung menyipitkan kedua matanya."Kau bilang siapa? Azriel? Siapa yang akan menikahkanmu dengan putra bungsuku," jawab Mama Elly menatap tegas wajah Ayana.Ayana semakin terkejut dengan penuturan mama Elly."Apa? Jika bukan dengan Mas Azriel, lalu saya akan dinikahkan dengan siapa?" tanya Ayana semakin kebingungan."Dengan Arkan, anak sulungku."DegBersambungAyana benar-benar terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh mama Elly kali ini. Tentu saja dia tak pernah menyangka jika dirinya akan dinikahkan dengan putra sulungnya bernama Arkan yang sudah memiliki istri.Ayana benar-benar tidak mengerti dengan jalan pemikiran mama Elly kali ini, ia merasa jika Alana adalah istri yang sangat sempurna untuk Arkan.Ayana dulu benar-benar sangat iri dengan Alana yang sangat beruntung menjadi istri seorang CEO, karena Alana hanya wanita biasa yang dibesarkan dari panti asuhan.Banyak wanita yang akhirnya patah hati karena Arkan lebih memilih Alana dibandingkan dengan wanita cantik dan seksi yang mengelilingi dirinya setiap hari.Namun, Ayana tak pernah tau jika dibalik kebahagiaan yang dia lihat, ada penderitaan yang harus dia hadapi saat ini. Alana harus rela berbagi suami setelah ini karena dirinya yang sudah dua tahun tidak kunjung hamil juga."maaf Bu, bukankah Mas Arkan sudah memiliki istri? Bukankah Mbak Alana masih menjadi istri sah dar
"Ayana, kau harus memberitahukan kepada Keluargamu, bahwa kami akan melamarmu. Apa kau mengerti?" ucap mama Arkan dengan tatapan penuh intimidasi.Ayana terdiam dan terus mengangguk saja. Ayana terlihat seperti tertekan dengan intimidasi yang dilakukan oleh mama Arkan, hingga membuat Arkan menaruh curiga."Iya Bu," jawabnya dengan nada ketakutan.Ketika mereka sudah berada tepat di depan pintu rumahnya, segera Ayana mengetuk pintu rumah tersebut.TokTokTok"Bi, bibi Mila, buka pintunya," panggil Ayana.Tak lama kemudian seorang wanita kini telah keluar dari dalam rumahnya dan membukakan pintu untuk mereka.Terlihat bibi Ayana sangat terkejut melihat kedatangan Arkan dan mamanya bersama dengan keponakannya."Ayana, siapa mereka?" tanya bibi Mila dengan wajah herannya."Bi, peekenalkan beliau adalah pemilik yayasan sekolah tempat Ayana bekerja, namanya Bu Elly dan di samping beliau adalah putranya namanya Pak Arkan," jelas Ayana.Bibi Milapun tersenyum dan menyambut kehadiran mereka d
Saat Arkan melamar Ayana, sungguh dirinya merasakan debaran jantungnya berdegup kencangnya, apalagi saat dia harus menjelaskan kepada bibi Mila yang saat ini tengah mengintrogasinya. Tentunya sebagai seorang bibi yang merawat Ayana sejak kecil, pasti akan memiliki hati was-was, ketika Arkan dan mamanya melamar Ayana sebagai Istri kedua Arkan.Setelah Mama Arkan menjelaskan dan meyakinkan bibi Mila, bahwa mereka tak akan menyakiti keponakannya, akhirnya bibi Mila merestui dan menerima lamaran Arkan kepada Ayana, walaupun saat itu terjadi perdebatan yang pelik diantara mereka bertiga."Baiklah kalau kita sudah sama-sama setuju, aku akan menikahkan mereka minggu depan," ucap mama Arkan dengan nada penuh ketegasan.DegJantung Ayana mulai berdegub begitu kencang, tak disangka jika mama Akan hanya memberikan jarak seminggu untuk menikah dengan putranya yang baru dikenalnya hari ini.Ayana sedikit frustasi saat mendengar keputusan mama Elly yang dinilainya terburu-buru untuk menikahkan mere
Alana zaelanty, itulah nama istri Arkan dengan latar belakang orang tua yang tak diketahui karena kedua orang tuanya telah tega menitipkan Alana sejak bayi di Panti Asuhan ini.Sejak kecil hingga besar Alana tinggal di panti asuhan tanpa ada orang yang mau mengadopsi dirinya sebagai anak asuh.Sungguh saat itu Alana sangat iri dengan teman-temannya yang dengan mudahnya mendapatkan orang tua baru dan tinggal di tempat yang layak. Entah apa yang salah pada dirinya hingga tak satupun ada calon orang tua yang mau mengadopsi Alana, padahal dia gadis yang cantik dan pandai.Alanapun menerima ini dengan lapang dada hingga suatu hari Alana tak sengaja bertemu dengan seorang wanita tua misterius yang mengatakan kalau dia akan menikah dengan lelaki kaya raya dan mencintainya. Namun, Alana memiliki satu kutukan jika Alana mengingankan hal itu Alana tidak akan pernah memiliki keturunan.Mendengar itu Alana sangat senang dan menaruh harapan jika semuanya itu akan terjadi. Tapi diapun harus mengor
Seminggu KemudianSungguh Ayana tak pernah menyangka jika saat ini dirinya akan menikah dengan Arkan, bukan dengan Azriel seperti yang diidamkan olehnya sejak lama.Selama seminggu sejak Arkan melamar dirinya, Arkan tak pernah sekalipun bertemu atau berkomunikasi dengannya walau hanya sekedar bertanya apa kabarnya.Arkan terkesan tidak mempedulikan dengan kabar calon madu Alana saat ini.Arkan selalu sibuk dengan Istrinya yakni Alana yang saat ini terpaksa harus menerima kenyataan pahit harus berbagi suami dengan wanita lain karena mama Arkan yang menuntut dirinya menikahi wanita pilihannya untuk segera memiliki keturunan.Alana terlihat bersedih saat itu. Namun, sebisa mungkin dia sembunyikan kesedihannya dari Arkan yang segera memasuki kehidupan barunya dengan madunya.Alana terlihat memaksakan senyumannya tatkala dia merapikan jas putih yang dikenakan oleh Arkan saat ini."Alana, Maafkan aku," ucap Arkan dengan nada penuh penyesalan."Tak usah meminta maaf Mas, aku baik-baik saja."
Flashback On"Anakku Arkana Alvarendra harus menikah dengan seorang wanita yang baik, aku harus mencarinya segera, aku tak ingin Menantu sialan itu, akan terus-terusan meracuni pikiran Putraku, untuk menerimanya tanpa memberikan keturunan." Tutur mama EllyMama Elly lalu berjalan menuju sebuah Sekolahan milik Yayasan keluarga Alvarendra yang saat ini telah dikelolanya.Sekolahan cukup luas dan sangat besar itu, menjadi Sekolah Favorit bagi kalangan orang berduit dan anak yang berprestasi.Sekolah Yang sudah didirikan semenjak 25 tahun yang lalu mampu berdiri kokoh dan bersaing dengan sekolah swasta dan sekolah negri yang lain. Tentu tidak main-main untuk mendatangkan pengajar yang kompeten dan berprestasi dari lulusan yang terbaik Universitas di mana mereka dulu menimbah Ilmunya, tak terkecuali Ayana Ameca.Meski Ayana Ameca dari keluarga tidak mampu, tapi berkat otak cerdasnya dia mampu kuliah hingga lulus S1 dengan beasiswa yang dia dapatkan karena prestasinya yang luar biasa.Namun
Mama Arkan mulai memaksanya untuk masuk ke dalam kamar yang sudah dipersiapkan olehnya sebelumnya.Arkan benar-benar sangat gugup dan bingung ketika dia melihat Ayana sudah berada di dalam kamar tersebut, dan masih menggunakan kebaya yang dia pakai saat acara akad nikah tadi."Mom, buka pintunya! Kenapa Mama mengunciku dari luar?" rengek Arkan dengan menggedor pintu kamarnya."Jangan bicara, Arkan! Mama sengaja mengincinu dari luar, agar kalia bisa malam pertama tanpa ada gangguan dari istri pertamamu," balas mama Elly dari luar pintunya."Apa? Mama sengaja melakukan ini semua? Please Ma, jangan memaksaku untuk melakukan ini," tolak Arkan mendengus sebal."Sebaiknya kau lakukan sekarang! Atau aku tidak akan pernah mengijinkan dirimu tidur dengan istri pertamamu, Arkan," ancamnya lalu segera pergi meninggalkan tempat tersebut.Arkan semakin gusar, ia benar-benar bingung harus melakukan apa di kamar ini bersama dengan istri barunya.Beberapa menit kemudian, Ayana terlihat mendekat ke ar
Esok paginya Arkan terbangun dan dia terkejut ketika melihat ke arah sampingnya, melihat Ayana sedang tertidur disampingnya dan terlihat kulit putihnya yang saat itu tidak tertutup selimut. Arkan masih merasakan kepalanya terasa berat kala ia belum mampu untuk mengingat apa yang terjadi dengan dirinya kemarin malam.Sejenak dia merasakan tubuhnya terasa sedikit dingin, kala suhu AC itu sudah mulai menusuk kulitnya.Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat tubuhnya tampak polos dan sekilas melihat tubuh Alissya yang tak mengenakan sehelai kain benang pun di sana."Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi denganku?" gumam Arkan dengan menjambak rambutnya sendiri.Arkan berusaha mengingat kembali malam pertamanya dengan Ayana yang mereka lewati begitu indah. Namun, saat itu dia mengira melakukan semua itu dengan Alana.Tak lama kemudian, dia merasakan geliat Ayana saat ia hendak terbangun dari tidurnya. Beberapa menit kemudian Ayana rasakan tubuhnya terasa pegal dan sakit pada area intimnya.
Setelah pemakaman Mbak Alana, kami pun mulai menjalani kehidupan normal seperti biasanya.Aku dan keluarga Mas Arkan memutuskan untuk menghibahkan rumah itu untuk dijadikan panti asuhan.Setelah itu, kami memutuskan untuk tinggal bersama menempati rumah baru kami yang cukup besar dan luas di pusat kota.Kehidupan kami pun sangat bahagia dan aku pun menunggu kelahiran anak kami yang pertama, tiga bulan lagi.Saat ini kami sedang melakukan tingkepan atau tujuh bulanan di rumah baru kami sekalian syukuran menempati rumah kami yang baru Aku sangat senang saat semua keluarga berkumpul di sini bersama penuh kebahagiaan.Kasus pembunuhan kak Ayana dan Rizka sudah ditutup, saat yang menjadi tersangka Mbak Alana sudah mendapatkan ganjaran terlebih dahulu atas perbuatannya.Hal-hal ghaib yang sengaja disembunyikan oleh Mbak Alana akhirnya dikeluarkan dari rumah lama kami dengan bantuan pak Ustaz.****Tiga Bulan Kemudian Akhirnya aku merasakan sesuatu pada jalan lahirku."Mas, perutku sangat
Arkan dan Alina tak bisa menyembunyikan rasa terkejut saat mereka menyaksikan kematian Alana yang begitu tragis di hadapan mereka. Batu ghaib yang selama ini dibawa oleh Alana, ternyata mempunyai kekuatan supranatural yang kerap kali membuat keanehan terjadi di rumah Arkan. Setelah berhasil menyelamatkan Alina, segera Arkan menghubungi Pak Miko untuk segera datang ke tempat kejadian. Di sana, Arkan menjelaskan dengan detail bagaimana kejadian tragis tersebut terjadi, merasa bersalah dan ingin menegaskan bahwa ini bukan salah siapa-siapa. Begitu banyak perasaan yang ingin ia ungkapkan. namun rasa haru sudah menghalangi kata-kata itu keluar. Arkan lantas mengajak Alina ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kesehatannya dan juga calon bayi yang ada di dalam kandungannya. Hatinya sedikit lega melihat Alina masih bisa tersenyum walaupun sedih. "Semuanya sudah berakhir, kita sudah melewati ini bersama-sama, Alina," ucap Arkan dengan wajah penuh bahagia. Arkan merasa bersyukur bahwa m
Alana merasa mendapatkan kekuatan baru dalam dirinya setelah batu ghaib yang selama ini ia bawa mulai memberikan pengaruh tak terduga. Seolah-olah ada dorongan besar dari dalam diri untuk mencari sasaran baru. Alana berjalan menuju sebuah parkiran yang agak sepi. Di sana, tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki yang tampak hendak masuk ke dalam mobilnya. Melihat kecantikan Alana yang luar biasa, seketika lelaki itu pun melupakan rencananya untuk masuk ke dalam mobilnya, dan bergegas mendekati Alana, mencoba untuk berkenalan dengan dirinya. "Apakah dia sudah mulai tertarik kepada diriku, sehingga dia datang mendekati diriku?" batin Alana, merasa senang karena akan ada yang menjadi mangsanya.Entah mengapa, pada saat itu Alana merasa ada sesuatu yang berbeda. Sesosok makhluk ghaib seakan berkumpul di dalam tubuhnya, memberikan semacam keberanian dan kekuatan yang misterius. Lelaki itu tampak tersenyum mesum ke arahnya sambil bertanya, "Mbak, mau kemana? Apa boleh aku antarkan
Rencana jahat Mbak Alana ternyata gagal, semua berkat Mas Arkan yang secara kebetulan mengangkat teleponku dan berhasil melacak keberadaanku melalui jaringan seluler. Entah mengapa, saat itu ada perasaan lega sekaligus rasa khawatir yang menghantui pikiranku, beruntunglah Mas Arkan akhirnya datang tepat waktu dan segera menolongku.Sementara itu, Mas Arkan mengejar Mbak Alana dan berteriak memanggil Mbak Alana yang mencoba melarikan diri dari sini."Alana! Jangan lari!" teriak Mas Arkan, menghentikan mbak Alana yang semakin melangkahkan kakinya jauh.Tak lama kemudian, terdengar langkah kakinya yang semakin mendekat, dan ternyata itulah Mas Arkan, yang kembali ke pondok setelah gagal mengejar Mbak Alana."Kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Arkan dengan wajah cemas sekaligus lega, sambil segera membuka ikatan tanganku. "Aku baik-baik saja, Mas. Tapi, tolong bantu Pak Dwi," pintaku sembari merasakan napas yang terengah-engah, dan mulai turun dari ranjang bambu tempatku terikat. Dengan sig
Sepanjang jalan aku mulai banyak berpikir tentang keadaan Alina. Entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? gumamku dalam hati.Aku sangat mencemaskan Alina, ingin rasanya aku segera sampai di sana.Beberapa saat kemudian handphone milikku berdering kembali.KringSegera aku memasang bluetooth di telingaku dan mendengar teriakan Alina yang saat itu terdengar memilukan.***Aku terseret dengan kasar oleh Mbak Alana, ke arah suatu tempat yang tak aku kenal. Hatiku berdebar kencang saat kami semakin dalam memasuki hutan dan akhirnya sampai di sebuah pondok tua yang tampak terlantar.Saat itulah, pikiranku berlari cepat mencari cara untuk menyelamatkan diri.Aku mengumpulkan keberanian saat Mbak Alana lengah membuka pintu pondok itu.Tangan ku bergetar, saat aku terburu-buru mengambil ponsel dalam tas milikku, tapi akhirnya aku berhasil menggenggam ponsel dan menekan nomor Mas Arkan, yang sudah aku simpan dalam mode speed dial."Ya Allah, semoga
Aku terkejut saat mendengar apa yang diungkapkan oleh Mbak Alana. Sebuah perasaan takut dan panik mulai merayapi hatiku kala mendengar apa yang dikatakan oleh Mbak Alana."Apa maksudmu, Mbak? Apakah ini sengaja kau rencanakan?" tanyaku dengan suara gemetar dan tubuh yang bergetar.Mbak Alana terdiam, wajahnya tertunduk, tapi ada senyuman tipis di sudut bibirnya yang terlihat.Saat itulah aku merasa ada sesuatu yang aneh di sekitarku, seperti adanya suatu kehadiran yang tidak biasa. Angin bertiup kencang, menggetarkan jendela mobilku, seolah menegaskan kekhawatiranku. Bulu kudukku berdiri, ketakutan mulai menguasai pikiranku."Apakah ini sebuah pertanda ada makhluk lain di sini? Apakah ada sesuatu yang ingin memberitahuku lewat angin ini?" batinku, sementara aku merasa semakin kalut dengan situasi yang terjadi. Aku mencoba merenung sejenak, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana aku harus menghadapinya. Tak ada yang lebih penting bagi ku saat ini selain menenangkan dir
Mendengar rintihan Mbak Alana, seketika hatiku merasa iba padanya. Aku pun langsung menolong Mbak Alana yang saat itu sedang duduk kesakitan. Tanpa menaruh curiga, aku membantunya berdiri dan menanyakan keadaannya. "Mbak Alana, apa kamu baik-baik saja, Mbak?" tanyaku dengan menatap wajah Mbak Alana yang saat itu berpura-pura kesakitan. "Bawa aku ke rumah sakit saja, aku sudah tidak tahan, ini sakit sekali, aku bisa mati di sini jika kau tidak membantuku membawa ke rumah sakit" rintihnya dengan berpura-pura menahan rasa sakit yang luar biasa. Aku saat itu sempat berpikir, apakah aku seharusnya mengikuti ucapan Alana atau tidak? Mengingat saat itu di rumah dalam keadaan sepi dan semua orang sedang pergi sebentar. "Ya Allah, aku bingung. Haruskah aku membantunya pergi ke rumah sakit?" gumamku dalam hati, sambil mencoba menilai apakah ini sebuah situasi yang cukup genting untuk aku turut campur. Aku merasa perlu untuk menolong mbak Alana, tapi di sisi lain, aku juga tidak ingin meng
Alina terdiam, menahan perasaan yang bergolak dalam dadanya. Ia tahu bahwa Arkan, suaminya, hanya mencoba untuk memancing jawaban darinya. Namun, seolah-olah Arkan telah memahami isi hatinya tanpa harus Alina ungkapkan."Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu, Mas?" ujar Alina dengan mencebikkan bibirnya, berusaha menutupi rasa cemburunya."Bukankah kamu sendiri sudah tahu bagaimana perasaanku, Mas?" Arkan tersenyum sedikit, seolah mengerti apa yang tengah Alina rasakan."Aku tahu kamu cemburu, Alina. Maafkan aku jika aku sudah menyinggung perasaanmu," ucapnya lembut, matanya menatapku hangat wajah Alina. "Ada apa, kok kamu mencariku?" Merasa tersentuh dengan perhatian suaminya, Alina terpaksa mengungkapkan kegelisahan yang menghantui hatinya."Aku hanya... mengkhawatirkan dirimu, Mas," ungkapnya dengan tatapan gelisah.Arkan menatap tenang, sambil mendengarkan legelisahan yang dirasakan oleh istrinya."Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering merasa tak tenang, seperti ada bayangan bur
Aku terkesiap saat mendengar ucapan Mas Arkan. Entah mengapa, saat itulah aku merasakan ada suatu keanehan, seperti Mas Arkan sedang berusaha mengurungku di sini."Apakah dia benar-benar sengaja melarangku pergi?" gumamku dalam hati, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kamu melarangku pergi, Mas?" tanyaku, menatap wajah suamiku yang terlihat marah. "Apa yang membuatmu sampai seperti ini? Apa salahku, hingga Mas Arkan melarangku untuk pergi?" tanyaku dengan wajah mulai menuntut jawabannya."Iya, aku melarangmu pergi! Sebaiknya kau tetap tinggal di sini dan jangan pernah coba-coba untuk pergi tanpa seijinku. Aku akan memerintahkan anak buahku untuk mengawasi dirimu, Alana," tegas Mas Arkan.Aku merasa keberatan dengan ucapan Mas Arkan. Di benakku, muncul pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawabannya."Mengapa dia ingin mengurungku? Apakah ini karena rasa cemburu atau mungkin ada alasan lain? Atau mungkin ini berkaitan dengan kasus yang kini membelitku? Tapi buk