"Ayana, kau harus memberitahukan kepada Keluargamu, bahwa kami akan melamarmu. Apa kau mengerti?" ucap mama Arkan dengan tatapan penuh intimidasi.
Ayana terdiam dan terus mengangguk saja. Ayana terlihat seperti tertekan dengan intimidasi yang dilakukan oleh mama Arkan, hingga membuat Arkan menaruh curiga."Iya Bu," jawabnya dengan nada ketakutan.Ketika mereka sudah berada tepat di depan pintu rumahnya, segera Ayana mengetuk pintu rumah tersebut.TokTokTok"Bi, bibi Mila, buka pintunya," panggil Ayana.Tak lama kemudian seorang wanita kini telah keluar dari dalam rumahnya dan membukakan pintu untuk mereka.Terlihat bibi Ayana sangat terkejut melihat kedatangan Arkan dan mamanya bersama dengan keponakannya."Ayana, siapa mereka?" tanya bibi Mila dengan wajah herannya."Bi, peekenalkan beliau adalah pemilik yayasan sekolah tempat Ayana bekerja, namanya Bu Elly dan di samping beliau adalah putranya namanya Pak Arkan," jelas Ayana.Bibi Milapun tersenyum dan menyambut kehadiran mereka dan saling berjabatan tangan."Oh iya, nama saya Mila, saya adalah Bibi dari Ayana, mari silahkan masuk." Sambutnya dengan mempersilahkan kedua tamu itu masuk kedalam rumahnya.Elly dan Arkanpun masuk ke dalam rumah Ayana setelah bibi Mila mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumahnya."Mari silahkan duduk." Ucap bibi Mila dengan mempersilahkan mereka duduk."Terima kasih." Jawab Bu Elly dengan Arkan lalu mereka saat ini mulai duduk di atas kursi sofa."Ayana, kamu buatkan minuman dan bawakan cemilan di dapur," titah bibi Mila kepada Ayana.Ayana lantas mengangguk dan langsung bergegas menuju ke arah dapur untuk membuatkan minuman dan mempersiapkan cemilan yang akan disuguhkan untuk kedua tamu yang saat ini sedang duduk di ruang tamu."Maaf kalian siapa?" tanya Bibi Mila penasaran."Perkenalkan Nama saya Elly, saya adalah Mama Arkan, kedatangan kami kesini untuk melamar keponakanmu untuk menjadi istri dari putraku," ucap mama Elly.Bibi Mila langsung terkejut dan tak percaya jika kedatangan mereka tiba-tiba datang ke sini untuk melamar keponakannya."A-apa? Melamar keponakan saya? Ibu tidak main-mainkan?" tanya bibi Elly dengan wajah bingungnya."Saya tidak pernah main-main, dan saya ke sini memang benar-benar serius melamar keponakan ibu Mila," jawab mama Elly."Kenapa begitu mendadak? Bahkan keponakan saya tidak pernah berbicara dengan saya tentang hal ini," balas bibi Mila."Memang ini begitu mendadak, tapi Ibu tidak usah khawatir, pernikahan ini resmi dan tidak dibawah tangan. Dia akan menjadi menantu sekaligus istri dari keluarga Alvendra.""Tapi kenapa begitu cepat? Apa saat ini Ayana ...." bibi Mila tak melanjutkan ucapannya.Tak lama kemudian Ayana keluar dari dalam dapur dengan membawa cemilan, ia lalu menyahuti ucapan bibinya."Ayana tidak hamil dan Ayana memang bersedia untuk menerima lamaran dari keluarga Bu Elly. Ayana sudah cukup umur untuk menikah, sudah seharusnya Ayana tidak merepotkan Bibi lagi." Sahut Ayana dengan meletakkan cemilan dan minuman di atas meja.Bibi Mila terkejut dengan penuturan keponakannya waktu itu."Tapi, kita belum mengenal keluarga mereka, bagaimana kau seyakin itu?""Bibi tidak usah khawatir, mereka dari keluarga baik-baik, Ayana pasti bahagia nanti setelah menikah," Ayana berusaha untuk meyakinkan bibi Mila."Apa yang dikatakan oleh Ayana itu benar, kamu tudak perlu khawatir tentang seluk beluk keluarga kami. Kami dari keluarga baik-baik dan dari kalangan orang terpandang di kota ini, Aku sudah cukup lama mengenal Ayana karena dia bekerja menjadi guru di salah satu yayasan milikku," sahut mama Elly."Aku ingin menjadikan keponakanmu sebagai menantu di keluargaku, tentunya aku berharap agar Ayana bisa memberikan keturunan bagi putraku," lanjut ucapan mama Elly."Maaf Bu, setiap orang memang memiliki harapan untuk itu. Namun, seandainya Ayana tidak bisa memberikan keturunan, bagaimana?" tanya bibi Mila dengan wajah cemasnya."Maka saya akan merelakan Mas Arkan untuk menikah dengan wanita lain agar bisa mendapatkan keturunan." Sahut Ayana dengan menggenggam erat ujung pakaiannya.DegArkan dan bibi Milapun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ayana, mereka tak percaya jika Ayana memiliki pemikiran itu."Apa? Kau akan merelakan shamimu menikah lagi? Apa kau sudah gila?" ucap bibi Mila tidak percaya."Bibi tidak usah khawatir, aku yakin jika Mas Arkan akan berlaku Adil, tapi Ayana yakin bisa memberikan keturunan untuk keluarga Alvendra." Balas Ayana dengan memegang tangan bibi Mila."Ibu Mila jangan khawatir, Ayana akan tetap menjadi istri putraku dan tetap menjadi menantu di dalam keluarga kami, jadi saya mohon Ibu Mila menerima lamaran kami, kami berjanji akan menjaga keponakan Ibu dengan baik," mama Elly menimpali.Bibi Mila sedikit ragu akan hal itu, ia lalu melihat wajah keponakannya yang saat ini menatap dirinya penuh harap."Tapi ....," ucap bibi Mila terpotong."Tidak usah ragu Bi, Ayana yakin dengan keputusan Ayana. Ayana sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri, aku mohon restui kami," Ayana berusaha meyakinkan bibi Mila.Bibi Mila berpikir sejenak sebelum dia menentukan sikapnya."Baiklah, jika ini adalah keputusanmu maka aku akan merestui kalian," balas bibi Mila.Ayana tersenyum lalu memeluk tubuh bibi Mila. Sementara itu, mama Elly tampak tersenyum penuh kemenangan ketika bibi Mila pada akhirnya menerima keputusan menikahkan keponakannya dengan putranya.Saat ini, sengaja Ayana tidak menceritakan kepada bibinya tentang dirinya yang akan menjadi istri muda Arkan.Bu Elly lalu memberikan uang panai untuk meamar Ayana, sedangkan mahar sudah disiapkan oleh Arkan untuk menikah dengan Ayana nantinya.Kedua keluarga kini membicarakan tentang tanggal pernikahan yang akan dilaksanakan minggu depan.Bibi Mila terkejut saat itu. Namun, kembali Ayana menjelaskan kepada bibi Mila kenapa pernikahannya begitu mendadak, akhirnya bibi Mila menerima alasan Ayana mengapa pernikahan mereka harus mendadak.Setelah percakapan itu, akhirnya keluarga Bu Elly berpamitan untuk pulang..Saat malam tiba, bibi Mila akhirnya menceritakan tentang lamaran dan rencana pernikahan Ayana kepada suaminya.Sempat paman Ayana terkejut dan curiga. Namun, Ayana dan bibi Mila akhirnya menceritakan semuanya hingga pamannya pun merestuinya.Ayana memberitahukan nenek dan adiknya bahwa minggu ini dirinya akan menikah. Namun adik Ayana tidak bisa hadir karena sedang ujian kelulusan. "Selamat ya Kak, aku senang akhirnya Kakak menikah dan menemukan jodoh di sana." "Sama-sama, Alin. Jika ada waktu untuk datang kemari, kabari Kakak, nanti aku akan mengenalkanmu dengan suami Kak Aya," balas Ayana di balik selulernya."Apa dia sangat tampan?" tanya Alina penasaran."Sangat tampan, kau bisa terkesima saat melihat wajahnya.""Ohya? Tidak mungkin aku akan terkesima dengan Kakak iparku," balas Alina."Mungkin saat ini memang iya, tapi kau akan jatuh cinta setelah kau melihatnya," balas Ayana dengan terkekeh.DegEntah menagapa saat itulah ada desiran aneh dalam hati Alina ketika Ayana menceritakan tentang sosok suaminya, rasa penasarannya yang akhirnya nanti menuntunnya untuk mempertemukan dirinya dengan kakak iparnya. Namun, dalam kondisi yang berbeda.BersambungSaat Arkan melamar Ayana, sungguh dirinya merasakan debaran jantungnya berdegup kencangnya, apalagi saat dia harus menjelaskan kepada bibi Mila yang saat ini tengah mengintrogasinya. Tentunya sebagai seorang bibi yang merawat Ayana sejak kecil, pasti akan memiliki hati was-was, ketika Arkan dan mamanya melamar Ayana sebagai Istri kedua Arkan.Setelah Mama Arkan menjelaskan dan meyakinkan bibi Mila, bahwa mereka tak akan menyakiti keponakannya, akhirnya bibi Mila merestui dan menerima lamaran Arkan kepada Ayana, walaupun saat itu terjadi perdebatan yang pelik diantara mereka bertiga."Baiklah kalau kita sudah sama-sama setuju, aku akan menikahkan mereka minggu depan," ucap mama Arkan dengan nada penuh ketegasan.DegJantung Ayana mulai berdegub begitu kencang, tak disangka jika mama Akan hanya memberikan jarak seminggu untuk menikah dengan putranya yang baru dikenalnya hari ini.Ayana sedikit frustasi saat mendengar keputusan mama Elly yang dinilainya terburu-buru untuk menikahkan mere
Alana zaelanty, itulah nama istri Arkan dengan latar belakang orang tua yang tak diketahui karena kedua orang tuanya telah tega menitipkan Alana sejak bayi di Panti Asuhan ini.Sejak kecil hingga besar Alana tinggal di panti asuhan tanpa ada orang yang mau mengadopsi dirinya sebagai anak asuh.Sungguh saat itu Alana sangat iri dengan teman-temannya yang dengan mudahnya mendapatkan orang tua baru dan tinggal di tempat yang layak. Entah apa yang salah pada dirinya hingga tak satupun ada calon orang tua yang mau mengadopsi Alana, padahal dia gadis yang cantik dan pandai.Alanapun menerima ini dengan lapang dada hingga suatu hari Alana tak sengaja bertemu dengan seorang wanita tua misterius yang mengatakan kalau dia akan menikah dengan lelaki kaya raya dan mencintainya. Namun, Alana memiliki satu kutukan jika Alana mengingankan hal itu Alana tidak akan pernah memiliki keturunan.Mendengar itu Alana sangat senang dan menaruh harapan jika semuanya itu akan terjadi. Tapi diapun harus mengor
Seminggu KemudianSungguh Ayana tak pernah menyangka jika saat ini dirinya akan menikah dengan Arkan, bukan dengan Azriel seperti yang diidamkan olehnya sejak lama.Selama seminggu sejak Arkan melamar dirinya, Arkan tak pernah sekalipun bertemu atau berkomunikasi dengannya walau hanya sekedar bertanya apa kabarnya.Arkan terkesan tidak mempedulikan dengan kabar calon madu Alana saat ini.Arkan selalu sibuk dengan Istrinya yakni Alana yang saat ini terpaksa harus menerima kenyataan pahit harus berbagi suami dengan wanita lain karena mama Arkan yang menuntut dirinya menikahi wanita pilihannya untuk segera memiliki keturunan.Alana terlihat bersedih saat itu. Namun, sebisa mungkin dia sembunyikan kesedihannya dari Arkan yang segera memasuki kehidupan barunya dengan madunya.Alana terlihat memaksakan senyumannya tatkala dia merapikan jas putih yang dikenakan oleh Arkan saat ini."Alana, Maafkan aku," ucap Arkan dengan nada penuh penyesalan."Tak usah meminta maaf Mas, aku baik-baik saja."
Flashback On"Anakku Arkana Alvarendra harus menikah dengan seorang wanita yang baik, aku harus mencarinya segera, aku tak ingin Menantu sialan itu, akan terus-terusan meracuni pikiran Putraku, untuk menerimanya tanpa memberikan keturunan." Tutur mama EllyMama Elly lalu berjalan menuju sebuah Sekolahan milik Yayasan keluarga Alvarendra yang saat ini telah dikelolanya.Sekolahan cukup luas dan sangat besar itu, menjadi Sekolah Favorit bagi kalangan orang berduit dan anak yang berprestasi.Sekolah Yang sudah didirikan semenjak 25 tahun yang lalu mampu berdiri kokoh dan bersaing dengan sekolah swasta dan sekolah negri yang lain. Tentu tidak main-main untuk mendatangkan pengajar yang kompeten dan berprestasi dari lulusan yang terbaik Universitas di mana mereka dulu menimbah Ilmunya, tak terkecuali Ayana Ameca.Meski Ayana Ameca dari keluarga tidak mampu, tapi berkat otak cerdasnya dia mampu kuliah hingga lulus S1 dengan beasiswa yang dia dapatkan karena prestasinya yang luar biasa.Namun
Mama Arkan mulai memaksanya untuk masuk ke dalam kamar yang sudah dipersiapkan olehnya sebelumnya.Arkan benar-benar sangat gugup dan bingung ketika dia melihat Ayana sudah berada di dalam kamar tersebut, dan masih menggunakan kebaya yang dia pakai saat acara akad nikah tadi."Mom, buka pintunya! Kenapa Mama mengunciku dari luar?" rengek Arkan dengan menggedor pintu kamarnya."Jangan bicara, Arkan! Mama sengaja mengincinu dari luar, agar kalia bisa malam pertama tanpa ada gangguan dari istri pertamamu," balas mama Elly dari luar pintunya."Apa? Mama sengaja melakukan ini semua? Please Ma, jangan memaksaku untuk melakukan ini," tolak Arkan mendengus sebal."Sebaiknya kau lakukan sekarang! Atau aku tidak akan pernah mengijinkan dirimu tidur dengan istri pertamamu, Arkan," ancamnya lalu segera pergi meninggalkan tempat tersebut.Arkan semakin gusar, ia benar-benar bingung harus melakukan apa di kamar ini bersama dengan istri barunya.Beberapa menit kemudian, Ayana terlihat mendekat ke ar
Esok paginya Arkan terbangun dan dia terkejut ketika melihat ke arah sampingnya, melihat Ayana sedang tertidur disampingnya dan terlihat kulit putihnya yang saat itu tidak tertutup selimut. Arkan masih merasakan kepalanya terasa berat kala ia belum mampu untuk mengingat apa yang terjadi dengan dirinya kemarin malam.Sejenak dia merasakan tubuhnya terasa sedikit dingin, kala suhu AC itu sudah mulai menusuk kulitnya.Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat tubuhnya tampak polos dan sekilas melihat tubuh Alissya yang tak mengenakan sehelai kain benang pun di sana."Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi denganku?" gumam Arkan dengan menjambak rambutnya sendiri.Arkan berusaha mengingat kembali malam pertamanya dengan Ayana yang mereka lewati begitu indah. Namun, saat itu dia mengira melakukan semua itu dengan Alana.Tak lama kemudian, dia merasakan geliat Ayana saat ia hendak terbangun dari tidurnya. Beberapa menit kemudian Ayana rasakan tubuhnya terasa pegal dan sakit pada area intimnya.
Arkan berlari mengejar Alana yang sudah tidak mau mendengar penjelasan Arkan terlebih dahulu.Saat Alana berjalan menuju ke arah dapur, Arkan segera menghampiri Alana dan menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan dan juga Ayana."Sayang ..., Sayang ..., dengarkan aku, kau jangan marah seperti ini, aku akan jelaskan kepadamu, semalam aku dijebak sama mamaku, minumanku ditaruh obat perangsang oleh mama, aku benar-benar tidak tau apa yang terjadi dengan Ayana semalam, hingga kami melakukan itu," Arkan berusaha menjelaskan kepada Ayana tentang apa yang terjadi dengan dirinya waktu itu."Kau bohong Mas, katanya tidak ada wanita yang sanggup menggantikan aku, tapi nyatanya kau sendiri sudah menduakan aku, kau telah tidur dengan wanita itu," ucapnya dengan nada mulai marah.Arkan mulai frustasi ketika Alana terus merajuk dan menanyalahkan dirinya.Saat Alana sudah mulai tenang, kini tiba-tiba mama Elly datang dengan menggandeng Alana menuju ke arah mereka berdua."Arkan, kenapa kau ada
Dengan perasaan kecewa, Alana lalu membawa secangkir kopi yang dibuatkan itu di meja makan lalu dia meletakkan kopi itu atas meja makan.Tak ada seseorang di sana, ia sengaja meletakkan kopi itu di meja makan Arkan agar tidak ada yang membuang kopi yang masih utuh tersebut.Alana lalu bergegas menuju ke arah kamarnya untuk membantu Arkan mengenakan dasi yang dikenakan oleh suaminya di dalam kamar.Sementara itu, Ayana dan ibu Elly terlihat sudah kembali ke arah dapurnya, mereka yang tadinya sedang mengambil sesuatu di gudang penyimpanan bahan makanan kini sudah kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya .Saat Ayana menyiapkan masakan yang sudah jadi di atas meja makan, ia melihat secangkir kopi hitam pekat yang sudah dingin di atas meja makan Arkan.Ia tau jika kopi yang sudah dingin tidak bagus untuk lambung hingga dia berinisiatif untuk membuang kopi tersebut dan menggantinya dengan dengan kopi yang baru."Kopi siapa itu, Ayana?" tanya mama Elly saat memperhatikan kopi yang ada d
Setelah pemakaman Mbak Alana, kami pun mulai menjalani kehidupan normal seperti biasanya.Aku dan keluarga Mas Arkan memutuskan untuk menghibahkan rumah itu untuk dijadikan panti asuhan.Setelah itu, kami memutuskan untuk tinggal bersama menempati rumah baru kami yang cukup besar dan luas di pusat kota.Kehidupan kami pun sangat bahagia dan aku pun menunggu kelahiran anak kami yang pertama, tiga bulan lagi.Saat ini kami sedang melakukan tingkepan atau tujuh bulanan di rumah baru kami sekalian syukuran menempati rumah kami yang baru Aku sangat senang saat semua keluarga berkumpul di sini bersama penuh kebahagiaan.Kasus pembunuhan kak Ayana dan Rizka sudah ditutup, saat yang menjadi tersangka Mbak Alana sudah mendapatkan ganjaran terlebih dahulu atas perbuatannya.Hal-hal ghaib yang sengaja disembunyikan oleh Mbak Alana akhirnya dikeluarkan dari rumah lama kami dengan bantuan pak Ustaz.****Tiga Bulan Kemudian Akhirnya aku merasakan sesuatu pada jalan lahirku."Mas, perutku sangat
Arkan dan Alina tak bisa menyembunyikan rasa terkejut saat mereka menyaksikan kematian Alana yang begitu tragis di hadapan mereka. Batu ghaib yang selama ini dibawa oleh Alana, ternyata mempunyai kekuatan supranatural yang kerap kali membuat keanehan terjadi di rumah Arkan. Setelah berhasil menyelamatkan Alina, segera Arkan menghubungi Pak Miko untuk segera datang ke tempat kejadian. Di sana, Arkan menjelaskan dengan detail bagaimana kejadian tragis tersebut terjadi, merasa bersalah dan ingin menegaskan bahwa ini bukan salah siapa-siapa. Begitu banyak perasaan yang ingin ia ungkapkan. namun rasa haru sudah menghalangi kata-kata itu keluar. Arkan lantas mengajak Alina ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kesehatannya dan juga calon bayi yang ada di dalam kandungannya. Hatinya sedikit lega melihat Alina masih bisa tersenyum walaupun sedih. "Semuanya sudah berakhir, kita sudah melewati ini bersama-sama, Alina," ucap Arkan dengan wajah penuh bahagia. Arkan merasa bersyukur bahwa m
Alana merasa mendapatkan kekuatan baru dalam dirinya setelah batu ghaib yang selama ini ia bawa mulai memberikan pengaruh tak terduga. Seolah-olah ada dorongan besar dari dalam diri untuk mencari sasaran baru. Alana berjalan menuju sebuah parkiran yang agak sepi. Di sana, tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki yang tampak hendak masuk ke dalam mobilnya. Melihat kecantikan Alana yang luar biasa, seketika lelaki itu pun melupakan rencananya untuk masuk ke dalam mobilnya, dan bergegas mendekati Alana, mencoba untuk berkenalan dengan dirinya. "Apakah dia sudah mulai tertarik kepada diriku, sehingga dia datang mendekati diriku?" batin Alana, merasa senang karena akan ada yang menjadi mangsanya.Entah mengapa, pada saat itu Alana merasa ada sesuatu yang berbeda. Sesosok makhluk ghaib seakan berkumpul di dalam tubuhnya, memberikan semacam keberanian dan kekuatan yang misterius. Lelaki itu tampak tersenyum mesum ke arahnya sambil bertanya, "Mbak, mau kemana? Apa boleh aku antarkan
Rencana jahat Mbak Alana ternyata gagal, semua berkat Mas Arkan yang secara kebetulan mengangkat teleponku dan berhasil melacak keberadaanku melalui jaringan seluler. Entah mengapa, saat itu ada perasaan lega sekaligus rasa khawatir yang menghantui pikiranku, beruntunglah Mas Arkan akhirnya datang tepat waktu dan segera menolongku.Sementara itu, Mas Arkan mengejar Mbak Alana dan berteriak memanggil Mbak Alana yang mencoba melarikan diri dari sini."Alana! Jangan lari!" teriak Mas Arkan, menghentikan mbak Alana yang semakin melangkahkan kakinya jauh.Tak lama kemudian, terdengar langkah kakinya yang semakin mendekat, dan ternyata itulah Mas Arkan, yang kembali ke pondok setelah gagal mengejar Mbak Alana."Kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Arkan dengan wajah cemas sekaligus lega, sambil segera membuka ikatan tanganku. "Aku baik-baik saja, Mas. Tapi, tolong bantu Pak Dwi," pintaku sembari merasakan napas yang terengah-engah, dan mulai turun dari ranjang bambu tempatku terikat. Dengan sig
Sepanjang jalan aku mulai banyak berpikir tentang keadaan Alina. Entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? gumamku dalam hati.Aku sangat mencemaskan Alina, ingin rasanya aku segera sampai di sana.Beberapa saat kemudian handphone milikku berdering kembali.KringSegera aku memasang bluetooth di telingaku dan mendengar teriakan Alina yang saat itu terdengar memilukan.***Aku terseret dengan kasar oleh Mbak Alana, ke arah suatu tempat yang tak aku kenal. Hatiku berdebar kencang saat kami semakin dalam memasuki hutan dan akhirnya sampai di sebuah pondok tua yang tampak terlantar.Saat itulah, pikiranku berlari cepat mencari cara untuk menyelamatkan diri.Aku mengumpulkan keberanian saat Mbak Alana lengah membuka pintu pondok itu.Tangan ku bergetar, saat aku terburu-buru mengambil ponsel dalam tas milikku, tapi akhirnya aku berhasil menggenggam ponsel dan menekan nomor Mas Arkan, yang sudah aku simpan dalam mode speed dial."Ya Allah, semoga
Aku terkejut saat mendengar apa yang diungkapkan oleh Mbak Alana. Sebuah perasaan takut dan panik mulai merayapi hatiku kala mendengar apa yang dikatakan oleh Mbak Alana."Apa maksudmu, Mbak? Apakah ini sengaja kau rencanakan?" tanyaku dengan suara gemetar dan tubuh yang bergetar.Mbak Alana terdiam, wajahnya tertunduk, tapi ada senyuman tipis di sudut bibirnya yang terlihat.Saat itulah aku merasa ada sesuatu yang aneh di sekitarku, seperti adanya suatu kehadiran yang tidak biasa. Angin bertiup kencang, menggetarkan jendela mobilku, seolah menegaskan kekhawatiranku. Bulu kudukku berdiri, ketakutan mulai menguasai pikiranku."Apakah ini sebuah pertanda ada makhluk lain di sini? Apakah ada sesuatu yang ingin memberitahuku lewat angin ini?" batinku, sementara aku merasa semakin kalut dengan situasi yang terjadi. Aku mencoba merenung sejenak, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana aku harus menghadapinya. Tak ada yang lebih penting bagi ku saat ini selain menenangkan dir
Mendengar rintihan Mbak Alana, seketika hatiku merasa iba padanya. Aku pun langsung menolong Mbak Alana yang saat itu sedang duduk kesakitan. Tanpa menaruh curiga, aku membantunya berdiri dan menanyakan keadaannya. "Mbak Alana, apa kamu baik-baik saja, Mbak?" tanyaku dengan menatap wajah Mbak Alana yang saat itu berpura-pura kesakitan. "Bawa aku ke rumah sakit saja, aku sudah tidak tahan, ini sakit sekali, aku bisa mati di sini jika kau tidak membantuku membawa ke rumah sakit" rintihnya dengan berpura-pura menahan rasa sakit yang luar biasa. Aku saat itu sempat berpikir, apakah aku seharusnya mengikuti ucapan Alana atau tidak? Mengingat saat itu di rumah dalam keadaan sepi dan semua orang sedang pergi sebentar. "Ya Allah, aku bingung. Haruskah aku membantunya pergi ke rumah sakit?" gumamku dalam hati, sambil mencoba menilai apakah ini sebuah situasi yang cukup genting untuk aku turut campur. Aku merasa perlu untuk menolong mbak Alana, tapi di sisi lain, aku juga tidak ingin meng
Alina terdiam, menahan perasaan yang bergolak dalam dadanya. Ia tahu bahwa Arkan, suaminya, hanya mencoba untuk memancing jawaban darinya. Namun, seolah-olah Arkan telah memahami isi hatinya tanpa harus Alina ungkapkan."Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu, Mas?" ujar Alina dengan mencebikkan bibirnya, berusaha menutupi rasa cemburunya."Bukankah kamu sendiri sudah tahu bagaimana perasaanku, Mas?" Arkan tersenyum sedikit, seolah mengerti apa yang tengah Alina rasakan."Aku tahu kamu cemburu, Alina. Maafkan aku jika aku sudah menyinggung perasaanmu," ucapnya lembut, matanya menatapku hangat wajah Alina. "Ada apa, kok kamu mencariku?" Merasa tersentuh dengan perhatian suaminya, Alina terpaksa mengungkapkan kegelisahan yang menghantui hatinya."Aku hanya... mengkhawatirkan dirimu, Mas," ungkapnya dengan tatapan gelisah.Arkan menatap tenang, sambil mendengarkan legelisahan yang dirasakan oleh istrinya."Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering merasa tak tenang, seperti ada bayangan bur
Aku terkesiap saat mendengar ucapan Mas Arkan. Entah mengapa, saat itulah aku merasakan ada suatu keanehan, seperti Mas Arkan sedang berusaha mengurungku di sini."Apakah dia benar-benar sengaja melarangku pergi?" gumamku dalam hati, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kamu melarangku pergi, Mas?" tanyaku, menatap wajah suamiku yang terlihat marah. "Apa yang membuatmu sampai seperti ini? Apa salahku, hingga Mas Arkan melarangku untuk pergi?" tanyaku dengan wajah mulai menuntut jawabannya."Iya, aku melarangmu pergi! Sebaiknya kau tetap tinggal di sini dan jangan pernah coba-coba untuk pergi tanpa seijinku. Aku akan memerintahkan anak buahku untuk mengawasi dirimu, Alana," tegas Mas Arkan.Aku merasa keberatan dengan ucapan Mas Arkan. Di benakku, muncul pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawabannya."Mengapa dia ingin mengurungku? Apakah ini karena rasa cemburu atau mungkin ada alasan lain? Atau mungkin ini berkaitan dengan kasus yang kini membelitku? Tapi buk