Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Zaki melangkah mundur dari sepatu yang telah diperbaiki. Gangster itu tertawa dan berkata, "Bagus! Kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik, kakek. Sekarang jangan khawatir, keamananmu terjamin di sini."Meskipun didesak dengan ucapan tersebut, Zaki tetap diam dan tenang, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. Dia menyadari bahwa menunjukkan ketakutan hanya akan memberi kekuatan pada para gangster, sehingga dia memilih untuk tetap teguh dan tenang dalam situasi yang sulit seperti ini. Setelah para gangster pergi, Zaki melihat sekeliling kiosnya dengan hati-hati, memastikan bahwa tidak ada ancaman yang masih mengintai. Setelah yakin bahwa jalanan sudah aman, dia mulai membereskan kiosnya, menyusun kembali peralatan dan perbaikan sepatu yang sudah selesai. Dalam keheningan malam, dia menutup kiosnya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke kontrakannya. Meskipun kejadian tadi meninggalkan kesan yang tak menyenangkan, Zaki tetap tenang dan tidak a
Lalu di malam hari, zaki memutuskan untuk tutup dulu lebih awal dan tidak akan mengikuti acara kebersamaan di pasar. Zaki merasa tidak nyaman setelah kejadian tadi dengan gengster, maka zaki memutuskan untuk kembali ke kontrakannya. Setibanya di kontrakannya, Zaki merasa lega dapat kembali ke lingkungan yang lebih tenang dan aman. Namun, pikirannya masih dipenuhi oleh peristiwa yang baru saja terjadi. Dia duduk di kursi kayu kecil di sudut ruangan, membiarkan pikirannya melayang ke arah yang berbeda."Dulu aku berusaha meninggalkan kekerasan dan dunia gengster untuk menemukan kedamaian," gumam Zaki dalam hati. "Tapi sepertinya, masa lalu itu selalu menghantuiku."Dia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikirannya yang kacau. Namun, bayangan gengster yang menakutkan terus menghantuinya. "Apakah aku harus tetap diam dan terus menyembunyikan identitasku, ataukah aku harus berani menghadapi masa laluku?"Dalam keheningan malam, Zaki memutuskan untuk memikirkan keputusannya den
Lalu saat itu, Cakra sambil duduk di tengah-tengah ruangan yang gelap, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi keganasan dan kekuasaan. Dia memanggil Bani, tangan kanannya yang setia, bersama beberapa anak buahnya untuk sebuah misi penting malam itu.Cakra: "Bani, malam ini, saya ingin kamu dan anak buahmu menyergap Maya. Kau tahu kan, malam ini biasanya dia pergi ke tempat teman-temannya untuk menjalani bisnisnya."Bani: "Siap, Bos."Cakra melanjutkan, suaranya penuh dengan otoritas dan ancaman yang tersirat.Cakra: "Dan yang lebih penting lagi, saya ingin kau memaksa Maya untuk menandatangi surat kuasa rumah mewahnya. Kalau dia menolak, ancam anaknya, Indri, untuk dibunuh. Kita sebagai gangster, tidak boleh memiliki belas kasihan, agar kita dapat ditakuti oleh siapapun."Anak buahnya mengangguk patuh, memahami betul perintah bos mereka. Mereka tahu bahwa tidak ada tempat bagi belas kasihan di dunia mereka, dan ketaatan pada perintah Cakra adalah kunci keberhasilan mereka dalam dunia keja
Setelah Kakek Zaki pergi, polisi tiba di lokasi dan langsung menghampiri Maya. Mereka memberitahu Maya bahwa mereka menerima laporan dari salah satu warga yang menyaksikan kejadian, dan segera menanyakan kepada Maya apa yang terjadi.Maya dengan cemas menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi kepada polisi. Dia menjelaskan bagaimana mereka disergap oleh sekelompok gangster dan hampir menjadi korban kekerasan. Maya dengan tegas menyampaikan bahwa mereka berhasil lolos dari bahaya, dan dia tidak menyebutkan peran Kakek Zaki dalam menyelamatkan mereka.Polisi mencatat dengan seksama penjelasan Maya, dan mereka berjanji akan menyelidiki lebih lanjut masalah ini. Mereka juga memastikan bahwa Maya dan Indri aman, dan menawarkan bantuan lebih lanjut jika diperlukan.Maya merasa lega dapat berbagi informasi dengan polisi, dan dia bersyukur atas perlindungan yang diberikan oleh pihak berwajib. Meskipun masih terguncang oleh kejadian tersebut, Maya merasa lega bahwa mereka kini dalam amanah
Lalu saat itu polisi tersebut pergi dari apartemennya maya. Maya menghela nafas lega saat polisi pergi dari apartemennya. Dia merasa sedikit lega bahwa interogasi telah berakhir, tetapi di lain pihak, masih ada ketidakpastian tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.Setelah pintu tertutup, Maya duduk sejenak di sofa apartemennya, merenungkan semua yang telah terjadi. Dia merasa berterima kasih kepada Kakek Zaki atas pertolongan besar yang telah diberikan kepadanya dan Indri. Namun, di tengah perasaan syukur itu, masih ada ketakutan tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya.Dengan hati yang masih berdebar, Maya memutuskan untuk fokus pada kehidupannya bersama Indri dan mencoba melupakan semua masalah yang telah terjadi. Namun, bayangan tentang kehadiran para gangster dan kakek tua yang misterius masih menghantui pikirannya. Lalu setelah waktu sudah di siang hari, maya Sudah waktunya untuk menjemput indri ke sekolahan anak anak. Maya mengambil kunci mobil dan bergeg
Keesokan harinya, Kakek Zaki bangun dengan tekad yang sama. Dia bersiap-siap untuk menjalani hari yang baru. Setelah menutup pintu kontrakannya, dia melangkah dengan mantap menuju kios sol sepatunya.Saat melewati sekolah anak-anak, hati Kakek Zaki sedikit lega ketika melihat Maya dan Indri sedang bermain di halaman sekolah. Dia menghela nafas lega, merasa sejenak damai karena melihat mereka aman."Tetaplah berhati-hati," gumam Kakek Zaki pelan dalam hati, sambil menggelengkan kepala. Setelah memastikan keamanan mereka, dia melanjutkan langkahnya menuju kios sol sepatunya.Di kios itu, dia memulai rutinitasnya, memperbaiki sepatu-sepatu yang rusak dengan telaten dan penuh dedikasi. Meskipun menghadapi tantangan dan ancaman dari masa lalunya, Kakek Zaki tetap setia pada pekerjaannya, dengan harapan bahwa hidup yang baru dan lebih baik akan terus menanti di ujung perjalanan.Sementara Kakek Zaki sibuk di kiosnya, di kontrakan tempat tinggalnya, situasinya menjadi tegang. Beberapa gen
Dalam kegelapan malam yang menyelimuti jalanan, Kakek Zaki melangkah dengan mantap. Meskipun ada beberapa gangster yang berdiri di pinggir jalan, mereka menyadari keberadaan Kakek Zaki dan memilih untuk tidak mengganggu.Kehadirannya seperti bayangan yang menakutkan, membuat mereka ragu untuk bergerak. Mereka tahu bahwa Kakek Zaki bukanlah lawan yang bisa diabaikan, dan mereka tidak ingin menimbulkan masalah yang lebih besar dengan menyentuhnya.Dengan langkah-langkah yang mantap dan tenang, Kakek Zaki terus melangkah menuju kontrakannya, tanpa disadari oleh siapapun di sekitarnya. Dalam keheningan malam yang gelap, dia membawa dengan dirinya beban masa lalu yang membuatnya semakin bertekad untuk melindungi mereka yang tidak berdosa. Dengan hati yang masih berdebar setelah pertemuan dengan para gangster, Kakek Zaki memasuki kontrakannya. Tanpa melepaskan kewaspadaannya, ia segera membersihkan samurai yang bersimbah darah dengan hati-hati, tidak ingin meninggalkan jejak apapun dari p
Para gangster dengan kasar membawa Maya dan Indri keluar dari mobil. Maya mencoba untuk melawan, tetapi kekuatan mereka terlalu besar. Dia merasa putus asa ketika melihat putrinya diseret keluar dengan kasar."Jangan sentuh anakku!" teriak Maya dengan suara gemetar, tetapi para gangster tidak menghiraukannya.Indri menangis ketakutan, mencoba melepaskan diri dari genggaman para gangster, tetapi usahanya sia-sia. Maya merasa hatinya hancur melihat putrinya dalam keadaan seperti itu, tetapi dia tahu dia harus tetap kuat untuk melindungi Indri."Saya akan melakukan apapun! Jangan sakiti mereka!" Maya berteriak dengan keras, tetapi suaranya terdengar hampa di tengah kekerasan yang terjadi.Tanpa ampun, Maya dan Indri kemudian dibawa pergi oleh para gangster, meninggalkan mobil mereka yang sepi di tengah jalan. Hanya suara tangisan Indri yang terdengar. Maya merasa ketakutan dan putus asa, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Lalu di tempat lain, Kakek Zaki yang sedang sibuk den