Lalu saat itu, Cakra sambil duduk di tengah-tengah ruangan yang gelap, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi keganasan dan kekuasaan. Dia memanggil Bani, tangan kanannya yang setia, bersama beberapa anak buahnya untuk sebuah misi penting malam itu.Cakra: "Bani, malam ini, saya ingin kamu dan anak buahmu menyergap Maya. Kau tahu kan, malam ini biasanya dia pergi ke tempat teman-temannya untuk menjalani bisnisnya."Bani: "Siap, Bos."Cakra melanjutkan, suaranya penuh dengan otoritas dan ancaman yang tersirat.Cakra: "Dan yang lebih penting lagi, saya ingin kau memaksa Maya untuk menandatangi surat kuasa rumah mewahnya. Kalau dia menolak, ancam anaknya, Indri, untuk dibunuh. Kita sebagai gangster, tidak boleh memiliki belas kasihan, agar kita dapat ditakuti oleh siapapun."Anak buahnya mengangguk patuh, memahami betul perintah bos mereka. Mereka tahu bahwa tidak ada tempat bagi belas kasihan di dunia mereka, dan ketaatan pada perintah Cakra adalah kunci keberhasilan mereka dalam dunia keja
Setelah Kakek Zaki pergi, polisi tiba di lokasi dan langsung menghampiri Maya. Mereka memberitahu Maya bahwa mereka menerima laporan dari salah satu warga yang menyaksikan kejadian, dan segera menanyakan kepada Maya apa yang terjadi.Maya dengan cemas menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi kepada polisi. Dia menjelaskan bagaimana mereka disergap oleh sekelompok gangster dan hampir menjadi korban kekerasan. Maya dengan tegas menyampaikan bahwa mereka berhasil lolos dari bahaya, dan dia tidak menyebutkan peran Kakek Zaki dalam menyelamatkan mereka.Polisi mencatat dengan seksama penjelasan Maya, dan mereka berjanji akan menyelidiki lebih lanjut masalah ini. Mereka juga memastikan bahwa Maya dan Indri aman, dan menawarkan bantuan lebih lanjut jika diperlukan.Maya merasa lega dapat berbagi informasi dengan polisi, dan dia bersyukur atas perlindungan yang diberikan oleh pihak berwajib. Meskipun masih terguncang oleh kejadian tersebut, Maya merasa lega bahwa mereka kini dalam amanah
Lalu saat itu polisi tersebut pergi dari apartemennya maya. Maya menghela nafas lega saat polisi pergi dari apartemennya. Dia merasa sedikit lega bahwa interogasi telah berakhir, tetapi di lain pihak, masih ada ketidakpastian tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.Setelah pintu tertutup, Maya duduk sejenak di sofa apartemennya, merenungkan semua yang telah terjadi. Dia merasa berterima kasih kepada Kakek Zaki atas pertolongan besar yang telah diberikan kepadanya dan Indri. Namun, di tengah perasaan syukur itu, masih ada ketakutan tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya.Dengan hati yang masih berdebar, Maya memutuskan untuk fokus pada kehidupannya bersama Indri dan mencoba melupakan semua masalah yang telah terjadi. Namun, bayangan tentang kehadiran para gangster dan kakek tua yang misterius masih menghantui pikirannya. Lalu setelah waktu sudah di siang hari, maya Sudah waktunya untuk menjemput indri ke sekolahan anak anak. Maya mengambil kunci mobil dan bergeg
Keesokan harinya, Kakek Zaki bangun dengan tekad yang sama. Dia bersiap-siap untuk menjalani hari yang baru. Setelah menutup pintu kontrakannya, dia melangkah dengan mantap menuju kios sol sepatunya.Saat melewati sekolah anak-anak, hati Kakek Zaki sedikit lega ketika melihat Maya dan Indri sedang bermain di halaman sekolah. Dia menghela nafas lega, merasa sejenak damai karena melihat mereka aman."Tetaplah berhati-hati," gumam Kakek Zaki pelan dalam hati, sambil menggelengkan kepala. Setelah memastikan keamanan mereka, dia melanjutkan langkahnya menuju kios sol sepatunya.Di kios itu, dia memulai rutinitasnya, memperbaiki sepatu-sepatu yang rusak dengan telaten dan penuh dedikasi. Meskipun menghadapi tantangan dan ancaman dari masa lalunya, Kakek Zaki tetap setia pada pekerjaannya, dengan harapan bahwa hidup yang baru dan lebih baik akan terus menanti di ujung perjalanan.Sementara Kakek Zaki sibuk di kiosnya, di kontrakan tempat tinggalnya, situasinya menjadi tegang. Beberapa gen
Dalam kegelapan malam yang menyelimuti jalanan, Kakek Zaki melangkah dengan mantap. Meskipun ada beberapa gangster yang berdiri di pinggir jalan, mereka menyadari keberadaan Kakek Zaki dan memilih untuk tidak mengganggu.Kehadirannya seperti bayangan yang menakutkan, membuat mereka ragu untuk bergerak. Mereka tahu bahwa Kakek Zaki bukanlah lawan yang bisa diabaikan, dan mereka tidak ingin menimbulkan masalah yang lebih besar dengan menyentuhnya.Dengan langkah-langkah yang mantap dan tenang, Kakek Zaki terus melangkah menuju kontrakannya, tanpa disadari oleh siapapun di sekitarnya. Dalam keheningan malam yang gelap, dia membawa dengan dirinya beban masa lalu yang membuatnya semakin bertekad untuk melindungi mereka yang tidak berdosa. Dengan hati yang masih berdebar setelah pertemuan dengan para gangster, Kakek Zaki memasuki kontrakannya. Tanpa melepaskan kewaspadaannya, ia segera membersihkan samurai yang bersimbah darah dengan hati-hati, tidak ingin meninggalkan jejak apapun dari p
Para gangster dengan kasar membawa Maya dan Indri keluar dari mobil. Maya mencoba untuk melawan, tetapi kekuatan mereka terlalu besar. Dia merasa putus asa ketika melihat putrinya diseret keluar dengan kasar."Jangan sentuh anakku!" teriak Maya dengan suara gemetar, tetapi para gangster tidak menghiraukannya.Indri menangis ketakutan, mencoba melepaskan diri dari genggaman para gangster, tetapi usahanya sia-sia. Maya merasa hatinya hancur melihat putrinya dalam keadaan seperti itu, tetapi dia tahu dia harus tetap kuat untuk melindungi Indri."Saya akan melakukan apapun! Jangan sakiti mereka!" Maya berteriak dengan keras, tetapi suaranya terdengar hampa di tengah kekerasan yang terjadi.Tanpa ampun, Maya dan Indri kemudian dibawa pergi oleh para gangster, meninggalkan mobil mereka yang sepi di tengah jalan. Hanya suara tangisan Indri yang terdengar. Maya merasa ketakutan dan putus asa, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Lalu di tempat lain, Kakek Zaki yang sedang sibuk den
Lalu di tempat lain di kantor polisi, kakek zaki ditahan di sel, atas kesalahan yang tidak dimengerti. Di dalam sel yang gelap dan dingin, Kakek Zaki duduk sendiri, merenungkan situasi yang rumit ini. Dalam kegelapan itu, dia merasa terasing dan tidak mengerti mengapa dia yang berakhir di sini, sedangkan para gangster yang sebenarnya yang harusnya ditangkap masih bebas berkeliaran.Kakek Zaki memejamkan mata, mencoba mengingat-ingat bagaimana keadaan ini bisa terjadi. Tapi semakin dia berpikir, semakin terasa aneh. Sesuatu yang tidak beres terjadi di balik layar, dan dia bertekad untuk mengungkap kebenarannya. Lalu saat itu, kakek zaki tanpa sengaja mendengar pembicaraan dari para polisi, bahwa Cakra telah menculik Maya bersama dengan anaknya, yang mana cakra sudah berhasil menguasai aset miliaran rupiah, yang dimiliki oleh maya. Mendengar kabar yang menggetarkan itu, keberanian Kakek Zaki membara kembali. Dia tidak bisa duduk diam saat Maya dan indri dalam bahaya. Dalam kegelapan s
Sementara itu di markas gangster, Dengan hati yang gelisah, Bani segera merencanakan langkah selanjutnya. Dia tahu betul bahwa tindakan Kakek Zaki akan mengundang kemarahan besar dari Cakra, bos mereka. Bani berusaha untuk meredam potensi kerusuhan di antara anak buah gangster yang tersisa, namun kekhawatirannya terus mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat, Bani akhirnya memutuskan untuk segera melaporkan insiden ini kepada Cakra. Dengan langkah cepat, dia bergegas meninggalkan markas menuju tempat pertemuan yang sedang dilakukan oleh Cakra. Di hatinya, Bani berdoa semoga Cakra tidak merespons dengan kemarahan yang berlebihan atas apa yang terjadi di markas. Setelah sampai di tempat tertutup dan tersembunyi, bani langsung menghampiri cakra, yang sedang berbicara dengan seorang kakek dengan tangan bertato berbentuk gelang menyerupai ular. Bani dengan cepat memberikan laporan tentang apa yang terjadi di markas. Dia mencoba menjelaskan situasi dengan sejelas mungkin, berharap Ca