Rantai besi berdentang, menggema sepanjang lorong sempit yang basah. Xuan Li dan kelompok pengacau yang telah menyebabkan keributan di pasar gelap kini digiring oleh penjaga bersenjata ke penjara bawah tanah. Udara di sana terasa lembap, dengan aroma busuk yang menguar dari sudut-sudut gelapnya.Setiap langkah menuntun mereka ke kedalaman yang lebih gelap. Api obor yang redup menari di dinding batu, menciptakan bayangan menakutkan. Di beberapa sisi, jerit kesakitan para tahanan terdengar, bercampur dengan suara cambuk yang mendarat di kulit. Di salah satu sel, seorang pria kurus dengan luka berdarah di punggungnya merintih tanpa tenaga. Di sisi lain, dua tahanan bertarung memperebutkan sepotong roti kering."Ini adalah neraka dunia," gumam salah satu dari mereka, dengan suara bergetar.Xuan Li tetap diam, namun matanya menyapu pemandangan itu dengan tenang. Hatinya tahu tempat ini lebih dari sekadar penjara, ini adalah sarang kekejaman di mana hanya yang terkuat yang bertahan hidup.
Gulungan kuno itu tampak hidup, memancarkan sinar merah keemasan yang membuat penjara gelap terasa semakin menyeramkan. Yan Yue berdiri tegak di depan Xuan Li, seperti ratu yang memandang rendah pada rakyatnya. Mata wanita itu menatapnya tajam, seolah menusuk hingga ke inti jiwanya.“Ini,” katanya tanpa basa-basi, sembari menjentikkan jari hingga gulungan melayang ke arah Xuan Li, berhenti tepat di depan wajahnya. “Resep pil tubuh abadi. Kau akan membuatnya untukku.”Suara Yan Yue penuh dengan otoritas. Tidak ada ruang untuk tawar-menawar, hanya perintah mutlak yang harus dipatuhi. Xuan Li menatap gulungan itu dengan hati-hati, mencoba memahami maksud di balik tuntutan mendadak ini.“Kenapa aku?” tanyanya, suaranya sengaja ditekan agar terdengar tenang, meskipun hatinya dipenuhi rasa waspada.Yan Yue menyipitkan mata, senyum dingin menghiasi wajahnya. “Jangan bertingkah bodoh. Aku bisa mencium bau obat-obatan dari tubuhmu. Kau alkemis, bukan? Atau kau ingin berbohong?”Xuan Li tetap
Malam itu, Xuan Li bersandar di atas tumpukan jerami berbau apek, tubuhnya terbaring santai. Sementara itu, Mo Xiang dan anak buahnya berdiri kaku seperti patung, titik-titik tekanan yang diaktifkan oleh Xuan Li membuat mereka tak mampu bergerak semalam suntuk.Udara penjara yang lembap bercampur bau busuk menusuk hidung, tetapi Xuan Li menutup matanya, berusaha mengabaikan lingkungan menjijikkan di sekitarnya.“Setidaknya mereka tidak membuat keributan lagi,” pikirnya, sebelum akhirnya terlelap.Pagi harinya, sinar matahari redup menyelinap melalui celah kecil di dinding batu. Xuan Li membuka matanya dan melirik ke arah Mo Xiang, yang wajahnya memerah, campuran antara amarah dan rasa malu.“Sudah cukup,” ujar Xuan Li tenang. Ia menjentikkan jarinya, melepaskan titik tekanan yang mengurung mereka.“Akhirnya!” Mo Xiang berseru, langsung menggerakkan tubuhnya yang kaku, diikuti erangan pelan dari anak buahnya. “Kau… kau ini sebenarnya apa?”Xuan Li hanya mengangkat bahu, memungut segeng
Setelah dua hari perjalanan tanpa henti, gerobak kayu yang membawa Xuan Li dan rombongannya akhirnya berhenti. Namun, pandangan mereka tetap terhalang oleh kain hitam yang menutupi mata. Desiran angin kencang menyapu wajah mereka, dan suara roda yang melayang di udara menjadi petunjuk bahwa perjalanan ini tidak biasa.“Apa kita sedang terbang?” bisik Mo Xiang, suaranya nyaris tertelan oleh deru angin.“Diam,” jawab Xuan Li tegas, meski ia sendiri tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Ia memusatkan indranya, mencoba memahami situasi. Sayup-sayup terdengar suara gemuruh di kejauhan, entah itu ombak atau tanah yang bergeser.Tiba-tiba, gerobak berhenti mendadak, membuat tubuh mereka terhuyung. Sesaat kemudian, sensasi meluncur tajam menghantam tubuh mereka. Gerobak dijatuhkan dari ketinggian.Tubuh mereka terlempar ke sana kemari di dalamnya, disertai suara kayu yang pecah berderak saat gerobak menghantam tanah dengan keras.“Lindungi diri kalian!” Xuan Li berseru saat merasakan hentak
Keesokan paginya, saat matahari mulai merangkak naik di balik bukit tandus, Xuan Li kembali melihat pria muda yang mendekatinya semalam. Pria itu berdiri di sudut gua, berusaha menghindari tatapan para algojo.“Kau yang berbicara denganku tadi malam, bukan?” tanya Xuan Li dengan nada dingin.Pria itu tersenyum tipis. “Namaku Fu Yuan,” ujarnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh gemuruh tambang di kejauhan.Xuan Li mengangguk singkat. “Aku Wu Yu. Kau menyebut sesuatu tadi malam, sesuatu yang bisa membantu kita keluar dari sini. Apa maksudmu?”Fu Yuan menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tak ada yang mendengar. Wajahnya berubah serius. “Hati-hati dengan pertanyaan seperti itu. Di tempat ini, salah bicara sedikit saja bisa membuatmu jadi target algojo. Bahkan bisikan kecil pun bisa berujung pada kematian.”Xuan Li menatapnya tajam. “Aku mendengar sesuatu tadi malam,” ujarnya. “Raungan makhluk besar dari dalam tambang. Apa itu yang kau maksud?”Fu Yuan terdiam beberapa saat sebelum
Malam itu, tambang sunyi seperti kuburan yang dilupakan waktu. Hanya napas berat para tahanan dan dengkuran pelan yang terdengar, membaur dengan aroma lembab dan busuk dari lorong batu yang seolah tak berujung. Xuan Li melangkah hati-hati, tubuhnya membungkuk agar bayangannya tak tertangkap oleh cahaya lentera redup di kejauhan.Ia ingin mencari Fu Yuan, pria misterius yang seolah menyimpan rahasia besar tentang tempat ini. Tak lama ia berjalan, suara rendah dan parau tiba-tiba memanggilnya.“Kau mau ke mana?”Xuan Li tertegun, darahnya terasa membeku. Ia menoleh perlahan dan menemukan Mo Xiang berdiri, matanya yang setengah terpejam memancarkan rasa curiga.“Aku…” Xuan Li meraba-raba alasan di kepalanya. “Aku sedang bermimpi… berjalan dalam tidur.”Mo Xiang mendekat, menatapnya lekat-lekat. “Berjalan dalam tidur? Huh, kau memang aneh, Ketua. Cepat kembali tidur sebelum pengawas melihat kita.”Xuan Li tersenyum kaku dan mengangguk, berpura-pura menurut. Saat Mo Xiang berbalik dan ke
“Aku tidak ingin mati di sini. Tak ada yang lebih buruk daripada menyerah pada rasa takut,” gumam Xuan Li sambil menatap dinding batu yang gelap di sekelilingnya.Kata-kata itu lebih seperti mantra bagi dirinya sendiri, pengingat bahwa kelemahan hanya akan mengundangnya ke dalam kehancuran. Ia menarik napas panjang, berusaha menyingkirkan rasa lelah yang menghantuinya. Tubuhnya yang kaku bangkit dari posisi terduduk. Berdiam diri tak akan membawa perubahan.Tambang ini adalah penjara hidup yang penuh penderitaan. Bukan hanya tenaga yang direnggut dari para tahanan, tetapi juga kekuatan spiritual mereka. Seolah ada energi gelap yang menyelimuti setiap sudut tambang, menyerap vitalitas siapa saja, kecuali para pengawas dan algojo Kekaisaran Neraka Jingga. Duduk meratapi nasib hanya akan membuatnya menjadi korban berikutnya.“Aku harus keluar dari sini. Tidak, aku akan keluar dari sini.” Dalam pikirannya, rencana melarikan diri mulai terbentuk. Tapi melarikan diri saja tidak cukup. Ia m
Aura yang menyelimuti Yan Yue begitu mencekam. Setiap langkahnya memancarkan tekanan yang membuat siapa pun merasa tertindas. Dengan satu ayunan pedang emasnya, ia melontarkan serangan penuh kekuatan, memutus tubuh makhluk iblis itu menjadi serpihan gelap yang menguap di udara.Namun, seolah dipanggil oleh kehancuran rekannya, suara geraman yang menggelegar memecah udara dari arah ruang lain.Xuan Li menahan napas saat suara itu menggema. Jantungnya berdetak cepat, seakan ingin melompat keluar dari dadanya. Naluri bertahan hidupnya berteriak agar ia menjauh dari lokasi itu. Namun, Yan Yue tetap tenang, dengan ekspresi dingin yang nyaris tidak manusiawi. Ia memandang ruang gelap tempat suara itu berasal.“Makhluk lain,” gumam Yan Yue, matanya menyipit tajam. “Dan kali ini lebih kuat.”Cahaya merah darah melingkari tubuhnya ketika ia melangkah ke udara. Setiap jejak langkahnya meninggalkan pola bercahaya, seperti simbol kuno yang menari di kehampaan. Aura ini menunjukkan bahwa dirinya t
"Kau telah membangkitkanku," kata Wu Rong, suaranya bergema di kesadarannya, "Tapi untuk benar-benar memahami kekuatanmu, kau harus melangkah lebih jauh."Xuan Li tetap diam. Ia tahu bahwa Wu Rong bukan makhluk yang suka berbicara tanpa tujuan."Teknik yang kusampaikan padamu ini disebut Tubuh Jiwa," lanjut Wu Rong. "Dengan teknik ini, kau bisa menciptakan tubuh ganda yang benar-benar sama seperti tubuh aslimu. Bukan sekadar ilusi atau bayangan biasa, melainkan perpanjangan dari dirimu sendiri."Xuan Li mengerutkan kening. Teknik klon memang bukan hal asing dalam dunia kultivasi, tetapi dari nada suara Wu Rong, ini jelas bukan teknik biasa."Sejauh mana kehebatannya?" tanyanya akhirnya, suaranya tetap datar, tetapi dengan ketertarikan yang tak bisa disembunyikan.Wu Rong terdiam sejenak, lalu menjawab, "Tubuh Jiwa tidak hanya meniru bentukmu. Mereka membawa sebagian dari esensimu, bisa berpikir sendiri, bertarung, bahkan berkultivasi secara terpisah. Mereka adalah dirimu, hanya dalam
Suara asing bergema di dalam benaknya, lembut tetapi mendalam, seakan berasal dari inti kesadarannya sendiri."Siapa kamu?"Xuan Li membuka matanya perlahan. Jantungnya berdegup lebih kencang. Bukan karena rasa takut, tetapi karena sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak pernah ia alami sebelumnya.Lautan kesadarannya yang biasanya sunyi kini terasa berbeda. Biasanya, hanya ada Wu Hei, sosok kegelapan yang selalu menyertainya, bayangan yang menyatu dalam dirinya seperti kutukan. Namun kini, ada entitas lain.Sebuah cahaya keemasan melayang di hadapannya, tenang dan murni, membawa kehangatan yang bertolak belakang dengan keberadaan Wu Hei.Xuan Li mengernyit, mencoba memahami apa yang terjadi. Setelah berhasil memurnikan Pil Kebangkitan Surgawi, tubuhnya memang terasa berbeda. Aura kultivasinya meningkat drastis, dan kini ia telah mencapai tingkat Pemurnian Jiwa tahap menengah. Namun, perubahan ini lebih dari sekadar peningkatan kekuatan.Ada sesuatu yang bangkit dari dalam dirinya.Sebu
Keheningan menelan lembah yang tersembunyi di antara tebing-tebing curam.Di atas batu datar, Xuan Li duduk bersila. Sikapnya kokoh, punggungnya lurus sempurna, matanya terpejam dalam konsentrasi mendalam. Seolah-olah ia adalah bagian dari alam itu sendiri, tidak terpengaruh oleh hembusan angin atau derasnya arus energi spiritual yang mengalir di sekelilingnya.Di hadapannya, rune-rune bercahaya melayang di udara, berputar perlahan dalam pola yang begitu rumit hingga tampak seperti pusaran bintang di langit malam. Garis-garis energi spiritual bersinar lembut, menciptakan lapisan perlindungan yang semakin kokoh seiring formasi segel yang ia ciptakan mencapai penyelesaian.Xuan Li tidak bisa mengambil risiko.Pemurnian Pil Kebangkitan Surgawi bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan sembarangan. Kesalahan sekecil apa pun akan membawa konsekuensi fatal. Tubuhnya bisa hancur, jiwanya bisa tercerai-berai, atau lebih buruk lagi, ia bisa kehilangan kendali atas kekuatan pil dan menjadi makhluk b
"Kau bisa berteman dengan siapapun, tapi jangan pernah biarkan hatimu terikat."Suara Wu Hei terdengar dalam kesadaran Xuan Li, bernada rendah dan penuh ejekan.Xuan Li tetap diam, matanya terpejam dalam posisi meditasi. Namun, pikirannya berputar cepat.Kegelapan di dalam dirinya, entitas yang lahir dari bagian tergelap jiwanya, tidak sepenuhnya salah. Ikatan emosional bisa menjadi kelemahan yang menjeratnya, menjauhkan dirinya dari tujuan sejati. Tetapi, itu bukan berarti ia harus membuang semua hubungan yang ada, bukan?Ia bisa menjalin hubungan tanpa membiarkan perasaannya menguasainya. Bisa peduli tanpa menjadi lemah.Ketika kesadarannya kembali penuh, ia menarik napas dalam dan perlahan membuka matanya.Di hadapannya, Fu Yuan mulai bergerak. Mata pria itu berangsur-angsur terbuka, penuh kebingungan sebelum kesadaran akhirnya kembali padanya.Fu Yuan merasakan tubuhnya lebih ringan dari sebelumnya, seolah sesuatu yang selama ini membebani jiwanya telah lenyap. Tangannya terangkat
Xuan Li menarik napas dalam, membiarkan pikirannya berputar cepat untuk menemukan cara terbaik mengurai ikatan sihir yang mengendalikan jiwa Fu Yuan. Sihir semacam ini bukan sesuatu yang bisa dihancurkan begitu saja. Sebuah kesalahan bisa berakibat fatal. Jika ia memaksakan kehendaknya dan menghancurkan rantai sihir itu secara langsung, ada kemungkinan pengendali di baliknya bisa melacak keberadaan mereka dan mengirimkan sihir yang lebih kuat.Matanya menyipit, menimbang berbagai kemungkinan. Satu-satunya cara untuk memahami situasi dengan lebih baik adalah masuk langsung ke dalam lautan kesadaran Fu Yuan dan melihat sendiri sejauh mana jiwa pria itu telah terbelenggu.Tanpa ragu, Xuan Li menyatukan jarinya, membentuk segel kompleks yang berpendar redup dalam kegelapan gua. Energi spiritual mengalir dari tubuhnya, membentuk pusaran kecil di udara sebelum menyusup ke tubuh Fu Yuan. Sesaat kemudian, dunia di sekitarnya bergetar, dan kesadarannya tenggelam ke dalam ruang yang lebih dal
Tubuh Fu Yuan masih terasa lemah, meski pil pemulih yang diberikan Xuan Li telah meredakan sebagian luka dalamnya. Ia berusaha berdiri, tapi keseimbangan tubuhnya belum sepenuhnya pulih.Xuan Li menyapu pandangannya ke sekeliling, memastikan tidak ada mata-mata yang mengintai sebelum akhirnya membawa Fu Yuan ke sebuah gua tersembunyi di balik tebing curam. Jalannya sedikit terjal, tapi langkah Xuan Li tetap mantap, sementara di belakangnya, Fu Yuan berusaha mempertahankan keseimbangannya.Begitu mereka memasuki gua, udara di dalamnya terasa lebih dingin dan lembap. Xuan Li segera membentuk segel di udara, mengaktifkan formasi perlindungan di sekitar mereka. Energi tak kasatmata bergetar, lalu menghilang dalam keheningan."Kita tidak bisa bertahan di luar dalam kondisi seperti ini," ucapnya, suaranya tetap datar seperti biasa. "Duduk dan pulihkan dirimu."Fu Yuan menurut, meski gerakannya sedikit kaku. Ia bersandar pada dinding gua, menarik napas panjang untuk menenangkan tubuhnya yang
Fu Yuan terbatuk keras, darah segar menyembur dari mulutnya, membasahi tanah berbatu di bawahnya. Tubuhnya bergetar, napasnya tersengal seperti ada ribuan duri menusuk paru-parunya. Sakit. Lelah. Tapi matanya tetap tajam, penuh perlawanan.Di seberangnya, Xuan Li berdiri tegap, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Namun, di balik ketenangan itu, pikirannya bekerja cepat, mencoba memahami situasi ini. Beberapa saat lalu, mereka hampir saling membunuh. Namun, satu kata yang terlontar dari bibir Fu Yuan telah mengubah segalanya."Aku… Fu Yuan."Nama itu membangkitkan sesuatu dalam benak Xuan Li, kenangan yang terkubur dalam, tetapi tak pernah benar-benar hilang.Tambang itu… Rantai besi… Rasa lapar yang mencekik…Sesaat, Xuan Li tidak lagi berdiri di sini. Pikirannya kembali ke masa ketika ia hanyalah seorang budak yang dipaksa bekerja hingga tubuhnya hampir remuk. Saat itu, di tengah gelapnya terowongan tambang, hanya ada satu hal yang membuatnya bertahan, yaitu keinginan untuk hidup.Mereka
Udara malam terasa dingin dan tajam, membawa sisa bau darah yang masih melekat di tanah berbatu. Xuan Li berdiri di tengah reruntuhan pertempuran sebelumnya, napasnya teratur, tetapi energi spiritual di dalam tubuhnya sedikit goyah. Ia telah menghabiskan cukup banyak kekuatan untuk menghabisi para pemburu yang mencoba merampas sesuatu darinya. "Tidak kusangka ternyata tubuh giok ada di sini." Suara itu dalam dan mengandung ketertarikan yang tak tersamarkan. Xuan Li menatapnya tajam. Seorang pria bertubuh tegap melompat lalu berdiri dengan sikap santai, seolah baru saja menemukan harta karun berharga. Jubah gelapnya berkibar pelan, matanya yang tajam menyorotkan kilatan kegembiraan sekaligus kehati-hatian. ‘Seseorang yang tahu tentang tubuh giokku harus mati.’ Xuan Li tidak bisa membiarkan hal ini. Identitasnya sebagai pemilik tubuh giok harus tetap tersembunyi. Jika pria ini menyebarkan berita, ia akan menjadi target yang lebih besar dari sebelumnya. "Jadi kau mengincarku?"
Setelah kepergian para tetua dari berbagai sekte besar, gua itu kini benar-benar sunyi.Hanya ada Xuan Li yang berdiri di sana seorang diri, ditemani angin malam yang berdesir pelan, menyusup di antara celah bebatuan.Dalam gelap, sepasang mata merah menyala samar. Sosok besar muncul dari bayangan, Serigala Hitam.Namun, alih-alih menggeram atau menunjukkan sikap agresif, makhluk itu malah menundukkan kepala, tunduk dalam keheningan yang langka bagi binatang buas sepertinya.Xuan Li mengulurkan tangan. Cahaya kehijauan berkedip, menciptakan pusaran energi yang mengitari tubuh Serigala Hitam sebelum akhirnya menyerapnya sepenuhnya ke dalam penyimpanan internalnya.Tanpa sepatah kata, Xuan Li berbalik dan melangkah keluar dari gua. Akan tetapi, begitu ia keluar, atmosfer tiba-tiba berubah. Udara bergetar.Tekanan spiritual melesat dari berbagai arah, memenuhi sekeliling dengan hawa membunuh yang pekat hingga membuat bebatuan di sekitar berderak.Xuan Li menghentikan langkahnya. Mata din