Bai Wen duduk bersila di atas batu datar di tengah hutan yang sunyi. Udara di sekitarnya terasa segar.Energi spiritual dari pil penerobosan masih mengalir dalam tubuhnya, memperkuat meridian dan membentuk fondasi kultivasinya yang baru.Sudah berhari-hari sejak ia meninggalkan kota, mencari tempat yang aman untuk menenangkan diri dan menyesuaikan tubuhnya dengan kekuatan barunya. Gunung terpencil ini, yang dipenuhi tanaman obat langka dan dikelilingi oleh energi spiritual alami, adalah tempat yang sempurna untuk memulihkan diri.Ia menarik napas dalam, merasakan energi mengalir dengan lebih stabil. "Sepertinya aku sudah menyesuaikan diri dengan perubahan ini," gumamnya pelan.Namun, sebelum ia bisa kembali bermeditasi, suara gemerisik dari semak-semak di belakangnya menarik perhatiannya. Bai Wen segera berdiri, waspada.Tak lama kemudian, seorang pria dengan pakaian lapis baja muncul dari balik pepohonan. Tubuhnya dipenuhi luka, dan darah segar menodai jubahnya yang robek.Bai Wen m
Bai Wen berdiri tegak di depan gerbang megah Istana Kerajaan Naga Bumi. Di balik dinding istana yang kokoh, kehidupan di dalamnya pasti jauh lebih kompleks daripada yang terlihat. Ada intrik, kekuatan, dan perebutan pengaruh yang sudah pasti tidak bisa dihindari.Dia menerima tawaran menjadi tabib kerajaan bukan hanya karena iming-iming sumber daya medis yang melimpah, tetapi karena ada tujuan lain di dalam benaknya, menemukan gurunya, Xuan Li.‘Jika aku berada di tempat di mana para ahli berkumpul, peluang untuk mendapatkan informasi tentangnya akan lebih besar,’ pikirnya.Seorang pelayan berpakaian formal datang menghampiri."Yang Mulia sudah menunggu Anda. Silakan ikuti saya," ucapnya dengan hormat.Bai Wen mengangguk tanpa banyak bicara, lalu melangkah mengikuti pelayan itu memasuki istana.Begitu melewati gerbang utama, pemandangan kemegahan istana menyambutnya. Lorong-lorong panjang dengan lantai marmer berkilau, ukiran naga emas yang terukir di setiap dinding, serta aura para k
Xuan Li telah mencoba berkali-kali untuk merasakan esensi elemen air, namun setiap kali ia mencoba mengendalikannya, hasilnya selalu nihil.Ia mengulurkan tangannya, merasakan energi dingin yang mengalir di sekelilingnya. Dalam pikirannya, air adalah sesuatu yang lembut, fleksibel, namun juga memiliki kekuatan yang tak tertandingi. Ia kembali mengingat kata-kata gurunya."Air tidak bisa dipaksa untuk mengikuti kehendakmu. Kau harus menyelaraskan dirimu dengannya. Biarkan ia mengenalmu, dan baru kemudian kau bisa menuntunnya."Xuan Li menarik napas dalam-dalam, lalu mencoba sekali lagi. Ia membayangkan energi dalam tubuhnya mengalir seperti sungai, berusaha menyatu dengan aliran air di hadapannya. Dalam sekejap, ia merasakan sedikit resonansi, getaran halus yang seolah-olah menyambutnya.Namun, begitu ia mencoba mengendalikan aliran itu, semuanya langsung terputus. Air di danau tetap diam, seolah tidak mau tunduk padanya.Xuan Li mengerutkan alisnya. "Sial... Ada yang salah. Aku bisa m
‘Jika aku terus melawan, aku hanya akan kehabisan tenaga.’Xuan Li menutup matanya dan membiarkan tubuhnya mengikuti arus. Untuk pertama kalinya, ia berhenti melawan dan saat itu juga, sesuatu yang aneh terjadi.Tekanan yang tadi begitu menyesakkan perlahan berubah. Bukan karena air melemah, tapi karena ia kini memahaminya. Ia bisa merasakan bagaimana arus sungai berputar, bagaimana tenaga yang sebelumnya ia lawan sebenarnya memiliki irama tersendiri.‘Air tidak melawan. Air mengikuti.’Xuan Li perlahan menggerakkan tangannya, menyesuaikan diri dengan aliran sungai. Ia tidak lagi mencoba berenang ke permukaan, tetapi membiarkan tubuhnya bergerak seiring dengan tarian arus dan kemudian, ia mulai naik.Di tepi sungai, para penjaga yang berjaga tampak kebingungan."Dia… Dia masih hidup?!"Salah satu dari mereka menunjuk ke tengah sungai. Sekarang, alih-alih terseret, Xuan Li muncul di permukaan. Namun yang lebih mengejutkan, ia tidak sekadar mengambang.Ia berdiri di atas air.Langkahnya
Xuan Li berdiri tegak di tepi sungai, matanya menajam menembus kegelapan. Ia bisa merasakan sesuatu yang besar akan datang. Di belakangnya, para penjaga Lembah Gelombang Biru menegang, tangan mereka mencengkeram gagang senjata dengan waspada.Dari tengah pusaran itu, sosok-sosok mulai bermunculan. Mereka melayang di udara, tubuh mereka diselimuti jubah putih keperakan yang berkibar diterpa badai. Aura mereka bagaikan badai yang baru lahir, liar, tidak bisa dikendalikan, dan penuh ancaman.Salah satu dari mereka melangkah ke depan. Seorang pria dengan rambut panjang seputih awan, matanya berwarna biru terang seperti kilat yang menyambar."Siapa yang telah menaklukkan sungai ini?" Suaranya dalam dan menggema, seolah bukan berasal dari satu orang, melainkan dari langit itu sendiri.Xuan Li tidak segera menjawab. Ia bisa merasakan perhatian mereka tertuju kepadanya. Tidak ada gunanya berpura-pura."Aku," jawabnya, suaranya tetap tenang.Mata pria itu menyipit. Bibirnya sedikit melengkung,
Langit di atas Lembah Gelombang Biru berubah kelam. Awan badai berkumpul, berputar liar seolah menandakan sesuatu yang besar akan terjadi. Angin bertiup kencang, membawa aroma hujan dan listrik yang berdesir di udara.Di bawahnya, dua kekuatan besar saling berhadapan.Para tetua Lembah Gelombang Biru berdiri kokoh di atas gelombang raksasa yang mereka kendalikan, jubah biru mereka berkibar liar dihempas angin. Sementara itu, Lembah Awan Surgawi melayang di udara, tubuh mereka diselimuti aura perak yang berkilauan seperti cahaya bintang.Suara benturan energi spiritual menggema di seluruh lembah. Air dan angin bertabrakan, menciptakan badai yang mengamuk tanpa kendali. Para murid dari kedua pihak bertempur habis-habisan, tanpa kepastian siapa yang akan keluar sebagai pemenang.Namun, di tengah kekacauan itu, Xuan Li tetap berdiri diam di tepi sungai.Matanya menajam, memperhatikan pusaran air yang berkilauan di bawahnya. Di sanalah Kitab Penguasa Air Surgawi tersegel selama ratusan tah
Di depan Xuan Li, para tetua dari dua lembah besar berdiri berjajar, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, marah, tidak percaya, dan penuh perhitungan.Xuan Li tidak terkejut. Sejak awal, ia sudah memperkirakan ini akan terjadi. Ia menatap orang-orang di hadapannya dengan tenang.Tatapan dinginnya membuat beberapa murid menelan ludah, meskipun mereka berusaha menyembunyikannya."Jadi kalian ingin mengambil kitab ini dariku?" Suaranya terdengar datar, tetapi mengandung tekanan.Salah satu pemimpin dari dua lembah itu melangkah maju. Aura spiritualnya yang kuat bergetar, menandakan level kultivasinya yang tidak bisa diremehkan."Kitab itu adalah peninggalan leluhur kami," ujarnya tegas. "Itu bukan milikmu, bocah!"Xuan Li tetap diam, tidak menunjukkan ekspresi apa pun.Tetua dari lembah lainnya ikut maju, matanya berkilat penuh kewaspadaan. "Kau mungkin kuat, tetapi kau bukan bagian dari kami. Jika kau menolak menyerahkan kitab itu, kau akan menghadapi kami semua."Ancaman y
Meski pertempuran telah usai, atmosfer ketegangan masih menggantung di udara.Para tetua dari kedua lembah itu berdiri dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Luka-luka yang mereka derita bukan hanya fisik, tetapi juga luka batin yang sulit disembuhkan, terutama karena kitab warisan mereka kini berada di tangan orang luar.“Kita seharusnya tidak membiarkannya pergi begitu saja,” gumam salah satu tetua, suaranya dipenuhi penyesalan.Namun, pemimpin tertua Lembah Gelombang Biru menggeleng pelan. “Bukan kita yang memilihnya. Kitab itu telah menentukan tuannya sendiri.”Tak ada lagi yang bisa mereka katakan. Dengan berat hati, mereka kembali ke tempat masing-masing, membawa luka dan kebimbangan tentang apa yang akan terjadi di masa depan.Di sisi lain, Xuan Li melangkah menyusuri jalan berbatu menuju hutan pegunungan. Ia telah pergi tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan dua lembah yang masih diliputi ketidakpastian.Namun, pikirannya tak bisa lepas dari kitab yang
Tidak ingin menimbulkan kecurigaan dari Dewa Langit Surgawi, Liang Zheng menggunakan segel formasi teleportasi untuk mengantarkan Liang Xue yang masih tak sadarkan diri kembali ke kamarnya. Cahaya keunguan berkedip samar sebelum sosok mereka lenyap dari tempat itu.Begitu tiba, Liang Zheng membaringkan tubuh Liang Xue di atas ranjang berlapis sutra, memperhatikan wajahnya yang tenang dalam tidurnya. Namun, sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam, hasrat, ambisi, dan keinginan yang berakar kuat di hatinya.Tanpa ragu, ia mencabut beberapa helai rambut Liang Xue dan menggenggamnya erat di antara jemarinya. Sebuah sihir kuno segera tertanam dalam helai-helai itu, mengikat emosi dan pikirannya agar Liang Xue tidak akan pernah membencinya, tidak peduli apapun yang terjadi."Xue'er…" bisiknya pelan, suaranya sarat dengan obsesi yang semakin mendalam.Ia menundukkan kepala, menyentuhkan bibirnya ke bibir Liang Xue. Begitu bibir mereka bersentuhan, sebuah gelombang energi dahsyat m
Liang Zheng mengejar Liang Xue bukan sekadar karena cinta. Ada alasan lain yang jauh lebih mendalam dan mendesak.Ratu Langit Liang Xue bukan wanita biasa. Ia terlahir dengan tubuh unik, tulang kristal, sebuah anugerah langka yang hanya muncul sekali dalam beberapa ribu tahun. Wanita dengan tulang kristal memiliki takdir yang berbeda dari kebanyakan makhluk di dunia ini. Jika ia melahirkan keturunan dari ras iblis, maka anaknya akan menjadi Dewa Azura, makhluk yang lebih kuat dari iblis biasa. Jika keturunannya berasal dari manusia, anak itu akan mewarisi kekuatan iblis dan dewa sekaligus. Ia akan menjadi entitas yang melampaui batas dua dunia, seorang yang ditakdirkan untuk mendominasi.Dan Liang Zheng menginginkan itu. Ia ingin keturunan dari Liang Xue.Di hadapan Liang Xue, ia tetap mempertahankan sikap lembut dan perhatian. Liang Xue masih kehilangan ingatan, dan itu adalah celah yang bisa ia manfaatkan. Ia hanya perlu menunggu saat yang tepat untuk menanamkan kebohongan-keboh
Dewa Langit Surgawi melangkah keluar dari ruangan megah itu dengan aura mendominasi. Para pembesar klan iblis segera mengikuti di belakangnya, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang menyesakkan. Setelah kepergian mereka, Ratu Langit Liang Xue melangkah keluar dengan ekspresi kosong. Ia merasa ada sesuatu yang mengusik hatinya, meskipun ingatannya masih kabur.Tiba-tiba, sesosok bayangan bergerak cepat dari sudut gelap ruangan. Sebelum Liang Xue sempat bereaksi, sebuah tangan kuat membekap mulutnya, menahan kemungkinan ia berteriak. Liang Xue terkejut, tubuhnya menegang, namun sebelum ia bisa melawan, simbol formasi teleportasi muncul di bawah kaki mereka, mengeluarkan cahaya gelap keunguan.Dalam sekejap, keduanya menghilang dari istana klan iblis.Mereka muncul di sebuah tempat yang jauh dari pusat kekuasaan iblis. Liang Xue terhuyung ketika teleportasi selesai, napasnya sedikit tersengal. Ia memandang sekeliling, mencoba memahami di mana ia berada.Di hadapannya terbentang se
Di luar alam manusia, ancaman gelang pengendali semakin meluas. Bukan hanya membelenggu para kultivator tingkat rendah, tetapi juga mengincar penguasa dan eksistensi kuat di berbagai dunia. Dewa Langit Surgawi semakin agresif dalam memperluas kekuasaannya, mengincar sekutu baru agar tak ada satu pun yang bisa menentang kehendaknya.Di Istana Iblis, Liang Xue, Ratu Langit yang dulu disegani, masih terjebak dalam ingatan yang kabur. Sebagai keturunan langsung Dewa Langit Surgawi, ia mendapatkan perlakuan istimewa. Namun, meski berbagai metode telah dicoba, ingatannya tetap tidak kembali.Di sebuah ruangan luas yang diterangi lampu spiritual berwarna ungu, Dewa Langit Surgawi duduk di atas singgasananya. Wajahnya tenang, tetapi sorot matanya penuh perhitungan. Di hadapannya, beberapa pemimpin klan iblis berdiri dengan kepala tertunduk.“Kita telah kehilangan terlalu banyak utusan di alam manusia.” Suara Dewa Langit Surgawi bergema, mengguncang udara. “Sudah saatnya kita mengubah strateg
Dua anggota Alam Bayangan itu tersungkur di tanah, napas mereka tersengal-sengal. Di bawah tekanan spiritual Xuan Li, tubuh mereka bergetar hebat, wajah mereka penuh luka, dan darah segar mengalir dari sudut bibir mereka.Xuan Li menatap mereka dingin. "Katakan. Apa rencana Alam Bayangan?"Pria tinggi berkulit gelap itu menggertakkan giginya, matanya menyala dengan kebencian. "Kau pikir kami akan mengkhianati Alam Bayangan? Hahaha... Kau hanya buang-buang waktu."Xuan Li tidak menanggapi. Dia mengangkat tangannya, jari-jarinya membentuk segel yang segera melepaskan tekanan spiritual yang lebih besar. Tanah di sekitar mereka bergetar, udara seolah-olah tertarik ke satu titik, menciptakan hisapan yang mengerikan. Pria bercodet mengerang, tubuhnya melengkung kesakitan."Jawab atau mati," ujar Xuan Li datar, matanya setenang dan sedalam jurang tak berdasar.Namun, sepertinya harapannya sia-sia. Kedua pria itu tiba-tiba menegang, tubuh mereka membeku seperti patung. Mata mereka yang penuh
Xuan Li dan Qing Peng tetap berdiri di tempat, tidak menunjukkan tanda-tanda panik meskipun tekanan dari pertarungan yang terjadi di kejauhan mulai terasa hingga ke titik mereka berada. Xuan Li menyipitkan mata, mengaktifkan mata spiritualnya untuk melihat lebih jelas.Yang bertarung di sana bukanlah orang biasa. Kedua sosok itu memiliki aura yang serupa, gelap dan mencekam, penuh dengan dendam."Alam Bayangan..." gumam Xuan Li pelan, nyaris tanpa suara.Qing Peng, yang berdiri di sampingnya, langsung merasakan perubahan kecil dalam ekspresi Xuan Li. "Kita tidak seharusnya terlibat. Mari kita pergi," usulnya tanpa ragu.Xuan Li mengangguk. Tidak ada keuntungan dalam ikut campur urusan orang-orang Alam Bayangan, apalagi jika mereka berasal dari faksi yang sama dan sedang bertarung satu sama lain. Tetapi, sebelum mereka sempat bergerak, angin tajam menerjang, disertai suara robekan udara yang mengancam.Dalam sekejap, dua sosok yang tadi bertarung telah muncul di hadapan mereka. Mereka
Setelah mendapatkan persetujuan dari Bai Xian, Xuan Li bersiap untuk meninggalkan Istana Phoenix. Sebelum pergi, ia memutuskan untuk meminta izin kepada Feng Ru dan para tetua Klan Phoenix. Meskipun ia tidak terbiasa melakukan hal seperti ini, ia memahami bahwa Bai Xian dan anak mereka akan tetap berada di sini, dan ia ingin memastikan semuanya dalam keadaan aman.Feng Ru menatap Xuan Li dengan penuh kebijaksanaan. "Jangan khawatir tentang Bai Xian dan keturunanmu. Kami akan menjaga mereka sebaik mungkin," katanya dengan suara tenang namun penuh keyakinan. "Sebagai nenek, sudah menjadi tugasku untuk melindungi Bai Xian. Pergilah dengan tenang."Xuan Li mengangguk, menghargai kata-kata Feng Ru. Tanpa banyak bicara lagi, ia berbalik dan berjalan menuju kamarnya untuk berpamitan dengan Bai Xian dan bayi spiritual mereka.Saat ia masuk ke dalam kamar, Bai Xian sudah menunggunya. Ia duduk di tepi tempat tidur, tangannya membelai perlahan bola energi bercahaya yang merupakan bayi spiritua
Calon janin spiritual di tubuh Bai Xian, yang telah berusia satu purnama, kini mulai menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Keadaan janin yang sebelumnya sangat bergantung pada asupan energi dari Xuan Li, kini sudah mampu menyerap energi spiritual dari alam secara mandiri. Hal itu membawa perasaan lega bagi Xuan Li, karena proses pertumbuhannya semakin membaik dan tidak memerlukan perhatian intensif seperti sebelumnya.Di sisi lain, kondisi fisik Bai Xian juga semakin pulih. Ia kini bisa bergerak lebih leluasa, meskipun masih ada waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar pulih sepenuhnya. Kini, di antara mereka, ada ikatan yang semakin kuat, tidak hanya sebagai suami istri, tetapi juga sebagai pasangan yang saling mendukung di jalan kehidupan spiritual dan fisik.Seiring berjalannya waktu, Xuan Li tak hanya fokus pada kesehatan Bai Xian. Ia juga mengajarkan berbagai teknik kultivasi dan pengobatan untuk memperdalam pengetahuan dan kemampuan Bai Xian. Meskipun Bai Xian sudah s
Xuan Li mencengkeram leher Feng Mian dengan tangan kirinya, jari-jarinya menekan dengan kekuatan yang cukup untuk membuat napas wanita itu tersengal. Mata Feng Mian membelalak, tubuhnya bergetar, tetapi ia tidak dapat melawan tekanan luar biasa yang menghimpitnya. Sementara itu, dengan tangan kanannya, Xuan Li menghancurkan tubuh dua tetua klan Phoenix yang berkhianat. Serangan itu begitu cepat hingga hanya menyisakan serpihan energi yang menghilang di udara.Pemandangan mengerikan ini membuat Feng Ru dan para tetua yang tersisa menahan napas. Wajah mereka pucat pasi, tidak percaya bahwa pria muda di hadapan mereka dapat bertindak dengan begitu kejam dan tanpa ragu."Semut kecil berani bermain-main denganku?" suara Xuan Li terdengar tenang, tetapi setiap kata yang diucapkannya membawa tekanan yang menusuk jiwa. Aura mendominasi yang terpancar darinya membuat semua orang di ruangan itu merasa seperti tertindih gunung yang tak terlihat.Setelah menguasai teknik pengendalian jiwa ting