Udara di lorong bawah tanah terasa pekat dan menusuk paru-paru. Aroma lembap bercampur dengan bau darah dan logam karat, menciptakan atmosfer yang menyesakkan. Cahaya obor yang redup bergetar di dinding batu yang kasar, seolah-olah enggan menyentuh kegelapan yang menyelimuti tempat itu.Xuan Li berdiri di sudut lorong, matanya tajam mengamati seorang penjaga yang bergegas masuk ke dalam ruangan besar di ujung lorong. Langkah kaki pria itu tergesa-gesa, suaranya bergema di sepanjang dinding sempit."Dia pasti membawa informasi penting."Xuan Li menunggu beberapa saat sebelum menyelinap di belakangnya. Tubuhnya bergerak ringan seperti bayangan, nyaris tanpa suara.Dari celah pintu yang sedikit terbuka, ia bisa melihat penjaga itu berdiri tegap di hadapan seorang pria bertubuh tinggi dengan aura yang menekan. Xi Meng, ketua Organisasi Pembunuh Hitam Berkabut."Tuan, bahan ramuan yang Anda pesan telah tiba," lapor penjaga itu dengan nada hormat.Xi Meng menyipitkan mata sebelum beranjak d
Darah segar menetes dari ujung lengan Xuan Li, bercampur dengan debu dan pecahan batu yang beterbangan di udara. Nafasnya berat, tetapi matanya tetap tajam, penuh determinasi yang tak tergoyahkan.Lorong bawah tanah yang sempit telah ia tinggalkan. Kini, ia berdiri di tengah aula luas yang dipenuhi reruntuhan, jejak pertempuran sebelumnya masih membara di sekelilingnya.Di belakangnya, formasi pertahanan yang ia ciptakan mulai berpendar, melindungi Lin Gong dan Jian Cheng dari ancaman eksternal. Segel-segel spiritual berputar perlahan di udara, membentuk penghalang transparan yang berkilauan.Xuan Li tahu, waktunya tidak banyak.Langkah kaki bergema di lantai batu yang retak. Bayangan-bayangan hitam mulai bermunculan dari segala arah, mengitari tempat itu seperti predator yang mencium darah segar.Di ujung aula, seorang pria bertubuh tegap berdiri dengan tangan bersedekap. Matanya menyipit menatap Xuan Li dengan tatapan penuh minat, seolah menilai barang antik yang baru saja ditemukan
Xi Meng tidak sempat bereaksi. Dalam sekejap, Xuan Li sudah berada di hadapannya, mencengkeram kepalanya dengan kekuatan yang menakutkan.Mata Xi Meng membelalak, tubuhnya seketika kaku. Tangan Xuan Li sudah mencengkeram kepalanya."Ti-Tidak..." Suara Xi Meng gemetar. "Kau... bukan manusia..."Ia berusaha meronta, tapi tak ada gunanya. Cengkeraman itu seperti belenggu kematian.Pecahan lonceng di tubuh Xuan Li bergetar. Aura gelap menyembur keluar, menyelimuti tubuh Xi Meng dalam kabut hitam yang berputar-putar seperti pusaran neraka.Xi Meng menjerit, namun jeritannya langsung lenyap, seakan suaranya tersedot ke dalam kehampaan. Tubuhnya mengering, kulitnya menua dalam hitungan detik sebelum akhirnya meledak menjadi debu yang tersapu angin.Xuan Li tidak bergerak. Matanya hanya menatap kosong ke tempat Xi Meng lenyap.Tapi ia belum selesai.Tangan Xuan Li terangkat. Aura hitam kembali merayap dari tubuhnya, menyapu sisa mayat para anak buah Xi Meng yang terbunuh dalam pertempuran tad
Di langit yang diliputi kabut hitam pekat, Bing Chuan melesat bagai kilat. Ruang di sekelilingnya bergetar akibat tekanan auranya, meninggalkan jejak bayangan yang berpendar keunguan.Dalam hatinya, rasa gelisah bercampur dengan antisipasi.Tubuh giok telah muncul.Ini bukan sekadar rumor kosong—tanda-tandanya telah terlihat di berbagai wilayah. Jika benar, maka dunia akan segera menghadapi guncangan yang tak terhindarkan."Aku harus segera melaporkan ini… sebelum yang lain bertindak lebih dulu."Dengan satu hentakan, Bing Chuan merobek ruang dan menghilang ke dalam pusaran celah dimensi, menuju pusat kekuasaan Dunia Kegelapan.***Berita ini tidak hanya menggetarkan kultivator dunia gelap, tetapi juga mengguncang para kaisar, raja, dan pemimpin sekte kuno.Di banyak tempat, langit mendadak berubah mendung, seakan merespons kejadian besar yang akan datang.Tubuh giok bukan sekadar legenda, ia adalah anugerah dan malapetaka bagi dunia.Beberapa sekte menganggapnya sebagai penyatu dunia
Di dalam sebuah paviliun megah, Yan Hui bersandar santai di dipan, dikelilingi oleh beberapa wanita cantik yang tertawa lirih sambil menuangkan arak ke cawannya.Ia menikmati momen ini tanpa beban, seolah dunia di luar sana tidak sedang berada di ambang kekacauan.Namun, ketenangan itu terusik ketika suara langkah tergesa terdengar dari koridor. Tirai sutra yang menutupi pintu masuk tersibak dengan kasar, menampilkan sosok Xuan Yi yang masuk dengan ekspresi gelap."Yan Hui!" suara Xuan Yi bergema tajam, membuat para selir terkejut dan buru-buru menundukkan kepala.Alih-alih merasa terganggu, Yan Hui hanya menyesap araknya perlahan sebelum menoleh. “Putra mahkota, apa kau harus selalu datang dengan wajah seram seperti itu?” tanyanya santai sambil mengangkat sebelah alis.Xuan Yi mengepalkan tinjunya, matanya menyala dengan ketegangan. “Tubuh giok telah muncul, dan kau masih bisa bersantai di sini?!"Yan Hui mendengus pelan, menyingkirkan lengan seorang selir yang masih bersandar pada
Tabib Hantu Wu tidak pernah menyangka bahwa kemunculan kembali Xuan Li akan mengguncang dunia kultivasi secepat ini. Ia sudah menduganya sejak lama, tetapi tidak berpikir bahwa semua akan terjadi secepat ini."Bocah itu… apakah dia sudah siap menghadapi dunia?"Ia berdiri di atas sebuah tebing tinggi, membiarkan angin pegunungan meniup jubahnya yang panjang. Ia menghela napas.Dunia ini terlalu kejam bagi seseorang yang memiliki Tubuh Giok seperti Xuan Li. Sebuah keberkahan yang bisa berubah menjadi kutukan. Jika informasi tentangnya sudah menyebar, maka semua sekte besar, klan kuno, dan bahkan organisasi bayangan tidak akan tinggal diam."Kau mungkin bisa mengalahkan satu atau dua orang kuat, tetapi bagaimana jika seluruh dunia memburumu?"Dengan pemikiran itu, ia akhirnya mengambil keputusan untuk turun gunung dan mencarinya.Namun, ia tidak bisa melakukannya dengan sembarangan.Menghindari sorotan adalah keahliannya. Ia mengenakan jubah kusam seorang pengembara, wajahnya tertutup t
Putri Jing Yue berdiri tegak di atas kudanya, memandangi kelompok di hadapannya dengan sorot mata dingin. Meski lawannya tampak enggan menyerahkan informasi, ia tetap mempertahankan sikapnya yang tegas."Aku akan bertanya sekali lagi," katanya dengan suara mantap. "Tunjukkan token kerajaan kalian, atau jangan harap bisa melewati wilayah Kerajaan Bintang Timur."Kelompok di depannya tampak ragu. Pemimpinnya, seorang pria bertubuh tegap dengan jubah berwarna biru tua, menghela napas panjang sebelum akhirnya mengeluarkan token identitas. Kilauan perak di permukaannya menandakan status mereka sebagai pasukan khusus Kekaisaran Bulan Perak."Jadi ini pasukan khusus…" gumam Putri Jing Yue, mengenali nama itu.Yan Hui, pemimpin kelompok tersebut, menatapnya dengan ekspresi penuh arti. "Kami tidak datang untuk menimbulkan masalah. Kami hanya menjalankan misi."Putri Jing Yue menyipitkan mata, mempertimbangkan ucapannya sejenak. Lalu, ia memberi isyarat kepada pasukannya untuk menyingkir."Bai
Suara bentrokan senjata masih menggema di udara, tetapi perlahan-lahan pertempuran mulai mereda. Dengan bergabungnya pasukan Putri Jing Yue, kelompok sihir gelap yang sebelumnya mendominasi kini mulai terdesak. Teknik-teknik mereka yang penuh kegelapan tak lagi bisa sepenuhnya menekan lawan.“Ayo mundur!” teriak pemimpin mereka, sorot matanya penuh amarah dan rasa tak percaya.Dalam sekejap, mereka mengaktifkan formasi bayangan, tubuh mereka lenyap dalam kabut hitam yang bergulung. Meskipun telah menang, pasukan Putri Jing Yue dan kelompok wanita bertopeng tak luput dari kerugian. Banyak yang terluka, beberapa bahkan kehilangan nyawa mereka dalam pertempuran ini.Putri Jing Yue menghela napas, matanya menyapu pasukannya yang berusaha bertahan meski dalam kondisi mengenaskan. Ia merasakan denyut nyeri di lengan kirinya, luka yang cukup dalam akibat serangan sihir sebelumnya.“Kita istirahat di sini,” katanya tegas. “Obati luka-luka kalian.”Para prajuritnya segera duduk dan mulai berm
Angin kencang menerpa rerumputan liar di atas bukit tandus itu. Tiga sosok muncul dari celah ruang yang perlahan menghilang di belakang mereka. Aroma darah, keringat, dan debu pertempuran masih menempel di tubuh mereka.Xuan Li berdiri tegak, matanya menyapu ke sekeliling. Setelah memastikan tidak ada bahaya, ia menurunkan Lin Gong yang masih tak sadarkan diri dan menoleh pada Jian Cheng yang kini terduduk dengan napas berat.“Telan ini,” ucap Xuan Li, mengulurkan sebutir pil berwarna kuning tua.Jian Cheng menerimanya tanpa bicara. Ia menelan pil itu, lalu bersila, mulai memusatkan napas untuk mempercepat penyembuhan.Sementara itu, Lin Gong sudah sadar, meski wajahnya masih pucat. Matanya terbuka sedikit. Tapi ada kesadaran di sana.“Aku belum mati?” bisiknya.“Belum,” jawab Xuan Li pendek.Lin Gong mengerutkan kening. Tapi sebelum ia menjawab, Xuan Li sudah duduk di belakang mereka berdua. Ia meletakkan masing-masing telapak tangannya ke punggung mereka. Energi spiritual mengalir t
Suara ledakan mengguncang lorong bawah tanah.Brakkk!Batu dan debu beterbangan saat dinding di atas mereka hancur berkeping. Xuan Li muncul dari reruntuhan, membawa Lin Gong dalam pelukannya. Wajah Lin Gong pucat, matanya setengah terbuka, tubuhnya nyaris tidak bergerak.Jian Cheng melompat keluar dari celah yang sama, pedangnya menebas dua serangan spiritual yang datang dari arah kanan dan kiri.“Jalan terbuka!” seru Jian Cheng. “Tapi mereka sudah mengepung dari empat arah!”Xuan Li tak menjawab. Kakinya menginjak tanah dan langsung bergerak menuju reruntuhan tua yang berada di sisi halaman utama. Belasan anak panah spiritual terbang ke arah mereka, tapi Xuan Li hanya melambaikan tangannya. Formasi tipis memancar di udara, menangkis semuanya.Lin Gong membuka mulutnya pelan. “Hati-hati… Jenderal Shu… bukan manusia…”Napasnya berat, seperti sedang menahan sakit yang dalam.Xuan Li hanya mengangguk singkat. “Aku tahu. Sekarang diamlah dan pulihkan dirimu.”Ia mengeluarkan sebutir pi
Langit belum sepenuhnya terang saat perahu terbang Xuan Li meluncur menembus awan, menyisakan jejak tipis energi spiritual yang langsung terhapus angin.Di atas geladak perahu, Jian Cheng berdiri dengan tangan bersedekap, matanya memandang ke kejauhan.Xuan Li duduk bersila di ujung perahu. Mata setengah tertutup, namun kesadarannya terjaga penuh. Di dadanya, jejak darah jiwa Lin Gong berdenyut seperti benang merah tak kasat mata, menariknya ke satu arah tertentu menuju tenggara."Arah ini…" gumamnya pelan. Alisnya mengerut. "Tidak kusangka, aku akan datang ke sana lagi."Jian Cheng menoleh. “Apa maksudmu, Tuan?”“Kerajaan Bintang Timur,” jawab Xuan Li singkat. Matanya terbuka sepenuhnya. “Wilayah kekuasaan Raja Jing dan… Putri Jing Yue.”Jian Cheng tidak bertanya lebih lanjut. Ia tahu Xuan Li menyimpan banyak masa lalu yang tak pantas disentuh.Perjalanan berlangsung satu hari penuh tanpa henti. Di bawah bayangan awan, pegunungan, dan sungai-sungai yang membelah daratan, Xuan Li teta
Xuan Li mengepalkan tangan.“Kalau aku langsung mendatanginya sekarang… itu sama saja membunuhnya.”Ia telah melihat dari kejauhan. Tempat itu diselimuti formasi jiwa. Bentuknya kompleks. Energi spiritual mengalir dalam pola melingkar, menelan siapa pun yang masuk tanpa izin. Bahkan seorang ahli tahap formasi kekosongan sekalipun bisa terjebak di dalamnya.“Formasi itu tidak diciptakan secara sembarangan. Ada tangan ahli di baliknya.”Ia menutup mata, menarik napas panjang. Tak bisa gegabah. Lin Gong memang penting, tapi jika ia masuk tanpa rencana, hasilnya hanya satu: dua orang hancur, bukan satu yang diselamatkan.“Aku butuh teknik pemecah formasi. Bukan yang umum. Aku butuh yang diajarkan Guru…”Tabib Hantu Wu. Namanya muncul di benaknya seperti kilatan cahaya. Orang itu bukan hanya seorang ahli racun dan akupuntur. Ia juga seorang peracik formasi spiritual yang tak bisa dipahami oleh kebanyakan kultivator.Xuan Li duduk bersila di atas batu. Tubuhnya mulai menyerap udara spiritua
Pertanyaan Xuan Li menghentikan rona bahagia yang masih tersisa di wajah Jian Cheng. Lelaki itu terdiam sejenak. Matanya bergerak ragu, dan senyumnya lenyap seketika."Maaf, Tuan," ucapnya perlahan. "Saat saya keluar dari pengasingan… Lin Gong sudah tidak ada. Goa itu kosong."Xuan Li memicingkan mata."Dan kau tidak mencarinya?""Saya mencarinya," jawab Jian Cheng cepat. "Saya memeriksa area sekitar, bahkan meninggalkan penanda spiritual. Tapi tidak ada satu pun jejaknya."Kening Xuan Li mengernyit, rahangnya menegang. Tatapannya tajam seperti bilah pisau yang terhunus, menyapu tubuh Jian Cheng dari ujung rambut hingga kaki."Benarkah tidak ada petunjuk?" tanyanya pelan, tapi tekanan dalam suaranya meningkat. "Atau kau menyembunyikan sesuatu dariku?"Aura dingin merambat dari tubuh Xuan Li. Udara di sekitarnya mendadak membeku. Jian Cheng menggigil, lalu jatuh berlutut tanpa mampu melawan tekanan yang menghimpit tubuhnya.“Saya tidak berani!” seru Jian Cheng tergesa. Nafasnya terenga
Xuan Li melihat sosok pria itu yang berjalan perlahan mendekatinya. Mata pria itu tenang, tidak menyimpan tekanan, tidak menyembunyikan niat. Tapi Xuan Li tidak menurunkan kewaspadaannya. Energi spiritual terkumpul di telapak tangannya siap untuk dilepaskan.Rambut panjang pria itu berwarna perak seperti rambut seorang yang telah renta. Tapi wajahnya begitu muda terlihat seumuran dengan Xuan Li.‘Aneh,’ pikir Xuan Li. Ia mengernyit.Pakaian yang dikenakan pria itu sangat mirip dengan pakaian yang pernah dikenalinya, bukan itu saja, ada aroma herbal samar yang menguar dari tubuhnya.'Aroma ini...seharusnya hanya muncul ketika aku membuat pil penerobosan tingkat tinggi,' gumam Xuan Li dalam hati.Mata Xuan Li menyipit. Ia hanya mengenal satu orang yang cocok dengan petunjuk itu.Jian Cheng.Tapi Jian Cheng adalah lelaki tua dengan tubuh yang rapuh karena luka dalam. Beberapa kali Xuan Li menyelamatkannya dari kematian. Tetapi, Xuan Li bisa merasakan kali ini tidak ada jejak luka sedikit
Langkah Xuan Li mantap menapaki jalan berbatu yang mengarah ke perbukitan tandus di perbatasan timur Kekaisaran Bulan Perak. Udara kering berhembus pelan, menyapu ujung jubah hitamnya. Sejak meninggalkan wilayah naga ular, pikirannya tak pernah benar-benar tenang.Ia tahu apa yang sedang dirasakan Yi Qing. Ikatan darah yang pernah ditanamkan padanya masih aktif, menghubungkan kesadaran mereka secara samar. Luka-luka, kegelisahan, rasa sakit, semuanya terpantul dalam benaknya bagai riak di permukaan air. Tapi Xuan Li tak berniat mencampuri lagi. Ia sudah meletakkan dasar. Selebihnya, terserah pada tekad gadis itu."Kalau kau ingin hidup, maka bertahanlah. Kalau kau ingin menjadi kuat, jangan menunggu diselamatkan," gumamnya pelan.Tujuannya kali ini adalah gua kecil yang terletak di kaki Gunung Menara Langit. Tempat itu dulunya hanya sarang binatang buas, tapi kini menjadi tempat tinggal dua orang yang pernah ia beri petunjuk latihan: Lin Gong dan Jian Cheng.Sudah beberapa bulan berla
Setelah kepergian Xuan Li, sunyi menggantung di udara. Formasi teleportasi yang sebelumnya memancarkan cahaya terang kini hanya menyisakan bayangan melingkar di atas tanah. Angin gurun Qiuqi berembus pelan, membawa debu halus yang menyapu ujung jubah para tetua naga ular.Semua pandangan akhirnya tertuju pada satu sosok: Yi Qing.Gadis muda itu masih terduduk di tanah, tubuhnya lemas. Darah kering menempel di sudut bibir dan hidungnya. Napasnya belum stabil. Namun lebih dari luka fisik, sorot matanya mencerminkan pergolakan batin yang tak mudah dimengerti.Wen Huyui melangkah maju. Wajahnya tampak tenang, tapi matanya mengandung amarah yang ditahan.“Petaka darah... pada tubuh seperti dia?” gumamnya pelan namun tajam. “Itu bukan sesuatu yang muncul tanpa alasan.”Yi Qing menunduk. Bahunya sedikit gemetar. Ia tidak berani membalas tatapan itu.“Siapa kau sebenarnya?” Wen Huyui bertanya lagi. Suaranya tidak meninggi, tapi tekanannya membuat udara terasa berat.Langkah kaki terdengar dar
Menjadi penguasa ras naga ular bukanlah kehormatan semata. Itu adalah beban. Qing Peng mengetahuinya sejak hari pertama ia duduk di tahta. Ritual penobatan telah usai, para tetua membungkuk hormat, dan suara seruling ritual masih bergema di kejauhan.Namun tidak ada waktu untuk bernafas dengan bebas.Wen Huyui berdiri di samping cucunya, wajahnya datar. “Kau tidak akan mendapat waktu bersantai. Mulai hari ini, kau harus mempelajari aturan, sejarah, dan rahasia garis keturunan kita. Aku akan mengajarimu sendiri.”Qing Peng mengangguk tanpa banyak bicara. Tidak ada keberatan. Ia tahu siapa dirinya sekarang.Di sisi lain, Xuan Li berdiri dalam diam di tepi panggung upacara, jubah hitamnya berkibar ditiup angin gurun. Tatapannya menembus kejauhan, seolah semua yang terjadi di belakangnya hanyalah riak dalam kolam yang tenang.Qing Peng menghampirinya saat hari mulai senja. “Apakah kau akan pergi, Tuan?”Xuan Li tidak menoleh. “Sudah saatnya aku pergi.”“Setidaknya tinggal beberapa har