Suara bentrokan senjata masih menggema di udara, tetapi perlahan-lahan pertempuran mulai mereda. Dengan bergabungnya pasukan Putri Jing Yue, kelompok sihir gelap yang sebelumnya mendominasi kini mulai terdesak. Teknik-teknik mereka yang penuh kegelapan tak lagi bisa sepenuhnya menekan lawan.“Ayo mundur!” teriak pemimpin mereka, sorot matanya penuh amarah dan rasa tak percaya.Dalam sekejap, mereka mengaktifkan formasi bayangan, tubuh mereka lenyap dalam kabut hitam yang bergulung. Meskipun telah menang, pasukan Putri Jing Yue dan kelompok wanita bertopeng tak luput dari kerugian. Banyak yang terluka, beberapa bahkan kehilangan nyawa mereka dalam pertempuran ini.Putri Jing Yue menghela napas, matanya menyapu pasukannya yang berusaha bertahan meski dalam kondisi mengenaskan. Ia merasakan denyut nyeri di lengan kirinya, luka yang cukup dalam akibat serangan sihir sebelumnya.“Kita istirahat di sini,” katanya tegas. “Obati luka-luka kalian.”Para prajuritnya segera duduk dan mulai berm
Xuan Li, Lin Gong, dan Jian Cheng keluar dari goa persembunyian mereka. Tidak jauh dari sana, suara benturan keras menggema, diikuti raungan garang.Dua binatang roh tingkat tinggi sedang bertarung sengit di tengah hutan. Yang satu adalah Serigala Petir Bermata Tiga, tubuhnya dipenuhi percikan listrik yang berkelap-kelip liar. Lawannya, Harimau Kabut Hitam, menggeram sambil mengeluarkan kabut tebal yang menyelimuti area sekitarnya.Mereka bertiga bersembunyi di balik pepohonan, mengamati dengan penuh kewaspadaan."Binatang-binatang ini bukan main," gumam Jian Cheng, matanya terpaku pada pertarungan yang semakin intens.Lin Gong menyeringai. "Kita bisa menunggu sampai salah satu dari mereka tumbang, lalu kita yang menyelesaikan sisanya."Xuan Li tetap diam beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Kristal roh mereka bisa dipakai untuk membuat pil penerobosan tingkat tinggi. Jika dikombinasikan dengan bahan yang tepat, efeknya akan luar biasa."Mata Lin Gong berbinar. "Serius?"Jian Chen
Ledakan energi spiritual mengguncang hutan. Lin Gong dan Jian Cheng berjuang mati-matian menghadapi Serigala Petir Bermata Tiga dan Harimau Kabut Hitam.Serigala itu menggeram, bulu-bulunya yang diselimuti kilatan petir berdiri tegak, setiap gerakannya memancarkan percikan listrik yang menyambar sekeliling. Harimau Kabut Hitam tak kalah ganas, mengeluarkan raungan rendah sebelum menghembuskan kabut pekat yang membungkus area pertempuran.Jian Cheng melompat ke udara, menghindari sambaran petir yang hampir mengenai tubuhnya. Napasnya tersengal, tetapi matanya tetap tajam."Binatang ini… daya tahan mereka terlalu kuat!" serunya sambil menghindari cakaran Harimau Kabut Hitam yang muncul tiba-tiba dari balik kabut.Lin Gong, yang berada di sisi lain medan tempur, menyeringai. Meskipun tubuhnya sudah dipenuhi luka goresan dan memar akibat benturan energi, semangat bertarungnya tidak surut."Heh, kalau mudah, bukan tantangan namanya!" teriaknya, melompat ke depan sambil menyalurkan kekuatan
Seperti kabut yang menyelinap keluar dari kegelapan, utusan Dewa Langit Surgawi berdiri tanpa suara, menghadirkan aura yang sulit dipahami.Gulungan berukiran emas terulur ke arahnya. Yan Hui menerimanya tanpa banyak bicara. Ia tidak perlu bertanya. Keberadaan gulungan ini sudah menjadi jawaban.Seperti datang tanpa jejak, sosok berjubah hitam itu pun menghilang begitu saja. Tanpa suara. Tanpa bayangan.Ruangan itu masih dipenuhi hawa dingin meski sosok gelap yang baru saja muncul telah lenyap. Yan Hui tetap berlutut di lantai, napasnya tertahan saat tubuhnya merasakan tekanan yang baru saja menghilang. Perlahan, ia mengangkat wajahnya, menatap gulungan yang kini berada dalam genggamannya.Tanpa ragu, ia berdiri dan melangkah menuju meja kayu di sudut ruangan. Jari-jarinya bergerak hati-hati saat membuka gulungan itu, seolah benda ini bisa meledak kapan saja. Cahaya lilin bergetar, menciptakan bayangan samar di permukaan gulungan yang kini terbuka di depannya.Matanya menyapu setiap k
Aula utama Sekte Pedang Langit dipenuhi ketenangan yang menekan. Meski hening, udara di dalamnya terasa sarat ketegangan. Han Sheng dan timnya duduk tegap, menunggu seseorang yang mereka hormati sekaligus takuti.Pintu aula terbuka perlahan, Shu Jin melangkah masuk. Auranya tajam seperti pedang yang tak terlihat, menebarkan tekanan yang membuat seluruh ruangan seolah menyempit.Begitu ia muncul, Han Sheng dan yang lainnya segera berdiri, menundukkan kepala dalam penghormatan."Ketua sekte."Shu Jin melambaikan tangan, isyarat sederhana yang cukup untuk membuat mereka kembali duduk.Han Sheng berjalan ke hadapan Shu Jin. Kedua tangannya bertaut dengan wajah yang tertunduk."Lapor," ujarnya tanpa basa-basi. "Misi telah selesai. Kami kehilangan empat orang teman, tetapi pecahan Lonceng Pengubah Takdir berhasil direbut kembali dari tangan murid yang berkhianat, Song Peng."Hening menyelimuti aula. Semua orang menyadari betapa berharganya lonceng itu bagi ketua sekte mereka.Shu Jin membuk
Yan Yue duduk diam di ruang pribadinya, jari-jarinya perlahan menggulung lengan jubahnya sementara pikirannya melayang memikirkan Wu Yu."Kenapa namanya terus muncul di benakku?" pikirnya, matanya menatap kosong ke arah lantai.Ada sesuatu yang aneh setiap kali nama itu melintas di benaknya. Bukan cinta, bukan pula sekadar nostalgia. Yang ia rasakan lebih menyerupai ketertarikan yang tidak bisa ia jelaskan.Keduanya memang memiliki hubungan, bukan hubungan yang penuh kasih sayang, melainkan hubungan yang didasarkan pada kepentingan. Kultivasi.Namun, ada satu kejadian yang terus mengusik pikirannya ketika mengingat dia yang berinisiatif lebih dulu.Pada pertemuan terakhir mereka di kolam Yin Yang, Xuan Li berada dalam kondisi tidak sadar akibat lonjakan kekuatan besar yang meluap dari tubuhnya.Yan Yue dan Xuan Li kembali berbagi energi spiritual satu sama lain dengan cara yang paling primitif, yaitu melalui hubungan tubuh. Itu bukan tindakan yang didorong oleh emosi, melainkan metode
Jantung Yan Yue serasa mencelos saat ia merasakan jejak energi Xuan Li dalam tubuh Ratu Langit. Sensasi itu terlalu jelas untuk diabaikan. Jantungnya berdetak lebih cepat, tetapi ekspresinya tetap dingin dan terkendali."Tidak mungkin... Kenapa ada jejak kekuatan Wu Yu di dalam dirinya?"Tatapan Yan Yue terkunci pada Ratu Langit yang kini berdiri di atas panggung, menerima sambutan meriah dari para pemimpin klan iblis. Namun, di balik kemegahan itu, sesuatu terasa janggal.Kekuatan yang menyelimuti tubuhnya bukan sekadar energi iblis biasa, ada sesuatu yang lebih dalam, lebih kompleks. Yan Yue, dengan kepekaannya yang tajam, bisa merasakan riak energi spiritual asing, kekuatan yang seharusnya hanya dimiliki oleh Wu Yu.Atau lebih tepatnya—Xuan Li.Yan Yue mengetatkan genggaman pada cawan anggurnya, tetapi ekspresi wajahnya tetap tanpa cela. Ia tidak boleh menunjukkan kelemahannya di hadapan para penguasa Alam Luar."Apakah dia memiliki hubungan dengan Wu Yu? Atau... lebih buruk lagi,
Yan Yue tetap bersikap waspada sepanjang acara, tetapi pada akhirnya, tak ada tanda-tanda kehadiran sosok yang ia curigai. Ini berarti untuk sementara dugaannya terhadap hubungan antara Ratu Langit dan Xuan Li tidak terbukti.Namun, itu tidak membuatnya sepenuhnya tenang. Jejak energi Xuan Li di tubuh Ratu Langit tidak bisa diabaikan begitu saja. Mungkin mereka memang pernah bertemu dalam keadaan yang tidak disengaja. Bagaimanapun, Xuan Li dikenal sebagai tabib dan alkemis berbakat. Tidak aneh jika seseorang dari Alam Luar pernah menerima bantuannya.‘Atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan biasa?’Yan Yue berjalan keluar dari aula pesta bersama para tamu lainnya. Cahaya merah samar mulai merayap di cakrawala, menandakan fajar segera tiba. Udara pagi di Alam Luar terasa dingin, menyisakan embun tipis yang menggantung di udara.Jubahnya yang berwarna gelap berayun ringan saat ia melangkah dengan anggun menuruni anak tangga menuju halaman istana iblis. Sekilas, ia menangkap
Xuan Li berdiri diam, namun matanya menajam. Ia mencium aroma samar dari tubuh Gu Ziyan, lembut, manis, namun bukan wangi bunga biasa. Aromanya menenangkan, seolah membawa ketenangan yang mengikis riak kegelisahan dalam hatinya. Sejenak, pikirannya yang tajam dan penuh perhitungan itu terhenti. Hatinya diam-diam terusik.Gu Ziyan menyadari Xuan Li tak bergerak, tak juga menjauh. Itu cukup baginya sebagai isyarat.Ia mendekat tanpa ragu. Langkahnya ringan namun penuh maksud. Tubuhnya menyentuh dada Xuan Li, dan ia menatap langsung ke matanya tanpa malu-malu."Aku tahu kamu bukan orang biasa," bisik Gu Ziyan dengan senyum kecil di sudut bibirnya. "Tapi entah kenapa... aku ingin membuatmu terusik."Xuan Li menatap balik. Matanya gelap, namun tak ada kemarahan di sana. Hanya kehati-hatian.Tangannya bergerak, menahan pinggang Gu Ziyan. Ia menarik tubuh gadis itu ke pelukannya, bukan dengan kasar, tetapi tegas."Aku bukan pria yang bisa kau jadikan mainan," ucap Xuan Li datar. Suaranya da
Gu Ziyan melangkah cepat keluar dari ruang kerja ayahnya. Raut wajahnya cemberut. Ia menahan kekesalan yang membakar di dadanya.“Ayah benar-benar berubah... hanya karena satu orang asing,” gumamnya pelan, hampir seperti dengusan.Langkahnya membawa dia ke taman bagian timur Istana Bunga, tempat sebuah kolam teratai terhampar tenang. Ia duduk di atas sebongkah batu, menyilangkan kaki dan memungut kerikil kecil. Dengan gerakan cepat, dilemparkannya kerikil itu ke tengah kolam. Riak air melingkar pelan, namun tak mampu meredakan amarah dalam hatinya.Beberapa saat kemudian, langkah ringan terdengar mendekat.“Putri Ziyan,” suara lembut seorang pelayan perempuan memanggil. Ia membungkuk dalam, lalu berdiri di sisi sang putri.“Aku tidak butuh hiburan, Alin. Jangan coba-coba menghiburku dengan kata-kata kosong,” kata Gu Ziyan tanpa menoleh.Alin, pelayan pribadinya sejak kecil, mengenal betul perubahan suasana hati tuannya. Ia tak berkata apa-apa lagi, hanya berdiri menemani dari belakan
Chu Niu Niu menatap Xuan Li yang berdiri diam di lorong panjang Istana Bunga. Wajah pemuda itu tetap datar, tapi sorot matanya menggelap, seperti menyimpan banyak hal yang tak bisa ia ucapkan begitu saja.Chu Niu Niu ingin bertanya, namun ragu. Ia tahu saat seperti ini bukan waktu yang tepat untuk menyentuh sesuatu yang mungkin akan memicu ledakan di dalam hati Xuan Li.Setelah mengantar mereka ke kamar tamu yang telah disiapkan, Chu Niu Niu berpamitan."Aku harus kembali bertugas. Istana ini tak bisa ditinggal terlalu lama," katanya singkat.Xuan Li hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia tahu, Chu Niu Niu bukan tipe yang suka mengeluh, apalagi dalam keadaan genting seperti sekarang. Sebagai panglima penjaga istana, tugasnya tidak ringan. Setiap hari ia harus mengelilingi istana, memastikan keamanan tetap terjaga, terutama sejak ancaman dari makhluk-makhluk spiritual kian sering muncul belakangan ini.Begitu Chu Niu Niu menghilang di balik lorong, Xuan Li masuk ke dalam kamar dan d
Xuan Li berhenti melangkah. Hawa aneh menyusup perlahan di balik udara, samar tapi terasa nyata. Seperti napas makhluk yang bersembunyi di kegelapan, menahan diri untuk tak terendus.Tanpa berkata, ia menarik seutas jarum perak dari lengan bajunya. Satu aliran energi spiritual mengalir tajam ke ujung jarum. Ia melemparkan jarum itu ke salah satu sudut lorong yang terlihat kosong.Zreet!Terdengar suara mencicit seperti logam yang menggores daging, lalu teriakan melengking menggema di dinding batu.Bayangan hitam yang sebelumnya tak tampak kini perlahan muncul dari udara tipis. Bentuknya kabur, namun mata merahnya menyorot ke arah mereka dengan penuh kebencian. Gigi-giginya panjang dan rapat, kulitnya berdenyut seperti daging busuk.Chu Niu Niu tertegun. “Apa itu...?”Xuan Li menjawab datar. “Iblis Hati.”Makhluk itu mendesis. “Heh... jadi kau bisa menciumku, manusia... atau... bukan?”Xuan Li tidak menanggapi. Jarinya bergerak cepat, membentuk segel.Makhluk itu bergetar, lalu tertawa
"Chu Niu Niu!"Di ujung lorong, seorang gadis bergaun merah menyala melangkah santai. Di matanya yang sipit, tampak binar nakal. Bibirnya tersenyum, namun auranya membawa tekanan samar yang menusuk kulit.Gu Ziyan.Putri tunggal Gu Nangrong.Orang yang paling tidak ingin ditemui Chu Niu Niu saat ini.Chu Niu Niu segera membungkuk hormat, suaranya kaku. "Salam hormat, Putri."Gu Ziyan hanya mengangkat alis, tidak terlalu peduli. Matanya langsung mengarah pada Xuan Li.Tatapannya terang-terangan, seolah menguliti pemuda itu dari kepala hingga kaki."Ini yang katanya tamu baru itu?" gumamnya, suaranya ringan, tapi penuh rasa ingin tahu.Xuan Li menatapnya sekilas.Dalam sekejap, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Aura Gu Ziyan dipenuhi energi iblis, tapi bukan berasal dari darahnya. Itu seperti racun spiritual yang meresap diam-diam ke dalam tubuh.Matanya menyipit.Gangguan dari luar?Berbahaya kalau dibiarkan.Gu Ziyan melangkah lebih dekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Xuan
Langkah kaki Xuan Li bergema pelan di lorong batu, diapit oleh Chu Niu Niu di satu sisi dan Mo Xiang di sisi lain. Tubuh Mo Xiang masih lemah, tetapi auranya perlahan stabil.Chu Niu Niu memimpin mereka tanpa banyak bicara. Tujuannya jelas: membawa mereka ke hadapan Raja Gu Nangrong, pemimpin Istana Bunga.Udara di sepanjang jalan terasa berat, seolah ada banyak tatapan tersembunyi mengawasi. Setiap mereka melangkah, bayangan-bayangan di balik pilar dan koridor bergerak. Para penghuni istana bunga bermunculan, memperhatikan mereka dengan berbagai ekspresi.Sebagian hanya mengangguk sopan kepada Chu Niu Niu, memberi hormat singkat. Namun lebih banyak lagi yang melirik dengan tatapan mencibir, seolah keberadaan Xuan Li dan Mo Xiang adalah noda dalam kemuliaan istana ini.Xuan Li menatap mereka sekilas. Mata hitamnya tetap tenang, tidak memperlihatkan sedikit pun reaksi. Dalam hatinya, ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini.‘Kuat, maka dihormati. Lemah, maka diinjak.’Aturan d
Tubuh Xuan Li perlahan membangkitkan napas baru.Tubuh giok miliknya bukan tubuh biasa. Ia lahir untuk menyerap energi spiritual dalam jumlah besar, lebih banyak daripada tubuh kultivator biasa mana pun.Saat ia bermeditasi di tepi kolam spiritual, air berkilau di hadapannya bergetar, lalu surut drastis. Energi murni di dalam kolam itu seperti sungai yang kehilangan hulunya, mengalir deras ke dalam tubuh Xuan Li.Tak butuh waktu lama, permukaan air di kolam mulai surut, warnanya memucat.Xuan Li membuka matanya sedikit."Aku sudah menyerap seluruh kolam ini..." pikirnya dalam hati.Namun rasa lapar pada tubuh gioknya belum sepenuhnya terpuaskan.Tanpa banyak pertimbangan, ia melangkah ke kolam kecil lain di sebelahnya. Aura kolam itu serupa, murni, kaya, dan berbahaya bagi siapa pun yang tidak siap.Ia duduk bersila lagi.Tubuhnya secara alami mulai menarik energi spiritual, seperti pusaran air di tengah badai. Kali ini, lebih rakus daripada sebelumnya.Di sudut lain lembah, di tempat
"Bantu aku memperbaiki segel," ucap wanita itu dengan nada datar. "Sebagai gantinya, aku memberimu tempat berlindung... dan perlindungan."Xuan Li menatap lurus ke matanya.Yang ia lihat bukan kehangatan, bukan ketulusan, melainkan ketenangan liar, seperti binatang buas yang sudah lama berdamai dengan bau kematian.Ia tahu tawaran ini berbahaya.Namun di belakangnya, makhluk pengisap jiwa masih mengelilingi. Menunda berarti mengantar diri ke kematian dan Mo Xiang tidak akan bertahan."Baik," jawab Xuan Li pendek.Wanita itu mengangguk ringan, lalu berbalik."Ikuti aku."Riak formasi di depannya mengembang, membuka jalan seperti air yang terbelah.Xuan Li menyesuaikan beban Mo Xiang di punggungnya, lalu melangkah masuk.Begitu melewati batas formasi, hawa berat dan tekanan jiwa dari luar lenyap seperti kabut yang tersapu angin.Pemandangan berubah drastis.Tanah tandus berganti dengan padang luas berselimut kabut tipis. Pohon-pohon asing tumbuh di mana-mana, akarnya menancap kuat pada
Xuan Li belum jauh meninggalkan platform batu ketika suara jeritan maut menghantam telinganya.Ia menoleh sekilas.Salah satu anggota Alam Bayangan yang sebelumnya masih hidup kini menggeliat dalam cengkeraman makhluk hitam raksasa. Tubuh makhluk itu berbentuk kabut pekat, menggumpal seperti asap, dengan kilatan merah samar di dalamnya.Dalam sekejap, tubuh anggota Alam Bayangan itu mengering. Energi hidup dan seluruh kultivasinya diserap bersih, meninggalkan kulit keriput yang hancur menjadi debu.Makhluk itu tidak berhenti.Ia membungkuk, menyapu tubuh satunya yang sudah mati. Sisa energi spiritual yang belum sepenuhnya lepas ikut tersedot habis. Tidak ada yang tersisa. Hanya darah dan debu yang perlahan menghilang terbawa angin.Xuan Li mengeraskan ekspresi.Ia mempercepat langkah, tubuhnya berubah menjadi bayangan kabur. Setiap langkahnya ringan, seperti menginjak udara.Namun...Makhluk itu mengangkat kepalanya. Dua titik merah pekat, seperti mata tanpa bentuk, berkedip di dalam