Xuan Li, Lin Gong, dan Jian Cheng keluar dari goa persembunyian mereka. Tidak jauh dari sana, suara benturan keras menggema, diikuti raungan garang.Dua binatang roh tingkat tinggi sedang bertarung sengit di tengah hutan. Yang satu adalah Serigala Petir Bermata Tiga, tubuhnya dipenuhi percikan listrik yang berkelap-kelip liar. Lawannya, Harimau Kabut Hitam, menggeram sambil mengeluarkan kabut tebal yang menyelimuti area sekitarnya.Mereka bertiga bersembunyi di balik pepohonan, mengamati dengan penuh kewaspadaan."Binatang-binatang ini bukan main," gumam Jian Cheng, matanya terpaku pada pertarungan yang semakin intens.Lin Gong menyeringai. "Kita bisa menunggu sampai salah satu dari mereka tumbang, lalu kita yang menyelesaikan sisanya."Xuan Li tetap diam beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Kristal roh mereka bisa dipakai untuk membuat pil penerobosan tingkat tinggi. Jika dikombinasikan dengan bahan yang tepat, efeknya akan luar biasa."Mata Lin Gong berbinar. "Serius?"Jian Chen
Ledakan energi spiritual mengguncang hutan. Lin Gong dan Jian Cheng berjuang mati-matian menghadapi Serigala Petir Bermata Tiga dan Harimau Kabut Hitam.Serigala itu menggeram, bulu-bulunya yang diselimuti kilatan petir berdiri tegak, setiap gerakannya memancarkan percikan listrik yang menyambar sekeliling. Harimau Kabut Hitam tak kalah ganas, mengeluarkan raungan rendah sebelum menghembuskan kabut pekat yang membungkus area pertempuran.Jian Cheng melompat ke udara, menghindari sambaran petir yang hampir mengenai tubuhnya. Napasnya tersengal, tetapi matanya tetap tajam."Binatang ini… daya tahan mereka terlalu kuat!" serunya sambil menghindari cakaran Harimau Kabut Hitam yang muncul tiba-tiba dari balik kabut.Lin Gong, yang berada di sisi lain medan tempur, menyeringai. Meskipun tubuhnya sudah dipenuhi luka goresan dan memar akibat benturan energi, semangat bertarungnya tidak surut."Heh, kalau mudah, bukan tantangan namanya!" teriaknya, melompat ke depan sambil menyalurkan kekuatan
Seperti kabut yang menyelinap keluar dari kegelapan, utusan Dewa Langit Surgawi berdiri tanpa suara, menghadirkan aura yang sulit dipahami.Gulungan berukiran emas terulur ke arahnya. Yan Hui menerimanya tanpa banyak bicara. Ia tidak perlu bertanya. Keberadaan gulungan ini sudah menjadi jawaban.Seperti datang tanpa jejak, sosok berjubah hitam itu pun menghilang begitu saja. Tanpa suara. Tanpa bayangan.Ruangan itu masih dipenuhi hawa dingin meski sosok gelap yang baru saja muncul telah lenyap. Yan Hui tetap berlutut di lantai, napasnya tertahan saat tubuhnya merasakan tekanan yang baru saja menghilang. Perlahan, ia mengangkat wajahnya, menatap gulungan yang kini berada dalam genggamannya.Tanpa ragu, ia berdiri dan melangkah menuju meja kayu di sudut ruangan. Jari-jarinya bergerak hati-hati saat membuka gulungan itu, seolah benda ini bisa meledak kapan saja. Cahaya lilin bergetar, menciptakan bayangan samar di permukaan gulungan yang kini terbuka di depannya.Matanya menyapu setiap k
Aula utama Sekte Pedang Langit dipenuhi ketenangan yang menekan. Meski hening, udara di dalamnya terasa sarat ketegangan. Han Sheng dan timnya duduk tegap, menunggu seseorang yang mereka hormati sekaligus takuti.Pintu aula terbuka perlahan, Shu Jin melangkah masuk. Auranya tajam seperti pedang yang tak terlihat, menebarkan tekanan yang membuat seluruh ruangan seolah menyempit.Begitu ia muncul, Han Sheng dan yang lainnya segera berdiri, menundukkan kepala dalam penghormatan."Ketua sekte."Shu Jin melambaikan tangan, isyarat sederhana yang cukup untuk membuat mereka kembali duduk.Han Sheng berjalan ke hadapan Shu Jin. Kedua tangannya bertaut dengan wajah yang tertunduk."Lapor," ujarnya tanpa basa-basi. "Misi telah selesai. Kami kehilangan empat orang teman, tetapi pecahan Lonceng Pengubah Takdir berhasil direbut kembali dari tangan murid yang berkhianat, Song Peng."Hening menyelimuti aula. Semua orang menyadari betapa berharganya lonceng itu bagi ketua sekte mereka.Shu Jin membuk
Yan Yue duduk diam di ruang pribadinya, jari-jarinya perlahan menggulung lengan jubahnya sementara pikirannya melayang memikirkan Wu Yu."Kenapa namanya terus muncul di benakku?" pikirnya, matanya menatap kosong ke arah lantai.Ada sesuatu yang aneh setiap kali nama itu melintas di benaknya. Bukan cinta, bukan pula sekadar nostalgia. Yang ia rasakan lebih menyerupai ketertarikan yang tidak bisa ia jelaskan.Keduanya memang memiliki hubungan, bukan hubungan yang penuh kasih sayang, melainkan hubungan yang didasarkan pada kepentingan. Kultivasi.Namun, ada satu kejadian yang terus mengusik pikirannya ketika mengingat dia yang berinisiatif lebih dulu.Pada pertemuan terakhir mereka di kolam Yin Yang, Xuan Li berada dalam kondisi tidak sadar akibat lonjakan kekuatan besar yang meluap dari tubuhnya.Yan Yue dan Xuan Li kembali berbagi energi spiritual satu sama lain dengan cara yang paling primitif, yaitu melalui hubungan tubuh. Itu bukan tindakan yang didorong oleh emosi, melainkan metode
Jantung Yan Yue serasa mencelos saat ia merasakan jejak energi Xuan Li dalam tubuh Ratu Langit. Sensasi itu terlalu jelas untuk diabaikan. Jantungnya berdetak lebih cepat, tetapi ekspresinya tetap dingin dan terkendali."Tidak mungkin... Kenapa ada jejak kekuatan Wu Yu di dalam dirinya?"Tatapan Yan Yue terkunci pada Ratu Langit yang kini berdiri di atas panggung, menerima sambutan meriah dari para pemimpin klan iblis. Namun, di balik kemegahan itu, sesuatu terasa janggal.Kekuatan yang menyelimuti tubuhnya bukan sekadar energi iblis biasa, ada sesuatu yang lebih dalam, lebih kompleks. Yan Yue, dengan kepekaannya yang tajam, bisa merasakan riak energi spiritual asing, kekuatan yang seharusnya hanya dimiliki oleh Wu Yu.Atau lebih tepatnya—Xuan Li.Yan Yue mengetatkan genggaman pada cawan anggurnya, tetapi ekspresi wajahnya tetap tanpa cela. Ia tidak boleh menunjukkan kelemahannya di hadapan para penguasa Alam Luar."Apakah dia memiliki hubungan dengan Wu Yu? Atau... lebih buruk lagi,
Yan Yue tetap bersikap waspada sepanjang acara, tetapi pada akhirnya, tak ada tanda-tanda kehadiran sosok yang ia curigai. Ini berarti untuk sementara dugaannya terhadap hubungan antara Ratu Langit dan Xuan Li tidak terbukti.Namun, itu tidak membuatnya sepenuhnya tenang. Jejak energi Xuan Li di tubuh Ratu Langit tidak bisa diabaikan begitu saja. Mungkin mereka memang pernah bertemu dalam keadaan yang tidak disengaja. Bagaimanapun, Xuan Li dikenal sebagai tabib dan alkemis berbakat. Tidak aneh jika seseorang dari Alam Luar pernah menerima bantuannya.‘Atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan biasa?’Yan Yue berjalan keluar dari aula pesta bersama para tamu lainnya. Cahaya merah samar mulai merayap di cakrawala, menandakan fajar segera tiba. Udara pagi di Alam Luar terasa dingin, menyisakan embun tipis yang menggantung di udara.Jubahnya yang berwarna gelap berayun ringan saat ia melangkah dengan anggun menuruni anak tangga menuju halaman istana iblis. Sekilas, ia menangkap
Setelah pesta berakhir, Istana Iblis kembali sunyi. Cahaya lentera spiritual masih berpendar lembut di sepanjang lorong, menerangi ukiran-ukiran kuno di dinding batu hitam. Meski tak ada tamu yang tersisa, gema perjamuan masih terasa, terutama jejak sihir yang terselip dalam gelang-gelang yang diberikan kepada para pemimpin klan.Di dalam aula utama, Dewa Langit Surgawi bersandar di singgasananya. Ia mengenakan jubah emas dengan sulaman api hitam yang berkobar di sepanjang lengan dan bahunya. Dari balik topengnya, senyum puas terukir. Ia menatap bola kristal di sampingnya, di mana siluet para tamu yang telah menerima gelang itu perlahan memudar.“Sepertinya mereka menerimanya tanpa banyak kecurigaan,” gumamnya, suaranya dalam dan bergema.Di sisi lain ruangan, seorang pria berdiri dalam bayang-bayang. Liang Wen, orang kepercayaannya, menundukkan kepala sedikit sebelum berbicara."Segel mantra sudah diperkuat, Yang Mulia," katanya. "Efeknya akan semakin terasa dalam beberapa hari ke
Seorang prajurit melangkah maju, ekspresinya mulai menunjukkan ketidaksabaran."Orang yang tidak bersalah tidak akan takut untuk menunjukkan siapa dirinya," katanya, suaranya tajam dan penuh keyakinan.Xuan Li menyipitkan mata, sorot matanya sedingin bilah pedang."Dan orang yang benar-benar mencari tersangka tidak akan sembarangan menuduh setiap orang yang lewat," balasnya, suaranya tetap tenang, namun mengandung ketajaman yang membuat lawan bicara terdiam sejenak.Prajurit itu mengernyit, tetapi tetap pada pendiriannya."Ikut kami. Ini hanya pemeriksaan rutin."Namun, nada suaranya jelas mengisyaratkan bahwa ini lebih dari sekadar pemeriksaan biasa.Xuan Li tetap berdiri di tempatnya. Suasana seketika menegang. Para prajurit mulai menggenggam senjata mereka lebih erat, dan orang-orang yang masih berada di sekitar segera menjauh, enggan terlibat dalam konfrontasi yang tampaknya tak terelakkan.Akhirnya, Xuan Li menghela napas perlahan."Baiklah," katanya ringan. "Tapi jangan sampai k
"Tak ada yang bisa membukanya, tapi tetap diperebutkan... Menarik."Xuan Li menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya tetap tenang di tengah riuhnya pelelangan. Ia menangkap percakapan lirih di belakangnya.“Kau lihat itu? Artefak itu muncul lagi.”“Hah, ini sudah ketiga kalinya dalam setahun! Siapa pun yang membelinya pasti akan kecewa.”“Dengar-dengar, segelnya menggunakan formasi larangan tingkat tinggi. Tak ada satu pun ahli formasi atau tetua sekte yang berhasil membukanya. Aku yakin benda itu akan muncul lagi di pelelangan Kota Bintang dalam beberapa hari ke depan.”Xuan Li menyipitkan matanya, sudut bibirnya melengkung samar. 'Jadi benda itu hanya berpindah tangan tanpa pernah benar-benar dimiliki...'Pelelangan terus berlanjut, tapi pikirannya tetap tertuju pada artefak itu. 'Jika benar tak ada yang bisa membukanya, mengapa benda itu terus dilelang? Apakah ini hanya strategi pelelangan, atau ada sesuatu yang lebih dalam?'Pandangan matanya melirik sekilas ke pria berambut
'Apakah dia sudah pergi? Atau hanya bersembunyi lebih dalam?'Xuan Li tidak gegabah. Ia menunggu beberapa saat, merasakan aliran energi di sekitarnya, namun tidak ada tanda-tanda bahaya yang tersisa. Setelah memastikan situasi aman, ia melanjutkan langkahnya kembali ke penginapan.Begitu tiba di kamarnya, tanpa ragu ia membentuk segel formasi penghalang. Cahaya redup berpendar di udara, membentuk lapisan perlindungan tak kasatmata yang akan memperingatkannya jika ada penyusup.Xuan Li tidak ingin terganggu lagi.Dengan tenang, ia duduk bersila dan mulai berkultivasi.Saat fajar menyingsing, Xuan Li membuka matanya. Energi spiritual yang ia serap semalaman terasa mengalir stabil dalam tubuhnya, sedikit memperkuat fondasi kultivasinya.Tanpa membuang waktu, ia segera bersiap menuju pelelangan di tengah kota. Jika tidak ada yang menarik perhatiannya di sana, ia akan kembali ke gua persembunyiannya dan membatalkan rencananya menuju Kota Bintang.Jalanan sudah ramai saat ia melangkah kelua
"Keluar." Suara Xuan Li terdengar datar, tetapi ada ancaman tersembunyi di dalamnya.Tak ada jawaban.Namun, udara di sekitarnya berubah. Dingin yang awalnya menggigit kini terasa seperti belati yang menyelinap ke dalam tulang. Embun di dedaunan membeku dalam sekejap, lapisan es tipis mulai menutupi tanah.Dari balik kabut yang berputar, sesosok bayangan melangkah maju.Jubah biru tua membalut tubuhnya, tudungnya rendah, menyembunyikan sebagian besar wajahnya. Sepasang mata dingin menatap tanpa ekspresi, seperti pemangsa yang mengamati buruannya.Tidak ada sapaan. Tidak ada peringatan.Pria itu mengangkat tangannya.Udara berhenti bergerak.Kristal-kristal es muncul dari ketiadaan, melayang di udara seperti bilah pisau yang siap menebas. Dalam sekejap, mereka meluncur ke arah Xuan Li, tajam dan mematikan.Xuan Li melangkah ke samping, menghindari serangan pertama. Beberapa pecahan es masih mengarah ke titik vitalnya, tetapi telapak tangannya yang dilapisi api spiritual membakar mereka
Feng Rui segera melangkah ke depan, berdiri di antara Xuan Li dan pria yang baru saja muncul. Sorot matanya tajam, menunjukkan bahwa ia sudah memperkirakan situasi ini sejak awal."Kakak Feng Han," kata Feng Rui dengan suara tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas dalam nadanya. "Aku membawa tamu, dan Guru sendiri sudah membenarkan kehadirannya."Pria bernama Feng Han itu menyipitkan mata, tatapannya menyapu Xuan Li dari kepala hingga kaki. Sikapnya penuh waspada, seakan masih meragukan keputusan adik sepupunya."Tamu, katamu?" Feng Han mendengus pelan. "Jangan bilang dia orang luar yang kau undang untuk bermain-main dengan nyawa Guru?"Xuan Li tetap diam, tidak merasa perlu membela diri. Baginya, pertikaian ini hanyalah urusan internal keluarga Feng.Feng Rui mengepalkan tangannya. "Jika bukan karena dia, Guru mungkin sudah tidak ada sekarang. Apa kau masih ingin mempertanyakan keputusanku?"Suasana di ruangan itu semakin menegang. Mata Feng Han berkilat, tapi sebelum ia bisa men
Xuan Li mengikuti pemuda berjubah hitam melewati jalanan Kota Seribu Lilin yang semakin lengang. Mereka berhenti di depan sebuah kediaman megah. Plakat besar tergantung di atas gerbang utama, dengan huruf emas yang bertuliskan Paviliun Bintang.Dari luar, bangunan ini tampak seperti kediaman keluarga terpandang. Namun, saat mereka melangkah masuk setelah penjaga membukakan pintu, Xuan Li segera menyadari sesuatu yang berbeda. Aroma obat-obatan bercampur dengan hawa gelap yang samar, membentuk atmosfer yang tidak lazim."Aku yang membawamu dan bertanggung jawab sepenuhnya atasmu. Jangan pedulikan ucapan orang lain," bisik pemuda itu tanpa menoleh. Setelah beberapa langkah, ia menambahkan, "Oh, iya. Siapa namamu?""Wu Yu," jawab Xuan Li singkat.Pemuda itu menoleh dan tersenyum tipis. "Panggil aku Feng Rui."Xuan Li hanya mengangguk kecil. Ia tidak tertarik dengan basa-basi yang tidak perlu.Mereka berjalan semakin dalam ke dalam kediaman. Cahaya lentera di sepanjang lorong mulai redup
Xuan Li menajamkan instingnya. Ada sesuatu yang tidak beres.Udara malam di Kota Seribu Lilin seharusnya tenang. Namun, kali ini, ada sesuatu yang lain, sesuatu yang mengusik kewaspadaannya.Sebuah bayangan melintas di kejauhan. Cepat, nyaris tak kasatmata.Xuan Li langsung berdiri dari duduknya, lalu berjalan ke jendela dengan langkah ringan. Dari celah tirai, ia mengamati jalanan di luar. Lampu-lampu minyak masih menyala redup di beberapa sudut, tapi tidak ada yang tampak mencurigakan.Namun, firasatnya tak pernah salah.Tanpa ragu, ia segera menutup jendela rapat-rapat. Suara kait besi yang terkunci terdengar lirih di dalam kamar. Ia tidak ingin menarik perhatian.'Untuk saat ini, lebih baik berpura-pura tidak menyadarinya.'Xuan Li kembali duduk di ranjang . Untuk mengisi waktu, ia memilih untuk berkultivasi.Dalam keheningan kamar, ia memejamkan mata dan mulai menarik energi spiritual dari udara. Aliran hangat meresap ke dalam tubuhnya, mengalir melalui meridian dan terhimpun dal
Di tempat lain, Di dalam goa tersembunyi, Xuan Li duduk bersila di hadapan kuali pilnya. Aroma herbal memenuhi udara, bercampur dengan uap tipis yang mengepul dari permukaan kuali. Lin Gong dan Jian Cheng duduk di sisi lain ruangan, menatap cairan dalam kuali yang mulai berpendar lembut.Pil penerobosan tingkat tinggi telah selesai dibuat. Butiran pil itu berwarna keemasan, memancarkan aura energi yang murni. Xuan Li mengambilnya dengan hati-hati sebelum menyerahkannya kepada dua rekannya."Setelah mengonsumsinya, kalian akan mengalami lonjakan energi yang besar. Pastikan untuk menstabilkan fondasi kalian sebelum mencoba menerobos ke tingkat berikutnya," ucapnya dengan nada serius.Jian Cheng mengambil pil itu dengan ekspresi antusias. "Akhirnya! Aku sudah menunggu ini sejak lama!"Lin Gong mengamati pil di tangannya, lalu menatap Xuan Li. "Bagaimana denganmu? Bukankah kau juga membutuhkan pil ini?"Xuan Li menggeleng pelan. "Pil ini bukan untukku. Aku masih membutuhkan satu bahan la
Dewa Langit Surgawi melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada para pelayan untuk membawa Ratu Langit ke tempat peristirahatan. Liang Xue masih tampak lemah setelah insiden tadi. Napasnya masih sedikit tersengal, dan alisnya berkerut samar, seakan mencoba memahami sesuatu yang baru saja terjadi dalam pikirannya.“Pastikan dia mendapatkan ramuan pemulihan terbaik,” perintah Dewa Langit Surgawi, suaranya tenang tetapi penuh otoritas.Para pelayan membungkuk dalam sebelum dengan hati-hati membawa Liang Xue pergi. Langkah mereka nyaris tak bersuara saat keluar dari aula besar, meninggalkan keheningan yang berat.Dewa Langit Surgawi tetap duduk di singgasananya sejenak. Tangannya yang bersarung emas perlahan mengetuk pegangan kursi, ritmenya tak beraturan, mencerminkan pikirannya yang bergejolak. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berdiri dan melangkah keluar dari aula utama.Tidak ada satu pun pelayan atau penjaga yang mengikuti. Hanya beberapa orang tertentu yang tahu ke mana ia perg