Koridor istana tampak lengang. Matahari siang menyorot terang, menciptakan bayangan panjang di lantai marmer. Tidak ada pelayan atau penjaga yang terlihat, membuat suasana terasa ganjil."Aneh... ke mana semua orang?" pikirnya. Matanya menyisir setiap sudut, tetapi koridor itu kosong.Tanpa arah pasti, ia berjalan menuju istana utama. Namun, sesampainya di sana, ia hanya menemukan dua penjaga berdiri tegak di depan pintu besar yang tertutup rapat.“Aku ingin bertemu Raja Jing,” katanya dengan nada tegas, berharap bisa mendapatkan penjelasan.Salah satu penjaga meliriknya dari kepala hingga kaki, lalu menjawab dingin, “Raja Jing sedang tidak di sini. Seluruh penghuni istana sedang berada di Aula Merak, merayakan kesembuhan Putri Jing Yue.”Xuan Li mengerutkan kening. "Aula Merak? Merayakan? Mereka bahkan tidak memberitahuku," gumamnya dengan nada tak percaya. Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, ia berbalik dan berjalan menuju aula yang dimaksud.Begitu sampai di halaman Aula Mera
Jenderal Liu, seorang pria bertubuh tegap dengan baju perang yang berkilauan, melangkah maju dengan wajah merah padam, penuh amarah yang tak terkendali.“Yang Mulia!” serunya, suaranya menggema di aula besar istana. “Ginseng itu terlalu berharga untuk diberikan kepada anak muda seperti dia! Apa yang bisa dilakukan seorang pemula dengan sesuatu yang begitu berharga?”Raja Jing hanya meliriknya sekilas, senyum tipis terukir di wajahnya, menunjukkan sikap santai namun penuh wibawa.“Jenderal Liu,” jawabnya dengan nada datar yang penuh tekanan, “Aku adalah raja. Keputusanku adalah mutlak.”Xuan Li menerima ginseng merah itu dengan sikap tenang. Ia menundukkan kepala sebagai bentuk hormat dan ucapan terima kasih, kemudian menyimpan ginseng tersebut dengan hati-hati. Ia sepenuhnya menyadari beratnya tanggung jawab yang kini berada di tangannya.Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Jenderal Liu melangkah maju, tatapannya seperti bara api yang menyala.“Serahkan ginseng itu!” teriaknya
Kedua tangan Jenderal Liu bergerak dengan cepat, membentuk pola-pola rumit yang tampak seperti tarian di udara. Setiap gerakan memunculkan cahaya merah yang kemudian membentuk simbol-simbol misterius, berpendar di kegelapan ruangan seperti bara api yang menyala-nyala. Dengan satu gerakan terakhir, ia mendorong simbol-simbol itu ke arah Xuan Li. Formasi lingkaran yang berkilauan mengurung tubuh pemuda itu, seolah-olah hendak menyegel nasibnya.Namun, sesuatu yang tidak ia duga terjadi."Mustahil..." gumam Jenderal Liu, suaranya tercekat di tenggorokan. Tatapan matanya membelalak, menatap lingkaran itu yang perlahan-lahan redup tanpa memberikan efek apapun pada lawannya.Seharusnya teknik pengendali racun belenggu jiwa ini langsung memantik reaksi dari energi jahat di tubuh Xuan Li. Namun, pemuda itu tetap berdiri dengan tenang, bahkan menunjukkan seringai tipis yang menyebalkan.“Si-siapa kamu sebenarnya?” tanya Jenderal Liu, suara baritonnya kini penuh kegelisahan.Xuan Li melangka
Aura kegelapan di ruangan sempit itu begitu pekat, seperti kabut hitam yang tidak hanya membatasi pandangan tetapi juga menekan napas. Xuan Li berdiri di tengahnya, tubuhnya tegak, meski napasnya sudah memburu. Udara di sekitar terasa berat, penuh dengan hawa panas yang mengancam, dan bau logam seperti darah segar menguar di setiap tarikan napasnya.Matanya yang tajam menyapu ruangan, mencari celah untuk keluar. “Sial! Mekanisme Jian Ling tidak bekerja di sini,” gumamnya pelan. Ia merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ruangan ini seperti penjara hidup, dan tidak tahu bagaimana keluar dari sana.Di sudut lain, Jenderal Liu berdiri dengan tubuh yang telah sepenuhnya berubah. Kulitnya menghitam dengan pola-pola merah menyala seperti magma, sementara tubuhnya membesar hingga tiga kali lipat dari ukuran manusia biasa. Wajahnya kehilangan ciri-ciri manusia, kini berubah menjadi sesuatu yang menyeramkan, seperti perpaduan antara iblis dan binatang buas.Xuan Li bergidik. “J
Kehadiran Jian Ling di penjara bawah tanah mengejutkan Xuan Li. Meski tubuhnya terasa lemah, ada secercah kelegaan yang menyelimuti hatinya. Akhirnya, ada harapan untuk keluar dari neraka berdinding batu ini.Penjara bawah tanah suram dan pengap, dikelilingi aroma darah basi yang menyengat.Sepanjang lorong, mayat para tahanan berserakan tanpa ada yang peduli. Tidak ada penjaga. Mereka semua tewas dalam kekacauan pertarungan antara pasukan Raja Jing dan Jenderal Liu.Jian Ling bergerak dengan gesit, seperti bayangan yang melayang melewati lorong-lorong gelap itu sambil membawa Xuan Li."Kenapa kau tiba-tiba muncul?" gumam Xuan Li dengan suara lemah, berusaha mencairkan suasana meski dirinya nyaris tak berdaya.Jian Ling hanya mendengus."Diam saja. Kau terlalu banyak bicara untuk seseorang yang hampir mati."Xuan Li terkekeh pelan, meskipun setiap tarikan napas terasa menyakitkan."Aku tahu kau peduli padaku."Wajah Jian Ling sekilas bersemu merah, namun ia buru-buru mengalihkan panda
"Gawat! Ada yang mengikuti kita," bisik Jian Ling, matanya terus menyapu sekeliling dengan waspada.Xuan Li menghentikan langkahnya, tubuhnya menegang."Siapa mereka?" tanyanya, suaranya nyaris berbisik.Ia mencoba merasakan kehadiran musuh, namun tidak ada apa-apa. Udara di sekitar mereka terasa hampa, seperti sebuah jebakan yang dipasang dengan sempurna."Aku juga tidak tahu," jawab Jian Ling sambil merapatkan cengkeramannya pada gagang pedangnya."Mereka sangat ahli. Tidak ada jejak aura sama sekali."Mata Xuan Li menyipit, kakinya bergeser perlahan ke posisi bertahan.Mereka berdiri saling memunggungi, membentuk lingkaran pertahanan.Hening yang terlalu mencolok terasa mencekam, hanya suara dedaunan yang berbisik dihembus angin. Namun, ketenangan itu hanya sesaat.Bayangan hitam melintas cepat di udara, diikuti bunyi peluit tajam yang memekakkan telinga."Hati-hati!" teriak Jian Ling saat anak panah pertama melesat.Xuan Li berputar dengan gesit, menghindari panah tersebut, lalu m
Xuan Li mengenali pola di punggung Jian Ling. "Tanda ini… aku pernah melihatnya di buku kuno. Tapi bagaimana mungkin dia memilikinya?" pikir Xuan Li penuh keheranan.Tanpa sadar, tangannya terulur dan menyentuh punggung Jian Ling. Kulitnya terasa hangat di bawah jari-jarinya.Jian Ling langsung terlonjak. "Hei! Apa yang kau lakukan, dasar mesum!" serunya dengan marah, wajahnya memerah seketika.Sebelum Xuan Li sempat menjawab, sebuah tinju melayang ke wajahnya. Tubuhnya terdorong ke belakang akibat pukulan itu."Tunggu! Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya—"Namun, Jian Ling tidak memberi kesempatan. Tinju kedua menghantam dagu Xuan Li dengan keras, diikuti pukulan-pukulan lain yang membuatnya semakin kewalahan."Aku bilang berhenti! Dengarkan aku dulu!" teriak Xuan Li, namun suara itu tenggelam dalam amukan Jian Ling.Xuan Li tidak membalas serangan tersebut. Ia tahu menjelaskan sekarang hanya akan memperburuk keadaan. Sebagai gantinya, ia memilih bertahan, membiarkan Jian Ling m
Xuan Li memejamkan mata sejenak, memfokuskan pendengarannya pada suara samar yang mendekat. Suara berat seperti langkah kaki menggema di dalam goa. Ia mempertajam instingnya, mencoba membedakan apakah suara itu berasal dari manusia atau sesuatu yang lain. Ketika ia membuka matanya, sorotnya tajam. “Memang benar,” gumamnya pelan, “sepertinya ada binatang roh yang mendekat.”Di sampingnya, Jian Ling berdiri tegang. Wajahnya pucat, dan ia tampak kebingungan. Berbeda dari Xuan Li yang tenang, Jian Ling yakin bahwa suara itu bukan berasal dari binatang roh, melainkan dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya. “Tidak mungkin ini binatang roh,” pikirnya panik. “Apa mungkin… mereka sudah menemukanku?” Bayangan mengerikan tentang Organisasi Hitam Berkabut langsung terlintas di benaknya.Tanpa banyak bicara, Jian Ling dengan cepat meraih tangan Xuan Li, menariknya mendekat ke dinding goa. “Cepat, kita harus bersiap untuk kabur,” bisiknya cemas.Namun, Xuan Li hanya mengangkat alis, merasa h
Xuan Li duduk di tepi gua, menatap cahaya api tungku yang mulai redup. Sisa hawa panas dari malam sebelumnya masih terasa di udara.Ia menoleh ke arah Yan Yue yang masih tertidur, tubuhnya hanya diselimuti pakaian yang setengah terbuka. Napasnya sudah lebih tenang, tapi sesekali tubuhnya masih bergerak gelisah. Efek pil itu mungkin telah mereda, tetapi masalah lain yang lebih besar sedang menunggu saat ia terbangun.Xuan Li menarik napas dalam-dalam."Sebelum Yan Yue terbangun, aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak ingin mati muda."Tangannya bergetar sedikit saat ia menghunus belati kecil dari balik lengan jubahnya. Mata emasnya memancarkan sinar dingin saat ia menatap telapak tangan Yan Yue. Dengan hati-hati, ia mengambil ujung belati dan menggores halus kulit putih pucat itu.Setetes darah merah pekat keluar.Tanpa ragu, Xuan Li segera membentuk segel dengan tangannya, mengucapkan mantra kuno dengan suara pelan. Darah itu mulai bersinar samar, menyatu dengan aliran energi yang ia
Xuan Li berdiri di sisi Yan Yue, menatap sosoknya yang masih terbaring dengan napas memburu. Aura merah yang menguar dari tubuhnya terus bergejolak, seperti api yang mencari bahan bakar untuk terus menyala. Kening Xuan Li berkerut. Ia telah mencoba berbagai metode untuk menetralkan efek pil, tetapi sejauh ini semuanya sia-sia.“Aku tidak bisa membiarkannya seperti ini.”Xuan Li mengulurkan telapak tangannya, mencoba menyerap kelebihan energi spiritual dari tubuh Yan Yue dengan tekniknya. Ia mengerahkan kekuatan penyelarasan spiritualnya, namun begitu telapak tangannya bersentuhan dengan aura panas yang mengelilingi Yan Yue, aliran energi itu justru menolak untuk berpindah."Daya tolaknya terlalu kuat… Seakan energi ini menganggap tubuhnya sebagai wadah yang paling cocok."Yan Yue menggeliat dalam tidurnya. Tubuhnya berkeringat deras, bulu-bulu halus di kulitnya tampak berkilauan dalam cahaya api tungku. Ia merintih pelan, suara yang keluar dari bibirnya terdengar seperti panggilan ya
Di Pulau Tujuh Binatang Surgawi,Keheningan menyelimuti seluruh tempat. Yan Yue duduk di atas sebuah batu besar, memandang cakrawala dengan tatapan kosong."Sudah berapa lama aku menunggu di sini?" gumamnya sambil memainkan batu kecil di tangannya. Meskipun wajahnya tetap tenang, raut kebosanan terlihat jelas di matanya.Ia melirik ke arah gua tersembunyi di balik dinding batu. Di dalamnya, Xuan Li tengah sibuk memurnikan pil. Yan Yue tahu bahwa pekerjaan itu tak bisa diganggu, tetapi waktu yang terasa lambat mulai menguji kesabarannya."Dia pasti sedang serius," bisiknya pelan. "Tapi, kenapa harus selama ini?"Di dalam gua, suasananya benar-benar berbeda. Xuan Li duduk bersila di depan tungku alkimia yang memancarkan api biru kehijauan. Matanya tajam dan fokus, mengamati setiap perubahan dalam proses pemurnian. Cairan bercahaya dalam tungku perlahan berubah menjadi bola kecil, memancarkan energi yang semakin kuat."Aku harus memastikan semuanya sempurna," pikirnya. Peluh mengalir di
Liang Xue berusaha mempertahankan ketenangannya meskipun jantungnya berdegup kencang. Wanita berpakaian mewah di hadapannya menatapnya dengan tajam. Ia tahu, satu gerakan yang salah dapat mengungkap identitasnya.Ia melirik peti yang sudah setengah terbuka di sampingnya. Jika ia tidak segera bertindak, keadaannya akan semakin sulit. Sebuah ide muncul di pikirannya. Ide ini cukup berisiko, tetapi ia tidak punya pilihan lain.“Oh tidak! Itu... itu kelabang beracun!” Liang Xue menunjuk ke arah atas peti, suaranya bergetar, menciptakan kesan ketakutan. “Hati-hati!”Wanita itu refleks mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjuk Liang Xue. Dalam waktu bersamaan, Liang Xue melepaskan kelabang hitam beracunnya dari dalam jubah. Hewan itu merayap keluar, tampak bergerak lambat tetapi berbahaya.Wanita itu segera bereaksi. “Menjauh!” serunya, melangkah maju untuk melindungi Liang Xue. Dengan satu gerakan cepat, ia menghancurkan kelabang itu menggunakan energi tajam yang dipancarkan dari telap
Liang Xue melompat dari satu pohon ke pohon lain, gerakannya cepat dan nyaris tanpa suara seperti bayangan yang menyelinap di malam gelap. Pikiran tentang percakapan terakhirnya dengan Bing Chuan terus berputar di kepalanya."Dia tahu... tentang energi spiritual itu," pikir Liang Xue, menggigit bibirnya. "Aku harus segera kembali ke markas. Tapi kembali tanpa membawa sesuatu? Para tetua tidak akan melepaskanku begitu saja. Aku harus memiliki alasan yang cukup kuat untuk melindungi diriku."Ia mempercepat langkahnya, melewati hutan yang semakin gelap. Bintang-bintang di langit mulai meredup, tertutup awan gelap yang menggantung seperti pertanda buruk. Tubuhnya bergerak tanpa ragu, meskipun pikirannya penuh dengan rencana.Di perbatasan Kekaisaran Bulan Perak,Liang Xue menghentikan langkahnya di atas pohon tinggi, menatap ke arah sebuah jalan besar di kejauhan. Matanya yang tajam menangkap kereta berhias emas dan perak, dikelilingi oleh puluhan penjaga bersenjata lengkap. Meskipun dari
Xuan Li akhirnya berhasil mengatasi masalah yang muncul selama proses pemurnian pil. Tetesan keringat membasahi dahinya, menggambarkan betapa sulitnya pemurnian ini.Tungku alkimia di hadapannya memancarkan sinar hijau kebiruan, seolah memiliki kehidupannya sendiri. Aroma herbal yang kuat memenuhi ruangan, bercampur dengan hawa panas yang membuat napasnya semakin berat.“Dua bulan…” gumam Xuan Li sambil menyeka keringat di dahinya. “Setidaknya dua bulan untuk menyelesaikan ini. Tidak boleh ada kesalahan lagi.”Tatapannya tak pernah lepas dari tungku alkimia yang memancarkan cahaya redup. Di dalamnya, inti pil yang ia ciptakan mulai terbentuk, bersinar seperti permata yang tertanam di dasar kegelapan. Namun Xuan Li tahu, satu kesalahan kecil saja bisa menghancurkan semuanya.“Ini bukan hanya soal pil,” pikirnya. “Ini adalah soal hidup dan mati… Jika gagal, aku tidak akan punya kesempatan lagi. Yan Yue pasti akan membunuhku.”Ia menarik napas dalam-dalam, memusatkan energinya, lalu kemb
Xuan Li berdiri tegap di hadapan Yan Yue, membiarkan aura kultivasinya mengalir tanpa hambatan. Tingkat Pemurnian Jiwa tahap awal yang baru saja ia capai terasa seperti angin badai yang bergulir perlahan, membawa tekanan berat di sekitar mereka. Matanya yang tajam menatap langsung ke arah Yan Yue, seolah ingin mengatakan bahwa ia kini cukup kuat untuk menjalankan tugasnya.Yan Yue mengangguk pelan, tetapi senyum tipis yang biasa menghiasi wajahnya memudar. Ekspresinya kini serius, dan matanya memancarkan kekhawatiran."Kekuatanmu memang luar biasa," katanya akhirnya, nada suaranya rendah dan hati-hati. "Namun, apakah tubuh giokmu tidak akan menjadi penghalang dalam proses pembuatan pil tubuh abadi?"Pertanyaan itu menggantung di udara seperti embun pagi yang belum memudar.Xuan Li menggelengkan kepala dengan tegas. “Aku bisa mengatasinya,” jawabnya dengan nada yang tidak meninggalkan ruang untuk keraguan.Yan Yue memperhatikan Xuan Li dengan mata yang tajam, seolah mencoba menembus l
Xuan Li berdiri penuh kewaspadaan. Aura yang tidak biasa mendekat, berat dan menekan, membuat udara di sekitarnya terasa lebih padat. Sensasi dingin merambat di punggungnya membuat bulu kuduknya berdiri.“Aura ini...” gumamnya pelan, matanya menyipit menajamkan penglihatan. “Binatang roh? Tidak, ini lebih kuat.”Pandangan Xuan Li melirik sekilas ke arah Yan Yue, yang masih berkultivasi. Wajahnya menegang. Dia tahu, jika makhluk itu terlalu dekat, konsentrasi Yan Yue bisa terganggu. Melindungi Yan Yue adalah hal yang harus dia lakukan sekarang.“Makhluk ini harus aku hadapi sendiri,” pikirnya. Ia menggenggam Pedang Petir Naga Hitam yang baru saja ditempa, kilatan listrik di bilah pedang itu meliuk-liuk, memancarkan aura kekuatan yang menggema.“Baiklah,” bisiknya, menggenggam pedang lebih erat. “Waktunya menguji kekuatanmu.”Dalam hitungan detik, suara langkah berat terdengar. Dari balik bayangan pepohonan, muncul sesosok makhluk raksasa, seekor laba-laba hitam dengan delapan mata mer
Xuan Li berjalan perlahan, mengamati setiap detail di sekitarnya. Bau anyir samar yang berasal dari tumpukan bangkai binatang roh yang berserakan tak jauh dari sana, mengganggu penciumannya.Ia berhenti di hadapan salah satu kerangka besar. Bentuknya mengerikan, tulang belulangnya masih diselimuti sisa aura mencekam dan bekas luka besar yang jelas berasal dari pertempuran sengit.“Yan Yue benar-benar menghabiskan seluruh energi untuk bertarung di sini,” gumam Xuan Li. Tatapannya menyusuri tumpukan kerangka lainnya. Di antara bangkai-bangkai itu, ia menemukan kristal roh yang berkilauan.Ia mengangkat satu tangan, dan dengan teknik tarik jarak jauh, kristal-kristal itu mulai melayang menuju dirinya. Setiap kristal memancarkan energi yang bervariasi, beberapa terasa panas, sementara yang lain sedingin es. Xuan Li dengan cermat memilih yang terbaik, menyimpan kristal-kristal tersebut dalam cincin penyimpanan di jarinya.Pandangannya kembali terhenti pada sebuah tulang yang menarik perha