Xuan Li memejamkan mata sejenak, memfokuskan pendengarannya pada suara samar yang mendekat. Suara berat seperti langkah kaki menggema di dalam goa. Ia mempertajam instingnya, mencoba membedakan apakah suara itu berasal dari manusia atau sesuatu yang lain. Ketika ia membuka matanya, sorotnya tajam. “Memang benar,” gumamnya pelan, “sepertinya ada binatang roh yang mendekat.”Di sampingnya, Jian Ling berdiri tegang. Wajahnya pucat, dan ia tampak kebingungan. Berbeda dari Xuan Li yang tenang, Jian Ling yakin bahwa suara itu bukan berasal dari binatang roh, melainkan dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya. “Tidak mungkin ini binatang roh,” pikirnya panik. “Apa mungkin… mereka sudah menemukanku?” Bayangan mengerikan tentang Organisasi Hitam Berkabut langsung terlintas di benaknya.Tanpa banyak bicara, Jian Ling dengan cepat meraih tangan Xuan Li, menariknya mendekat ke dinding goa. “Cepat, kita harus bersiap untuk kabur,” bisiknya cemas.Namun, Xuan Li hanya mengangkat alis, merasa h
Pagi itu, Xuan Li dan Jian Ling meninggalkan goa yang telah menjadi tempat persembunyian mereka semalaman. Udara pagi masih menyimpan sisa embun, sementara langit perlahan berubah warna dari abu-abu menjadi biru keemasan. Jian Ling menatap ke kejauhan, memastikan tidak ada tanda-tanda musuh yang mengikuti mereka.“Kita harus segera pergi sebelum ada yang menemukan jejak kita,” ujar Jian Ling, suaranya tegas namun samar mengandung kecemasan.Xuan Li hanya mengangguk. Keduanya sepakat kembali mengubah penampilan mereka. Jian Ling, yang biasanya berpakaian serba hitam, kini tampil berbeda. Gaun sutra sederhana berwarna lembut menggantikan jubah gelapnya, memperlihatkan sisi femininnya. Namun, ia tetap menutupi wajah dengan kain sutra putih tipis.“Sungguh aneh melihatmu seperti ini,” komentar Xuan Li dengan nada setengah menggoda.“Diam,” balas Jian Ling dengan suara tajam, meski sedikit kemerahan terlihat di pipinya. “Setidaknya aku tidak mencolok seperti dirimu.”Xuan Li tetap memil
Sosok itu adalah Yan Hui. Mantan sahabat terdekat Xuan Li yang kini berdiri di aula pelelangan dengan postur angkuh, mengenakan jubah pejabat berwarna biru gelap yang berhiaskan bordir emas. Penampilannya jelas mencerminkan status tinggi di Kekaisaran Bulan Perak. Namun, Xuan Li tahu betul bagaimana Yan Hui mencapai posisi itu. Bukan melalui kerja keras atau keberanian, melainkan dengan mengkhianati persahabatan mereka.Dada Xuan Li terasa sesak, amarah membakar setiap sudut pikirannya. Tangannya tanpa sadar mengepal erat di atas meja, matanya tetap terpaku pada Yan Hui. Di balik penutup kepala yang menyembunyikan sebagian wajahnya, ia memejamkan mata sejenak, mencoba meredam emosinya. Namun, ingatan akan masa lalu menyeruak seperti sembilu yang mengoyak hati.Saat itu, ia mempercayai Yan Hui sepenuhnya. Ia adalah satu-satunya orang yang dianggapnya teman sejati, seseorang yang bisa ia andalkan. Namun, Yan Hui justru menjebaknya dalam rencana jahat keluarganya, membuatnya jatuh ke j
"Teman, aku ingin mengundangmu untuk minum teh," ucap Yan Hui, suaranya terdengar ramah, tetapi ada nada licik yang tersembunyi di balik senyumnya.Jari telunjuknya mengarah ke sebuah kedai teh kecil di seberang gedung pelelangan, di mana aroma daun teh segar menguar ke udara, bercampur dengan bau rempah dan keramaian jalanan.Xuan Li menatap Yan Hui tanpa ekspresi. Meski wajahnya tersembunyi di balik penutup kepala, pikirannya bekerja cepat."Dia pasti mengincar Rumput Salju Tanduk Rusa ini," pikirnya, tatapannya tetap tenang. "Aku tidak boleh terpancing.""Terima kasih atas tawarannya, tetapi aku harus pergi. Ada hal lain yang perlu kuselesaikan," jawab Xuan Li datar, dengan suara yang sengaja dibuat biasa saja, seperti seorang tabib sederhana tanpa beban.Yan Hui menyipitkan matanya, memandangi Xuan Li dengan sorot penuh kecurigaan."Hm... dirimu mengingatkanku pada seseorang. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya, nadanya perlahan berubah menjadi selidik.Xuan Li menang
"Apakah dia baik-baik saja?"Jian Ling bertanya dengan nada datar, meski matanya tajam memperhatikan Xuan Li yang bergerak sigap ke arah pria yang tergeletak di lantai.Alih-alih menjawab, Xuan Li melangkah cepat dan berhenti di hadapan pria itu."Maaf, beri saya ruang," ucapnya tenang namun tegas, sambil melambaikan tangan untuk mengusir kerumunan yang berdesakan di sekitarnya.Kerumunan itu saling pandang, ragu, tetapi akhirnya mereka mundur, memberikan cukup ruang bagi Xuan Li untuk bergerak leluasa. Jian Ling, yang tampak tak berminat untuk terlibat, hanya bersandar di dinding dengan tangan terlipat, mengamati dengan pandangan skeptis.Xuan Li berlutut di sisi pria itu, menatap wajahnya yang pucat dengan peluh mengalir deras. Napas pria itu terdengar pendek dan berat, seolah-olah paru-parunya tertekan oleh beban yang tak terlihat.Dengan ujung jarinya, Xuan Li menekan beberapa titik di tubuh pria itu, memeriksa kondisinya. Setelah beberapa saat, dia menggelengkan kepala pelan."P
Langkah Xuan Li terhenti seketika mendengar pertanyaan Jian Ling.Pikirannya berkecamuk.Tempat yang akan ia tuju sangat berbahaya, bahkan bagi seorang kultivator tangguh sekalipun. Ia tidak ingin Jian Ling terseret dalam bahaya yang seharusnya menjadi bebannya sendiri."Kota Tiga Ribu Petir sangat berbahaya. Kau sebaiknya mencari tempat yang lebih aman. Aku bisa melanjutkan perjalananku sendiri."Jian Ling, yang berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat, hanya mengangkat alis."Apakah kamu keberatan dengan keberadaanku?."Jian Ling mengikuti Xuan Li bukan tanpa alasan, ada tujuan lain yang ia sembunyikan yaitu melarikan diri dari cengkeraman Organisasi Hitam Berkabut. Mereka tidak akan melepaskannya, dan satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah pergi sejauh mungkin. Kota Tiga Ribu Petir, yang berada di luar wilayah Kekaisaran Bulan Perak, membuatnya tertarik.Xuan Li terdiam, menimbang-nimbang. Selain karena perjalanan ini berbahaya, ada rahasia tubuh gioknya yang tidak bol
Suara benturan logam memenuhi udara, bercampur dengan jeritan kesakitan yang menggema di dermaga. Bau darah menyengat, menyatu dengan aroma asin laut dan asap dari kapal yang terbakar.Xuan Li berdiri di sudut sempit, tubuhnya setengah terbungkus bayangan gelap. Dia tidak ingin terlibat dalam pertarungan ini, tetapi situasinya memaksanya untuk bertahan hidup.Tatapannya menyapu kerumunan orang-orang yang bertempur sengit. Beberapa bersenjata lengkap, sementara yang lain bertarung dengan tangan kosong.Tidak ada garis jelas yang memisahkan lawan dari kawan. Setiap sudut dermaga dipenuhi darah yang berceceran, menjadikan tempat itu tak ubahnya neraka dunia.Xuan Li menghela napas panjang. Ia mencoba menghindari konflik dengan melangkah mundur, tetapi tiba-tiba sebuah pisau berdesing melesat ke arahnya.Refleks, ia menangkis serangan itu dengan satu gerakan ringan, membuat pisau itu terpental dan menancap di papan kayu dekat kakinya."Ini benar-benar gila," gumamnya pelan. "Bagaimana aku
Xuan Li menatap kedua pria itu dengan dingin. Tatapannya tajam, membuat suasana di antara mereka semakin tegang. Ia tahu konfrontasi ini tak dapat sepenuhnya dihindari, tetapi sebisa mungkin ia ingin menghindari konflik fisik.“Aku hanya seorang penumpang tak diundang,” ujarnya dengan nada tenang, tetapi tersirat ancaman halus di balik suaranya. “Aku tidak mencari masalah. Biarkan aku di sini sampai kita mencapai tujuan, dan aku tidak akan mengganggu kalian.”Pria pertama, yang memegang belati, tertawa sinis sambil melangkah maju.“Penumpang tak diundang? Kau pikir kami sebodoh itu? Kau pasti mata-mata dari mereka!” tudingnya dengan nada menantang.Xuan Li tetap tenang. Ia melipat tangan di depan dada, energi biru keperakan mulai memancar samar dari tubuhnya.“Aku bukan siapa-siapa,” balasnya, tatapannya tak beranjak dari pria itu. “Tapi jika kalian memaksa, aku tidak ragu melawan.”Pria kedua, yang sejak tadi hanya mengamati, mengangkat tangan. “Tunggu.” Suaranya lebih tenang, beru
Xuan Li mencengkeram leher Feng Mian dengan tangan kirinya, jari-jarinya menekan dengan kekuatan yang cukup untuk membuat napas wanita itu tersengal. Mata Feng Mian membelalak, tubuhnya bergetar, tetapi ia tidak dapat melawan tekanan luar biasa yang menghimpitnya. Sementara itu, dengan tangan kanannya, Xuan Li menghancurkan tubuh dua tetua klan Phoenix yang berkhianat. Serangan itu begitu cepat hingga hanya menyisakan serpihan energi yang menghilang di udara.Pemandangan mengerikan ini membuat Feng Ru dan para tetua yang tersisa menahan napas. Wajah mereka pucat pasi, tidak percaya bahwa pria muda di hadapan mereka dapat bertindak dengan begitu kejam dan tanpa ragu."Semut kecil berani bermain-main denganku?" suara Xuan Li terdengar tenang, tetapi setiap kata yang diucapkannya membawa tekanan yang menusuk jiwa. Aura mendominasi yang terpancar darinya membuat semua orang di ruangan itu merasa seperti tertindih gunung yang tak terlihat.Setelah menguasai teknik pengendalian jiwa ting
Langkah Xuan Li di udara menggema di seluruh Istana Phoenix, menciptakan gelombang tekanan yang menyapu setiap sudut bangunan megah itu. Aura yang ia pancarkan begitu menekan, membuat siapa pun yang berada di bawahnya merasakan ketakutan yang menusuk hingga ke tulang.Seluruh perhatian kini tertuju padanya. Para kultivator musuh yang semula menyerang dengan penuh percaya diri kini goyah, tatapan mereka dipenuhi ketidakpercayaan. Namun, sebelum mereka sempat mengambil keputusan untuk mundur atau melawan, Xuan Li sudah bergerak. Api hitam yang membara di tangannya melesat bagai naga ganas, melahap lawan-lawannya satu per satu. Jeritan kesakitan menggema di udara sebelum akhirnya lenyap bersama abu yang tertinggal.Bai Xian berdiri di belakangnya, matanya melebar saat menyaksikan kekuatan suaminya yang luar biasa. Ia memang tahu bahwa Xuan Li bukanlah orang biasa, tetapi melihatnya membantai musuh secepat ini tetap saja membuatnya terpana. Tubuh klon Xuan Li juga bergerak melindungi Bai
Xuan Li duduk bersila di tengah aliran energi alam yang berputar di sekelilingnya. Meskipun matanya terpejam, kesadarannya tetap terjaga sepenuhnya. Udara di sekitar terasa bergetar, diselimuti aura mistis yang berbaur dengan energi murni yang ia serap perlahan. Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang tidak beres.Wu Hei tiba-tiba bereaksi. Di dalam lautan kesadaran Xuan Li, Wu Hei muncul dengan ekspresi menyeringai, matanya berkilat-kilat penuh ejekan. "Sungguh menarik... Ada energi gelap yang berusaha menyusup ke wilayah ini. Tapi mereka sungguh mengecewakan," katanya sambil melipat tangan di dada.Xuan Li merasakan gelombang energi yang samar namun jahat. Itu bukan sekadar energi gelap biasa, tapi juga dipenuhi niat yang jelas untuk menguasai sesuatu. Alisnya sedikit berkerut. "Bagaimana level kekuatan mereka?" tanyanya dalam benaknya.Wu Hei mendengus meremehkan. "Rendah. Mereka hanya tahu cara mengintimidasi tanpa benar-benar memiliki kekuatan sejati. Amatiran yang t
Xuan Li berdiri di tengah kamar Bai Xian, tangannya bergerak cepat membentuk simbol-simbol rumit di udara. Cahaya keemasan berkedip-kedip, kemudian segel formasi muncul di lantai, terpahat dengan pola yang berpendar samar. Meskipun tubuh klonnya cukup bisa diandalkan, ia tidak sepenuhnya mempercayai keluarga Bai Xian. Setelah dua puluh tahun menghilang, istrinya itu baru kembali ke klan Phoenix dan masih belum mengenal mereka dengan baik.Xuan Li menarik napas dalam, menatap Bai Xian yang sedang beristirahat di ranjang. Ia masih sulit percaya bahwa mereka akan memiliki keturunan. Namun, di balik kebahagiaan itu, perasaan waspada terus menghantuinya. Klan Phoenix, meskipun terkenal sebagai salah satu klan terkuat, tetap menyimpan rahasia yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ada sesuatu yang tidak beres.'Bagaimana mungkin selama ratusan tahun, tidak ada satu pun keturunan langsung Feng Ru yang berhasil menduduki tahta kepemimpinan?' pikirnya.'Apakah ini sekadar kebetulan, atau ada
Bai Xian kembali menggeliat kesakitan di atas ranjang. Xuan Li, yang sejak tadi berjaga di sisinya, terus menyalurkan energi spiritual ke perut Bai Xian, berusaha menstabilkan kondisi yang belum sepenuhnya ia pahami.Mata Xuan Li sedikit menyipit saat merasakan betapa rakusnya janin spiritual itu menyerap energinya. Meski tubuh giok yang ia miliki memungkinkannya memiliki cadangan energi yang luar biasa, bukan berarti ia bisa terus menyalurkan tanpa batas. Jika dibiarkan, keseimbangan di tubuhnya akan terganggu. Ia harus mencari cara lain sebelum kehabisan energi dan justru membahayakan Bai Xian serta calon anak mereka.'Jika terus seperti ini, aku bisa kehabisan energi sebelum fajar…'Pikirannya berputar cepat. Ia harus menemukan solusi sebelum terlambat. Dalam diam, Xuan Li menutup matanya dan memasuki lautan kesadarannya. Dua entitas yang tinggal di dalam sana, Wu Hei dan Wu Rong, segera menyadari kehadirannya."Kau terlalu ceroboh," Wu Hei, yang berwujud makhluk menyeramkan berse
Saat melihat Bai Xian kesakitan, Xuan Li segera bergerak. Ia tidak butuh waktu lama untuk memahami apa yang terjadi. Sebagai seorang tabib, ia tahu betul bagaimana menangani kondisi ini.Xuan Li berlutut di samping Bai Xian, jari-jarinya dengan cekatan meraih pergelangan tangannya. Saat ia membaca aliran nadinya, alisnya mengernyit tajam. Detak energi di dalam tubuh Bai Xian terasa begitu kuat, seolah ada sesuatu yang hidup dan berkembang pesat di dalamnya. Ekspresi Xuan Li berubah, kilatan keterkejutan muncul di matanya."Tidak mungkin…" gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.Ia tidak menyangka bahwa hubungan mereka yang baru saja terjadi telah membentuk janin spiritual dalam waktu sesingkat ini. Namun, lebih dari itu, yang membuatnya benar-benar tercengang adalah betapa kuatnya janin tersebut.Bai Xian menggeliat kesakitan, tangannya mencengkeram seprai dengan erat. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya. Napasnya tersengal, tubuhnya terasa lemah, seolah energi hidupnya te
Suasana di Ruang Utama Istana Api Abadi tetap tegang setelah pertemuan para tetua berakhir. Feng Ru duduk di singgasananya, jemarinya mengetuk-ngetuk sandaran kursi dengan ritme pelan namun terukur. Matanya yang tajam menatap kosong ke depan, pikirannya terus berputar mencari jalan keluar.Keberadaan Bai Xian adalah berkah sekaligus ancaman. Ia adalah pewaris sah Klan Phoenix, namun noda yang melekat pada dirinya membuat posisinya rapuh. Jika kabar ini menyebar ke dunia luar, banyak yang akan mempertanyakan kelayakannya sebagai penerus.Dan lebih dari itu, ia belum bisa memastikan darah siapa yang mengalir dalam diri Bai Xian.Feng Ru tidak bisa mengambil risiko.Karena itu, hanya ada satu cara untuk mengamankan status Bai Xian sekaligus mengontrol situasi, yaitu pernikahan.Feng Ru menarik napas panjang, lalu memberi isyarat kepada salah satu pelayan istana. “Panggil Bai Xian dan Xuan Li ke aula utama.”Pelayan itu segera bergegas pergi.Di sudut ruangan, salah satu Tetua mengamati
Suasana di Ruang Utama Istana Api Abadi terasa tegang. Ratu Feng Ru duduk di singgasananya dengan punggung tegak, tetapi ekspresi wajahnya suram. Matanya yang biasanya berkilau kini redup, menyimpan kemarahan dan kekecewaan yang tak terucap.Di hadapannya, para tetua Klan Phoenix berdiri dengan kepala tertunduk, tak seorang pun berani membuka suara. Keheningan mencekam, hanya sesekali dipecahkan oleh suara bara api yang berderak di tungku raksasa di sudut ruangan.Feng Ru menarik napas dalam-dalam, mencoba menekan gejolak emosi di dadanya. “Aku tidak ingin membahas masa lalu Bai Xian di sini,” suaranya tenang tetapi sarat dengan ketegasan. “Ini bukan sesuatu yang perlu didengar oleh semua orang.”Tetua pertama, Feng Rui, yang berdiri di samping, mengangguk dengan hormat. “Kami memahami, Yang Mulia.”Namun, meski tidak diucapkan, semua orang di ruangan itu tahu apa yang ada di benak mereka masing-masing. Bai Xian, pewaris yang hilang selama dua puluh tahun, akhirnya ditemukan. Tapi da
Di dalam Istana Api Abadi, kediaman para pemimpin Klan Phoenix, suasana terasa hening meski udara dipenuhi kehangatan dari bara yang tak pernah padam. Aroma belerang tipis menguar di udara, bercampur dengan jejak mistis api Phoenix yang mengalir di seluruh tempat ini.Di dalam kamar yang diterangi cahaya merah keemasan, Xuan Li terbaring di ranjang batu giok api. Napasnya stabil, tetapi tubuhnya masih menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Bai Xian duduk di sisi ranjang, wajahnya menyiratkan kelegaan sekaligus kecemasan.Di luar kamar, Qing Peng berdiri dengan tangan terlipat di dada, matanya waspada terhadap setiap gerakan di lorong istana.Pemimpin Klan Phoenix, Feng Ru, yang juga nenek Bai Xian, telah memberikan tempat peristirahatan bagi Xuan Li. Sebagai pemimpin yang bijaksana dan penuh wibawa, ia memahami pentingnya memberi waktu bagi mereka untuk pulih sebelum membicarakan masa depan.Beberapa tetua klan sebelumnya telah menawarkan pengobatan khusus untuk Xuan Li. Mereka mengusulka