Wajah pria itu pucat, sorot matanya dipenuhi kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan."Dia akan baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan suara gemetar.Xuan Li tidak menjawab. Ia tetap tenang, hanya meneliti kondisi wanita itu dengan saksama. Setelah memastikan bahwa racun dalam tubuhnya mulai bereaksi terhadap penawar, Xuan Li mengulurkan tangan dan menekan beberapa titik akupuntur di sepanjang lengannya, lalu mengalirkan energi spiritual ke punggungnya.Wanita itu tersentak. Otot-ototnya menegang saat aliran energi Xuan Li merangsang tubuhnya untuk mengeluarkan racun yang telah lama bersarang. Rasa panas menjalar dari dalam, seolah-olah ada bara api yang membakar organ-organ dalamnya. Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mencengkeram lengan suaminya dengan erat."Agh!" Ia mendesis, menahan sakit yang mendalam.Xuan Li tidak menghentikan prosesnya. Ia memperkuat dorongan energi spiritualnya, memusatkannya pada inti racun yang bersarang di tubuh wanita itu. Fluktuasi energi mulai t
Saat mereka tiba, aroma rempah dan herbal yang menyengat langsung menyambut, memenuhi setiap sudut ruangan. Beberapa murid Wen Shi tengah sibuk mengolah bahan obat, tangan mereka cekatan meracik berbagai ramuan di dalam mangkuk-mangkuk batu.Namun begitu Wen Shi melangkah masuk, suasana berubah. Seolah ada perintah tak terdengar, para murid itu langsung menghentikan pekerjaan mereka. Tanpa perlu sepatah kata pun, mereka segera meninggalkan ruangan setelah tabib tua itu memberi isyarat ringan dengan satu kibasan tangan.Kini, hanya tersisa mereka bertiga."Cek semua bahan yang ada di sini," kata Wen Shi, suaranya tetap tenang, tapi ada ketegangan halus yang terselip di balik nada bicaranya. "Jika kau masih meragukanku, silakan buktikan sendiri bahwa tidak ada racun mayat yang kau maksud."Xuan Li melirik sekeliling. Deretan rak kayu dipenuhi berbagai macam bahan obat, potongan akar kering, daun yang sudah diolah menjadi serbuk, dan bubuk herbal tersusun rapi dalam wadah porselen. Sekil
Pria itu tidak langsung menjawab. Sebagai gantinya, ia meraih topengnya dan perlahan mengangkatnya, memperlihatkan separuh wajah yang rusak, kulit yang mengelupas, daging yang menghitam, dan bekas luka yang tampak menganga. Sesaat kemudian, ia kembali menurunkan topengnya, menutupi kembali wajahnya yang cacat.Xuan Li menatapnya dengan ekspresi datar sebelum akhirnya berucap, "Wajahmu masih bisa disembuhkan. Tapi itu hanya jika kau berhenti melakukan eksperimen gilamu ini."Pria itu terkekeh pelan. "Eksperimen gila?" tanyanya, suaranya mengandung nada mengejek. "Aku hampir mencapai kesempurnaan. Aku hampir bisa mengendalikan mereka… pasukan yang tak perlu makan, tak perlu istirahat, dan tak mengenal rasa takut. Tidakkah itu luar biasa?"Xuan Li diam, tetapi pikirannya bekerja dengan cepat. 'Jadi dia mengendalikan mayat-mayat itu… bukan hanya sebagai boneka, tetapi sebagai pasukan?'Pria itu mengangkat satu alisnya, seolah bisa membaca pikiran Xuan Li. "Oh, dan alasan lain," lanjutny
Dalam kehampaan yang tak berbatas, jiwa Bai Feng melayang mendekat. Cahaya biru keemasan dari tubuh Xuan Li menyoroti sosoknya, menciptakan siluet di tengah ruang kosong yang hanya dihuni oleh fragmen ingatan.Xuan Li berdiri diam, matanya berkilat tajam saat menyelami jejak ingatan yang berputar di sekitar Bai Feng. Dengan teknik khususnya, ia menyusuri lapisan terdalam memori pria itu, mencari sosok yang selama ini menjadi alasan dari kegilaannya—putranya.Seketika, gambaran-gambaran itu muncul. Bayangan seorang anak laki-laki dengan senyum cerah, berlarian di halaman rumah dengan rambut hitamnya yang berkibar diterpa angin. Wajahnya begitu familiar, hingga membuat dada Xuan Li terasa sesak.Mustahil.Ia mengenali anak itu."Fu Yuan…"Xuan Li membeku, napasnya tertahan. Butuh beberapa detik baginya untuk menerima kenyataan yang baru saja terungkap.Tidak mungkin ini hanya kebetulan.Tiba-tiba, semua teka-teki yang berserakan dalam pikirannya tersusun dengan sempurna. Pantas saja Bai
Langit mulai meredup ketika Xuan Li dan Lin Gong berjalan kembali ke desa, tempat Han Sheng menunggu mereka. Setelah semua yang terjadi, keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka terasa seperti jeda yang dibutuhkan. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.Di persimpangan jalan menuju desa, dua sosok berdiri menghadang mereka—Wen Shi dan Bai Feng.Lin Gong langsung menegang. Tangannya mengepal, siap menghadapi kemungkinan serangan mendadak. Matanya menajam, memancarkan ketegangan yang masih tersisa dari pertemuan sebelumnya.Ia dan Wen Shi sempat terjebak dalam ilusi, tidak menyadari bahwa Xuan Li dan Bai Feng telah menyelesaikan perselisihan mereka tanpa pertumpahan darah.Sebelum situasi memanas, Bai Feng mengangkat satu tangan, seolah mencoba meredakan ketegangan.“Jangan salah paham,” ucapnya tenang. “Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih.”Xuan Li menatap pria itu tanpa ekspresi. Sejenak, ia membiarkan keheningan menyelimuti mereka, mencoba memastikan apakah Bai Feng mem
Xuan Li bangkit dari duduknya dan melirik sekeliling. Dengan nada tenang, ia berkata, "Kalian tetap di sini. Biar aku yang memeriksa."Han Sheng, yang sedang bersandar di pohon, langsung bangkit. "Aku ikut."Xuan Li menatapnya sebentar, tapi tak menolak. Tanpa suara, mereka melangkah melewati pepohonan, menyusuri tanah berbatu dengan waspada. Lembah ini terasa aneh, begitu hening hingga setiap tarikan napas terdengar jelas.Xuan Li menghentikan langkahnya tiba-tiba. Matanya menyipit, menangkap bayangan samar di balik pohon besar.'Ada seseorang di sana.'Aura orang itu terasa jelas, ia merasakan gelombang energi khas klan Serigala Merah.Tanpa ragu, Xuan Li membuka mulut, suaranya tetap tenang. "Keluarlah. Kami bukan musuh. Kami hanya singgah untuk bermalam di sini."Sesaat hening, sebelum akhirnya seseorang muncul dari balik bayangan. Seorang pria berpakaian penjaga merah gelap, ekspresinya berubah terkejut begitu melihat Xuan Li dari dekat."Tuan Wu Yu?"Xuan Li menatapnya sekilas
Xuan Li menatap sekilas ke arah Han Sheng sebelum akhirnya berkata, "Kita lanjutkan perjalanan."Baginya, bukit yang tiba-tiba muncul bukanlah sesuatu yang perlu dipusingkan saat ini. Jika memang ada rahasia tersembunyi di dalamnya, maka suatu saat ia akan kembali untuk menyelidikinya.Han Sheng mengangguk setuju. Namun, baru saja mereka bersiap untuk melangkah, sesuatu yang ganjil terjadi.Tanah di bawah kaki mereka bergetar. Bukan seperti gempa bumi yang mengguncang hebat, melainkan getaran ritmis, seperti sesuatu yang hidup tengah bergerak di bawah mereka. Dalam sekejap, lingkungan di sekitar mereka kembali berubah drastis.Hutan yang sebelumnya menaungi mereka lenyap begitu saja.Sebagai gantinya, terbentang luas savana hijau dengan hamparan rerumputan. Beberapa binatang berkeliaran di sekitar mereka—rusa raksasa dengan tanduk bercahaya, burung-burung bersayap lebar yang melayang rendah, serta makhluk asing lain yang bahkan tidak bisa mereka kenali.Han Sheng segera bersiaga. "Ini
"Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak. Tapi waktunya sangat mendesak."Tanpa ragu, Xuan Li mengeluarkan batu sumber dengan energi tertinggi dari dalam penyimpanannya. Batu itu memancarkan cahaya biru berkilauan, nyaris transparan, dengan riak energi yang terasa mengguncang udara sekitarnya. Ia menggerakkan jemarinya dengan cepat, membentuk serangkaian simbol di udara. Setiap coretan membara dengan warna emas kebiruan, membentuk lingkaran kompleks yang mulai bersinar terang di tanah.Angin bertiup kencang saat formasi teleportasi mulai aktif. Jejak energi terakhir Xuan Li berada di Desa Harimau Gunung, maka formasi ini akan membawa mereka kembali ke sana. Memang perjalanan harus diulang, tapi itu jauh lebih baik daripada tetap terjebak di punggung Kura-Kura Dewa yang sebentar lagi akan terbangun sepenuhnya."Jika ini berhasil, kita bisa keluar dari sini. Tapi jika tidak..."Xuan Li tak ingin memikirkan skenario buruknya."Cepat masuk!" serunya dengan nada mendesak.Tanpa
Napas Xuan Li belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan dan penyelamatan di tempat itu. Tapi pikirannya tetap tajam. Tanpa banyak membuang waktu, ia duduk bersila dan menarik napas dalam.Kesadarannya menyentuh tubuh tiruannya yang masih berada jauh di Kota Awan Surga.Dalam satu hembusan napas, jiwa tiruan itu luruh kembali ke tubuh utamanya. Ingatan dan pengalaman sebagai tabib di kota itu, penyembuhan, interaksi dengan pasien, dan observasi spiritual, mengalir deras ke dalam benaknya. Tubuhnya sedikit bergetar karena beban integrasi, tapi tidak berlangsung lama.“Selesai,” bisiknya.Xuan Li melompat ke udara, melesat seperti bayangan di antara angin senja. Arah tujuannya jelas, yaitu ke Paviliun Gunung Sunyi. Tempat tinggalnya yang sunyi dan tersembunyi, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Tempat di mana ia bisa merenung dan menata ulang pikirannya.Namun, saat baru melewati puncak ketiga di barisan gunung utara, langit tiba-tiba terbelah.Sebuah celah hitam seperti luka muncul di angka
Sudah lima hari berlalu sejak Xuan Li membersihkan desa pertama. Dari satu tempat ke tempat lain, ia menegakkan formasi, memurnikan jiwa, dan menebas makhluk terinfeksi. Tanpa istirahat. Tanpa tidur.Selesai mengaktifkan segel terakhir, Xuan Li berbalik dan terbang menjauh tanpa sepatah kata. Wajahnya pucat, sorot matanya tajam tapi mulai melemah."Aku tidak bisa... lanjut dengan keadaan seperti ini."Ia memilih tempat sunyi di tengah hutan yang tidak padat spiritualitasnya, hanya karena ia terlalu lelah untuk berpindah ke tempat yang lebih baik. Ia turun, berjalan beberapa langkah, lalu membiarkan tubuhnya rebah di tanah berumput."Aku hanya perlu beristirahat... beberapa saat saja."Ia menarik napas perlahan, menyerap energi spiritual di sekitarnya. Namun ia tidak sadar, rerumputan dan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar area itu ternyata mengandung zat hipnosis alami. Senyawa tidur dari akar Halitus Layu, tumbuhan langka yang hanya tumbuh di tanah bekas medan perang.Kesadarann
Xuan Li terbang melewati desa yang sebelumnya telah ia selamatkan. Di bawah sana, sisa-sisa kekacauan telah tertata. Penduduk tampak mulai menata kembali kehidupan mereka. Tapi Xuan Li tidak berhenti. Pandangannya tajam, tubuhnya terus melesat seperti panah perak yang ditembakkan dari langit."Masih ada satu titik lagi... sumber racunnya belum lenyap."Ia menembus awan, mengubah arah ke selatan. Sesuatu di udara membuat meridiannya berdenyut. Energi gelap dan bau racun sihir dari ras iblis alam luar menghantam penciumannya seperti darah basi yang membusuk di medan perang.Beberapa saat kemudian, sebuah desa lain tampak dari kejauhan.Begitu mendekat, wajah Xuan Li mengeras."Celaka," gumamnya pelan. "Aku terlambat setengah langkah."Tanah desa itu sudah terkontaminasi. Kabut hitam tipis menyelimuti rumah-rumah, menetes dari atap seperti embun beracun. Langkah-langkah berat terdengar pelan, berderak, menggores tanah. Penduduk desa itu telah berubah. Kulit mereka pucat membiru, mata k
Sepuluh jarum emas menembus udara, menyambar cepat ke arah kabut hitam dan tangan-tangan tipis yang menjulur dari bejana sihir.Suara meletus terdengar ketika jarum-jarum itu menancap dan meledakkan tangan-tangan tersebut, membuatnya mengempis dan terurai menjadi asap. Namun kabut tak berhenti. Dari kegelapan itu, lebih banyak tangan muncul, seperti tidak ada habisnya. Mereka berdesakan, melengkung, dan menggeliat seperti akar pohon yang kelaparan.Xuan Li menyipitkan mata. "Makhluk ini bukan sekadar hasil sihir biasa."Ia mengangkat tangan kirinya lagi, tapi tidak lagi menggunakan teknik permukaan. Energi dari dantiannya mulai berputar. Saluran spiritual di tubuhnya menyala satu per satu, dan kekuatan murni dari lapisan terdalam mulai terkumpul.Namun begitu energi itu menyentuh kabut, ia tahu, ini tetap tidak cukup.Kabut itu menyedot kekuatan spiritualnya, memutar dan membaliknya. Aura racun yang menguar dari bejana bukan sekadar racun. Ada sesuatu yang lain, sebuah kehendak gel
Kabut beracun perlahan memudar dari medan ledakan sebelumnya, namun pikiran Xuan Li tak sepenuhnya berada di sana. Dalam diam, ia berdiri di antara sisa-sisa spiritual yang nyaris tak tercium. Ia teringat Kota Awan Surga, tempat di mana puluhan pasien masih menunggu pertolongannya.Wajah-wajah mereka terlintas dalam benaknya. Anak-anak yang tubuhnya menggigil karena demam, orang-orang tua yang tak bisa lagi berdiri, dan para gelandang yang hanya bisa memohon dengan tatapan putus asa. Ia telah berjanji untuk kembali. Namun racun ini juga bukan sesuatu yang bisa diabaikan.Jika ini memang bagian dari rencana besar alam luar, maka menundanya bisa berarti bencana yang lebih luas. Tapi jika ia pergi sekarang, tanpa menyelesaikan pengobatan di kota, maka orang-orang itu bisa mati jika ia terlambat untuk menanganinya.Xuan Li mengepalkan tangan.“Tidak ada waktu untuk memilih. Maka aku harus berjalan di dua jalan sekaligus.”Ia duduk bersila. Udara di sekitarnya mulai bergetar ketika ia men
Xuan Li pergi ke tepi sungai yang tercemar. Udara di sekelilingnya masih mengandung jejak racun, samar namun nyata. Ia membuka matanya perlahan, jari-jarinya menyentuh tanah yang telah ia beri segel pelacak.Butiran air sungai diambilnya ke dalam cawan giok kecil. Ia mengamati cairan itu, baunya logam, pekat, dan dingin. Tapi lebih dari itu, ada sesuatu yang lain. Energi asing yang bersembunyi di balik racun tersebut. Aura samar, seolah sihir yang dikaburkan dengan sengaja.“Ini bukan sekadar racun biasa,” gumamnya. “Ada tangan lain yang ikut campur… bukan manusia biasa.”Ia menggores telapak tangannya. Setetes darahnya jatuh ke dalam cawan. Cairan dalam cawan bergolak, lalu bersinar redup. Darah Xuan Li memang mengandung zat anti racun alami, warisan tubuh uniknya. Tetapi kali ini, ia bukan sedang menyembuhkan, ia sedang melacak.Segel spiritual terbentuk di atas cawan. Tali energi tipis melesat dari cairan, melayang di udara dan berputar seperti kabut tipis, lalu mengarah ke satu ti
Langit Kota Awan Surga belum sepenuhnya terang saat Xuan Li melangkah masuk ke balai pengobatan miliknya. Pintu kayu dibiarkan terbuka, dan aroma ramuan herbal yang tersimpan di dalam toples-toples kaca menyeruak keluar menyambutnya. Di depan ruangan utama, puluhan orang sudah duduk bersila, sebagian tergeletak, sebagian menggigil, dan sebagian lagi hanya memejamkan mata menahan sakit.Beberapa dari mereka telah menunggu selama berhari-hari. Beberapa hampir tidak bisa duduk tegak lagi. Begitu Xuan Li muncul, wajah mereka seolah kembali bersinar, seakan harapan yang mulai pudar kini menyala kembali.Tanpa membuang waktu, Xuan Li berjalan menyusuri barisan. Tatapannya tajam menilai kondisi setiap pasien. Ia menunjuk beberapa orang yang kondisinya tidak terlalu parah. "Kalian tunggu. Yang lainnya, baringkan mereka di dalam. Aku akan mulai dari yang kritis."Tak ada yang berani membantah. Para pembantu balai segera bergerak. Dalam waktu singkat, suara erangan, batuk, dan desah rasa sak
Pagi itu, kabut tipis masih menyelimuti Paviliun Gunung Sunyi saat Xuan Li berdiri di pelataran utama. Di hadapannya, para penghuni paviliun telah berkumpul. Wajah-wajah serius menatap ke arahnya, menunggu perintah."Mulai hari ini," suara Xuan Li tenang namun membawa tekanan, "Tabib Hantu Wu adalah guru besar kita. Keberadaannya di tempat ini adalah rahasia mutlak. Siapa pun yang membocorkan, baik sengaja maupun tidak, akan aku anggap sebagai pengkhianat."Tak ada suara yang membalas. Xuan Li melanjutkan:"Kegiatan di Paviliun Gunung Sunyi adalah urusan dalam. Segala transaksi, latihan, atau pertemuan yang terjadi di sini tidak boleh diketahui dunia luar."Satu per satu, para penghuni berlutut. Tangan mereka mengepal di dada, sikap bersumpah."Kami bersumpah demi hidup dan kehormatan kami," ujar mereka serempak.Sumpah itu bukan sekadar karena takut atau patuh. Mereka tahu Xuan Li bukan tokoh biasa. Bukan pula sekadar pemilik tubuh giok atau tabib jenius. Dunia luar adalah tempat ya
Tabib Hantu Wu menatap tajam ke arah Xuan Li, matanya menyipit seolah mencoba menembus lapisan terdalam jiwa muridnya. Ia menghela napas panjang. "Ada sesuatu yang tidak biasa dalam tubuhmu," gumamnya pelan. "Aku bisa merasakannya sejak tadi."Xuan Li tidak segera menjawab."Aura itu... ini bukan sekadar Tubuh Giok. Kau membawa jejak kekuatan yang lebih kuno," lanjut Tabib Hantu Wu. "Kekuatan yang bahkan melampaui pemahaman manusia biasa. Seolah-olah... aura dewa kuno melekat padamu."Xuan Li menoleh perlahan. “Guru, apa kau tahu... dari mana asal sebenarnya Tubuh Giok itu?”Tabib Hantu Wu terdiam sesaat. Ia mengusap janggutnya, mengingat kembali lembaran-lembaran pengetahuan lama yang pernah ia baca. “Dulu, saat aku masih muda, aku pernah mendengar satu kisah,” katanya lirih. “Satu legenda yang tak pernah diceritakan dalam kitab manapun.”Ia melanjutkan dengan suara rendah. “Tubuh Giok bukanlah anugerah. Itu adalah kutukan yang lahir dari tubuh iblis agung yang jatuh ribuan tahun