Xuan Li berdiri di depan pintu batu yang baru saja terbuka, menghadap kegelapan yang menganga di hadapannya. Meskipun merasakan firasat buruk, ia tetap melangkah masuk.Di belakangnya, Lin Gong terlihat cemas."A-aku yakin ini bukan ide yang bagus," gumamnya, ragu-ragu untuk mengikuti.Xuan Li menoleh sedikit. "Kau bisa menunggu di luar."Lin Gong menghela napas panjang sebelum akhirnya masuk juga. "Aku lebih baik ikut daripada sendirian di luar…"Begitu keduanya melewati ambang pintu, suara berderak berat terdengar. Pintu batu yang mereka masuki menutup dengan sendirinya, mengurung mereka dalam kegelapan.Tiba-tiba, suara lonceng menggema di dalam ruangan. Kilatan api biru menyala di sudut-sudut ruangan, menerangi dinding batu yang dipenuhi ukiran kuno.Lin Gong merapatkan diri ke punggung Xuan Li, tubuhnya tegang. "Wu Yu… aku punya firasat buruk tentang ini."Xuan Li tetap diam, matanya terpaku pada sebuah segel pengunci yang tergambar di salah satu dinding. Simbol-simbol aneh ter
Xuan Li menarik napas dalam-dalam. Udara di sekitarnya terasa berat. Ia berbicara dalam pikirannya, suaranya terdengar mantap meskipun pelan."Wu Hei, aku butuh bantuanmu."Di dalam kesadarannya, Wu Hei terdiam. Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang menggantung di antara mereka.Xuan Li tidak terkejut. Wu Hei selama ini hidup di bawah bayang-bayang entitas penjaga abadi klan Liang. Rasa takut dan ketidakberdayaan telah mengakar dalam dirinya. Tetapi kali ini, Xuan Li tidak bisa mundur."Aku tahu kau tidak ingin dikendalikan olehnya. Aku tahu kau ingin melawannya. Tapi kau ragu apakah bisa menang atau tidak, bukan?"Wu Hei mendengar kata-kata itu seperti sebuah tamparan. Ia menelan ludah. Xuan Li benar, rasa percaya dirinya sudah lama terkikis, terutama setelah berada di bawah bayang-bayang makhluk itu begitu lama."Aku tidak akan menyalahkanmu atas apa pun yang terjadi nanti," lanjut Xuan Li. "Tapi setidaknya, jika kita harus jatuh, kita jatuh dengan berjuang. Bukan menyerah tanpa
Xuan Li berdiri diam di tengah lautan kesadarannya yang dipenuhi aura gelap. Matanya terpejam, napasnya teratur, tetapi pikirannya berkecamuk. Teknik pengendalian jiwa biasa jelas tidak akan cukup untuk mengalahkan entitas penjaga abadi ini. Ia sudah mencoba berbagai cara, namun lawannya terlalu kuat."Tidak ada pilihan lain," gumamnya dalam hati.Satu-satunya teknik yang mungkin berhasil adalah Teknik Pengendalian Jiwa Tahap Ketiga, sebuah teknik yang belum pernah ia gunakan dalam pertarungan sungguhan. Namun, teknik ini membutuhkan energi spiritual dalam jumlah yang sangat besar. Risiko yang menyertainya juga terlalu tinggi. Jika ia gagal, bukan hanya kesadarannya yang hancur, tetapi tubuhnya bisa kehilangan kendali sepenuhnya.Namun, jika ia tidak mencobanya sekarang, maka ia pasti akan kalah.Xuan Li menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara dalam pikirannya. "Wu Hei, aku butuh bantuanmu."Di dalam ruang kesadarannya, Wu Hei menatapnya tajam. Ada keraguan di mata sosok gelap
Suara gemuruh menggema di sepanjang lorong kuil yang mulai runtuh. Debu dan pecahan batu beterbangan, menciptakan kabut tipis yang menyesakkan. Lin Gong berlari secepat mungkin, membawa tubuh Xuan Li yang lemas di punggungnya."Brengsek, kuil ini benar-benar tak mau melepaskan kita!" gerutunya sambil melompati balok kayu yang jatuh dari langit-langit.Xuan Li, yang masih setengah sadar, merasakan setiap hentakan langkah Lin Gong. Tubuhnya terasa berat, seolah-olah energi di dalam dirinya tersedot habis. Namun, pikirannya tetap bekerja. Ia mencoba meraba keberadaan formasi yang mungkin masih bisa digunakan untuk keluar dari tempat ini, tetapi tak menemukan apa pun.Lin Gong tiba-tiba berhenti. Di depan mereka, jalan tertutup oleh reruntuhan besar."Sial!" Ia menoleh panik ke belakang. Retakan semakin merayap di dinding dan langit-langit. Jika mereka tetap di sini lebih lama, mereka akan terkubur hidup-hidup.Lin Gong menggertakkan giginya. Tidak ada jalan kembali, dan tidak ada celah
Dari ketinggian, Lin Gong melayang dengan anggun di udara malam yang dingin.Xuan Li berdiri tegak di punggungnya, matanya menyapu lanskap di bawah. Kehidupan tampak hidup dalam bayang-bayang malam. Cahaya obor menerangi jalan-jalan berliku, dan dari kejauhan, sebuah menara energi menjulang ke langit, memancarkan cahaya samar berwarna biru keunguan.Lin Gong mengerutkan kening. “Wu Yu, bagaimana kalau kita ke sana?” tanyanya, nada suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Xuan Li mengamati menara itu beberapa saat sebelum mengangguk. “Turunkan aku di dekat pintu masuk.”Lin Gong menghela napas lega. “Akhirnya, kita bisa beristirahat sebentar.”Dengan satu gerakan, ia menukik turun, membawa mereka mendekati gerbang desa yang megah. Saat kakinya menyentuh tanah, tubuhnya kembali ke bentuk manusia, dengan jejak emas samar yang masih berkilauan di kulitnya.Di hadapan mereka, sebuah gerbang besar berbentuk kepala naga berdiri kokoh, dihiasi ukiran rumit yang seolah hidup dalam cahaya malam.Se
Xuan Li kembali menyesap teh herbalnya dengan tenang, sementara Lin Gong menyantap makanan dengan penuh semangat. Uap tipis masih mengepul dari semangkuk daging panggang di meja mereka, bercampur dengan aroma bumbu yang menggoda.Lin Gong menatap Xuan Li dengan heran. “Wu Yu, kau hanya minum teh? Makanan di sini enak sekali, kau harus coba lebih banyak.”Xuan Li hanya melirik sekilas, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada suara-suara di sekitar. “Aku sudah cukup.”Lin Gong mendesah, lalu kembali fokus pada makanannya. Ia memang terbiasa dengan sikap Xuan Li yang selalu dingin dan penuh perhitungan.Namun, ada alasan lain mengapa Xuan Li tetap diam. Ia sedang mendengarkan.Para pedagang masih sibuk menawarkan dagangan mereka, sementara para pemburu dan petarung berkumpul di kedai-kedai untuk berbagi cerita, meneguk arak, atau sekadar menghangatkan tubuh mereka dengan semangkuk sup panas.Di meja-meja lain, para pria berbicara dengan nada suara yang beragam. Beberapa membanggakan
Malam semakin larut. Xuan Li berdiri diam dengan kedua tangannya terselip di balik lengan jubah. Matanya menyapu desa dengan tenang, tetapi pikirannya berputar tanpa henti. Informasi yang ia dengar sebelumnya tentang aliansi aliran hitam yang ingin menguasai benua tua masih menghantuinya.Aliansi itu bukan sekadar rumor. Jika mereka benar-benar bergerak di balik bayang-bayang, maka benua tua akan segera jatuh dalam kekacauan.Xuan Li menghela napas pelan. Sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu. Ia butuh tempat untuk menginap.Namun, setelah berjalan mengelilingi desa, ia tidak menemukan satu pun penginapan. Padahal, desa ini cukup besar dan dihuni oleh berbagai macam ras. Mereka tampaknya hidup berdampingan dengan damai, bahkan ada yang menikah meskipun berasal dari spesies yang berbeda.Meski begitu, hukum rimba tetap berlaku di sini. Jika seseorang berbuat onar atau mengusik mereka, nyawa bisa melayang dalam sekejap.Saat Xuan Li melangkah di jalan setapak, seorang pria tua menya
Xuan Li dan Lin Gong melangkah dengan tenang, mengikuti pria di depan mereka. Langkah mereka tidak terburu-buru.Pria itu akhirnya menoleh, wajahnya masih tetap tenang meski sorot matanya mengamati mereka dengan cermat.“Aku Han Sheng, anggota Sekte Pedang Langit. Kami baru menyelesaikan sebuah misi di sekitar sini,” katanya, suaranya datar dan tegas.Xuan Li mengangguk tipis. “Wu Yu.”Di sisi lain, Lin Gong menyeringai lebar dan menepuk dadanya sendiri dengan bangga. “Aku Lin Gong! Seorang ahli… dalam banyak hal.”Han Sheng hanya menatapnya sekilas sebelum kembali melangkah tanpa bertanya lebih jauh. Sikapnya menunjukkan bahwa ia bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.Ketika mereka tiba di tempat peristirahatan kelompok Han Sheng, lima orang lainnya sudah menunggu. Beberapa dari mereka, sementara yang lain berdiri, mata mereka meneliti dua orang asing yang baru tiba.Seorang pemuda bertubuh ramping dengan pedang panjang tersampir di punggungnya menyeringai tipis. “Dua orang tambaha
Dalam kehampaan yang tak berbatas, jiwa Bai Feng melayang mendekat. Cahaya biru keemasan dari tubuh Xuan Li menyoroti sosoknya, menciptakan siluet di tengah ruang kosong yang hanya dihuni oleh fragmen ingatan.Xuan Li berdiri diam, matanya berkilat tajam saat menyelami jejak ingatan yang berputar di sekitar Bai Feng. Dengan teknik khususnya, ia menyusuri lapisan terdalam memori pria itu, mencari sosok yang selama ini menjadi alasan dari kegilaannya—putranya.Seketika, gambaran-gambaran itu muncul. Bayangan seorang anak laki-laki dengan senyum cerah, berlarian di halaman rumah dengan rambut hitamnya yang berkibar diterpa angin. Wajahnya begitu familiar, hingga membuat dada Xuan Li terasa sesak.Mustahil.Ia mengenali anak itu."Fu Yuan…"Xuan Li membeku, napasnya tertahan. Butuh beberapa detik baginya untuk menerima kenyataan yang baru saja terungkap.Tidak mungkin ini hanya kebetulan.Tiba-tiba, semua teka-teki yang berserakan dalam pikirannya tersusun dengan sempurna. Pantas saja Bai
Pria itu tidak langsung menjawab. Sebagai gantinya, ia meraih topengnya dan perlahan mengangkatnya, memperlihatkan separuh wajah yang rusak, kulit yang mengelupas, daging yang menghitam, dan bekas luka yang tampak menganga. Sesaat kemudian, ia kembali menurunkan topengnya, menutupi kembali wajahnya yang cacat.Xuan Li menatapnya dengan ekspresi datar sebelum akhirnya berucap, "Wajahmu masih bisa disembuhkan. Tapi itu hanya jika kau berhenti melakukan eksperimen gilamu ini."Pria itu terkekeh pelan. "Eksperimen gila?" tanyanya, suaranya mengandung nada mengejek. "Aku hampir mencapai kesempurnaan. Aku hampir bisa mengendalikan mereka… pasukan yang tak perlu makan, tak perlu istirahat, dan tak mengenal rasa takut. Tidakkah itu luar biasa?"Xuan Li diam, tetapi pikirannya bekerja dengan cepat. 'Jadi dia mengendalikan mayat-mayat itu… bukan hanya sebagai boneka, tetapi sebagai pasukan?'Pria itu mengangkat satu alisnya, seolah bisa membaca pikiran Xuan Li. "Oh, dan alasan lain," lanjutny
Saat mereka tiba, aroma rempah dan herbal yang menyengat langsung menyambut, memenuhi setiap sudut ruangan. Beberapa murid Wen Shi tengah sibuk mengolah bahan obat, tangan mereka cekatan meracik berbagai ramuan di dalam mangkuk-mangkuk batu.Namun begitu Wen Shi melangkah masuk, suasana berubah. Seolah ada perintah tak terdengar, para murid itu langsung menghentikan pekerjaan mereka. Tanpa perlu sepatah kata pun, mereka segera meninggalkan ruangan setelah tabib tua itu memberi isyarat ringan dengan satu kibasan tangan.Kini, hanya tersisa mereka bertiga."Cek semua bahan yang ada di sini," kata Wen Shi, suaranya tetap tenang, tapi ada ketegangan halus yang terselip di balik nada bicaranya. "Jika kau masih meragukanku, silakan buktikan sendiri bahwa tidak ada racun mayat yang kau maksud."Xuan Li melirik sekeliling. Deretan rak kayu dipenuhi berbagai macam bahan obat, potongan akar kering, daun yang sudah diolah menjadi serbuk, dan bubuk herbal tersusun rapi dalam wadah porselen. Sekil
Wajah pria itu pucat, sorot matanya dipenuhi kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan."Dia akan baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan suara gemetar.Xuan Li tidak menjawab. Ia tetap tenang, hanya meneliti kondisi wanita itu dengan saksama. Setelah memastikan bahwa racun dalam tubuhnya mulai bereaksi terhadap penawar, Xuan Li mengulurkan tangan dan menekan beberapa titik akupuntur di sepanjang lengannya, lalu mengalirkan energi spiritual ke punggungnya.Wanita itu tersentak. Otot-ototnya menegang saat aliran energi Xuan Li merangsang tubuhnya untuk mengeluarkan racun yang telah lama bersarang. Rasa panas menjalar dari dalam, seolah-olah ada bara api yang membakar organ-organ dalamnya. Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mencengkeram lengan suaminya dengan erat."Agh!" Ia mendesis, menahan sakit yang mendalam.Xuan Li tidak menghentikan prosesnya. Ia memperkuat dorongan energi spiritualnya, memusatkannya pada inti racun yang bersarang di tubuh wanita itu. Fluktuasi energi mulai t
Xuan Li dan Lin Gong melangkah dengan tenang, mengikuti pria di depan mereka. Langkah mereka tidak terburu-buru.Pria itu akhirnya menoleh, wajahnya masih tetap tenang meski sorot matanya mengamati mereka dengan cermat.“Aku Han Sheng, anggota Sekte Pedang Langit. Kami baru menyelesaikan sebuah misi di sekitar sini,” katanya, suaranya datar dan tegas.Xuan Li mengangguk tipis. “Wu Yu.”Di sisi lain, Lin Gong menyeringai lebar dan menepuk dadanya sendiri dengan bangga. “Aku Lin Gong! Seorang ahli… dalam banyak hal.”Han Sheng hanya menatapnya sekilas sebelum kembali melangkah tanpa bertanya lebih jauh. Sikapnya menunjukkan bahwa ia bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.Ketika mereka tiba di tempat peristirahatan kelompok Han Sheng, lima orang lainnya sudah menunggu. Beberapa dari mereka, sementara yang lain berdiri, mata mereka meneliti dua orang asing yang baru tiba.Seorang pemuda bertubuh ramping dengan pedang panjang tersampir di punggungnya menyeringai tipis. “Dua orang tambaha
Malam semakin larut. Xuan Li berdiri diam dengan kedua tangannya terselip di balik lengan jubah. Matanya menyapu desa dengan tenang, tetapi pikirannya berputar tanpa henti. Informasi yang ia dengar sebelumnya tentang aliansi aliran hitam yang ingin menguasai benua tua masih menghantuinya.Aliansi itu bukan sekadar rumor. Jika mereka benar-benar bergerak di balik bayang-bayang, maka benua tua akan segera jatuh dalam kekacauan.Xuan Li menghela napas pelan. Sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu. Ia butuh tempat untuk menginap.Namun, setelah berjalan mengelilingi desa, ia tidak menemukan satu pun penginapan. Padahal, desa ini cukup besar dan dihuni oleh berbagai macam ras. Mereka tampaknya hidup berdampingan dengan damai, bahkan ada yang menikah meskipun berasal dari spesies yang berbeda.Meski begitu, hukum rimba tetap berlaku di sini. Jika seseorang berbuat onar atau mengusik mereka, nyawa bisa melayang dalam sekejap.Saat Xuan Li melangkah di jalan setapak, seorang pria tua menya
Xuan Li kembali menyesap teh herbalnya dengan tenang, sementara Lin Gong menyantap makanan dengan penuh semangat. Uap tipis masih mengepul dari semangkuk daging panggang di meja mereka, bercampur dengan aroma bumbu yang menggoda.Lin Gong menatap Xuan Li dengan heran. “Wu Yu, kau hanya minum teh? Makanan di sini enak sekali, kau harus coba lebih banyak.”Xuan Li hanya melirik sekilas, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada suara-suara di sekitar. “Aku sudah cukup.”Lin Gong mendesah, lalu kembali fokus pada makanannya. Ia memang terbiasa dengan sikap Xuan Li yang selalu dingin dan penuh perhitungan.Namun, ada alasan lain mengapa Xuan Li tetap diam. Ia sedang mendengarkan.Para pedagang masih sibuk menawarkan dagangan mereka, sementara para pemburu dan petarung berkumpul di kedai-kedai untuk berbagi cerita, meneguk arak, atau sekadar menghangatkan tubuh mereka dengan semangkuk sup panas.Di meja-meja lain, para pria berbicara dengan nada suara yang beragam. Beberapa membanggakan
Dari ketinggian, Lin Gong melayang dengan anggun di udara malam yang dingin.Xuan Li berdiri tegak di punggungnya, matanya menyapu lanskap di bawah. Kehidupan tampak hidup dalam bayang-bayang malam. Cahaya obor menerangi jalan-jalan berliku, dan dari kejauhan, sebuah menara energi menjulang ke langit, memancarkan cahaya samar berwarna biru keunguan.Lin Gong mengerutkan kening. “Wu Yu, bagaimana kalau kita ke sana?” tanyanya, nada suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Xuan Li mengamati menara itu beberapa saat sebelum mengangguk. “Turunkan aku di dekat pintu masuk.”Lin Gong menghela napas lega. “Akhirnya, kita bisa beristirahat sebentar.”Dengan satu gerakan, ia menukik turun, membawa mereka mendekati gerbang desa yang megah. Saat kakinya menyentuh tanah, tubuhnya kembali ke bentuk manusia, dengan jejak emas samar yang masih berkilauan di kulitnya.Di hadapan mereka, sebuah gerbang besar berbentuk kepala naga berdiri kokoh, dihiasi ukiran rumit yang seolah hidup dalam cahaya malam.Se
Suara gemuruh menggema di sepanjang lorong kuil yang mulai runtuh. Debu dan pecahan batu beterbangan, menciptakan kabut tipis yang menyesakkan. Lin Gong berlari secepat mungkin, membawa tubuh Xuan Li yang lemas di punggungnya."Brengsek, kuil ini benar-benar tak mau melepaskan kita!" gerutunya sambil melompati balok kayu yang jatuh dari langit-langit.Xuan Li, yang masih setengah sadar, merasakan setiap hentakan langkah Lin Gong. Tubuhnya terasa berat, seolah-olah energi di dalam dirinya tersedot habis. Namun, pikirannya tetap bekerja. Ia mencoba meraba keberadaan formasi yang mungkin masih bisa digunakan untuk keluar dari tempat ini, tetapi tak menemukan apa pun.Lin Gong tiba-tiba berhenti. Di depan mereka, jalan tertutup oleh reruntuhan besar."Sial!" Ia menoleh panik ke belakang. Retakan semakin merayap di dinding dan langit-langit. Jika mereka tetap di sini lebih lama, mereka akan terkubur hidup-hidup.Lin Gong menggertakkan giginya. Tidak ada jalan kembali, dan tidak ada celah