Belum sempat mengatur rencana, tarikan gravitasi di tempat itu semakin menguat, lalu menyeret tubuh Xuan Li dan Lin Gong ke tengah pusaran yang berputar dengan kecepatan mengerikan. Udara bergejolak, dipenuhi dengan riak-riak energi yang merobek ruang. Aura kekacauan yang membungkus pusaran mengaburkan pandangan mereka, seolah dunia di sekitar kehilangan bentuk aslinya.Xuan Li berusaha menahan tubuhnya, tetapi kekuatan itu begitu besar. Tubuhnya melesat tanpa kendali, terombang-ambing dalam kekosongan yang menyesakkan. Sesaat kemudian, cahaya terang menyilaukan pandangannya, dan sebelum ia sempat bereaksi, tubuhnya terhempas ke tanah dengan keras."Brak!"Debu berhamburan, menutupi area sekitar dalam kabut tipis. Suara napas tersengal terdengar dari sisi lain. Lin Gong terkapar beberapa langkah darinya, wajahnya mengernyit kesakitan."Aku jatuh... aduh... pantatku!" Lin Gong mengeluh sambil mengusap bagian belakang tubuhnya. "Wu Yu, ini tempat apa? Kita semakin tersesat! Sepertinya
Pintu gerbang batu itu terbuka perlahan, mengeluarkan suara gemeretak yang bergema di udara. Debu berhamburan, membentuk pusaran tipis yang beterbangan di sekitar mereka. Begitu celah terbuka cukup lebar, hembusan angin dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma pengap kayu lapuk.Xuan Li menatap ke dalam. Halaman kuil yang luas terbentang di depannya, dikelilingi bangunan-bangunan kuno yang tampak tak terurus. Dinding-dindingnya tertutup lumut, sementara sebagian atapnya telah runtuh, menyisakan rangka kayu yang mencuat."Hei, Wu Yu! Aku merasa ada sesuatu yang salah!" Lin Gong buru-buru meraih lengan Xuan Li, ekspresinya penuh kekhawatiran. "Tempat ini memiliki tekanan yang luar biasa."Namun, Xuan Li hanya diam, melepaskan pegangan Lin Gong dengan gerakan halus. Sorot matanya tetap tenang, seolah ancaman apa pun yang tersembunyi di dalam kuil ini bukanlah sesuatu yang perlu ia takuti."Aku tidak peduli," ucapnya datar.Lin Gong menghela napas panjang. Ia tahu percuma saja berdebat
Xuan Li berdiri di depan pintu batu yang baru saja terbuka, menghadap kegelapan yang menganga di hadapannya. Meskipun merasakan firasat buruk, ia tetap melangkah masuk.Di belakangnya, Lin Gong terlihat cemas."A-aku yakin ini bukan ide yang bagus," gumamnya, ragu-ragu untuk mengikuti.Xuan Li menoleh sedikit. "Kau bisa menunggu di luar."Lin Gong menghela napas panjang sebelum akhirnya masuk juga. "Aku lebih baik ikut daripada sendirian di luar…"Begitu keduanya melewati ambang pintu, suara berderak berat terdengar. Pintu batu yang mereka masuki menutup dengan sendirinya, mengurung mereka dalam kegelapan.Tiba-tiba, suara lonceng menggema di dalam ruangan. Kilatan api biru menyala di sudut-sudut ruangan, menerangi dinding batu yang dipenuhi ukiran kuno.Lin Gong merapatkan diri ke punggung Xuan Li, tubuhnya tegang. "Wu Yu… aku punya firasat buruk tentang ini."Xuan Li tetap diam, matanya terpaku pada sebuah segel pengunci yang tergambar di salah satu dinding. Simbol-simbol aneh ter
Xuan Li menarik napas dalam-dalam. Udara di sekitarnya terasa berat. Ia berbicara dalam pikirannya, suaranya terdengar mantap meskipun pelan."Wu Hei, aku butuh bantuanmu."Di dalam kesadarannya, Wu Hei terdiam. Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang menggantung di antara mereka.Xuan Li tidak terkejut. Wu Hei selama ini hidup di bawah bayang-bayang entitas penjaga abadi klan Liang. Rasa takut dan ketidakberdayaan telah mengakar dalam dirinya. Tetapi kali ini, Xuan Li tidak bisa mundur."Aku tahu kau tidak ingin dikendalikan olehnya. Aku tahu kau ingin melawannya. Tapi kau ragu apakah bisa menang atau tidak, bukan?"Wu Hei mendengar kata-kata itu seperti sebuah tamparan. Ia menelan ludah. Xuan Li benar, rasa percaya dirinya sudah lama terkikis, terutama setelah berada di bawah bayang-bayang makhluk itu begitu lama."Aku tidak akan menyalahkanmu atas apa pun yang terjadi nanti," lanjut Xuan Li. "Tapi setidaknya, jika kita harus jatuh, kita jatuh dengan berjuang. Bukan menyerah tanpa
Xuan Li berdiri diam di tengah lautan kesadarannya yang dipenuhi aura gelap. Matanya terpejam, napasnya teratur, tetapi pikirannya berkecamuk. Teknik pengendalian jiwa biasa jelas tidak akan cukup untuk mengalahkan entitas penjaga abadi ini. Ia sudah mencoba berbagai cara, namun lawannya terlalu kuat."Tidak ada pilihan lain," gumamnya dalam hati.Satu-satunya teknik yang mungkin berhasil adalah Teknik Pengendalian Jiwa Tahap Ketiga, sebuah teknik yang belum pernah ia gunakan dalam pertarungan sungguhan. Namun, teknik ini membutuhkan energi spiritual dalam jumlah yang sangat besar. Risiko yang menyertainya juga terlalu tinggi. Jika ia gagal, bukan hanya kesadarannya yang hancur, tetapi tubuhnya bisa kehilangan kendali sepenuhnya.Namun, jika ia tidak mencobanya sekarang, maka ia pasti akan kalah.Xuan Li menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara dalam pikirannya. "Wu Hei, aku butuh bantuanmu."Di dalam ruang kesadarannya, Wu Hei menatapnya tajam. Ada keraguan di mata sosok gelap
Suara gemuruh menggema di sepanjang lorong kuil yang mulai runtuh. Debu dan pecahan batu beterbangan, menciptakan kabut tipis yang menyesakkan. Lin Gong berlari secepat mungkin, membawa tubuh Xuan Li yang lemas di punggungnya."Brengsek, kuil ini benar-benar tak mau melepaskan kita!" gerutunya sambil melompati balok kayu yang jatuh dari langit-langit.Xuan Li, yang masih setengah sadar, merasakan setiap hentakan langkah Lin Gong. Tubuhnya terasa berat, seolah-olah energi di dalam dirinya tersedot habis. Namun, pikirannya tetap bekerja. Ia mencoba meraba keberadaan formasi yang mungkin masih bisa digunakan untuk keluar dari tempat ini, tetapi tak menemukan apa pun.Lin Gong tiba-tiba berhenti. Di depan mereka, jalan tertutup oleh reruntuhan besar."Sial!" Ia menoleh panik ke belakang. Retakan semakin merayap di dinding dan langit-langit. Jika mereka tetap di sini lebih lama, mereka akan terkubur hidup-hidup.Lin Gong menggertakkan giginya. Tidak ada jalan kembali, dan tidak ada celah
Dari ketinggian, Lin Gong melayang dengan anggun di udara malam yang dingin.Xuan Li berdiri tegak di punggungnya, matanya menyapu lanskap di bawah. Kehidupan tampak hidup dalam bayang-bayang malam. Cahaya obor menerangi jalan-jalan berliku, dan dari kejauhan, sebuah menara energi menjulang ke langit, memancarkan cahaya samar berwarna biru keunguan.Lin Gong mengerutkan kening. “Wu Yu, bagaimana kalau kita ke sana?” tanyanya, nada suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Xuan Li mengamati menara itu beberapa saat sebelum mengangguk. “Turunkan aku di dekat pintu masuk.”Lin Gong menghela napas lega. “Akhirnya, kita bisa beristirahat sebentar.”Dengan satu gerakan, ia menukik turun, membawa mereka mendekati gerbang desa yang megah. Saat kakinya menyentuh tanah, tubuhnya kembali ke bentuk manusia, dengan jejak emas samar yang masih berkilauan di kulitnya.Di hadapan mereka, sebuah gerbang besar berbentuk kepala naga berdiri kokoh, dihiasi ukiran rumit yang seolah hidup dalam cahaya malam.Se
Xuan Li kembali menyesap teh herbalnya dengan tenang, sementara Lin Gong menyantap makanan dengan penuh semangat. Uap tipis masih mengepul dari semangkuk daging panggang di meja mereka, bercampur dengan aroma bumbu yang menggoda.Lin Gong menatap Xuan Li dengan heran. “Wu Yu, kau hanya minum teh? Makanan di sini enak sekali, kau harus coba lebih banyak.”Xuan Li hanya melirik sekilas, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada suara-suara di sekitar. “Aku sudah cukup.”Lin Gong mendesah, lalu kembali fokus pada makanannya. Ia memang terbiasa dengan sikap Xuan Li yang selalu dingin dan penuh perhitungan.Namun, ada alasan lain mengapa Xuan Li tetap diam. Ia sedang mendengarkan.Para pedagang masih sibuk menawarkan dagangan mereka, sementara para pemburu dan petarung berkumpul di kedai-kedai untuk berbagi cerita, meneguk arak, atau sekadar menghangatkan tubuh mereka dengan semangkuk sup panas.Di meja-meja lain, para pria berbicara dengan nada suara yang beragam. Beberapa membanggakan
Napas Xuan Li belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan dan penyelamatan di tempat itu. Tapi pikirannya tetap tajam. Tanpa banyak membuang waktu, ia duduk bersila dan menarik napas dalam.Kesadarannya menyentuh tubuh tiruannya yang masih berada jauh di Kota Awan Surga.Dalam satu hembusan napas, jiwa tiruan itu luruh kembali ke tubuh utamanya. Ingatan dan pengalaman sebagai tabib di kota itu, penyembuhan, interaksi dengan pasien, dan observasi spiritual, mengalir deras ke dalam benaknya. Tubuhnya sedikit bergetar karena beban integrasi, tapi tidak berlangsung lama.“Selesai,” bisiknya.Xuan Li melompat ke udara, melesat seperti bayangan di antara angin senja. Arah tujuannya jelas, yaitu ke Paviliun Gunung Sunyi. Tempat tinggalnya yang sunyi dan tersembunyi, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Tempat di mana ia bisa merenung dan menata ulang pikirannya.Namun, saat baru melewati puncak ketiga di barisan gunung utara, langit tiba-tiba terbelah.Sebuah celah hitam seperti luka muncul di angka
Sudah lima hari berlalu sejak Xuan Li membersihkan desa pertama. Dari satu tempat ke tempat lain, ia menegakkan formasi, memurnikan jiwa, dan menebas makhluk terinfeksi. Tanpa istirahat. Tanpa tidur.Selesai mengaktifkan segel terakhir, Xuan Li berbalik dan terbang menjauh tanpa sepatah kata. Wajahnya pucat, sorot matanya tajam tapi mulai melemah."Aku tidak bisa... lanjut dengan keadaan seperti ini."Ia memilih tempat sunyi di tengah hutan yang tidak padat spiritualitasnya, hanya karena ia terlalu lelah untuk berpindah ke tempat yang lebih baik. Ia turun, berjalan beberapa langkah, lalu membiarkan tubuhnya rebah di tanah berumput."Aku hanya perlu beristirahat... beberapa saat saja."Ia menarik napas perlahan, menyerap energi spiritual di sekitarnya. Namun ia tidak sadar, rerumputan dan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar area itu ternyata mengandung zat hipnosis alami. Senyawa tidur dari akar Halitus Layu, tumbuhan langka yang hanya tumbuh di tanah bekas medan perang.Kesadarann
Xuan Li terbang melewati desa yang sebelumnya telah ia selamatkan. Di bawah sana, sisa-sisa kekacauan telah tertata. Penduduk tampak mulai menata kembali kehidupan mereka. Tapi Xuan Li tidak berhenti. Pandangannya tajam, tubuhnya terus melesat seperti panah perak yang ditembakkan dari langit."Masih ada satu titik lagi... sumber racunnya belum lenyap."Ia menembus awan, mengubah arah ke selatan. Sesuatu di udara membuat meridiannya berdenyut. Energi gelap dan bau racun sihir dari ras iblis alam luar menghantam penciumannya seperti darah basi yang membusuk di medan perang.Beberapa saat kemudian, sebuah desa lain tampak dari kejauhan.Begitu mendekat, wajah Xuan Li mengeras."Celaka," gumamnya pelan. "Aku terlambat setengah langkah."Tanah desa itu sudah terkontaminasi. Kabut hitam tipis menyelimuti rumah-rumah, menetes dari atap seperti embun beracun. Langkah-langkah berat terdengar pelan, berderak, menggores tanah. Penduduk desa itu telah berubah. Kulit mereka pucat membiru, mata k
Sepuluh jarum emas menembus udara, menyambar cepat ke arah kabut hitam dan tangan-tangan tipis yang menjulur dari bejana sihir.Suara meletus terdengar ketika jarum-jarum itu menancap dan meledakkan tangan-tangan tersebut, membuatnya mengempis dan terurai menjadi asap. Namun kabut tak berhenti. Dari kegelapan itu, lebih banyak tangan muncul, seperti tidak ada habisnya. Mereka berdesakan, melengkung, dan menggeliat seperti akar pohon yang kelaparan.Xuan Li menyipitkan mata. "Makhluk ini bukan sekadar hasil sihir biasa."Ia mengangkat tangan kirinya lagi, tapi tidak lagi menggunakan teknik permukaan. Energi dari dantiannya mulai berputar. Saluran spiritual di tubuhnya menyala satu per satu, dan kekuatan murni dari lapisan terdalam mulai terkumpul.Namun begitu energi itu menyentuh kabut, ia tahu, ini tetap tidak cukup.Kabut itu menyedot kekuatan spiritualnya, memutar dan membaliknya. Aura racun yang menguar dari bejana bukan sekadar racun. Ada sesuatu yang lain, sebuah kehendak gel
Kabut beracun perlahan memudar dari medan ledakan sebelumnya, namun pikiran Xuan Li tak sepenuhnya berada di sana. Dalam diam, ia berdiri di antara sisa-sisa spiritual yang nyaris tak tercium. Ia teringat Kota Awan Surga, tempat di mana puluhan pasien masih menunggu pertolongannya.Wajah-wajah mereka terlintas dalam benaknya. Anak-anak yang tubuhnya menggigil karena demam, orang-orang tua yang tak bisa lagi berdiri, dan para gelandang yang hanya bisa memohon dengan tatapan putus asa. Ia telah berjanji untuk kembali. Namun racun ini juga bukan sesuatu yang bisa diabaikan.Jika ini memang bagian dari rencana besar alam luar, maka menundanya bisa berarti bencana yang lebih luas. Tapi jika ia pergi sekarang, tanpa menyelesaikan pengobatan di kota, maka orang-orang itu bisa mati jika ia terlambat untuk menanganinya.Xuan Li mengepalkan tangan.“Tidak ada waktu untuk memilih. Maka aku harus berjalan di dua jalan sekaligus.”Ia duduk bersila. Udara di sekitarnya mulai bergetar ketika ia men
Xuan Li pergi ke tepi sungai yang tercemar. Udara di sekelilingnya masih mengandung jejak racun, samar namun nyata. Ia membuka matanya perlahan, jari-jarinya menyentuh tanah yang telah ia beri segel pelacak.Butiran air sungai diambilnya ke dalam cawan giok kecil. Ia mengamati cairan itu, baunya logam, pekat, dan dingin. Tapi lebih dari itu, ada sesuatu yang lain. Energi asing yang bersembunyi di balik racun tersebut. Aura samar, seolah sihir yang dikaburkan dengan sengaja.“Ini bukan sekadar racun biasa,” gumamnya. “Ada tangan lain yang ikut campur… bukan manusia biasa.”Ia menggores telapak tangannya. Setetes darahnya jatuh ke dalam cawan. Cairan dalam cawan bergolak, lalu bersinar redup. Darah Xuan Li memang mengandung zat anti racun alami, warisan tubuh uniknya. Tetapi kali ini, ia bukan sedang menyembuhkan, ia sedang melacak.Segel spiritual terbentuk di atas cawan. Tali energi tipis melesat dari cairan, melayang di udara dan berputar seperti kabut tipis, lalu mengarah ke satu ti
Langit Kota Awan Surga belum sepenuhnya terang saat Xuan Li melangkah masuk ke balai pengobatan miliknya. Pintu kayu dibiarkan terbuka, dan aroma ramuan herbal yang tersimpan di dalam toples-toples kaca menyeruak keluar menyambutnya. Di depan ruangan utama, puluhan orang sudah duduk bersila, sebagian tergeletak, sebagian menggigil, dan sebagian lagi hanya memejamkan mata menahan sakit.Beberapa dari mereka telah menunggu selama berhari-hari. Beberapa hampir tidak bisa duduk tegak lagi. Begitu Xuan Li muncul, wajah mereka seolah kembali bersinar, seakan harapan yang mulai pudar kini menyala kembali.Tanpa membuang waktu, Xuan Li berjalan menyusuri barisan. Tatapannya tajam menilai kondisi setiap pasien. Ia menunjuk beberapa orang yang kondisinya tidak terlalu parah. "Kalian tunggu. Yang lainnya, baringkan mereka di dalam. Aku akan mulai dari yang kritis."Tak ada yang berani membantah. Para pembantu balai segera bergerak. Dalam waktu singkat, suara erangan, batuk, dan desah rasa sak
Pagi itu, kabut tipis masih menyelimuti Paviliun Gunung Sunyi saat Xuan Li berdiri di pelataran utama. Di hadapannya, para penghuni paviliun telah berkumpul. Wajah-wajah serius menatap ke arahnya, menunggu perintah."Mulai hari ini," suara Xuan Li tenang namun membawa tekanan, "Tabib Hantu Wu adalah guru besar kita. Keberadaannya di tempat ini adalah rahasia mutlak. Siapa pun yang membocorkan, baik sengaja maupun tidak, akan aku anggap sebagai pengkhianat."Tak ada suara yang membalas. Xuan Li melanjutkan:"Kegiatan di Paviliun Gunung Sunyi adalah urusan dalam. Segala transaksi, latihan, atau pertemuan yang terjadi di sini tidak boleh diketahui dunia luar."Satu per satu, para penghuni berlutut. Tangan mereka mengepal di dada, sikap bersumpah."Kami bersumpah demi hidup dan kehormatan kami," ujar mereka serempak.Sumpah itu bukan sekadar karena takut atau patuh. Mereka tahu Xuan Li bukan tokoh biasa. Bukan pula sekadar pemilik tubuh giok atau tabib jenius. Dunia luar adalah tempat ya
Tabib Hantu Wu menatap tajam ke arah Xuan Li, matanya menyipit seolah mencoba menembus lapisan terdalam jiwa muridnya. Ia menghela napas panjang. "Ada sesuatu yang tidak biasa dalam tubuhmu," gumamnya pelan. "Aku bisa merasakannya sejak tadi."Xuan Li tidak segera menjawab."Aura itu... ini bukan sekadar Tubuh Giok. Kau membawa jejak kekuatan yang lebih kuno," lanjut Tabib Hantu Wu. "Kekuatan yang bahkan melampaui pemahaman manusia biasa. Seolah-olah... aura dewa kuno melekat padamu."Xuan Li menoleh perlahan. “Guru, apa kau tahu... dari mana asal sebenarnya Tubuh Giok itu?”Tabib Hantu Wu terdiam sesaat. Ia mengusap janggutnya, mengingat kembali lembaran-lembaran pengetahuan lama yang pernah ia baca. “Dulu, saat aku masih muda, aku pernah mendengar satu kisah,” katanya lirih. “Satu legenda yang tak pernah diceritakan dalam kitab manapun.”Ia melanjutkan dengan suara rendah. “Tubuh Giok bukanlah anugerah. Itu adalah kutukan yang lahir dari tubuh iblis agung yang jatuh ribuan tahun