Tatapan Xuan Li tetap dingin, nyaris tidak menunjukkan reaksi. Sejenak, mata tajamnya menatap Lin Gong seolah menimbang apakah pria itu pantas mendapatkan jawaban. Lin Gong, yang peka terhadap perubahan ekspresi, segera merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya.Merasa situasinya mulai canggung, Lin Gong memutuskan untuk kembali ke sifatnya yang konyol.Ia tertawa kecil, menggaruk kepalanya, lalu berseru, "Ah! Lupakan saja! Aku hanya penasaran! Yang penting kau masih hidup, bukan? Haha!"Xuan Li tetap diam, tetapi sudut bibirnya sedikit terangkat menampilkan sebuah senyum tipis yang samar.Di luar, suasana di halaman istana lebih ramai dari biasanya. Shu Shi sebagai siluman rubah putih ekor sembilan selalu menjadi pusat perhatian.Beberapa pria dari ras Serigala Merah tampak mengelilinginya, masing-masing mencoba menarik perhatiannya dengan berbagai cara. Ada yang memamerkan kekuatan mereka, ada yang berbicara dengan nada menggoda, ada juga yang hanya bisa menatap dengan kagum.S
Udara dingin menyelimuti tubuh mereka saat Xuan Li dan Lin Gong terjatuh dari langit, terdorong oleh kekuatan gravitasi yang misterius.Braaakk!Xuan Li mendarat dengan sigap, tubuhnya sedikit terhuyung sebelum ia segera menstabilkan keseimbangannya. Di sisi lain, Lin Gong jatuh dengan cara yang jauh dari elegan."Aduh! Apa-apaan ini?!" keluhnya sambil mengusap punggungnya yang terasa nyeri akibat benturan.Mereka berdiri di atas lantai batu yang telah retak dan tertutup debu tebal. Cahaya matahari yang seharusnya bersinar di siang hari nyaris tidak bisa menembus reruntuhan ini.Tempat itu... gelap dan sunyi.Xuan Li mengamati sekeliling dengan seksama. Pilar-pilar batu raksasa yang telah hancur berserakan, dinding-dinding yang dipenuhi ukiran kuno yang tidak dikenalnya, serta hawa dingin yang meresap hingga ke tulang.Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini.Lin Gong mengendus udara. "Tempat ini aneh..." gumamnya. "Tidak ada bau manusia sama sekali. Bahkan tidak ada aroma makhluk hi
Xuan Li menekan telapak tangannya ke formasi penghalang yang mengitari portal. Energi tak kasatmata bergetar sebagai respons, mengalir seperti gelombang yang merambat ke seluruh lapisan segel.Di sebelahnya, Lin Gong menyipitkan mata, menahan napas saat melihat permukaan formasi mulai menampilkan retakan halus. Cahaya samar merembes keluar dari sela-sela rekahan itu.“Jadi… kau benar-benar akan menghancurkannya?” gumam Lin Gong ragu. “Jangan gegabah, Wu Yu. Kita bahkan belum tahu apa yang tersegel di dalamnya.”Xuan Li tidak segera menjawab. Tatapannya tetap terfokus pada formasi di hadapannya, memperhatikan setiap perubahan dengan saksama."Formasi ini bukan sekadar penghalang," ucapnya tenang namun tegas. "Ini adalah segel. Kita harus segera mencari jalan keluar."Lin Gong mengerutkan kening."Dan kalau kau membukanya?"Xuan Li menekan lebih dalam.Retakan pada formasi semakin besar, suara gemeretaknya menggema di ruangan yang sunyi. Cahaya berpendar dengan intensitas yang terus men
"Gawat!" Xuan Li berseru dalam hati.Situasi ini lebih buruk dari yang ia duga. Segel itu hampir pecah, dan ia tidak punya waktu untuk memikirkan solusi lain. Dengan kilatan petir yang berderak di udara, ia mengendalikan Pedang Petir Naga Hitam dengan pikirannya. Mata pedang itu bergetar seolah-olah memahami urgensinya, lalu menebas tongkat perunggu di depan Xuan Li dengan presisi sempurna.Crack!Tongkat itu terpotong menjadi dua, patahannya terlempar ke udara sebelum jatuh berdebam di lantai batu. Namun, sebelum Xuan Li bisa menarik napas lega, sesuatu yang lebih buruk terjadi.Dari dalam balok es besar, pria yang terperangkap di dalamnya tiba-tiba mengerang keras. Suaranya penuh penderitaan, seperti seseorang yang sedang meregang nyawa. Tatapan matanya yang awalnya kosong kini dipenuhi ketakutan."Arghhh!!"Darah hitam merembes dari sudut bibir pria itu, tubuhnya bergetar hebat, dan dalam sekejap, sesuatu di dalam dirinya hancur. Kristal merah di ujung tongkat yang Xuan Li tebas t
Belum sempat mengatur rencana, tarikan gravitasi di tempat itu semakin menguat, lalu menyeret tubuh Xuan Li dan Lin Gong ke tengah pusaran yang berputar dengan kecepatan mengerikan. Udara bergejolak, dipenuhi dengan riak-riak energi yang merobek ruang. Aura kekacauan yang membungkus pusaran mengaburkan pandangan mereka, seolah dunia di sekitar kehilangan bentuk aslinya.Xuan Li berusaha menahan tubuhnya, tetapi kekuatan itu begitu besar. Tubuhnya melesat tanpa kendali, terombang-ambing dalam kekosongan yang menyesakkan. Sesaat kemudian, cahaya terang menyilaukan pandangannya, dan sebelum ia sempat bereaksi, tubuhnya terhempas ke tanah dengan keras."Brak!"Debu berhamburan, menutupi area sekitar dalam kabut tipis. Suara napas tersengal terdengar dari sisi lain. Lin Gong terkapar beberapa langkah darinya, wajahnya mengernyit kesakitan."Aku jatuh... aduh... pantatku!" Lin Gong mengeluh sambil mengusap bagian belakang tubuhnya. "Wu Yu, ini tempat apa? Kita semakin tersesat! Sepertinya
Pintu gerbang batu itu terbuka perlahan, mengeluarkan suara gemeretak yang bergema di udara. Debu berhamburan, membentuk pusaran tipis yang beterbangan di sekitar mereka. Begitu celah terbuka cukup lebar, hembusan angin dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma pengap kayu lapuk.Xuan Li menatap ke dalam. Halaman kuil yang luas terbentang di depannya, dikelilingi bangunan-bangunan kuno yang tampak tak terurus. Dinding-dindingnya tertutup lumut, sementara sebagian atapnya telah runtuh, menyisakan rangka kayu yang mencuat."Hei, Wu Yu! Aku merasa ada sesuatu yang salah!" Lin Gong buru-buru meraih lengan Xuan Li, ekspresinya penuh kekhawatiran. "Tempat ini memiliki tekanan yang luar biasa."Namun, Xuan Li hanya diam, melepaskan pegangan Lin Gong dengan gerakan halus. Sorot matanya tetap tenang, seolah ancaman apa pun yang tersembunyi di dalam kuil ini bukanlah sesuatu yang perlu ia takuti."Aku tidak peduli," ucapnya datar.Lin Gong menghela napas panjang. Ia tahu percuma saja berdebat
Xuan Li berdiri di depan pintu batu yang baru saja terbuka, menghadap kegelapan yang menganga di hadapannya. Meskipun merasakan firasat buruk, ia tetap melangkah masuk.Di belakangnya, Lin Gong terlihat cemas."A-aku yakin ini bukan ide yang bagus," gumamnya, ragu-ragu untuk mengikuti.Xuan Li menoleh sedikit. "Kau bisa menunggu di luar."Lin Gong menghela napas panjang sebelum akhirnya masuk juga. "Aku lebih baik ikut daripada sendirian di luar…"Begitu keduanya melewati ambang pintu, suara berderak berat terdengar. Pintu batu yang mereka masuki menutup dengan sendirinya, mengurung mereka dalam kegelapan.Tiba-tiba, suara lonceng menggema di dalam ruangan. Kilatan api biru menyala di sudut-sudut ruangan, menerangi dinding batu yang dipenuhi ukiran kuno.Lin Gong merapatkan diri ke punggung Xuan Li, tubuhnya tegang. "Wu Yu… aku punya firasat buruk tentang ini."Xuan Li tetap diam, matanya terpaku pada sebuah segel pengunci yang tergambar di salah satu dinding. Simbol-simbol aneh ter
Xuan Li menarik napas dalam-dalam. Udara di sekitarnya terasa berat. Ia berbicara dalam pikirannya, suaranya terdengar mantap meskipun pelan."Wu Hei, aku butuh bantuanmu."Di dalam kesadarannya, Wu Hei terdiam. Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang menggantung di antara mereka.Xuan Li tidak terkejut. Wu Hei selama ini hidup di bawah bayang-bayang entitas penjaga abadi klan Liang. Rasa takut dan ketidakberdayaan telah mengakar dalam dirinya. Tetapi kali ini, Xuan Li tidak bisa mundur."Aku tahu kau tidak ingin dikendalikan olehnya. Aku tahu kau ingin melawannya. Tapi kau ragu apakah bisa menang atau tidak, bukan?"Wu Hei mendengar kata-kata itu seperti sebuah tamparan. Ia menelan ludah. Xuan Li benar, rasa percaya dirinya sudah lama terkikis, terutama setelah berada di bawah bayang-bayang makhluk itu begitu lama."Aku tidak akan menyalahkanmu atas apa pun yang terjadi nanti," lanjut Xuan Li. "Tapi setidaknya, jika kita harus jatuh, kita jatuh dengan berjuang. Bukan menyerah tanpa
Langit mulai meredup ketika Xuan Li dan Lin Gong berjalan kembali ke desa, tempat Han Sheng menunggu mereka. Setelah semua yang terjadi, keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka terasa seperti jeda yang dibutuhkan. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.Di persimpangan jalan menuju desa, dua sosok berdiri menghadang mereka—Wen Shi dan Bai Feng.Lin Gong langsung menegang. Tangannya mengepal, siap menghadapi kemungkinan serangan mendadak. Matanya menajam, memancarkan ketegangan yang masih tersisa dari pertemuan sebelumnya.Ia dan Wen Shi sempat terjebak dalam ilusi, tidak menyadari bahwa Xuan Li dan Bai Feng telah menyelesaikan perselisihan mereka tanpa pertumpahan darah.Sebelum situasi memanas, Bai Feng mengangkat satu tangan, seolah mencoba meredakan ketegangan.“Jangan salah paham,” ucapnya tenang. “Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih.”Xuan Li menatap pria itu tanpa ekspresi. Sejenak, ia membiarkan keheningan menyelimuti mereka, mencoba memastikan apakah Bai Feng mem
Dalam kehampaan yang tak berbatas, jiwa Bai Feng melayang mendekat. Cahaya biru keemasan dari tubuh Xuan Li menyoroti sosoknya, menciptakan siluet di tengah ruang kosong yang hanya dihuni oleh fragmen ingatan.Xuan Li berdiri diam, matanya berkilat tajam saat menyelami jejak ingatan yang berputar di sekitar Bai Feng. Dengan teknik khususnya, ia menyusuri lapisan terdalam memori pria itu, mencari sosok yang selama ini menjadi alasan dari kegilaannya—putranya.Seketika, gambaran-gambaran itu muncul. Bayangan seorang anak laki-laki dengan senyum cerah, berlarian di halaman rumah dengan rambut hitamnya yang berkibar diterpa angin. Wajahnya begitu familiar, hingga membuat dada Xuan Li terasa sesak.Mustahil.Ia mengenali anak itu."Fu Yuan…"Xuan Li membeku, napasnya tertahan. Butuh beberapa detik baginya untuk menerima kenyataan yang baru saja terungkap.Tidak mungkin ini hanya kebetulan.Tiba-tiba, semua teka-teki yang berserakan dalam pikirannya tersusun dengan sempurna. Pantas saja Bai
Pria itu tidak langsung menjawab. Sebagai gantinya, ia meraih topengnya dan perlahan mengangkatnya, memperlihatkan separuh wajah yang rusak, kulit yang mengelupas, daging yang menghitam, dan bekas luka yang tampak menganga. Sesaat kemudian, ia kembali menurunkan topengnya, menutupi kembali wajahnya yang cacat.Xuan Li menatapnya dengan ekspresi datar sebelum akhirnya berucap, "Wajahmu masih bisa disembuhkan. Tapi itu hanya jika kau berhenti melakukan eksperimen gilamu ini."Pria itu terkekeh pelan. "Eksperimen gila?" tanyanya, suaranya mengandung nada mengejek. "Aku hampir mencapai kesempurnaan. Aku hampir bisa mengendalikan mereka… pasukan yang tak perlu makan, tak perlu istirahat, dan tak mengenal rasa takut. Tidakkah itu luar biasa?"Xuan Li diam, tetapi pikirannya bekerja dengan cepat. 'Jadi dia mengendalikan mayat-mayat itu… bukan hanya sebagai boneka, tetapi sebagai pasukan?'Pria itu mengangkat satu alisnya, seolah bisa membaca pikiran Xuan Li. "Oh, dan alasan lain," lanjutny
Saat mereka tiba, aroma rempah dan herbal yang menyengat langsung menyambut, memenuhi setiap sudut ruangan. Beberapa murid Wen Shi tengah sibuk mengolah bahan obat, tangan mereka cekatan meracik berbagai ramuan di dalam mangkuk-mangkuk batu.Namun begitu Wen Shi melangkah masuk, suasana berubah. Seolah ada perintah tak terdengar, para murid itu langsung menghentikan pekerjaan mereka. Tanpa perlu sepatah kata pun, mereka segera meninggalkan ruangan setelah tabib tua itu memberi isyarat ringan dengan satu kibasan tangan.Kini, hanya tersisa mereka bertiga."Cek semua bahan yang ada di sini," kata Wen Shi, suaranya tetap tenang, tapi ada ketegangan halus yang terselip di balik nada bicaranya. "Jika kau masih meragukanku, silakan buktikan sendiri bahwa tidak ada racun mayat yang kau maksud."Xuan Li melirik sekeliling. Deretan rak kayu dipenuhi berbagai macam bahan obat, potongan akar kering, daun yang sudah diolah menjadi serbuk, dan bubuk herbal tersusun rapi dalam wadah porselen. Sekil
Wajah pria itu pucat, sorot matanya dipenuhi kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan."Dia akan baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan suara gemetar.Xuan Li tidak menjawab. Ia tetap tenang, hanya meneliti kondisi wanita itu dengan saksama. Setelah memastikan bahwa racun dalam tubuhnya mulai bereaksi terhadap penawar, Xuan Li mengulurkan tangan dan menekan beberapa titik akupuntur di sepanjang lengannya, lalu mengalirkan energi spiritual ke punggungnya.Wanita itu tersentak. Otot-ototnya menegang saat aliran energi Xuan Li merangsang tubuhnya untuk mengeluarkan racun yang telah lama bersarang. Rasa panas menjalar dari dalam, seolah-olah ada bara api yang membakar organ-organ dalamnya. Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mencengkeram lengan suaminya dengan erat."Agh!" Ia mendesis, menahan sakit yang mendalam.Xuan Li tidak menghentikan prosesnya. Ia memperkuat dorongan energi spiritualnya, memusatkannya pada inti racun yang bersarang di tubuh wanita itu. Fluktuasi energi mulai t
Xuan Li dan Lin Gong melangkah dengan tenang, mengikuti pria di depan mereka. Langkah mereka tidak terburu-buru.Pria itu akhirnya menoleh, wajahnya masih tetap tenang meski sorot matanya mengamati mereka dengan cermat.“Aku Han Sheng, anggota Sekte Pedang Langit. Kami baru menyelesaikan sebuah misi di sekitar sini,” katanya, suaranya datar dan tegas.Xuan Li mengangguk tipis. “Wu Yu.”Di sisi lain, Lin Gong menyeringai lebar dan menepuk dadanya sendiri dengan bangga. “Aku Lin Gong! Seorang ahli… dalam banyak hal.”Han Sheng hanya menatapnya sekilas sebelum kembali melangkah tanpa bertanya lebih jauh. Sikapnya menunjukkan bahwa ia bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.Ketika mereka tiba di tempat peristirahatan kelompok Han Sheng, lima orang lainnya sudah menunggu. Beberapa dari mereka, sementara yang lain berdiri, mata mereka meneliti dua orang asing yang baru tiba.Seorang pemuda bertubuh ramping dengan pedang panjang tersampir di punggungnya menyeringai tipis. “Dua orang tambaha
Malam semakin larut. Xuan Li berdiri diam dengan kedua tangannya terselip di balik lengan jubah. Matanya menyapu desa dengan tenang, tetapi pikirannya berputar tanpa henti. Informasi yang ia dengar sebelumnya tentang aliansi aliran hitam yang ingin menguasai benua tua masih menghantuinya.Aliansi itu bukan sekadar rumor. Jika mereka benar-benar bergerak di balik bayang-bayang, maka benua tua akan segera jatuh dalam kekacauan.Xuan Li menghela napas pelan. Sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu. Ia butuh tempat untuk menginap.Namun, setelah berjalan mengelilingi desa, ia tidak menemukan satu pun penginapan. Padahal, desa ini cukup besar dan dihuni oleh berbagai macam ras. Mereka tampaknya hidup berdampingan dengan damai, bahkan ada yang menikah meskipun berasal dari spesies yang berbeda.Meski begitu, hukum rimba tetap berlaku di sini. Jika seseorang berbuat onar atau mengusik mereka, nyawa bisa melayang dalam sekejap.Saat Xuan Li melangkah di jalan setapak, seorang pria tua menya
Xuan Li kembali menyesap teh herbalnya dengan tenang, sementara Lin Gong menyantap makanan dengan penuh semangat. Uap tipis masih mengepul dari semangkuk daging panggang di meja mereka, bercampur dengan aroma bumbu yang menggoda.Lin Gong menatap Xuan Li dengan heran. “Wu Yu, kau hanya minum teh? Makanan di sini enak sekali, kau harus coba lebih banyak.”Xuan Li hanya melirik sekilas, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada suara-suara di sekitar. “Aku sudah cukup.”Lin Gong mendesah, lalu kembali fokus pada makanannya. Ia memang terbiasa dengan sikap Xuan Li yang selalu dingin dan penuh perhitungan.Namun, ada alasan lain mengapa Xuan Li tetap diam. Ia sedang mendengarkan.Para pedagang masih sibuk menawarkan dagangan mereka, sementara para pemburu dan petarung berkumpul di kedai-kedai untuk berbagi cerita, meneguk arak, atau sekadar menghangatkan tubuh mereka dengan semangkuk sup panas.Di meja-meja lain, para pria berbicara dengan nada suara yang beragam. Beberapa membanggakan
Dari ketinggian, Lin Gong melayang dengan anggun di udara malam yang dingin.Xuan Li berdiri tegak di punggungnya, matanya menyapu lanskap di bawah. Kehidupan tampak hidup dalam bayang-bayang malam. Cahaya obor menerangi jalan-jalan berliku, dan dari kejauhan, sebuah menara energi menjulang ke langit, memancarkan cahaya samar berwarna biru keunguan.Lin Gong mengerutkan kening. “Wu Yu, bagaimana kalau kita ke sana?” tanyanya, nada suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Xuan Li mengamati menara itu beberapa saat sebelum mengangguk. “Turunkan aku di dekat pintu masuk.”Lin Gong menghela napas lega. “Akhirnya, kita bisa beristirahat sebentar.”Dengan satu gerakan, ia menukik turun, membawa mereka mendekati gerbang desa yang megah. Saat kakinya menyentuh tanah, tubuhnya kembali ke bentuk manusia, dengan jejak emas samar yang masih berkilauan di kulitnya.Di hadapan mereka, sebuah gerbang besar berbentuk kepala naga berdiri kokoh, dihiasi ukiran rumit yang seolah hidup dalam cahaya malam.Se