Mendengar bel pintu apartemennya berbunyi, membuat Arjuna seketika menjadi jengkel. Dia berpikir jika Boris, sang asisten yang datang ke apartemennya.“Boris! Berani-beraninya Lo datang ke sini? Jadi Lo beneran mau gue pecat?” kesal Arjuna dari dalam hatinya.“Tuan Arjuna, sepertinya Anda kedatangan tamu. Apakah saya yang akan membuka pintunya?” tanya Jane kepada Arjuna.“Apa? Nona Jane mau membuka pintu apartemenku? Enak saja! Bisa-bisa semua rencanaku gagal total!” ketus Arjuna Lalu Jane pun terlihat mulai melangkah keluar dari ruang kerja Arjuna untuk membukakan pintu kepada tamu yang datang. Namun langkah Jane seketika terhenti karena ucapan dari Arjuna.“Biar saya saja yang membuka pintunya! Kamu tunggu di sini! Jangan pergi ke mana pun, sampai saya kembali ke sini!” tegasnya kepada Jane.“I … iya, Tuan.” Mau tidak mau Jane pun menghentikan langkahnya yang ingin keluar dari ruangan itu.“Tuan Arjuna ternyata galak juga orangnya. Tatapan matanya sangat tajam, membuat aku takut sa
“Kamu kok diam saja, Juna?” tukas sang opa yang melihat cucunya yang tidak mengatakan hal apapun kepada mereka.“Katakan apa yang ada di dalam hatimu, Juna. Oma dan Opa pasti akan mendengarnya.” Kali ini Oma Rini yang angkat bicara.“Tapi ada satu yang kamu tidak boleh lakukan. Perjodohan ini tidak boleh kamu bantah! Titik!” tegas sang opa.“Apa?” kaget Arjuna.“Sudah … kamu tidak perlu sok kaget begitu. Opa tidak mau tahu kamu harus menaati semuanya!” lanjut sang opa lagi.“Tapi Opa …. Dengarkan dulu, aku ingin bicara,”“Tidak ada kata tapi, Juna! Opa sudah menetapkan semuanya!”Mendengar ultimatum sang kakek yang tidak dapat dibantah. Arjuna pun segera menatap ke arah Oma Rini untuk meminta perlindungan darinya. Melihat wajah memelas dari cucunya, membuat sang oma menjadi kasian. Dia pun segera berkata,“Memangnya kamu ingin mengatakan apa, Juna?” tanya Oma Rini.“Oma! Kamu kok membela Arjuna, sih? Sekali tidak tetap tidak! Perjodohan ini adalah langkah yang tepat agar Arjuna lebih
Arjuna membuka pintu ruang kerjanya dengan hati yang sedikit berdebar. Dia tidak pernah mengharapkan bahwa hari ini akan menjadi hari yang begitu mengejutkan baginya. Saat dia memasuki ruangan, pandangannya langsung tertuju pada Jane yang sedang duduk di sofa dengan majalah bisnis di tangannya. Artikel di halaman depan majalah tersebut membahas tentang dirinya sebagai seorang pengusaha sukses. Arjuna terkejut dan tidak bisa menyembunyikan perasaan campur aduk yang melintas di dalam dirinya.“Sial! Nona Jane jadi tahu identitasku!” ujarnya sedikit kesal.Jane, dengan rambut hitamnya yang terurai dengan indah, tidak menyadari kehadiran Arjuna. Dia begitu fokus membaca artikel tentang sang pria yang sukses membangun bisnisnya dari awal. Arjuna ingin mengucapkan sesuatu, akan tetapi kata-katanya terasa terjepit di tenggorokannya. Dia tidak tahu harus merespons situasi ini dengan apa.“Sial! Kok malah jadi aku yang gugup sekarang? Mana keberanianmu, wahai Arjuna Levin?” ujarnya dari dalam
Arjuna dan Jane masih berada di ruang kerja apartemen pria itu. Suasana hati keduanya sungguh sangat berbeda. Hati Jane penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan karena akan berbohong kepada kakek dan nenek dari Arjuna. Namun suasana hati sang pria tampak itu berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Jane. Entah kenapa Arjuna malah merasakan kebahagiaan dan kegembiraan yang hakiki saat ini. Pria itu lalu menatap Jane dengan penuh rasa terima kasih dan kelegaan karena rencana awalnya berjalan dengan baik."Nona Jane, mulai saat ini Anda telah sah menjadi istri pura-pura saya. Saya tahu ini bukan keputusan yang mudah, akan tetapi Anda harus bersedia melakukannya demi perjanjian kerja kita dan juga untuk kebahagiaan Opa Robi,” ujar Arjuna panjang lebar.Jane tersenyum lembut, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak karena merasa bersalah atas semua kebohongan yang akan mereka lakoni.“Iya, Tuan Arjuna. Saya akan melakukan semuanya sesuai dengan perintah Anda,” sahut Jane samb
Namun sebelum Jane menjawab pertanyaan dari Oma Rini, Arjuna terlebih dahulu menyela omongan neneknya.“Yaelah, Oma … tentu saja Jane adalah istriku. Kalau Oma masih nggak percaya, coba lihat di jari manis Jane telah melingkar cincin almarhumah Mommy, dan di jari manisku ada cincin dari almarhum Daddy,” tukas Arjuna cepat, takut sandiwaranya akan ketahuan.“Diam kamu, Juna! Oma sedang bertanya pada Jane! Bukan denganmu,” hardik sang oma yang tentunya masih belum percaya dengan omongan cucunya yang sangat suka mengarang cerita. Jane terlihat menundukkan kepalanya karena Arjuna seketika saja menatapnya dengan sangat tajam. Namun yang tidak diketahui oleh pria itu, diam-diam Opa Robi memperhatikan interaksi diantara keduanya yang terasa sangat aneh.“Hentikan sandiwaramu, Juna! Jangan pernah memberikan harapan palsu kepada Opa!” Kali ini sang kakek yang menghardik cucunya.Mendengar ucapan Opa Robi itu membuat Jane semakin terpuruk. Dia sungguh tidak tega untuk membohongi Oma dan Opa d
Sementara Oma Rini tersenyum sendiri, merasa terharu oleh kekuatan cinta yang mengalir di antara cucunya dan cucu menantunya. Padahal semua hanyalah kebohongan dari Arjuna. Jane sampai terkaget-kaget mendengar ucapan pria itu yang sangat lancar bagaikan jalan tol yang bebas hambatan.“Ya ampun … Tuan Arjuna sangat jago berbohong. Apa dia tidak kasihan dengan Oma dan Opa yang sepertinya berharap penuh saat ini?” celetuk Jane tak habis pikir dengan tingkah pria itu.Padahal yang sebenarnya terjadi, Arjuna sengaja mengarang cerita tersebut untuk dapat lebih menjerat Jane dengan isi di dalam perjanjian itu.Di sudut hatinya terdalam, Oma Rini merasa bangga melihat bagaimana Arjuna dan Jane telah tumbuh bersama di dalam satu ikatan cinta, menghadapi tantangan dan kesulitan dengan tekad yang kuat. Mereka bukan hanya sebagai pasangan suami istri, akan tetapi juga mitra dalam setiap langkah kehidupan.“Juna, Jane. Oma dan Opa sangat bangga kepada kalian. Ternyata kalian sudah lama saling men
“Oh ya, kapan tepatnya kalian menikah? Kalian kok tidak mengundang Oma dan Opa serta keluarga besar kita saat kalian menikah?” tanya Opa Robi kepada keduanya.“Deg!” Seketika Arjuna dan Jane saling lihat-lihatan. Tidak tahu harus menjawab apa. Arjuna dan Jane duduk bersebelahan di salah satu sofa, sedangkan Opa Robi duduk di seberang mereka. Dia adalah seorang pria tua yang selalu tampak tenang dan bijaksana. Opa Robi, menjadi semakin curiga kepada Arjuna dan Jane matanya yang tajam menatap ke arah keduanya saat ini.Tiba-tiba, Opa Robi buka suara lagi, "Jadi, kapan tepatnya kalian berdua menikah?" tanya sang kakek lagi. Pertanyaan itu seperti petir di siang bolong bagi Arjuna dan Jane. Mereka pun saling pandang, mencoba mencari jawaban yang tepat di mata satu sama lain.Jane dan Arjuna saling pandang lagi, kali ini dengan rasa panik yang lebih besar. Mereka berdua tahu bahwa mereka tidak bisa terus berbohong kepada Opa Robi. Tapi apa yang bisa mereka lakukan? Mereka berpura-pura men
Jane yang penuh semangat dan keceriaan berada di dapur apartemen Arjuna, suami pura-puranya, siap untuk menyajikan hidangan istimewa untuk makan siang bersama Arjuna, Opa Robi, dan Oma Rini. Selain hidangan utama berupa ikan gurame saus pedas manis dan ikan salmon panggang kecap manis, Jane juga memutuskan untuk menyajikan sayur capcay sebagai pelengkap, serta jus apel fuji untuk menyegarkan Opa Robi dan Oma Rini. “Sepertinya sayur capcay akan sangat cocok untuk menambah keceriaan menu makan siang kali ini,” tuturnya dalam hati. Jane lalu melihat di dalam kulkas jika ada beberapa buah apel fuji. “Hmmm, aku akan membuat jus apel fuji untuk Oma Rini dan Opa Robi. Apel fuji kan bagus untuk kesehatan jantung,” ucapnya pelan. Lalu dengan penuh dedikasi, Jane mulai menyiapkan sayur capcay, hidangan yang menggugah selera dan kaya akan nutrisi. Dia memilih beragam sayuran segar seperti wortel, kembang kol, brokoli, jamur, dan sayur sawi. Jane memotong sayuran-sayuran tersebut dengan p