Arjuna dan Jane masih berada di ruang kerja apartemen pria itu. Suasana hati keduanya sungguh sangat berbeda. Hati Jane penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan karena akan berbohong kepada kakek dan nenek dari Arjuna. Namun suasana hati sang pria tampak itu berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Jane. Entah kenapa Arjuna malah merasakan kebahagiaan dan kegembiraan yang hakiki saat ini. Pria itu lalu menatap Jane dengan penuh rasa terima kasih dan kelegaan karena rencana awalnya berjalan dengan baik."Nona Jane, mulai saat ini Anda telah sah menjadi istri pura-pura saya. Saya tahu ini bukan keputusan yang mudah, akan tetapi Anda harus bersedia melakukannya demi perjanjian kerja kita dan juga untuk kebahagiaan Opa Robi,” ujar Arjuna panjang lebar.Jane tersenyum lembut, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak karena merasa bersalah atas semua kebohongan yang akan mereka lakoni.“Iya, Tuan Arjuna. Saya akan melakukan semuanya sesuai dengan perintah Anda,” sahut Jane samb
Namun sebelum Jane menjawab pertanyaan dari Oma Rini, Arjuna terlebih dahulu menyela omongan neneknya.“Yaelah, Oma … tentu saja Jane adalah istriku. Kalau Oma masih nggak percaya, coba lihat di jari manis Jane telah melingkar cincin almarhumah Mommy, dan di jari manisku ada cincin dari almarhum Daddy,” tukas Arjuna cepat, takut sandiwaranya akan ketahuan.“Diam kamu, Juna! Oma sedang bertanya pada Jane! Bukan denganmu,” hardik sang oma yang tentunya masih belum percaya dengan omongan cucunya yang sangat suka mengarang cerita. Jane terlihat menundukkan kepalanya karena Arjuna seketika saja menatapnya dengan sangat tajam. Namun yang tidak diketahui oleh pria itu, diam-diam Opa Robi memperhatikan interaksi diantara keduanya yang terasa sangat aneh.“Hentikan sandiwaramu, Juna! Jangan pernah memberikan harapan palsu kepada Opa!” Kali ini sang kakek yang menghardik cucunya.Mendengar ucapan Opa Robi itu membuat Jane semakin terpuruk. Dia sungguh tidak tega untuk membohongi Oma dan Opa d
Sementara Oma Rini tersenyum sendiri, merasa terharu oleh kekuatan cinta yang mengalir di antara cucunya dan cucu menantunya. Padahal semua hanyalah kebohongan dari Arjuna. Jane sampai terkaget-kaget mendengar ucapan pria itu yang sangat lancar bagaikan jalan tol yang bebas hambatan.“Ya ampun … Tuan Arjuna sangat jago berbohong. Apa dia tidak kasihan dengan Oma dan Opa yang sepertinya berharap penuh saat ini?” celetuk Jane tak habis pikir dengan tingkah pria itu.Padahal yang sebenarnya terjadi, Arjuna sengaja mengarang cerita tersebut untuk dapat lebih menjerat Jane dengan isi di dalam perjanjian itu.Di sudut hatinya terdalam, Oma Rini merasa bangga melihat bagaimana Arjuna dan Jane telah tumbuh bersama di dalam satu ikatan cinta, menghadapi tantangan dan kesulitan dengan tekad yang kuat. Mereka bukan hanya sebagai pasangan suami istri, akan tetapi juga mitra dalam setiap langkah kehidupan.“Juna, Jane. Oma dan Opa sangat bangga kepada kalian. Ternyata kalian sudah lama saling men
“Oh ya, kapan tepatnya kalian menikah? Kalian kok tidak mengundang Oma dan Opa serta keluarga besar kita saat kalian menikah?” tanya Opa Robi kepada keduanya.“Deg!” Seketika Arjuna dan Jane saling lihat-lihatan. Tidak tahu harus menjawab apa. Arjuna dan Jane duduk bersebelahan di salah satu sofa, sedangkan Opa Robi duduk di seberang mereka. Dia adalah seorang pria tua yang selalu tampak tenang dan bijaksana. Opa Robi, menjadi semakin curiga kepada Arjuna dan Jane matanya yang tajam menatap ke arah keduanya saat ini.Tiba-tiba, Opa Robi buka suara lagi, "Jadi, kapan tepatnya kalian berdua menikah?" tanya sang kakek lagi. Pertanyaan itu seperti petir di siang bolong bagi Arjuna dan Jane. Mereka pun saling pandang, mencoba mencari jawaban yang tepat di mata satu sama lain.Jane dan Arjuna saling pandang lagi, kali ini dengan rasa panik yang lebih besar. Mereka berdua tahu bahwa mereka tidak bisa terus berbohong kepada Opa Robi. Tapi apa yang bisa mereka lakukan? Mereka berpura-pura men
Jane yang penuh semangat dan keceriaan berada di dapur apartemen Arjuna, suami pura-puranya, siap untuk menyajikan hidangan istimewa untuk makan siang bersama Arjuna, Opa Robi, dan Oma Rini. Selain hidangan utama berupa ikan gurame saus pedas manis dan ikan salmon panggang kecap manis, Jane juga memutuskan untuk menyajikan sayur capcay sebagai pelengkap, serta jus apel fuji untuk menyegarkan Opa Robi dan Oma Rini. “Sepertinya sayur capcay akan sangat cocok untuk menambah keceriaan menu makan siang kali ini,” tuturnya dalam hati. Jane lalu melihat di dalam kulkas jika ada beberapa buah apel fuji. “Hmmm, aku akan membuat jus apel fuji untuk Oma Rini dan Opa Robi. Apel fuji kan bagus untuk kesehatan jantung,” ucapnya pelan. Lalu dengan penuh dedikasi, Jane mulai menyiapkan sayur capcay, hidangan yang menggugah selera dan kaya akan nutrisi. Dia memilih beragam sayuran segar seperti wortel, kembang kol, brokoli, jamur, dan sayur sawi. Jane memotong sayuran-sayuran tersebut dengan p
“Tapi kenapa kalian juga menutup-nutupi pernikahan kalian kepada keluarga besar kita, Arjuna? Opa tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu,” tutur sang kakek lagi.“Yaelah, Opa. Aku dan Jane sama sekali tidak menutupi apapun kepada keluarga besar kita. Hanya saja kami butuh momen yang tepat untuk memperkenalkan Jane kepada keluarga besar kita. Eh … Oma dan Opa malah lebih dulu main ke sini. Iya kan, Sayang? Untuk kesekian kalinya, Arjuna meminta pendapat Jane.“Iya, Mas Juna.* jawabnya singkat.“Terus, kapan rencananya kamu akan membawa Jane di rumah Keluarga Levin?” Kali ini Oma Rini yang angkat bicara.“Secepatnya, Oma. Tenang saja, aku sudah memikirkan untuk mengadakan acara resepsi pernikahan besar-besaran nanti. Oh ya … Oma, Opa sekarang kan waktunya untuk makan siang. Bagaimana jika Oma dan Opa makan siang bersama kami?”“Cih! Memangnya kamu bisa masak, Juna?” ketus Opa Robi.“Ha-ha-ha! Aku sih mana bisa memasak, Opa. Tapi … cucu menantu Opa, sangat jago memasak. Bukan begitu, S
Jane yang penuh semangat dan keceriaan berada di dapur apartemen Arjuna, suami pura-puranya, siap untuk menyajikan hidangan istimewa untuk makan siang bersama Arjuna, Opa Robi, dan Oma Rini. Selain hidangan utama berupa ikan gurame saus pedas manis dan ikan salmon panggang kecap manis, Jane juga memutuskan untuk menyajikan sayur capcay sebagai pelengkap, serta jus apel fuji untuk menyegarkan Opa Robi dan Oma Rini.“Sepertinya sayur capcay akan sangat cocok untuk menambah keceriaan menu makan siang kali ini,” tuturnya dalam hati.Jane lalu melihat di dalam kulkas jika ada beberapa buah apel fuji. “Hmmm, aku akan membuat jus apel fuji untuk Oma Rini dan Opa Robi. Apel fuji kan bagus untuk kesehatan jantung,” ucapnya pelan.Lalu dengan penuh dedikasi, Jane mulai menyiapkan sayur capcay, hidangan yang menggugah selera dan kaya akan nutrisi. Dia memilih beragam sayuran segar seperti wortel, kembang kol, brokoli, jamur, dan sayur sawi. Jane memotong sayuran-sayuran tersebut dengan penuh k
Di ruang makan apartemen Arjuna, suasana hangat dan penuh kebahagiaan mulai tercipta di sana. Oma Rini, Opa Robi, Arjuna, dan Jane telah duduk di sekitar meja makan yang sudah disiapkan dengan indah oleh Jane. Hidangan istimewa hasil masakan Jane terpampang di atas meja, memancarkan aroma menggoda yang membuat perut mereka mulai bergelora kelaparan.Oma Rini pun berkata, "Wow, Jane, kamu sungguh hebat! Semua hidangannya terlihat luar biasa."Opa Robi juga ikut menambahkan,"Benar sekali, Jane. Kamu membuat kami sangat kagum dengan kemampuan memasakmu."Jane tersenyum bahagia mendengar pujian dari Oma Rini dan Opa Robi. "Terima kasih banyak, Oma Rini dan Opa Robi. Saya senang bisa memasak untuk Oma dan Opa. Semoga kalian semua suka dengan hidangan ini.""Tentu saja kami akan suka, Jane. Semua terlihat sangat lezat." Arjuna juga tak mau ketinggalan memuji masakan istri pura-puranya.Sementara itu, Jane dengan telaten mempersiapkan hidangan untuk Oma Rini, Opa Robi, dan Arjuna. Dengan
Musim semi di Negara Jepang adalah waktu yang sangat dinanti. Pohon sakura yang mekar menciptakan bentangan alam yang menakjubkan dengan warna merah muda yang menghiasi setiap sudut kota. Di sinilah, Arjuna memutuskan untuk mengajak istrinya tercinta, Jane, dan putra mereka yang baru berusia satu tahun, Elrod, untuk menikmati liburan keluarga yang tak akan terlupakan.Keluarga Arjuna tiba di Tokyo pada suatu pagi yang cerah. Setelah penerbangan yang cukup lama dari Jakarta, Indonesia, mereka langsung menuju hotel untuk beristirahat sejenak. Arjuna, seorang pria tampan yang juga merupakan pengusaha sukses dengan kaca mata hitamnya, terlihat sangat bersemangat. Jane, dengan senyum lembutnya, memeluk Elrod yang tampak mengantuk di pelukannya."Aku tidak sabar untuk melihat bunga sakura, Mas." ujar Jane dengan mata berbinar saat mereka memasuki lobi hotel."Ya, ini akan menjadi pengalaman pertama Elrod melihat keindahan seperti ini, Sayang." balas Arjuna sambil merapikan rambut putranya
Pada hari yang cerah itu, Tamani Kids Kafe di daerah Kemang, Jakarta Selatan, dipenuhi dengan suasana riang gembira. Jane dan Arjuna, pasangan muda yang penuh cinta dan kebahagiaan, merayakan ulang tahun pertama putra mereka, Elrod Levin. Hari itu sangat istimewa bagi mereka, dan mereka memastikan semuanya sempurna untuk hari besar Elrod.Dekorasi kafe dihiasi dengan tema Kapten Amerika, lengkap dengan balon-balon berwarna merah, biru, dan putih, serta poster-poster superhero yang menghiasi dinding. Di sudut ruangan, terdapat meja penuh dengan makanan lezat, mulai dari kue ulang tahun berbentuk perisai Kapten Amerika, hingga berbagai camilan yang disukai anak-anak.Para tamu mulai berdatangan satu per satu, dan suasana menjadi semakin ramai. Tuan William dan istrinya, Nyonya Amelia, datang bersama ketiga anak mereka, Isaac, Jacob, dan Josie. Mereka disambut dengan hangat oleh Jane dan Arjuna."Selamat ulang tahun, Elrod!" ujar Tuan William sambil menggendong Elrod. "Semoga panjang u
Pagi itu, Jane terbangun dengan rasa mulas di perutnya. Awalnya dia mengira itu hanya ketidaknyamanan biasa yang sering dia rasakan akhir-akhir ini, akan tetapi rasa mulasnya semakin kuat dan intens. Jane mencoba bangun dari tempat tidur dengan hati-hati, tapi rasa sakit itu membuatnya terhenti sejenak."Mas Arjuna …" panggil Jane dengan suara gemetar."Aku merasa ada yang tidak beres di perutku."Arjuna, yang baru saja selesai mandi, segera menghampiri Jane dengan wajah cemas. "Ada apa, Sayang? Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanyanya dengan khawatir."Perutku mulas sekali, Mas. Sepertinya ini lebih dari sekedar kontraksi biasa," jawab Jane sambil memegang perutnya.Arjuna tahu bahwa waktunya telah tiba. Tanpa ragu, dia segera mengambil kunci mobil dan membantu Jane menuju pintu depan. "Sayang, sepertinya kita harus segera ke rumah sakit. Jangan khawatir, aku akan mengemudi dengan cepat dan hati-hati," ucapnya sambil membantu Jane masuk ke dalam mobil.“Iya, Mas. Ada baiknya kita
Di kediaman utama Levin yang megah dan elegan, suasana hari itu dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan. Pagi yang cerah seakan menyambut acara tujuh bulanan kandungan Jane dengan penuh suka cita. Rumah Keluarga Levin yang selalu bersinar dengan kemewahan, hari ini terlihat lebih bersinar lagi karena persiapan yang telah dirancang dengan matang oleh Arjuna untuk istrinya tercinta, Jane.Arjuna, seorang pria dengan karakter kuat dan perhatian yang mendalam, memastikan setiap detail acara ini sempurna. Jane, dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya, tampak anggun dengan balutan kebaya modern berwarna biru pastel. Kandungannya yang sudah memasuki tujuh bulan tampak jelas, dan itu menjadi pusat perhatian dan kebahagiaan semua orang yang hadir."Mas Arjuna, terima kasih sudah mengatur semua ini," ucap Jane sambil tersenyum manis kepada suaminya. "Tentu saja, Sayang. Ini semua untuk kamu dan Baby Elrod," jawab Arjuna dengan tatapan penuh kasih.Di taman belakang rumah, berbaga
Setelah sebulan penuh menikmati bulan madu mereka di Pulau Bora-Bora, Arjuna dan Jane akhirnya kembali ke Jakarta dengan kenangan indah yang tak terlupakan. Mereka menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan dan cinta. Namun, kebahagiaan mereka tak berhenti di situ. Tak lama setelah kepulangan keduanya, Jane mulai merasakan mual dan muntah, terutama di pagi hari."Mas Juna, aku merasa mual setiap pagi," ucap Jane suatu pagi sambil memegang perutnya. Arjuna yang sedang siap-siap berangkat ke kantor segera menghampiri istrinya. "Apakah kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya Arjuna dengan wajah khawatir."Aku tidak tahu, Mas. Mungkin saja aku hanya kecapekan," jawab Jane dengan lemah.Namun, gejala mual dan muntah yang dialami Jane tidak kunjung hilang. Arjuna pun memutuskan untuk membawa Jane ke sebuah rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya. Di rumah sakit, setelah serangkaian pemeriksaan, dokter akhirnya memberikan kabar yang sangat mengejutkan dan menggembirakan."Selamat, Nona J
Pulau Bora-Bora selalu memancarkan pesonanya, namun malam ini terasa lebih istimewa. Senja mulai turun, langit memerah keemasan, dan angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma laut yang segar. Di salah satu kafe tepi pantai yang romantis, persiapan sedang dilakukan dengan hati-hati. Arjuna, dengan bantuan Farah dan Peter, telah menyewa kafe tersebut untuk mengatur momen penting dalam hidupnya, yaitu ingin menyampaikan permohonan maaf kepada Jane, istrinya.Dekorasi kafe malam itu sangat indah. Bunga mawar putih menghiasi setiap sudutnya, melambangkan kesucian dan permintaan maaf yang tulus dari Arjuna. Meja-meja dihiasi lilin-lilin kecil yang akan menerangi malam dengan cahaya lembut. Di tengah kafe, sebuah panggung kecil disiapkan, lengkap dengan alat musik sederhana untuk menyemarakkan suasana.Arjuna berdiri di depan cermin, merapikan pakaiannya dan menarik napas dalam-dalam. Dia merasa gugup, tapi juga bersemangat. Malam ini, sang pria akan mengungkapkan isi hatinya yang t
Peter mengangguk paham. "Baiklah. Jane, kamu bisa tinggal di sini selama yang kamu butuhkan. Kami akan mendukungmu."Jane tersenyum tipis. "Terima kasih, Kak Peter. Aku sangat menghargai kebaikan kalian."Peter merangkul bahu Farah. "Aku akan tidur bersama anak-anak malam ini. Kamu bisa tidur bersama Jane. Aku tahu dia butuh dukunganmu."Farah mengangguk dan tersenyum kepada suaminya. "Terima kasih, Sayang."Setelah makan malam sederhana, mereka semua bersiap-siap untuk tidur. Farah dan Jane masuk ke kamar yang nyaman dengan pemandangan laut yang luas. Jane merasa sedikit lebih tenang berada di dekat sahabatnya. Mereka duduk di atas tempat tidur, berbicara dalam kegelapan yang lembut."Farah, aku takut," bisik Jane, suaranya hampir tidak terdengar. "Aku takut jika aku kembali, semuanya akan berubah. Aku nggak tahu apakah aku bisa memaafkan Mas Arjuna."Farah menggenggam tangan Jane dengan erat. "Aku ngerti, Jane. Perasaanmu pasti sangat terluka sekarang. Tapi kamu harus ingat, seti
Pekatnya malam semakin merayap di tepian pantai di Pulau Bora-Bora, menutupi resort yang megah dengan gelapnya malam. Angin lembut menerpa wajah Arjuna yang duduk di kursi rotan di beranda bungalow mereka. Suara debur ombak terdengar merdu, seolah-olah bernyanyi dalam harmoni dengan suara serangga malam yang riuh rendah. Cahaya rembulan yang hampir penuh memantulkan bayangannya di permukaan laut yang tenang, menciptakan kilauan perak yang mempesona.Namun, keindahan malam itu tak dapat menenangkan hati Arjuna yang sedang gundah. Sejak pagi tadi, Jane, istrinya, hilang tanpa jejak. Arjuna tahu betul alasan kepergian Jane. Sebelum mereka menikah, Arjuna terkenal dengan gaya hidupnya yang suka bergonta-ganti perempuan. Jane baru mengetahui semuanya tadi pagi, dan sejak saat itu, hubungan mereka menjadi berubah tegang.Pagi tadi, saat Arjuna selesai mandi, Jane sudah tak ada di sampingnya. Awalnya, dia berpikir mungkin istrinya sedang berjalan-jalan di pantai untuk menenangkan diri. Nam
"Farah, aku merasa sangat bodoh. Aku berpikir bahwa Mas Arjuna adalah pria yang sempurna. Ternyata dia memiliki masa lalu yang begitu kelam, dan dia tidak pernah memberitahuku," ujar Jane, matanya berkaca-kaca."Kamu tidak bodoh, Jane. Kamu hanya mencintai dan mempercayai suamimu. Tidak ada yang salah dengan itu. Tapi, kamu juga berhak untuk mengetahui kebenaran. Jika Arjuna benar-benar mencintaimu, dia seharusnya jujur sejak awal," tutur Farah mencoba menenangkan."Aku tahu. Tapi sekarang aku merasa semuanya berantakan. Apa yang harus kulakukan, Farah?" tanya Jane, putus asa."Yang pertama, kamu harus menenangkan diri. Jangan membuat keputusan saat kamu sedang emosi. Setelah kamu merasa lebih tenang, kamu bisa bicara dengan Arjuna dan meminta penjelasan darinya. Kamu berhak untuk mendapatkan jawaban," jawab Farah dengan bijak.Jane mengangguk, menyadari kebenaran kata-kata sahabatnya. "Kamu benar, Farah. Aku akan berusaha menenangkan diri dulu. Terima kasih telah membantuku."Farah