Beranda / Urban / TUAN MUDA 16 DIGIT / Bab 2. Pertemuan Tak Terduga

Share

Bab 2. Pertemuan Tak Terduga

Penulis: Iceisya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 16:20:57

Sebuah Apartemen sederhana berdiri kokoh di sudut ibukota. Sebuah tempat yang dipilih Darren untuk menjadi tempat tinggalnya sementara. 

Memang sudah satu pekan lebih ia kembali ke tanah air, dari negara tempat ia menempuh pendidikan S3 nya. Ada sesuatu yang membuatnya enggan untuk kembali ke rumah. Rumah yang membersamainya tumbuh dikala masih anak-anak dulu.

Sebuah insiden pernah terjadi ketika ia masih berusia sebelas tahun. Darren kehilangan kakak perempuannya. Sang kakak tewas jatuh dari tingkat tiga rumahnya akibat sebuah kecelakaan. Dan semua orang menyalahkan Darren, sementara yang ia tahu itu adalah kecerobohan ibunya.

Nada dering panggilan telepon berbunyi dari Handphone milik Darren. Ia tidak langsung memeriksanya, hanya melihat siapa nama pemanggil. Layar Handphone nya menunjukkan panggilan itu dari kontak yang diberikan nama ‘Ibu’.

Dua panggilan berlalu begitu saja. Ia memang sengaja mengabaikannya. Sampai akhirnya notifikasi lain masuk, yang membuat perhatiannya sedikit tercuri.

‘Nak, apakah kau sudah kembali ke tanah air? Pak Baron mengatakan kau sudah memimpin perusahaan, meski belum datang ke kantor. Bila sudah berada di negeri ini, sebaiknya datang ke rumah. Ayahmu sering menanyakan keadaanmu’

Tulisan pesan dari pengirim dengan nama kontak ‘Ibu’ itu ia baca dengan seksama. Wajahnya sedikit berubah menjadi raut sedih. Namun hanya sesaat wajah itu kembali seperti semula. Dalam hatinya memang sangat mengkhawatirkan keadaan ayahnya, namun ia mengeraskan hatinya untuk tidak datang ke rumahnya itu.

Pukul enam kurang, Darren meninggalkan apartemen menuju kantor perusahaan menggunakan motor bututnya. Tidak seperti biasa, sepanjang perjalanan ia lebih banyak melamun. Hal ini tidak lain dikarenakan pesan masuk dari ibunya tadi.

Darren, yang terlalu asyik melamun, tidak menyadari di depannya seorang gadis sedang menyeberang. Jarak yang semakin dekat antara mereka berdua hingga akhirnya…

Braak!

Motor Darren menabrak gadis itu dengan keras, menyebabkan si gadis jatuh terduduk di atas jalan. Tas gadis itu jatuh membuat isinya beberapa keluar.

“Oh maaf!” Darren langsung merunduk, wajahnya penuh penyesalan. “Maaf, aku tidak melihatmu.”

Gadis itu, meskipun terkejut, mencoba tersenyum, meski jelas tampak kesal. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," katanya sambil menepuk-nepuk pakaian yang kotor oleh debu jalan.

Darren buru-buru menawarkan tangan, membantunya bangkit. “Aku benar-benar minta maaf. Apa kau terluka?”

Gadis itu menggeleng. "Tidak, sungguh. Hanya sedikit kotor."

Melihat keadaan pakaiannya yang kusut dan kotor, Darren merasa bersalah. Di dalam sakunya, ia mengeluarkan dompetnya, menarik sejumlah uang dan menyodorkannya kepada gadis itu. "Ini untuk mengganti pakaianmu. Tolong, terima."

Awalnya gadis itu menolak. "Aku benar-benar tidak apa-apa. Ini bukan masalah besar," katanya dengan nada sopan, menggeleng sambil tersenyum. Tapi Darren mendesak dengan lembut, menatapnya penuh rasa bersalah.

"Setidaknya, untuk biaya mengganti pakaian yang kotor. Aku tidak akan tenang kalau tidak memberikan ini."

Akhirnya gadis itu mengalah, meski tampak ragu. "Baiklah, kalau begitu. Terima kasih," katanya pelan.

Darren tersenyum lega dan baru saja akan melangkah pergi ketika sebuah pertanyaan tiba-tiba meluncur dari bibirnya. "Ngomong-ngomong, kamu hendak kemana? Sepertinya bawaanmu sangat penting?" tanyanya sempat melihat raut wajah cemas berubah lega ketika memeriksa barang-barangnya itu.

Gadis itu menunduk sedikit malu, sebelum menjawab. "Sebenarnya aku sedang mencari pekerjaan. Sudah berhari-hari aku keliling kota, tapi belum ada yang cocok."

Darren memperhatikan wajahnya, lalu dengan cepat mendapatkan ide. “Kebetulan sekali,” katanya sambil tersenyum. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan kartu nama. “Perusahaan tempat aku bekerja, Anugerah Langit Corporation, sedang membuka lowongan untuk staf administrasi. Sesuai dengan keahlianmu mungkin?”

Gadis itu tampak terkejut dan mengambil kartu nama itu dengan kedua tangan, menatapnya seolah tidak percaya.

“Serius? Terima kasih! Aku sungguh tidak menyangka ternyata kejadian ini bukan musibah bagiku, malah sebuah berkah,” katanya dengan mata berbinar.

"Nama aku Darren, dan aku yakin kamu punya kesempatan yang bagus di sana. Cobalah kirim lamaranmu, atau langsung datang ke kantor besok," kata Darren sambil tersenyum ramah. "Oh, dan sebelum kau datang, sebaiknya kau mengganti pakaian dengan yang lebih rapi. Aku tak ingin perusahaan salah menilai calon karyawan yang berbakat hanya karena penampilan.”

Keisha seperti yang baru ia perkenalkan namanya tersenyum malu, namun matanya berbinar penuh semangat. "Terima kasih sekali, Kak Darren. Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Ini sangat membantu. Mudah-mudahan aku bisa diterima di sana."

Darren mengangguk. “Senang bisa membantu. Semoga berhasil.”

Keisha menundukkan kepala sedikit, masih penuh syukur. “Aku akan berusaha datang sebaik mungkin. Terima kasih sekali lagi.”

Mereka berpisah di sana, namun Darren masih bisa melihat bayangan gadis itu yang tampak jauh lebih bersemangat setelah pertemuan singkat mereka. Saat ia berjalan lebih jauh menuju kantornya, pikirannya kembali pada pesan singkat dari ibunya dan hal-hal lain yang mengguncang hatinya pagi ini. Tapi untuk sesaat, setidaknya, ia merasa sedikit lebih ringan setelah membantu seseorang.

Beberapa saat kemudian, Ia sampai di kantornya. Nampak pimpinan satpam sedang menunggunya. Wajahnya menunjukkan ketidak sukaan.

“Apa-apaan ini…! Baru seminggu sudah terlambat,” bentak lelaki 40 tahunan bernama Jaya itu kepada Darren.

Darren menarik nafas, “Maaf pak, tadi aku mengalami kecelakaan kecil sehingga terlambat!” sahutnya sambil melirik ke jam di pos jaga.

Jam masih menunjukkan pukul 06.30. Itu artinya ia belum terlambat. Karena pergantian shift dilakukan pukul 07.00. Datang sebelum itu memang disarankan, tapi bukan sebuah kewajiban.

Pak Jaya tidak sedikitpun peduli dengan ucapan Darren. Ia tetap menunjukkan muka galaknya. “Sekali lagi kau terlambat, kau tak usah datang lagi ke tempat ini selamanya!” ucapnya masih membentak.

Darren hanya menganggukkan kepala menanggapi. Ia kemudian meminta izin untuk memulai bekerja. Pak Jaya sama sekali tidak menanggapi. Ia pergi dari tempat itu tanpa menoleh sedikitpun.

Darren hanya bisa mengelus dada menanggapi. Ingin sekali ia balas membentak. Dirinya yang sebenarnya adalah pemilik perusahaan itu diberlakukan semena-mena oleh seorang kepala satpam yang merupakan karyawan tingkat bawah di perusahaannya. Kalau saja bukan karena misi yang ia sedang jalankan, tentu ia akan memberikan hukuman kepada lelaki bernama Jaya itu.

Perhatian Darren teralihkan pada mobil mewah yang baru saja datang. Ia memberikan sikap hormat dan menyapa orang yang baru saja datang itu. Darren terlihat buru-buru mendatangi dan membukakan mobil. Orang yang berada di dalam keluar tanpa peduli sedikitpun dengan yang dilakukan Darren. Jangankan mengucapkan terima kasih, menyapa atau sekedar memberikan senyuman saja tidak.

“Hmmm… untuk apa Baron pagi-pagi sekali datang ketempat ini. Bukankah tidak ada jadwal pertemuan direksi, dan seharusnya ia berada di perusahaan cabang. Apa yang dilakukannya di tempat ini?”

Darren menatap penuh selidik kepada Baron yang terus berjalan membelakanginya menuju kantor pusat Anugerah Langit Corporation.

Bab terkait

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 3. Rekening Kedua Yang Mencurigakan.

    Darren menunggu dengan tenang di pos keamanan, memperhatikan Baron yang baru saja melangkah masuk ke kantor dengan percaya diri. Arogan, seperti biasanya, pikirnya. Senyum tipis melintas di wajah Darren saat melihat Baron, yang sama sekali tidak menyadari bahwa gerak-geriknya sudah dipantau. Darren menunggu beberapa detik hingga Baron benar-benar masuk ke ruangannya dan memastikan tak ada karyawan lain yang berkeliaran di sekitar.Setelah suasana cukup sepi, Darren bergerak. Ia merogoh sakunya, mengambil telepon genggam. Jari-jarinya menari cepat di layar, lalu menghentikan pilihannya pada sebuah kontak yang tertulis ‘Spy Eye’. beberapa saat kemudian, sambungan tersambung."Es Ei," suara Darren terdengar rendah, tapi tegas. "Aku ingin kau pantau apa yang dilakukan Baron di kantor ini lewat CCTV. Aku juga sudah memasang beberapa mini spy cam di lokasi-lokasi penting. Semua sudah terkoneksi pada akun yang aku berikan."Telepon di tangan Darren hening sesaat, hanya suara napas tenang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 4. Langkah Awal yang Mengejutkan

    Darren merasa denyut jantungnya meningkat saat mendengar jawaban Bu Vina. “Ke rekening Ayahku?” tanyanya, memastikan. Bu Vina mengangguk menanggapi. “Aku rasa itu tidak mungkin. Semua rekening ayah sudah dipindahnamakan kepadaku. Segala sesuatu berkenaan dengan perusahaan saat ini semuanya dialihkan padaku.”Bu Vina menatap Darren dengan penuh kebingungan. “Tapi laporan keuangan menunjukkan aliran dana yang menuju ke rekening ayahmu. Laba perusahaan dibagi menjadi dua, enam puluh persen dan empat puluh persen. Keduanya rekening atas nama Tuan Harison.”Darren merasakan kegelisahan. “Jika semua sudah dialihkan kepadaku, bagaimana mungkin dana itu masih mengalir ke rekening Ayah? Ada sesuatu yang tidak beres di sini, Bu Vina. Itu artinya pendapatan bersih perusahaan bukan hanya mengalir kepadaku, tapi juga ke rekening itu.”Di luar, petir menggelegar dan hujan mulai turun deras, suara gemuruhnya seolah mencerminkan ketegangan yang menyelimuti mereka. Suasana di dalam restoran menjadi se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 5. Bayang-bayang pengkhianatan

    Suasana kantor pusat Anugerah Langit Corporation yang biasanya sibuk dan dinamis berubah menjadi tegang ketika sebuah mobil polisi terparkir di halaman. Karyawan-karyawan yang sedang menikmati istirahat siang mereka segera berhenti, menatap ke arah mobil dengan rasa ingin tahu yang menyelimuti. Bisikan-bisikan kecil mulai terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang tidak nyaman.Pak Leo, Kepala Manajer perusahaan yang terkenal perfeksionis, kini terlihat berantakan. Ia berdiri di depan pintu masuk kantor dengan tangan terborgol, wajahnya menunjukkan kombinasi antara ketidakpercayaan dan kemarahan. Seorang polisi muda, dengan nada tegas, berusaha menjelaskan situasi kepada Leo.“Pak Leo, kami memiliki bukti yang cukup kuat mengenai dugaan penggelapan dana perusahaan yang Anda lakukan. Kami perlu membawa Anda untuk proses lebih lanjut,” ucap polisi itu, sambil menatap langsung ke arah Leo. Ia juga menunjukkan surat penangkapan resmi kepolisian untuk Leo.“Tunggu sebentar! Ini s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 6: Kemunculan Nadine

    Pagi itu, matahari baru saja merangkak naik, tapi emosi Darren sudah dibuat menyala seperti api. Ponselnya berdering, dan di layar muncul nama Vina.“Mas Darren, ada yang ingin aku sampaikan. Mulai hari ini, Nadine resmi bekerja di kantor pusat sebagai Kepala Manajer,” suara Vina terdengar lembut, dan penuh kehati-hatian.Darren terdiam sejenak, lalu menjawab dengan nada menahan marah.“Siapa yang membuat keputusan itu? Baron?!”Vina menarik nafas dalam, seakan sudah siap menerima luapan marah Darren. “Bukan, ini permintaan dari ibumu sendiri. Dan, kabarnya sudah mendapatkan persetujuan dari Tuan Harison.”Kemarahan Darren tak bisa dibendung lagi. Wajahnya memerah, dan otot-otot di rahangnya menegang.“Hmmmm… Vina, bukankah semua urusan dan kewenangan perusahaan sekarang sudah sepenuhnya di tanganku? Bagaimana bisa keputusan sepenting ini diambil tanpa sepengetahuanku?”Di ujung telepon, Vina hanya bisa mendengarkan. Ia tahu Darren bukan sekadar kesal—ia merasa dikhianati.“Dengar, Vin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 7: Jejak Uang dan Jaring Pengkhianat

    "Periksa setiap transaksi keluar masuk di rekening Leo. Apa pun yang mencurigakan, aku ingin laporan langsung.” "Semua data lengkap transaksi keluar dan masuk rekening Leo sudah kami serahkan kepada pengacara. Saat ini kepolisian sudah menindaklanjuti bukti-bukti yang diberikan.”"Bagus, Kerjakan cepat dan profesional, tidak salah aku memilih kalian untuk menjadi pasukan khusus membantuku. Sebelum polisi bergerak, aku ingin sudah tahu siapa saja yang bermain di belakang Leo.”Darren mengakhiri panggilannya dan memandang keluar jendela kaca. Langit mendung seakan mencerminkan suasana hatinya penuh waspada dan dingin.Keesokan harinya, suasana kantor pusat perusahaan Anugerah Langit Corporation terasa lebih hening daripada biasanya. Karyawan duduk di kubikel masing-masing, menunduk sambil mengetik, seakan takut suara keyboard mereka terdengar terlalu keras. Kabar tentang kematian Leo masih menghantui banyak orang, dan tanpa disadari, rasa curiga mulai menjalar di antara mereka. Beberap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 8: Kudeta Sunyi di Anugerah Langit Corporation

    Pagi itu, suasana di kantor pusat Anugerah Langit Corporation berubah drastis. Para karyawan berkumpul di lobi utama, berbisik-bisik. Isu tentang perombakan besar-besaran telah tersebar sejak beberapa hari sebelumnya, tapi tidak ada yang menyangka semuanya akan terjadi begitu cepat. Kehadiran Vina, yang dianggap wanita ambisius dengan reputasi tak terbantahkan, dan Darren yang dikenal sebagai Kemal sosok seorang satpam baru yang tiba-tiba menduduki posisi strategis, membuat kantor pusat bak sarang lebah yang diguncang.Di depan para karyawan yang berkumpul, Vina berdiri anggun dengan jas formalnya. Di tangannya ada amplop besar dengan logo perusahaan dan tanda tangan pemilik di bagian segel. Ia melangkah dengan percaya diri ke arah podium lobi, mengamati kerumunan karyawan.“Selamat pagi, semuanya. Saya di sini membawa kabar penting,” ujar Vina dengan suara tegas namun halus. “Mulai hari ini, akan ada beberapa perubahan signifikan di perusahaan ini."Tatapan Vina berkeliling, mengunc

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 9: Bidak Andalan

    Suara mobil Nadine terdengar memasuki halaman mansion mewah keluarga Baron. Udara dingin malam itu terasa semakin berat di bahunya. Ia melangkah cepat melewati pintu utama dengan wajah tegang, memikirkan perubahan mendadak di kantor pusat Anugerah Langit Corporation.Di ruang tamu, Baron pria paruh baya dengan wajah keras dan mata mencorong tajam sedang menikmati secangkir coffee. Ia duduk di kursi kulit berwarna hitam, dikelilingi dekorasi elegan yang menunjukkan kekuasaan dan kekayaannya. Namun, begitu Nadine masuk dengan langkah berat, suasana nyaman itu sirna.“Mengapa wajahmu kusut seperti itu? Ada apa nak?” tanya Baron tanpa basa-basi, suaranya dalam dan dingin.Nadine duduk di hadapan ayahnya, berusaha menahan kegelisahannya. "Semua sudah berubah, Ayah," ujarnya pelan, tapi cukup tajam untuk menusuk suasana. "Vina... dia diangkat menjadi Direktur Utama. Aku hanya dijadikan wakil. Dan yang lebih gila, Kemal… satpam itu diangkat jadi Kepala Manajer SDM."Baron yang awalnya duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 10: Kebebasan Semu

    Fajar baru saja menyentuh langit penjara, menggantikan kegelapan malam dengan warna oranye lembut. Bau beton lembab bercampur dengan embusan udara pagi yang dingin menyelimuti blok tahanan. Di koridor sempit itu, lima pria keluar dengan langkah terburu-buru. Mereka adalah mantan manajer dari Anugerah Langit Corporation, wajah-wajah yang pernah memegang kendali di divisi penting perusahaan."Tak kusangka kita benar-benar dibebaskan!" seru Heru, pria bertubuh tegap dengan rambut acak-acakan, sembari memeluk bahu teman di sampingnya."Bungkam kita tidak sia-sia," jawab Beni dengan nada puas, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. “Tuan Baron pasti sudah menyusun rencana baru. Ini hadiah kita.”Mereka berjalan melewati gerbang besar penjara, diiringi tatapan iri beberapa napi lain yang tertinggal. Saat kaki mereka menyentuh aspal halaman luar penjara, mata kelima pria itu langsung tertuju pada deretan mobil mewah berwarna hitam. Dua mobil dengan kaca gelap berkilau, diapit oleh beber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 62: Bantuan untuk Baron

    Seminggu telah berlalu sejak Darren kembali dari Singapura. Namun, suasana di rumah sakit tetap penuh ketegangan. Tuan Harison tetap dirawat dengan perhatian ketat tanpa ada kemajuan yang berarti, sementara Darren terus memantau situasi melalui tim pengintainya. Silvia mulai menunjukkan rasa tidak nyaman dengan rutinitas monoton di rumah sakit.“Darren, aku rasa rawat jalan di rumah akan lebih baik untuk ayahmu. Lingkungan rumah jauh lebih nyaman dibandingkan tempat ini,” ucap Silvia suatu pagi saat Darren mengunjunginya.Namun, Darren menggeleng tegas. “Tidak, Bu. Di rumah sakit, keamanan dan pengawasan jauh lebih terjamin. Aku tidak ingin mengambil risiko, terutama setelah insiden yang terjadi sebelumnya.”Silvia mendesah, menyembunyikan kekecewaannya. “Baiklah, Darren. Tapi jangan lupa, aku ingin kembali ke rumah sesekali jika keadaanku sudah memungkinkan.”Darren hanya mengangguk kecil, tidak ingin memperpanjang perdebatan. Pikirannya sedang terganggu oleh sesuatu yang lebih mend

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 61: Mencoba membuka kedok sang tuan muda

    Darren kembali ke rumah sakit di Jakarta dengan identitasnya yang sebenarnya. Penampilannya tetap rapi, mengenakan setelan jas hitam dengan dasi biru gelap, ciri khas seorang pria elegan pengusaha muda. Wajahnya masih ditutupi masker hitam hingga yang terlihat hanya bagian mata keatas.Ia melangkah masuk ke lobi rumah sakit dengan wajah dingin namun tegas, pengawal pribadinya mengikuti dari belakang. Para staf rumah sakit yang mengenalnya hanya mengangguk sopan, tidak berani menatap terlalu lama.“Bagaimana keadaan di sini sepeninggalku?” tanya Darren kepada salah satu pengawalnya. Suaranya pelan namun penuh tekanan, membuat siapa pun yang mendengarnya langsung merasakan pentingnya laporan yang akan diberikan.“Keadaan terkendali, Tuan Darren,” jawab pengawal itu dengan suara tenang. “Tidak ada insiden berarti selama Anda pergi. Namun, ada satu hal yang perlu Anda ketahui. Ibu Anda sering kali meminta kami untuk meninggalkan penjagaan. Namun, seperti perintah Anda, kami tidak pernah m

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 60: Konspirasi di Balik Bayang

    Darren duduk di ruang konferensi hotelnya yang mewah, memandang ke arah layar besar di depannya. Ruangan itu dihiasi dengan lampu gantung kristal dan dinding yang dihiasi dengan lukisan abstrak bernilai jutaan dolar. Spy Eye dan timnya telah mengumpulkan data dari insiden-insiden yang baru saja terjadi. Peta digital yang menampilkan Singapura dengan beberapa titik merah kini terlihat di layar."Apa yang kita punya sejauh ini?" Darren bertanya dengan nada tegas, tetapi tenang. Matanya yang tajam menyiratkan betapa seriusnya situasi ini.Spy Eye melangkah maju, membawa map berisi laporan. "Tuan Darren, setelah kami menganalisis kejadian di pesawat dan bandara, serta interogasi awal terhadap pria di taman, ada pola yang jelas. Semua serangan ini berasal dari sumber yang sama. Sepertinya ini bukan perbuatan Baron, tapi kekuatan yang lebih besar. Dan yang diincar adalah Kemal, tokoh di balik pergerakan ekonomi dan politik dunia, bukan Kemal, CEO Anugerah Langit Corporation."Darren mengang

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 59: Percobaan Pembunuhan

    Pagi Sekali Daren berangkat menuju Singapura. Ia melangkahkan kakinya dengan percaya diri menuju boarding gate di bandara internasional. Tanpa membawa pengawal ia pun melakukan aktivitas dengan sangat hati-hati dan waspada.. Perasaan tidak nyaman sudah menghantui sejak ia melewati pos pemeriksaan keamanan. Sesuatu terasa salah. Naluri tajamnya membisikkan bahwa ia sedang diawasi.Di dalam pesawat, Darren mengambil tempat duduk di kelas bisnis. Ia memilih kursi dekat jendela, memanfaatkan waktu untuk memikirkan semua rencana yang akan ia lakukan selama di Singapura.. Tak ada yang mencolok di antara penumpang lain, Tapi kewaspadaannya tidak sedikitpun diturunkan. Ketika pesawat mulai lepas landas, ia mengatur napas, mencoba untuk rileks. Tapi, bayangan ancaman tetap menghantuinya. Meski begitu dari sadar bahwa inilah resiko yang harus ia jalani karena sudah berani berkonfrontasi melawan Baron.Sekitar satu jam setelah pesawat mengudara, Darren merasakan gerakan aneh dari kursi belakan

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 58: Sebuah Kecurigaan Besar

    Darren menatap ponselnya yang berdering. Itu ponsel khusus yang ia gunakan sebagai Kemal. Nama Jeny, asisten pribadinya, muncul di layar. Tanpa ragu, ia menjawab panggilan itu.“Jeny, ada perkembangan?” tanya Darren dengan nada rendah namun tegas.“Pak Kemal, data kerugian yang diakibatkan oleh Baron dan anaknya sudah lengkap. Kami juga telah menyelesaikan proses penyitaan dan pengambilalihan perusahaan mereka di Singapura,” lapor Jeny dengan nada formal. “Namun, ada beberapa dokumen penting yang memerlukan tanda tangan Anda langsung. Hal ini mendesak, Tuan. Jika tidak dilakukan segera, ada kemungkinan Baron akan memindahkan sisa kekayaannya ke tempat lain.”Darren mengernyit. “Tidak bisakah hal ini diwakilkan? Saya sedang tidak bisa meninggalkan kota.”“Sayangnya tidak bisa, Tuan. Peraturan di Singapura cukup ketat. Anda harus datang langsung sebagai pemilik sah untuk menyelesaikan ini,” jawab Jeny dengan nada mendesak.Darren menghela nafas panjang. “Baiklah. Siapkan semuanya. Saya

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 57: Potongan Ingatan yang Samar

    Pagi itu, Keisha merasa tubuhnya sedikit lebih baik meski kepala masih berdenyut. Ia duduk di tempat tidur rumah sakit, berusaha memulihkan kekuatannya. Perempuan tegap yang menemani Keisha sebelumnya memasuki kamar dengan senyuman tipis di wajahnya."Selamat pagi, Keisha. Apa Anda merasa cukup kuat untuk berbicara hari ini?" tanya perempuan itu dengan nada lembut namun tegas.Keisha mengangguk pelan. "Saya akan mencoba. Apa yang ingin Anda tanyakan?"Perempuan itu menarik kursi dan duduk di sebelah tempat tidur. "Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Anda. Dari awal hingga Anda ditemukan di lokasi kejadian. Ini akan sangat membantu kami."Keisha menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan pikirannya. "Saya ingat, waktu itu saya bersama Kemal. Kami sedang berjalan di pusat kota, lalu tiba-tiba ada kerumunan besar. Saya kehilangan jejak Kemal dalam kerumunan itu. Saya panik dan mencoba mencarinya."Perempuan itu mencatat sesuatu di buku kecilnya. "Lalu, apa yang terjadi sete

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 56: Alibi Yang Kuat

    Silvia menatap layar CCTV yang menunjukkan pertemuan orang yang memiliki wajah sama dengannya sedang berbicara dengan staf hotel yang menjadi tersangka. Ia terlihat tidak banyak bereaksi. Semua bukti itu tampaknya tidak cukup membuatnya terguncang. Akhirnya, ia mengangguk pelan dan mengucapkan kalimat yang sangat mengejutkan."Itu bukan saya," katanya sekali lagi, dengan nada lebih tegas. "Jika Anda melihat dengan benar, Anda akan tahu bahwa di CCTV itu, saya tidak terlihat jelas. Saya bisa membuktikan bahwa saat itu saya berada di kamar bersama Tuan Harrison, bukan di luar, anda bisa melihat cctv di jam yang sama di kamar suami saya. Dan mengenai percakapan itu, nomor handphone yang Anda tunjukkan bukan milik saya. Saya bahkan tidak tahu siapa yang bisa melakukan itu."Penyidik tampak semakin bingung. Mereka mengamati Silvia dengan cermat, mencoba mencari celah dalam ceritanya. Namun, tampaknya ia memang tahu bagaimana menjaga wajahnya tetap tenang, dan apa yang ia katakan terdengar

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 55: Bukti Keterlibatan Nyonya Silvia

    Di ruang interogasi yang terang, Nyonya Silvia duduk di kursi dengan sikap tenang, meski hatinya bergejolak. Polisi mengelilinginya dengan pertanyaan-pertanyaan tajam, mencoba mengungkap lebih banyak kebenaran. Meskipun ia tampak tenang, ada sesuatu dalam sorot matanya yang tidak bisa disembunyikan."Apakah hubungan Anda dengan Tuan Harrison baik-baik saja?" tanya seorang penyidik dengan suara datar. "Apakah Anda merasa tidak ada masalah di antara kalian berdua, mengingat kondisinya yang lumpuh bertahun-tahun?"Silvia menghela napas panjang, menatap penyidik dengan pandangan tegas. "Tentu saja. Kami selalu berusaha untuk tetap bersama. Saya sangat mencintai suami saya," jawabnya dengan suara yang penuh keyakinan. "Saya bersumpah akan merawatnya sampai akhir hayat saya, tidak peduli apapun yang terjadi."Penyidik mencatat jawaban itu, namun raut wajahnya tidak berubah. Dia mengamati setiap gerakan Silvia, mencoba mencari tanda-tanda kebohongan."Apakah Anda merasa tidak ada keinginan u

  • TUAN MUDA 16 DIGIT   Bab 54: Permainan Yang Sangat Rapi

    Namun, sebelum Darren bisa melangkah lebih jauh, sebuah suara lembut menyapa dari belakangnya. "Darren?"Darren berbalik dan menemukan Silvia berdiri beberapa meter darinya. Wajah ibunya tampak tenang, tetapi matanya menyiratkan sesuatu yang lain."Ibu? Kenapa kau di sini?" Darren bertanya, mencoba menutupi rasa curiganya.Silvia mendekat dengan langkah perlahan. "Aku merasa tidak nyaman sendirian di kamar. Kau pergi begitu mendadak, jadi aku memutuskan untuk mencarimu."Darren mengerutkan kening. "Aku hanya memastikan keamanan. Kau seharusnya tetap di kamar bersama Ayah."Silvia tersenyum samar. "Tenang saja, Nak. Ayahmu aman. Tapi kau terlihat tegang. Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"Darren memutuskan untuk tidak menunjukkan terlalu banyak. "Tidak ada, Bu. Hanya memastikan semuanya berjalan lancar."Silvia menatap putranya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Kalau begitu, mari kita kembali ke kamar. Ayah membutuhkan kita berdua."Darren mengangguk, mengikuti Silvia kemba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status