Georgina Moore dan Joel Raymond telah berteman sejak kecil karena pertemanan ibu mereka. Ketika masih kecil, mereka berdua sering bermain peran sebagai pasangan pengantin. Saat di sekolah, Joel juga sering melindungi Georgina dari bullyan teman-temannya. Joel berjanji akan selalu menyayanginya, bahkan akan melindunginya sampai mereka tua nanti.
Sejak kuliah, Georgina pindah ke Italia karena ayahnya. Orangtuanya berpisah saat usianya masih dua belas tahun, dan saat itu dia lebih memilih untuk tinggal bersama dengan ibunya. Namun, karena keinginan untuk menjadi seorang perancang busana yang hebat, akhirnya dia menerima tawaran sang ayah untuk dikuliahkan di negaranya.
Meskipun jarak telah memisahkan Joel dan Georgina, namun mereka masih berteman baik. Tetapi hubungan mereka mulai menjauh ketika orangtua Joel menginginkan Gina sebagai menantunya. Kala itu Georgina merasa sangat senang, berbanding terbalik dengan Joel. Joel merasa tertekan, berpikir jika orangtuanya sangat egois karena terlalu mencampuri kehidupannya.
Sejak kecil hidup Joel selalu diatur. Ketika dia ingin dijodohkan, dia merasa tidak terima karena menurutnya cinta seharusnya adalah pilihannya. Meski hati menolak tetapi Joel tidak berani membantah keinginan orangtuanya. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang wanita sederhana yang baik hati. Sejak hari itu dia bertekat akan menentang keinginan orangtuanya.
***
Georgina telah berpakaian rapi. Hari ini dia akan mendatangi Joel ke kantornya. Setelah dua hari tidak melihat Joel, akhirnya Georgina akan menemuinya. Dia yakin Joel sudah tenang dan ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan masalah mereka.
Sesampainya di perusahaan Joel, langkah elegan membawa Georgina ke ruangan tunangannya. Setelah mengetuk pintu, Georgina masuk dan dia melihat seorang wanita sedang duduk di depan meja kerja Joel. Hatinya mendadak sakit tetapi dia mencoba untuk mengabaikannya.
Melihat kedatangan Georgina, Joel meminta asistennya untuk keluar. Joel meninggalkan kursinya dan dia berdiri di depan Georgina. “Apa lagi yang kau inginkan dariku?” tanyanya dengan pose tangan dilipat di dadanya.
“Joel, aku datang ke sini untuk membicarakan tentang pernikahan kita. Kita sudah melakukannya dan aku ingin pernikahan kita dipercepat,” ucap Georgina tetapi tawa mengandung cemoohan yang dia dapatkan dari Joel.
“Sekarang aku semakin yakin kalau kamu memang sengaja meniduriku malam itu. Kamu pasti memanfaatkan keadaanku untuk menjebakku,” jawab Joel. Senyumannya mengejek dan merendahkan Georgina.
“Apa?” Georgina tersentak, dan yang membuatnya kecewa adalah perubahan sikap Joel. Joel tidak pernah merendahkannya dengan kata-kata kasar seperti itu.
“Ckckck!” Joel berdecak sambil mendaratkan tubuhnya di sofa. Dia mengambil minuman kaleng, meneguknya, dan meletakkan sisanya di atas meja. “Aku tidak menyangka kalau kau akan sepicik ini. Demi menikah denganku kamu rela melakukan cara murahan seperti itu.”
Lutut Georgina goyah, lidahnya kelu, terlalu kecewa membuatnya bungkam.
“Kau lihat asistenku, kan?” tanya Joel dan Georgina tidak menjawabnya. “Aku menyukainya dan kau sudah tahu itu. Aku telah mengungkapkan cintaku padanya dan aku yakin dia akan segera menerimaku. Setelah itu, aku akan menikah dengannya. Aku tidak peduli meskipun orangtuaku akan menentang pernikahan kami.”
Deg!
Jantung Georgina hampir melonjak dari tempatnya, hatinya sedang digerogoti oleh rasa kecewa yang begitu dalam.
“Joel, kita sudah bercinta dan kau tidak bisa mencampakkanku,” protes Georgina dan Joel melihatnya dengan tatapan jijik.
“Berapa banyak pasangan di negara ini yang melakukannya? Bercinta di negara ini sudah menjadi hal biasa, bahkan banyak yang melakukannya tanpa cinta. Bercinta hanya kebutuhan biologis yang harus disalurkan. Bukankah kau juga sudah mendapatkan kepuasan dariku? Itu sudah cukup, kan?”
Amarah dan kekecewaan menguasai Georgina. Dia merasa direndahkan oleh pria yang selama ini dia kagumi. Georgina mendekat dan dia menampar wajah Joel. “Itu tidak akan cukup untuk membayar semua hinaanmu, Joel!” Setelah mengatakan itu dia keluar dari ruangan Joel.
Joel merasa bersalah tetapi dia harus melakukan ini. Dia harus berkata kasar agar Georgina menyerah pada hubungan mereka. Joel tidak ingin menikah dengan wanita pilihan orangtuanya meskipun wanita itu adalah Georgina.
***
Hari lepas hari, minggu pun terus berlalu, dan sudah satu bulan Georgina tidak melihat Joel. Hatinya masih sakit meskipun sejujurnya dia merindukan pria itu.
Georgina terbangun dari tidurnya dan dia merasakan dorongan yang sangat kuat dari perutnya. Dia segera ke kamar mandi ketika mual di perutnya semakin menyiksa.
Huek! Huek! Huek!
Georgina memuntahkan semua makanan yang dia konsumsi tadi malam. Perutnya benar-benar tidak nyaman, dia merasa lemas, dan kepalanya sangat berat. Merasa perutnya sudah lega, Georgina kembali ke ranjang.
“Ada apa denganku? Sudah dua hari aku seperti ini,” gumam Georgina.
Akhirnya Georgina memutuskan untuk memeriksakan tubuhnya ke rumah sakit. Dia akan kembali ke negara ayahnya dan dia harus memastikan kesehatannya sebelum naik pesawat.
“Bagaimana, Dokter? Kenapa aku muntah terus?” tanya Georgina setelah melewati pemeriksaan dokter. Dia masih berbaring di ranjang sambil melihat layar monitor yang membuatnya bingung.
“Anda tidak sakit, Nona.” Dokter itu tersenyum. “Selamat atas kehamilan Anda, Nona Moore,” tambahnya.
“Ha-hamil?” Georgina tersentak mendengar fakta baru yang diberikan oleh dokter padanya.
“Iya, Nona. Coba perhatikan gambarnya!” Dokter menunjuk layar monitor dan pointer di tangannya tertuju pada titik kecil yang ada di rahim Gina. “Itu adalah anak Anda. Dia sehat dan masih sangat muda.”
Georgina meneteskan air matanya. Dia bahagia ketika memiliki anak Joel di dalam rahimnya. Dia berpikir, mungkin saja kehamilannya bisa memperbaiki hubungannya yang telah rusak dengan Joel. Mungkin Tuhan sengaja mengizinkan dirinya hamil agar Joel menerimanya kembali.
“Saya akan meresepkan obat untuk Anda,” ucap dokter dan Gina hanya mengangguk.
Georgina memperbaiki pakaiannya dan dia duduk di depan dokter. “Apa yang harus saya lakukan, Dokter?”
“Anda tidak perlu cemas, Nona. Kehamilan Anda sangat sehat dan Anda hanya perlu menjaga pola makan dan jangan kelelahan.” Dokter memberikan nasihat dan reflek tangan Georgina meraba perutnya.
“Aku pasti akan melakukan yang terbaik untuknya,” ucap Georgina.
***
Georgina masih merahasiakan kehamilannya dari ibunya. Dia berpikir akan memberi tahu Joel terlebih dahulu. Ayah bayinya berhak menjadi orang pertama yang mengetahui kehamilannya.
Georgina mengambil ponselnya, dan dia mencari kontak Joel. Georgina harus menghela napas ketika membaca nama kontak di ponselnya. “Priaku?” ucapnya dengan tawa getir ketika membaca nama kontak Joel di ponselnya.
Setelah panggilannya terabaikan beberapa kali, akhirnya dia mendengar suara Joel.
“Ada apa, Gina? Apa kau belum merenungkan kesalahanmu? Seharusnya kau sadar diri dan jangan menghubungiku lagi.”
Georgina menahan rasa sakitnya. Dia harus mengalah demi bayi di dalam perutnya. “Maafkan aku, Jo. Tapi, bisakah kita bertemu?” tanya Gina.
“Untuk apa? Aku sudah muak dan aku tidak mau bertemu denganmu lagi,” jawab Joel dengan nada dingin.
“Ada hal penting yang harus aku katakan padamu. Aku mohon, Jo.”
“Baiklah. Kita bertemu di restoran langganan kita saja. Aku tidak punya waktu untuk menjemputmu.”
Satu jam kemudian Joel tiba di restoran, dan dia mendesah ketika melihat Georgina sudah ada di sana. Joel menarik kursi dan dia duduk berhadapan dengan Gina. “Ada apa?” dia bertanya tanpa basa basi, seolah-olah bertemu dengan Gina hanya akan membuang waktu berharganya.“Duduklah sebentar!” balas Gina, masih mencoba kuat meski dia sakit karena sikap dingin Joel. Joel mendesah ketika dia duduk, dan dia menatap Gina dengan sorot mata dingin. “Aku tidak akan mau berbicara jika kamu masih menginginkan pernikahan dariku. Aku sudah mencintai wanita lain dan aku tidak mungkin menikah denganmu. Aku menyukaimu tapi bukan berarti aku harus menikah denganmu. Aku menganggapmu sebagai saudara karena kita sudah berteman sejak kecil.”Deg!Hati Georgina patah lagi sebelum dia memberi tahu kehamilannya. Awalnya dia ingin memberi tahu Joel tentang kehamilannya tetapi mendadak dia ragu.“Cepat katakan, Gina! Aku harus pulang dan memberi tahu orangtuaku tentang pembatalan pertunangan kita. Aku
Joel masuk ke rumah dan dia melihat Diane, ibunya. “Apa kau tahu kalau Gina akan pergi ke Italia?” tanyanya. “Tahu, Ma. Beberapa hari yang lalu Gina sudah memberitahuku.” Joel menjawab dengan ekspresi malas. Sikapnya akhir-akhir ini berubah, dia seperti tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun. “Apa kau tidak mau mengantarnya ke bandara?” Pertanyaan sang ibu membuat Joel terdiam. Dia bahkan tidak sempat memikirkan perasaan wanita itu karena dia sibuk dengan pekerjaannya. “Aku sudah menawarkan tumpangan tapi Gina menolak, Ma. Lagipula dia bukan tunanganku lagi,” jawab Joel. Diane mendesah dan dia melihat putranya. “Mama tahu hubungan kalian sudah berakhir, tapi kau jangan lupa kalau dia adalah temanmu sejak kecil. Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk selama ini. Apa kau akan mengakhiri hubungan kalian dengan cara yang buruk?” “Aku lelah, Ma. Aku mau tidur sekarang.” Joel menghindari percakapan dengan Diane. Dia sedang dalam mood yang buruk, dan dia tidak i
Mendapatkan dukungan dari orangtuanya membuat Georgina yakin untuk tinggal di rumah besar Darren. Meskipun sebenarnya dia lebih nyaman tinggal seorang diri di unit apartemennya namun setelah berpikir lagi akhirnya dia setuju. Paling tidak sampai anaknya lahir. Gina pasti membutuhkan mereka. Dia masih buta tentang kehidupan wanita hamil, apalagi tidak ada pasangan yang akan mendampinginya.Setelah dua hari tinggal bersama di apartemen, Gina akan mengantar ibunya ke bandara. Brittany akan kembali ke Shadowfall tanpa putrinya.“Nona, Tuan Moore meminta saya untuk mengangkut barang-barang Anda ke rumahnya,” ucap seorang pria. Dia adalah kurir yang ditugaskan Darren untuk memindahkan barang-barang Georgina..“Hanya dua koper dan dua kotak besar saja.” Gina menunjukkan barang-barang yang telah dia letakkan di ruang tamu. Dia hanya membawa barang-barang yang dia perlukan karena setelah anaknya lahir dia pasti akan kembali ke apartemennya.Pria itu memanggil rekannya dan mereka mengam
Dua tahun berlalu, “Mama,” panggil Zion sambil membawa langkah kecilnya untuk menghampiri Georgina yang sedang menyiapkan makanan untuknya. “Iya, sayang. Mama sedang menyiapkan makanan untukmu.” Zion memeluk kaki Gina ketika pengasuhnya datang menghampirinya. Ketika pengasuh itu ingin menggendong Zion, Gina melarangnya. “Biarkan saja, nanny,” ucap Georgina. Ketika makanan Zion sudah siap, dia membungkuk untuk mengambil putranya. “Kamu sangat lapar?” tanyanya sambil mencium pipi gembul Zion. “La-pal,” sahut Zion dan Gina semakin menciumi wajahnya karena tingkahnya begitu menggemaskan. “Baiklah. Sekarang waktunya kita makan.” Gina mendudukkan Zion di kursi bayi, lalu dia mendapatkan makanannya. Zion sudah terbiasa makan sendiri. Menurut Gina, dia akan mempelajari sesuatu ketika melakukannya. Zion tak sengaja menjatuhkan potongan daging di piringnya, dan Gina tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu tidak sengaja melakukannya jadi mama akan membe
Georgina tampil luar biasa dengan gaun pesta warna biru gemerlap yang menempel di tubuhnya. Bahu dan punggungnya terlihat, dan payudaranya mengintip untuk memberikan kesan seksi dan mempesona.Georgina mencium Zion sebelum dia pergi. “Mama tidak akan lama. Kamu bersama nanny di rumah, oke?”Zion melingkarkan tangan mungilnya di leher Gina dan mengangguk. “Boleh es krim?” anak berusia dua tahun itu meminta izin sebelum ibunya pergi.“Boleh, tapi tidak banyak.”“Oke, Mama.” Zion mencium pipi Georgina. Zion adalah kekuatan bagi Georgina untuk bertahan sampai sekarang. Gina rela bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang demi masa depan Zion. Dia tidak mau bergantung kepada siapa pun, itu sebabnya dia ingin mengembangkan butiknya agar dikenal lebih banyak orang.Georgina turun menggunakan lift ketika Gabriel sudah menunggunya di depan. Georgina tersenyum ketika Gabriel membuka pintu mobil untuknya. “Kamu tampak luar biasa, Gina. Kamu sangat cantik,” puji Gabriel sebelum Geor
“Gina!”panggilan itu melambai di telinga Georgina ketika mereka hendak masuk ke dalam mobil. Georgina berbalik dan dia melihat Joel melangkah begitu cepat ke arah mereka.Tulang kaki Georgina goyah ketika Joel semakin dekat. Dia meremas tas di tangannya untuk memastikan pikirannya masih bisa diajak untuk bekerja sama.“Kamu mengenal dia?” Gabriel bertanya ketika dia melihat Joel dan dia mengembalikan tatapannya kepada Gina.“Di-dia hanya salah satu temanku sewaktu masih sekolah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di sini,” jawab Gina. Dia sedang berusaha menyembunyikan semua emosi yang menembus dadanya sekarang.“Oh, dia teman lamamu. Apa kalian dekat?” Gabriel bertanya lagi. Dia melihat Joel dan tatapannya memindai penampilan pria itu.“Kami adalah---” Joel ingin menjawab tetapi Gina memotong kata-katanya.“Kami tidak dekat. Kami hanya satu sekolah dan tidak terlalu dekat. Ayo kita pergi dari sini!”Joel hanya bergeming ketika Georgina mengabaikannya. Bahkan
Joel menarik kursi, dia mengambil tempat duduk di samping Zion ketika Gina masih memikirkan pertanyaannya. Meskipun Gina melarangnya, Joel tidak akan pergi dari sana.“Aku akan tinggal selama seminggu di sini. Aku tidak memiliki teman selain Tristan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku membutuhkanmu untuk menemaniku selama tinggal di sini,” ucap Joel. Dia melihat Georgina sebentar dan mengembalikan pandangannya kepada Zion. Ada getaran yang terjadi di dadanya namun Joel tidak mengerti kenapa dia merasakan hal aneh seperti itu.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu. Mungkin kamu bisa membayar seorang pemandu jalan,” jawab Gina setelah dia berhasil mengisi pikirannya yang kosong. Georgina harus tetap waspada agar Joel tidak bertanya tentang siapa ayah putranya. Dia benar-benar belum siap untuk mengatakan kebenaran pada pria itu. Kejadian tiga tahun lalu masih membekas di hatinya dan itu menyakitkan.“Bukankah kita teman lama? Kamu mengatakan seperti itu kepada kekasi
Georgina tidak bisa fokus bekerja ketika putranya berada di tempat yang tidak aman menurutnya. Meninggalkan buku gambar yang ada di depannya, Gina keluar dari ruang kerjanya. Dengan buru-buru dan ditemani hati gelisah dia pergi ke ruang bermain. Tempat itu kosong, membuatnya semakin panik.Georgina hendak menghubungi Brenda, namun dia tersadarkan ketika ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Dia kembali masuk ke ruangannya dan segera meraih alat komunikasi jarak jauh yang ada di mejanya.“Di mana kamu? kenapa ruang bermain Zion kosong?” Georgina memberikan pertanyaan tanpa menyapa Brenda. Dia panik, hanya itu yang dia rasakan sekarang.“Kami di taman bermain, Nona. Maafkan saya karena tidak memberi tahu Anda, tetapi Zion baik-baik saja di sini.”Marah, itu yang Gina rasakan sekarang. Dia menutup percakapan mereka secara sepihak dan dia bergegas ke taman bermain.Sesampainya di sana, Georgina mendesah ketika melihat putranya sedang berada di pangkuan Joel. Joel sedang duduk di
Usai menemui dokter, Georgina mengajak Joel ke toko kue. Dia menginginkan kue coklat dan Joel mau mewujudkannya. Sopir telah menunggu mereka di depan rumah sakit. Joel tidak bisa menyetir tanpa SIM sementara dia tidak mengizinkan Georgina yang sedang hamil menyetir. Untung saja Gabriel berbaik hati, dia memberikan salah satu sopir dari kantornya untuk membantu mereka. “Kita akan mampir di toko kue,” ucap Joel pada sopir yang sedang membukakan pintu untuk mereka. “Baik, Tuan.” Hanya membutuhkan sepuluh menit, akhirnya mereka tiba di toko kue. Joel dan Georgina turun dari mobil, membiarkan sopir memarkir mobil di tempat yang telah tersedia. Karena ingin makan kue di tempatnya langsung, Joel mencari meja kosong untuk mereka. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” pelayan toko bertanya saat melihat Joel dan Georgina kebingungan. “Sepertinya semua meja sudah penuh tapi kami ingin makan kue di sini.” “Ada satu ruangan khusus di lantai tiga. Dari ruangan itu Anda bisa melihat pemand
Joel tidak bisa membendung kebahagiaannya. Dia memeluk Georgina sangat erat, mengalirkan semua kebahagiaannya kepada wanita itu. Joel tidak menyangka jika Brittany akan mengatakan hal itu, tetapi dia tahu Georgina tidak mungkin berbohong padanya. “Mama kamu tidak akan berubah pikiran, kan?” tanya Joel untuk memastikan, meskipun dia yakin hal itu tidak akan terjadi. Georgina tertawa melihat reaksi Joel. Dia pun sangat bahagia, akhirnya hubungan mereka mendapatkan restu dari Brittany. “Aku yakin mama tidak akan berubah pikiran, Jo. Aku sangat mengenalnya. Dia pasti sudah memikirkan ini dengan baik.” “Ya, aku tahu itu. Akhirnya aku mendapatkan restu dari ibumu.” “Aku ingin meyakinkan papa lagi, Jo. Kamu mau menemaniku, kan?” tanya Georgina, masih tersenyum sambil menyaksikan kebahagiaan Joel. “Tentu saja aku mau. Aku juga akan memberitahu orangtuaku tentang hal ini.” Joel sangat tidak sabar, dia ingin segera menikah dengan Georgina. “Sepertinya kita tidak perlu memberitah
Joel terkesiap saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumah Georgina. Brittany datang ke Italia tanpa memberitahu siapa pun. Tentu saja Joel tidak keberatan, tetapi di sisi lain dia memikirkan orangtuanya yang menginap di rumah Georgina. “Kapan mama datang? Kenapa tidak memberitahu kami? apakah mama naik taksi?” hujan pertanyaan keluar dari mulut Joel, masih terkejut melihat calon ibu mertuanya. Seandainya Joel tahu, dia pasti menjemput Brittany di bandara. Brittany tak menjawab semua pertanyaan Joel. Dia masuk, reflek Joel menyingkir dan memberikan jalan padanya. Brittany menelusuri rumah itu dengan matanya, mulutnya tak berhenti memanggil Georgina dan Zion. “Ma, mereka sedang keluar bersama mama dan papa.” Joel memberitahu Brittany tetapi wanita itu masih mengabaikannya. Menganggap Joel tidak ada, Brittany masuk ke kamar Georgina. Ternyata benar, dia tidak menemukan putrinya di sana. Brittany pergi ke kamar tamu dan dia menemukan koper dan barang-barang milik Har
“Hari ini Anda sudah bisa pulang. Kehamilan Anda baik-baik saja, tidak perlu khawatir.” Dokter tersenyum setelah melakukan pemeriksaan terakhir terhadap Georgina. “Terima kasih, Dokter.” Georgina tersenyum ke arah Joel dan pria itu mengambil tangannya. “Apakah Gina bisa makan apa saja yang dia mau? dia tidak memiliki pantangan, kan?” tanya Joel. Dia khawatir wanitanya akan mengidam tetapi makanan yang dia inginkan tidak sesuai dengan anjuran dokter. “Tidak ada larangan, asalkan tetap makan dalam porsi yang wajar.” Gabriel masuk ke ruangan, Georgina terkejut melihatnya. Dia tidak memberitahu Gabriel apa pun tetapi pria itu mengetahui keberadaannya. “Mobil sudah menunggu di depan. Ayo turun!” ajak Gabriel, sepertinya dia sengaja datang untuk menjemput Georgina. “Dari mana kau tahu kalau aku ada di rumah sakit? Apakah Syera memberitahumu?” Georgina mencurigai asistennya. Kemungkinan besar hanya Syera yang memberitahu Gabriel. “Aku meminta Gabriel untuk menjemput kita. Aku
“Darren membutuhkan bukti, bukan kata-kata manis. Jika kau berhasil membuat Gina bahagia, aku yakin hatinya akan luluh. Selama ini Darren masih merasa bersalah karena perceraiannya dengan Brittany telah membuat dia berpisah dengan Gina. Darren hanya ingin melihat Gina menikah dengan pria yang bertanggung jawab, mencintai, dan bisa menjaga Gina seumur hidupnya. Dia tidak ingin Gina bercerai seperti dirinya.” Camelia memberikan saran kepada Joel.“Aku tidak akan bercerai dari Gina. Jika dia menginginkannya maka aku akan memakai ribuan cara untuk membatalkan keinginannya.”Camelia tersenyum sambil menepuk pundak Joel. “Darren dan Brittany ingin kau berjuang lebih keras karena mereka ingin kau menghargai Gina. Kelak, ketika kalian memiliki masalah besar, kalian tidak akan mudah menyerah karena perjuangan itu.”“Aku mengerti.”“Jangan menyerah, Joel. Suamiku memang keras kepala tapi sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Dia hanya takut orang-orang yang dia cintai tersakiti.
Sesampainya di rumah sakit, Darren buru-buru bertanya di mana ruangan Georgina Moore. “Terima kasih,” ucapnya setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.Darren dan Camelia berjalan cepat, tidak mempedulikan Harold dan Diane yang mengikuti mereka. Sesampainya di ruangan, mereka melihat Joel sedang memperhatikan anak dan istrinya yang sedang tidur.“Bagaimana keadaan Gina?” tanya Darren, tiba-tiba melupakan kemarahannya kepada Joel. Kekhawatirannya pada Georgina mengalahkan kebenciannya pada mereka.“Pa, jangan terlalu berisik. Dokter mengatakan kalau Gina membutuhkan tidur nyenyak.” Joel menegur, tampak seperti anak menantu dan ayah mertua yang akrab.Darren berdiri di samping ranjang sambil melihat putri dan cucunya. “Apa yang terjadi? Kenapa Gina tiba-tiba dirawat di rumah sakit?” tanya Darren dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya. Dia masih mendengarkan teguran Joel meski tidak menyukainya.“Bisakah kita bicara di luar? Aku tidak ingin Gina terbangun karena suara kit
Dua hari telah berlalu tetapi Georgina masih bersikap dingin pada Joel. Tidak ada ciuman dan pelukan, bahkan mereka tidak tidur di kamar yang sama. Georgina ingin sampai batas mana Joel akan memperjuangkan dirinya. Diane dan Harold memilih tinggal di hotel karena mereka tidak mau membuat Georgina merasa tidak nyaman. Sejak kejadian di rumah Darren, Georgina masih bersikap dingin kepada mereka. Untuk menghindari kesalahpahaman yang lebih banyak, akhirnya mereka mengalah. Mungkin Georgina akan memaafkan saat mereka tidak memaksa. Georgina sedang duduk di depan cermin. Dia memperhatikan wajahnya sambil menghela napas. Pagi ini mereka akan bertemu dengan seorang terapis frekuensi darah, hal itu membuat jantung Georgina berdebar. Sebagai seorang ibu, dia hanya menginginkan yang terbaik untuk putranya. Lamunan Georgina menghilang saat ketukan pintu menyentuh telinganya. Georgina beranjak dari tempat duduknya, membuka pintu, dan menghela napas lagi saat melihat Joel di depannya.
Satu jam kemudian Georgina membuka matanya dan dia terkejut saat matanya bertemu dengan mata Joel. Dia hendak duduk tetapi Joel menahan tubuhnya. “Kamu masih mengantuk. Jangan meninggalkan ranjang ini.” “Aku harus pergi,” ucap Georgina tetapi Joel tetap menahan tubuhnya. “Kamu tidak bisa pergi tanpa izinku.” Joel harus bersikap tegas karena dia tidak mau melepaskan Georgina lagi. “Simpan kepercayaan dirimu untuk dirimu sendiri. Aku tidak mau mendengarnya.” Joel tertawa dan mendekatkan wajahnya ke wajah Georgina. “Aku sangat merindukanmu,” ucapnya dan segera mencium bibir Georgina. “Joel, aku tidak mau melihat wajahmu. Aku sangat membencimu.” Joel terkekeh mendengar kata-kata Georgina. “Aku tahu kamu sangat mencintaiku. Kamu hanya marah padaku.” Georgina hendak protes tetapi kata-katanya tertahan saat mereka mendengar suara dari pintu. Zion memukul pintu sambil memanggil mereka. “Joel, Zion memanggilku,” ucap Georgina, berharap Joel akan melepaskannya. “Zion tidak
Syera menghampiri Georgina yang masih meringkuk di sofa. Beberapa menit yang lalu Zion tertidur di sofa dan Syera memindahkannya ke kamar. Kesempatan itu pun dia gunakan untuk bertanya kepada Georgina. Awalnya Syera marah tetapi kemudian dia mencoba mengendalikan dirinya. “Apa kau yakin, Gina? Aku yakin Joel pasti panik dan mencarimu sekarang.” Georgina menggelengkan kepalanya. “Jangan memberitahunya, Syera. Aku belum siap untuk menemuinya. Ini terlalu menyakitkan.” Syera hanya bisa menghela napas, tidak bisa memaksa Georgina. “Istirahatlah. Kau harus memikirkan bayi yang ada di dalam perutmu.” Georgina mengusap perutnya dan dia menangis lagi. Georgina takut akan mengalami hal yang sama tetapi dia belum siap untuk menemui Joel. Melihat tangisan Georgina, Syera mendekat dan memeluknya. “Kau tidak sendirian, Gina. Kau memiliki keluarga dan aku akan selalu membantumu.” Georgina menangis di dalam pelukan Syera, mengeluarkan sakit hatinya melalui air mata. “Aku takut, Sy