Joel masuk ke rumah dan dia melihat Diane, ibunya. “Apa kau tahu kalau Gina akan pergi ke Italia?” tanyanya.
“Tahu, Ma. Beberapa hari yang lalu Gina sudah memberitahuku.” Joel menjawab dengan ekspresi malas. Sikapnya akhir-akhir ini berubah, dia seperti tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun.
“Apa kau tidak mau mengantarnya ke bandara?”
Pertanyaan sang ibu membuat Joel terdiam. Dia bahkan tidak sempat memikirkan perasaan wanita itu karena dia sibuk dengan pekerjaannya. “Aku sudah menawarkan tumpangan tapi Gina menolak, Ma. Lagipula dia bukan tunanganku lagi,” jawab Joel.
Diane mendesah dan dia melihat putranya. “Mama tahu hubungan kalian sudah berakhir, tapi kau jangan lupa kalau dia adalah temanmu sejak kecil. Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk selama ini. Apa kau akan mengakhiri hubungan kalian dengan cara yang buruk?”
“Aku lelah, Ma. Aku mau tidur sekarang.” Joel menghindari percakapan dengan Diane. Dia sedang dalam mood yang buruk, dan dia tidak ingin memperburuk isi kepalanya.
Sekali lagi Diane mendesahkan napas, dan menurunkan bahunya. “Istirahatlah! Wajahmu tampak pucat sekarang,” ujar Diane ketika nasihatnya belum bisa diterima oleh putra semata wayangnya.
Joel masuk ke kamarnya. Dia segera mandi, setelah itu dia terlentang di ranjangnya. Ketika dia stress, yang dia butuhkan adalah dukungan. Biasanya Gina yang selalu siap menyemangatinya namun tidak mungkin dia mengganggu wanita itu setelah apa yang telah dia lakukan.
***
Gina sedang menyusun pakaiannya ke dalam koper. Setelah Brittany memaksa, akhirnya dia setuju jika ibunya ikut mengantarnya ke Italia. Brittany mengkhawatirkannya karena dia sedang hamil sekarang. Untung saja dokter tidak mempermasalahkan dia naik pesawat karena kehamilannya baik-baik saja dan dokter mengatakan janinnya kuat. Georgina hanya perlu lebih berhati-hati dan tidak kelelahan.
Pintu kamar Georgina terbuka dan dia tersenyum melihat ibunya. “Susu untuk calon mama,” ucap Brittany dengan senyuman di wajahnya.
“Terima kasih, mama.” Gina menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu dia mengambil gelas dari tangan mamanya. Dia meneguk minuman hangat itu, dan dia meletakkan gelasnya di atas meja. Di trimester pertama biasanya banyak wanita hamil yang mengalami morning sickness parah, untungnya gejala kehamilan Gina tidak terlalu menyulitkannya. Sepertinya anaknya begitu pengertian karena tidak ada ayah yang akan membantu ibunya.
“Mama akan merapikan pakaianmu. Kamu istirahat saja,” ucap Brittany dan Gina mengangguk.
***
Esok harinya, tepat jam delapan pagi, mereka berdua sudah berada di ruang tunggu bandara. Setengah jam lagi pesawat akan berangkat dan Gina sudah minum obat dari dokter. Dia tidak mengalami mual dan tidak ada keinginan untuk muntah. Janinnya benar-benar mau bekerja sama dengannya.
Ketika pesawat sudah terbang, Gina melihat keluar jendela dan dia membayangkan wajah Joel sambil mengusap perutnya. “Selamat tinggal kenangan, selamat tinggal, Joel. Maaf kalau aku membawa anakmu pergi tanpa memberitahumu. Kamu tidak pernah mencintaiku dan aku tidak mau membebanimu dengan kehamilanku. Aku janji akan mendapatkan kebahagiaanku. Hanya aku dan anakku.”
Kira-kira lebih dari tiga jam, akhirnya pesawat mendarat di Italia. Brittany membangunkan Gina yang tertidur dan mereka keluar dari pesawat. Setelah mengambil koper di tempat khusus, mereka keluar dan memanggil taksi.
Tidak mungkin mengajak Brittany ke rumah ayahnya karena pria itu sudah memiliki kehidupan baru dengan istrinya. Tiga tahun setelah bercerai dari Brittany, Darren menikah lagi dengan seorang wanita. Sementara Brittany memilih untuk tidak menikah lagi karena dia mau fokus pada Gina dan bisnisnya.
Taksi membawa kedua wanita itu ke sebuah apartemen. Dan sesampainya di rumah, Gina menghubungi sang ayah. Dia memberi tahu jika dia dan ibunya sudah ada di Italia sekarang.
“Papa akan datang bersama ibu tirimu dan adikmu. Apa kamu menginginkan sesuatu? Papa akan membelikannya.”
“Aku mau masakan rumah saja, pa. Aku merindukan masakan mama Lia.” Camelia atau yang sering dia panggil Lia adalah istri kedua ayahnya. Meskipun dia adalah ibu tiri Gina namun mereka memiliki hubungan yang cukup baik.
“Baiklah. Papa akan mengatakannya pada mama Lia.”
***
Sore hari tiba, Gina buru-buru membuka pintu unit apartemennya dan dia memeluk ayahnya. Tak bisa menahan air mata, dia menangis di pelukan Darren, membuat pria itu bingung dan bertanya-tanya. Memang Gina belum menceritakan apa-apa tentang kehamilannya.
“Apa yang terjadi, sayang? Kenapa kamu menangis?” tanya Darren setelah pelukan mereka terlepas. Dia menyeka air mata Gina dan mengajak mereka masuk.
Gina duduk bersama orangtuanya. Sulit untuk menceritakan semuanya, akhirnya Brittany yang menjelaskan kehamilan Gina. Mendengar cerita Brittany, amarah Darren langsung mendidih seolah-olah ada hantaman besar yang datang ke dadanya.
“Bagaimana bisa Joel melakukan itu? Kalian sudah dijodohkan sejak dulu dan dia menolakmu setelah berhasil menidurimu? Apa yang ada di dalam pikirannya? Kenapa kalian tidak membicarakan ini dengan orangtuanya? Apa Harold dan Diane sudah gila?” kemarahan membuat Darren mengeluarkan pertanyaan bertubi-tubi. Sebagai seorang ayah dia tidak terima jika putrinya dipermainkan seperti boneka.
“Pa, aku tidak mau memiliki hubungan apa pun dengan mereka. Ini keputusanku dan aku mohon dukungan dari kalian. Joel tidak mengetahui kehamilanku dan malam itu aku yang menjebaknya.” Gina sengaja melimpahkan semua kesalahan kepada dirinya karena dia benar-benar menyerah untuk mempertahankan hubungannya dengan Joel.
Selama ini Georgina berjuang untuk mendapatkan cinta Joel karena pria itu tak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang wanita. Tetapi, pada akhirnya dia menyerah setelah Joel mengatakan jika dia tidak pernah mencintainya. Hati Georgina sakit sekali. Gina akan menderita jika dia tetap melanjutkan hubungan mereka karena Joel akan menikahinya dengan keterpaksaan.
“Tapi, Gina–” Darren hendak membantah dan dia mendapatkan tepukan lembut di pundaknya. Dia menoleh dan melihat gelengan kepala dari istrinya.
“Ini keputusanku, Pa. Aku yakin bisa menjadi ibu sekaligus ayah untuk anakku.” Georgina masih berusaha untuk meyakinkan Darren.
“Aku setuju dengan Gina,” ucap Brittany dengan penekanan. “Joel mencampakkannya dan aku tidak akan membiarkan putriku mengemis cinta darinya. Aku yakin Gina akan jauh lebih bahagia tanpa dirinya. Gina hanya perlu membiasakan dirinya saja. Dia harus melupakan Joel sebagai calon suaminya.”
Darren menarik napas dalam dan dia mengembuskannya dengan perlahan. “Baiklah. Tapi kamu harus tinggal bersama kami. Papa tidak akan mengizinkanmu tinggal sendirian di sini.”
“Pa, aku bisa menjaga diriku sendiri.” Gina menolak tetapi Darren tidak menerima penolakannya.
“Papa akan menelepon orangtua Joel kalau kamu menolak untuk tinggal di rumah kami.”
Brittany memegang tangan Gina dan meyakinkan putrinya. “Tinggal bersama ayahmu lebih baik daripada kamu sendirian di apartemen. Aku setuju dengan Darren.”
Camelia, ibu tiri Gina, dia mendekati Gina dan memegang tangannya. “Kamu tidak sendirian. Ayo kita besarkan anakmu bersama.”
Mendapatkan dukungan dari orangtuanya membuat Georgina yakin untuk tinggal di rumah besar Darren. Meskipun sebenarnya dia lebih nyaman tinggal seorang diri di unit apartemennya namun setelah berpikir lagi akhirnya dia setuju. Paling tidak sampai anaknya lahir. Gina pasti membutuhkan mereka. Dia masih buta tentang kehidupan wanita hamil, apalagi tidak ada pasangan yang akan mendampinginya.Setelah dua hari tinggal bersama di apartemen, Gina akan mengantar ibunya ke bandara. Brittany akan kembali ke Shadowfall tanpa putrinya.“Nona, Tuan Moore meminta saya untuk mengangkut barang-barang Anda ke rumahnya,” ucap seorang pria. Dia adalah kurir yang ditugaskan Darren untuk memindahkan barang-barang Georgina..“Hanya dua koper dan dua kotak besar saja.” Gina menunjukkan barang-barang yang telah dia letakkan di ruang tamu. Dia hanya membawa barang-barang yang dia perlukan karena setelah anaknya lahir dia pasti akan kembali ke apartemennya.Pria itu memanggil rekannya dan mereka mengam
Dua tahun berlalu, “Mama,” panggil Zion sambil membawa langkah kecilnya untuk menghampiri Georgina yang sedang menyiapkan makanan untuknya. “Iya, sayang. Mama sedang menyiapkan makanan untukmu.” Zion memeluk kaki Gina ketika pengasuhnya datang menghampirinya. Ketika pengasuh itu ingin menggendong Zion, Gina melarangnya. “Biarkan saja, nanny,” ucap Georgina. Ketika makanan Zion sudah siap, dia membungkuk untuk mengambil putranya. “Kamu sangat lapar?” tanyanya sambil mencium pipi gembul Zion. “La-pal,” sahut Zion dan Gina semakin menciumi wajahnya karena tingkahnya begitu menggemaskan. “Baiklah. Sekarang waktunya kita makan.” Gina mendudukkan Zion di kursi bayi, lalu dia mendapatkan makanannya. Zion sudah terbiasa makan sendiri. Menurut Gina, dia akan mempelajari sesuatu ketika melakukannya. Zion tak sengaja menjatuhkan potongan daging di piringnya, dan Gina tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu tidak sengaja melakukannya jadi mama akan membe
Georgina tampil luar biasa dengan gaun pesta warna biru gemerlap yang menempel di tubuhnya. Bahu dan punggungnya terlihat, dan payudaranya mengintip untuk memberikan kesan seksi dan mempesona.Georgina mencium Zion sebelum dia pergi. “Mama tidak akan lama. Kamu bersama nanny di rumah, oke?”Zion melingkarkan tangan mungilnya di leher Gina dan mengangguk. “Boleh es krim?” anak berusia dua tahun itu meminta izin sebelum ibunya pergi.“Boleh, tapi tidak banyak.”“Oke, Mama.” Zion mencium pipi Georgina. Zion adalah kekuatan bagi Georgina untuk bertahan sampai sekarang. Gina rela bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang demi masa depan Zion. Dia tidak mau bergantung kepada siapa pun, itu sebabnya dia ingin mengembangkan butiknya agar dikenal lebih banyak orang.Georgina turun menggunakan lift ketika Gabriel sudah menunggunya di depan. Georgina tersenyum ketika Gabriel membuka pintu mobil untuknya. “Kamu tampak luar biasa, Gina. Kamu sangat cantik,” puji Gabriel sebelum Geor
“Gina!”panggilan itu melambai di telinga Georgina ketika mereka hendak masuk ke dalam mobil. Georgina berbalik dan dia melihat Joel melangkah begitu cepat ke arah mereka.Tulang kaki Georgina goyah ketika Joel semakin dekat. Dia meremas tas di tangannya untuk memastikan pikirannya masih bisa diajak untuk bekerja sama.“Kamu mengenal dia?” Gabriel bertanya ketika dia melihat Joel dan dia mengembalikan tatapannya kepada Gina.“Di-dia hanya salah satu temanku sewaktu masih sekolah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di sini,” jawab Gina. Dia sedang berusaha menyembunyikan semua emosi yang menembus dadanya sekarang.“Oh, dia teman lamamu. Apa kalian dekat?” Gabriel bertanya lagi. Dia melihat Joel dan tatapannya memindai penampilan pria itu.“Kami adalah---” Joel ingin menjawab tetapi Gina memotong kata-katanya.“Kami tidak dekat. Kami hanya satu sekolah dan tidak terlalu dekat. Ayo kita pergi dari sini!”Joel hanya bergeming ketika Georgina mengabaikannya. Bahkan
Joel menarik kursi, dia mengambil tempat duduk di samping Zion ketika Gina masih memikirkan pertanyaannya. Meskipun Gina melarangnya, Joel tidak akan pergi dari sana.“Aku akan tinggal selama seminggu di sini. Aku tidak memiliki teman selain Tristan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku membutuhkanmu untuk menemaniku selama tinggal di sini,” ucap Joel. Dia melihat Georgina sebentar dan mengembalikan pandangannya kepada Zion. Ada getaran yang terjadi di dadanya namun Joel tidak mengerti kenapa dia merasakan hal aneh seperti itu.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu. Mungkin kamu bisa membayar seorang pemandu jalan,” jawab Gina setelah dia berhasil mengisi pikirannya yang kosong. Georgina harus tetap waspada agar Joel tidak bertanya tentang siapa ayah putranya. Dia benar-benar belum siap untuk mengatakan kebenaran pada pria itu. Kejadian tiga tahun lalu masih membekas di hatinya dan itu menyakitkan.“Bukankah kita teman lama? Kamu mengatakan seperti itu kepada kekasi
Georgina tidak bisa fokus bekerja ketika putranya berada di tempat yang tidak aman menurutnya. Meninggalkan buku gambar yang ada di depannya, Gina keluar dari ruang kerjanya. Dengan buru-buru dan ditemani hati gelisah dia pergi ke ruang bermain. Tempat itu kosong, membuatnya semakin panik.Georgina hendak menghubungi Brenda, namun dia tersadarkan ketika ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Dia kembali masuk ke ruangannya dan segera meraih alat komunikasi jarak jauh yang ada di mejanya.“Di mana kamu? kenapa ruang bermain Zion kosong?” Georgina memberikan pertanyaan tanpa menyapa Brenda. Dia panik, hanya itu yang dia rasakan sekarang.“Kami di taman bermain, Nona. Maafkan saya karena tidak memberi tahu Anda, tetapi Zion baik-baik saja di sini.”Marah, itu yang Gina rasakan sekarang. Dia menutup percakapan mereka secara sepihak dan dia bergegas ke taman bermain.Sesampainya di sana, Georgina mendesah ketika melihat putranya sedang berada di pangkuan Joel. Joel sedang duduk di
“Tunggu aku di coffee shop lantai satu! Aku akan menemuimu setelah aku menidurkan putraku.” Tidak punya pilihan lain, akhirnya Georgina mengalahkan egonya dan mau memenuhi permintaan Joel. Jika dia menolak, Joel tidak akan pernah menyerah. Lebih baik dia mengakhirinya lebih cepat.“Baiklah. Aku akan menunggumu di lantai satu.” Joel melihat Georgina sambil mendesahkan napas berat. “Aku akan pergi sekarang.” Joel keluar, menutup pintu, hilang dari pandangan Georgina.Setelah Joel meninggalkan rumahnya, Georgina segera ke kamar Zion. Putranya telah gosok gigi dan memakai piyama saat bermain dengan Brenda. “Mau tidur sekarang?” tanya Gina dan putranya mengangguk. Zion mendekati Georgina dan mengulurkan kedua tangannya yang kecil tetapi berisi.Georgina menggendong Zion, membawa anak itu ke ranjang. “Mama, siapa pria itu?” Zion bertanya ketika Gina membuka buku cerita anak.“Apakah yang kamu bicarakan sekarang adalah Joel Raymond?” tanya Gina dan Zion mengangguk dengan tatapan pena
Esok harinya, Georgina sudah siap untuk berangkat kerja. Putranya sudah tampan dan mereka akan meninggalkan apartemen. Namun, ketika membuka pintu, Georgina harus mendesahkan napas berat ketika melihat Joel di depan unit apartemennya. Serafina berpikir, pembicaraan mereka tadi malam akan membuat Joel menjauh namun sebaliknya pria itu semakin gencar untuk menemuinya.“Aku tidak punya kegiatan hari ini. Aku akan menjaga putramu selama kamu bekerja,” ucap Joel dan Gina hanya melihatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.Georgina menggendong Zion dan meminta Brenda membawa tas mereka. Ketika mereka berjalan ke lift, Joel bergegas mengikuti mereka dari belakang.Zion melingkarkan kedua tangannya di leher Georgina tetapi matanya tertuju kepada Joel. Joel menyadari hal itu dan dia tersenyum.“Apa kamu suka es krim? Kita akan membelinya nanti,” ucap Joel dan detik kemudian dia mendapatkan tatapan tajam dari Georgina.“Tentu saja kita akan membelinya setelah mendapatkan i
Usai menemui dokter, Georgina mengajak Joel ke toko kue. Dia menginginkan kue coklat dan Joel mau mewujudkannya. Sopir telah menunggu mereka di depan rumah sakit. Joel tidak bisa menyetir tanpa SIM sementara dia tidak mengizinkan Georgina yang sedang hamil menyetir. Untung saja Gabriel berbaik hati, dia memberikan salah satu sopir dari kantornya untuk membantu mereka. “Kita akan mampir di toko kue,” ucap Joel pada sopir yang sedang membukakan pintu untuk mereka. “Baik, Tuan.” Hanya membutuhkan sepuluh menit, akhirnya mereka tiba di toko kue. Joel dan Georgina turun dari mobil, membiarkan sopir memarkir mobil di tempat yang telah tersedia. Karena ingin makan kue di tempatnya langsung, Joel mencari meja kosong untuk mereka. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” pelayan toko bertanya saat melihat Joel dan Georgina kebingungan. “Sepertinya semua meja sudah penuh tapi kami ingin makan kue di sini.” “Ada satu ruangan khusus di lantai tiga. Dari ruangan itu Anda bisa melihat pemand
Joel tidak bisa membendung kebahagiaannya. Dia memeluk Georgina sangat erat, mengalirkan semua kebahagiaannya kepada wanita itu. Joel tidak menyangka jika Brittany akan mengatakan hal itu, tetapi dia tahu Georgina tidak mungkin berbohong padanya. “Mama kamu tidak akan berubah pikiran, kan?” tanya Joel untuk memastikan, meskipun dia yakin hal itu tidak akan terjadi. Georgina tertawa melihat reaksi Joel. Dia pun sangat bahagia, akhirnya hubungan mereka mendapatkan restu dari Brittany. “Aku yakin mama tidak akan berubah pikiran, Jo. Aku sangat mengenalnya. Dia pasti sudah memikirkan ini dengan baik.” “Ya, aku tahu itu. Akhirnya aku mendapatkan restu dari ibumu.” “Aku ingin meyakinkan papa lagi, Jo. Kamu mau menemaniku, kan?” tanya Georgina, masih tersenyum sambil menyaksikan kebahagiaan Joel. “Tentu saja aku mau. Aku juga akan memberitahu orangtuaku tentang hal ini.” Joel sangat tidak sabar, dia ingin segera menikah dengan Georgina. “Sepertinya kita tidak perlu memberitah
Joel terkesiap saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumah Georgina. Brittany datang ke Italia tanpa memberitahu siapa pun. Tentu saja Joel tidak keberatan, tetapi di sisi lain dia memikirkan orangtuanya yang menginap di rumah Georgina. “Kapan mama datang? Kenapa tidak memberitahu kami? apakah mama naik taksi?” hujan pertanyaan keluar dari mulut Joel, masih terkejut melihat calon ibu mertuanya. Seandainya Joel tahu, dia pasti menjemput Brittany di bandara. Brittany tak menjawab semua pertanyaan Joel. Dia masuk, reflek Joel menyingkir dan memberikan jalan padanya. Brittany menelusuri rumah itu dengan matanya, mulutnya tak berhenti memanggil Georgina dan Zion. “Ma, mereka sedang keluar bersama mama dan papa.” Joel memberitahu Brittany tetapi wanita itu masih mengabaikannya. Menganggap Joel tidak ada, Brittany masuk ke kamar Georgina. Ternyata benar, dia tidak menemukan putrinya di sana. Brittany pergi ke kamar tamu dan dia menemukan koper dan barang-barang milik Har
“Hari ini Anda sudah bisa pulang. Kehamilan Anda baik-baik saja, tidak perlu khawatir.” Dokter tersenyum setelah melakukan pemeriksaan terakhir terhadap Georgina. “Terima kasih, Dokter.” Georgina tersenyum ke arah Joel dan pria itu mengambil tangannya. “Apakah Gina bisa makan apa saja yang dia mau? dia tidak memiliki pantangan, kan?” tanya Joel. Dia khawatir wanitanya akan mengidam tetapi makanan yang dia inginkan tidak sesuai dengan anjuran dokter. “Tidak ada larangan, asalkan tetap makan dalam porsi yang wajar.” Gabriel masuk ke ruangan, Georgina terkejut melihatnya. Dia tidak memberitahu Gabriel apa pun tetapi pria itu mengetahui keberadaannya. “Mobil sudah menunggu di depan. Ayo turun!” ajak Gabriel, sepertinya dia sengaja datang untuk menjemput Georgina. “Dari mana kau tahu kalau aku ada di rumah sakit? Apakah Syera memberitahumu?” Georgina mencurigai asistennya. Kemungkinan besar hanya Syera yang memberitahu Gabriel. “Aku meminta Gabriel untuk menjemput kita. Aku
“Darren membutuhkan bukti, bukan kata-kata manis. Jika kau berhasil membuat Gina bahagia, aku yakin hatinya akan luluh. Selama ini Darren masih merasa bersalah karena perceraiannya dengan Brittany telah membuat dia berpisah dengan Gina. Darren hanya ingin melihat Gina menikah dengan pria yang bertanggung jawab, mencintai, dan bisa menjaga Gina seumur hidupnya. Dia tidak ingin Gina bercerai seperti dirinya.” Camelia memberikan saran kepada Joel.“Aku tidak akan bercerai dari Gina. Jika dia menginginkannya maka aku akan memakai ribuan cara untuk membatalkan keinginannya.”Camelia tersenyum sambil menepuk pundak Joel. “Darren dan Brittany ingin kau berjuang lebih keras karena mereka ingin kau menghargai Gina. Kelak, ketika kalian memiliki masalah besar, kalian tidak akan mudah menyerah karena perjuangan itu.”“Aku mengerti.”“Jangan menyerah, Joel. Suamiku memang keras kepala tapi sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Dia hanya takut orang-orang yang dia cintai tersakiti.
Sesampainya di rumah sakit, Darren buru-buru bertanya di mana ruangan Georgina Moore. “Terima kasih,” ucapnya setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.Darren dan Camelia berjalan cepat, tidak mempedulikan Harold dan Diane yang mengikuti mereka. Sesampainya di ruangan, mereka melihat Joel sedang memperhatikan anak dan istrinya yang sedang tidur.“Bagaimana keadaan Gina?” tanya Darren, tiba-tiba melupakan kemarahannya kepada Joel. Kekhawatirannya pada Georgina mengalahkan kebenciannya pada mereka.“Pa, jangan terlalu berisik. Dokter mengatakan kalau Gina membutuhkan tidur nyenyak.” Joel menegur, tampak seperti anak menantu dan ayah mertua yang akrab.Darren berdiri di samping ranjang sambil melihat putri dan cucunya. “Apa yang terjadi? Kenapa Gina tiba-tiba dirawat di rumah sakit?” tanya Darren dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya. Dia masih mendengarkan teguran Joel meski tidak menyukainya.“Bisakah kita bicara di luar? Aku tidak ingin Gina terbangun karena suara kit
Dua hari telah berlalu tetapi Georgina masih bersikap dingin pada Joel. Tidak ada ciuman dan pelukan, bahkan mereka tidak tidur di kamar yang sama. Georgina ingin sampai batas mana Joel akan memperjuangkan dirinya. Diane dan Harold memilih tinggal di hotel karena mereka tidak mau membuat Georgina merasa tidak nyaman. Sejak kejadian di rumah Darren, Georgina masih bersikap dingin kepada mereka. Untuk menghindari kesalahpahaman yang lebih banyak, akhirnya mereka mengalah. Mungkin Georgina akan memaafkan saat mereka tidak memaksa. Georgina sedang duduk di depan cermin. Dia memperhatikan wajahnya sambil menghela napas. Pagi ini mereka akan bertemu dengan seorang terapis frekuensi darah, hal itu membuat jantung Georgina berdebar. Sebagai seorang ibu, dia hanya menginginkan yang terbaik untuk putranya. Lamunan Georgina menghilang saat ketukan pintu menyentuh telinganya. Georgina beranjak dari tempat duduknya, membuka pintu, dan menghela napas lagi saat melihat Joel di depannya.
Satu jam kemudian Georgina membuka matanya dan dia terkejut saat matanya bertemu dengan mata Joel. Dia hendak duduk tetapi Joel menahan tubuhnya. “Kamu masih mengantuk. Jangan meninggalkan ranjang ini.” “Aku harus pergi,” ucap Georgina tetapi Joel tetap menahan tubuhnya. “Kamu tidak bisa pergi tanpa izinku.” Joel harus bersikap tegas karena dia tidak mau melepaskan Georgina lagi. “Simpan kepercayaan dirimu untuk dirimu sendiri. Aku tidak mau mendengarnya.” Joel tertawa dan mendekatkan wajahnya ke wajah Georgina. “Aku sangat merindukanmu,” ucapnya dan segera mencium bibir Georgina. “Joel, aku tidak mau melihat wajahmu. Aku sangat membencimu.” Joel terkekeh mendengar kata-kata Georgina. “Aku tahu kamu sangat mencintaiku. Kamu hanya marah padaku.” Georgina hendak protes tetapi kata-katanya tertahan saat mereka mendengar suara dari pintu. Zion memukul pintu sambil memanggil mereka. “Joel, Zion memanggilku,” ucap Georgina, berharap Joel akan melepaskannya. “Zion tidak
Syera menghampiri Georgina yang masih meringkuk di sofa. Beberapa menit yang lalu Zion tertidur di sofa dan Syera memindahkannya ke kamar. Kesempatan itu pun dia gunakan untuk bertanya kepada Georgina. Awalnya Syera marah tetapi kemudian dia mencoba mengendalikan dirinya. “Apa kau yakin, Gina? Aku yakin Joel pasti panik dan mencarimu sekarang.” Georgina menggelengkan kepalanya. “Jangan memberitahunya, Syera. Aku belum siap untuk menemuinya. Ini terlalu menyakitkan.” Syera hanya bisa menghela napas, tidak bisa memaksa Georgina. “Istirahatlah. Kau harus memikirkan bayi yang ada di dalam perutmu.” Georgina mengusap perutnya dan dia menangis lagi. Georgina takut akan mengalami hal yang sama tetapi dia belum siap untuk menemui Joel. Melihat tangisan Georgina, Syera mendekat dan memeluknya. “Kau tidak sendirian, Gina. Kau memiliki keluarga dan aku akan selalu membantumu.” Georgina menangis di dalam pelukan Syera, mengeluarkan sakit hatinya melalui air mata. “Aku takut, Sy