Besok siangnya, dengan badan yang masih sangat letih, dia terburu-buru menuju bandara. Puluhan pesawat jet yang mampu terbang antar planet, berlalu lalang di bandara, ratusan mahluk dari berbagai sistem tata surya tumpah ruah di lobi. Ketika masuk ke bandara, Ryo langsung dipandu oleh 2 pria kulit putih berbadan tegap dengan setelan hitam.
"Tuan Ryo?" tanya salah satu pria.
"Ya?"
"Silahkan ikut kami, Nona Elena sudah menunggu di pesawat."
Dengan 2 pengawal disampingnya, dia dipandu menuju hangar pesawat pribadi, dia tidak bisa menutup mulutnya ketika melihat pesawat jet pribadi berwarna putih cemerlang, dengan logo kepala burung gagak di ekornya.
Bukan hanya itu yang membuat Ryo terbelalak, di kedua sisi sayap pesawat, lusinan Missile dan senapan serbu tertata rapih. Lebih seperti pesawat tempur pribadi. Dua pramugari cantik menyambut kedatangan mereka dengan senyum menawan di bawah tangga, mengantar mereka bertiga masuk ke pesawat.
"Kerja bagus Zoan, Robert," kata Elena sembari mengutak atik layar hologram di depannya. Mereka berdua menggangguk dan duduk di kursi belakang Elena.
"Liu, persiapan take off."
"Baik," ucap seorang dari kabin pilot melalui pengeras suara.
Ryo mengambil tempat duduk di depan Elena dan memasang sabuk pengamanya.
"Pesawat yang bagus, milikmu?" tanya Ryo sembari memperhatikan interiornya.
"Secara teknis, ya. Aku memodifikasi pesawat ini, dari ujung moncong hingga ujung ekornya, pesawat ini juga termasuk aset kekuatan tempur White Raven."
"Oh. Pesawat AFO hanyalah lelucon jika di bandingkan dengan pesawat ini, lusinan missile hulu ledak tinggi, senapan serbu 50. Cal dan mungkin senjata rahasia lainnya di perut pesawat."
*AFO = Air Force One
"Oh? Pengamatan yang bagus, aku kira kau hanya murid sekolahan biasa,"
Ryo hanya mengangkat bahunya dan tersenyum, "Hanya murid culun yang senang membaca," pungkasnya.
"Pesawat akan take off, harap kencangkan sabuk pengaman." Suara pria terdengar melalui pengeras suara.
Pesawat kian membumbung tinggi ke langit, pemandangan luas kota Tokyo yang di kelilingi oleh tembok benteng, mulai semakin mengecil. Puing-puing reruntuhan bangunan dapat terlihat di luar lingkaran tembok.
Perumahan yang rata dengan tanah, kawah seluas ratusan meter persegi terbentuk di sana-sini akibat ledakan. Daratan baru bermunculan di lepas pantai samudera pasifik, begitu pula daratan yang hilang karena runtuhnya struktur bawah tanah akibat eksploitasi lahan semasa perang.
Prajurit manusia bergerilya di bawah tanah dan membangun jaringan terowongan seperti labirin bawah tanah sepanjang ribuan kilometer di sepanjang garis pantai.
Walaupun efektif, akan tetapi penggalian labirin terowongan yang asal ini justru menjadi kuburan masal ketika pasukan musuh dari luar tata surya memborbardir posisi mereka. Wilayah yang mereka gali runtuh dan menjadi lebih rendah dari laut, dan akhirnya akan tenggelam.
*
Dengan kecepatan terbang hingga hingga tiga mach, di ketinggian 20.000 meter. Hanya butuh 7 jam untuk sampai di wilayah Washington DC.
Tembok tinggi berwarna hitam legam menjulang setinggi 50 meter. Mengelilingi kota Washington, peninggalan era Kiamat Kecil, ketika Amerika berjuang mati-matian menghadapi mahluk yang disebut "Sound Eater", sebuah mahluk tanpa mata, tanpa hidung. Mulut mereka bisa melebar seakan tak memiliki tulang rahang. Mereka menyerang apa pun dan siapa pun yang menghasilkan suara.
Setelah beberapa saat, pesawat melambat dan terbang berputar. Area luas dikelilingi tembok berwarna putih bersih setinggi belasan meter, melindungi komplek bangunan dengan gaya campuran arsitektur Yunani dan Victoria seluas ratusan hektar. Pemandangan komplek bangunan itu sangat kontras dengan gedung-gedung lainnya di luar tembok putih.
Itu lah Akademi White Raven, akademi dimana para Rifter dari berbagai dunia mengenyam pendidikan dan mendapat sertifikat serta legalitasnya.
Di berbagai negara, banyak Akademi serupa yang dibangun oleh berbagai pihak untuk memfasilitasi pendidikan manusia dengan bakat khusus ini. Pada akhirnya, profesi Rifter bukan hanya untuk bertarung di medan tempur, tapi juga untuk bertempur di medan Diplomasi dengan berbagai ras dari luar tata surya.
"Kita sudah sampai," ucap si pilot pesawat sambil memanuver pendorong jet berputar 180 derajat. Pesawat perlahan melayang turun dilapangan luas.
Seorang pria paruh baya mengenakan Buttler Tuxedo berdiri tegap menyambut kedatangan pesawat.
Didampingi para wanita dengan baju pelayan berenda berwarna hitam dan putih. "Selamat datang kembali, Nona Elena," ucap pria paruh baya itu membungkuk hormat diikuti lima wanita dibelakangnya ketika dia mereka menuruni tangga.
Elena menghampiri pria paruh baya itu dan menepuk pundaknya, "Kerja bagus, Sebastian. Bagaimana kondisi di sini?"
"Semuanya berjalan dengan baik, Nyonya Katya, sudah menyiapkan makan malam, untuk menyambut kedatangan Nona Elena dan Tuan Muda."
Dia menghela nafas, menunjukan kekesalannya, "Baiklah, terserah, aku akan makan malam, kau antar Ryo ke mansion, aku akan datang setelah membereskan beberapa masalah," kata Elena dengan menunjuk pesawat jet dengan ibu jarinya.
"Dimengerti," Sebastian mengangguk, "Mari ikut saya, Tuan Muda Ryo."
Ia menurut saja ketika mendengarnya Tuan Muda? Ryo kebingungan dengan honorifik yang mereka pakai. Seumur hidupnya ia selalu berusaha untuk hidup Down to Earth dan hanya dalam dua bulan hidupnya benar-benar tak tahu lagi mengarah kemana.
"Maafkan sebelumnya, harus berkenalan seperti ini, saya Sebastian Kepala Pelayan Mansion White Raven," ujarnya sambil terus memandu melewati jalan paving blok yang diapit lebatnya tumbuhan semak di kanan-kiri.
Ryo hanya terdiam, pikirannya masih memproses apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi. Tak lama kemudian, sebuah mansion megah terlihat di depannya.
Bangunan tiga lantai berwarna putih dengan pilar-pilar tinggi berdiri kokoh. Penjaga berseragam putih, membukakan pintu begitu melihat Sebastian datang.
Mata dan lehernya tak bisa berhenti memperhatikan keindahan interior Mansion itu, karpet merah membentang di setiap koridor. Hiasan-hiasan ditata dengan rapih sedemikian rupa sehingga mata tidak bosan untuk memandangnya, lukisan-lukisan besar dan kecil tergantung untuk mengisi dinding yang kosong.
"Mari saya antar ke kamar anda," ucap Sebatian.
Ryo menurut saja, setelah sampai di kamar, Kepala pelayan itu menunjukan tur kecil di dalam kamar, dan menyerahkan sebuah setelan jas makan malam untuk Ryo. Ia pun pamit untuk undur diri dengan sopan dan menutup pintu kamar.
"Keluarga kaya memang serba ribet," ucapnya dalam hati.
Mau tak mau dia mengikuti kemauan tuan rumah dan memakai setelan yang diberikan. Ia berkaca di depan cermin, setelan itu benar-benar seperti dijahit khusus untuknya. Sebastian sudah menunggunya di depan pintu lalu mengantarnya ke ruang makan.
Setelah Sebastian membukakan pintu ruang makan, Ryo terkagum melihat ornamen klasik yang menghiasi interior ruang makan, tidak begitu mencolok tapi terlihat begitu mewah. Baru pertama kali ia melihat dekorasi ruangan yang antic, ketika seluruh penghuni bumi di abad ke 26 mengedepankan tampilan yang simpel dan futuristic.
Namun, semua itu tak seberapa di bandingkan ketika ia melihat seorang wanita yang melihat keluar jendela mengenakan gaun malam berwarna hitam, dengan potongan berpola V di punggung wanita itu, menambah elok lekuk tubuhnya yang terbalut kulit seputih salju.
"Selamat datang, Ryo." Wanita itu menyapa dengan nada suara yang halus. Tatapannya teduh tapi berwibawa ketika dia berbalik dan menatap Ryo.
"Tunggu dulu, Elena?" Ryo semakin terkejut ketika melihat paras wanita itu, mulai dari Rambutnya yang putih keperakan terlihat selembut sutra, Ceruk matanya yang anggun, bibir yang merah merona walau tanpa lipstick, tinggi semampai dengan lekuk tubuh yang seksi. Semuanya persis dengan Elena di mata Ryo, hanya suara dan gesture tubuhnya yang membuat Ryo sedikit ragu.
"Haha, Tentu saja bukan, saya Katya Katyushka Founder White Raven," jawab Katya dengan sedikit tawa renyahnya yang memecah situasi yang canggung.
Namun, Ryo masih belum percaya dengan yang ia lihat, dan tanpa sadar mengucek matanya beberapa kali, 'kembar identik' itu yang ada di kepala Ryo, Tapi bagaimana mungkin Ibu dan Anak bisa sampai terlihat sama persis?
"Akan ku ceritakan nanti, sekarang duduklah dulu, sepertinya Elena masih sibuk merias, ya ampun masih saja seperti anak kecil. Kau tau? dari dulu dia tidak mau berdandan seperti wanita pada umumnya." terang Katya sembari memberikan kode kepada para pelayan untuk meninggalkan ruang makan kecuali Sebastian yang tetap berdiri di sampingnya.
"Oh, Begitu kah?" jawab Ryo dengan sedikit tertawa canggung dan duduk di bangku yang berseberangan dengan Katya.
Setelah Ryo memperhatikan dengan seksama gesture tubuh Katya memang sangat feminim, lemah lembut dan anggun. Berbeda dengan Elena yang sangat impulsif dan terkesan seperti anak lelaki tapi kecantikan mereka berdua bak dewi yang turun dari langit.
"Begitulah, walaupun begitu dia tetaplah perempuan," erang Katya dengan mengangkat jari telunjuknya dan sedikit melirik Sebastian, dengan gerakan yang halus Sebastian membuka botol Wine dan menuangnya tiga gelas.
Tepat setelah gelas ketiga terisi pintu ruang makan terbuka.
"Maaf, aku terlambat, harus membereskan ini dan itu dengan anggota Parlemen via panggilan tadi."
Elena melangkah masuk dengan langkah kakinya jenjang dengan mengenakan setelan jas feminim sedikit ketat, arogansi dan kepercayaan diri terlihat jelas dari caranya berjalan. Begitu kontras dengan Katya.
"Ah? Akhirnya datang, Ini dia putriku. Tak apa, sebagai penerus White Raven memang harus begitu," jawab Katya, seraya berdiri dan menyambut putrinya dengan pelukan mencium keningnya.
"Ibu dan anak yang harmonis," pikir Ryo.
"Jadi apa makan malam, hari ini?" tanya Elena sesudah menenggak habis Wine yang ada di gelas dengan sekali teguk.
"Dasar manusia tak tahu diri, Ibu pasti tak percaya apa yang mereka minta oleh Gedung Parlemen," tandas Elena meletakan gelas Wine dengan sedikit hentakan dan membuat Ryo sedikit terkejut.
"Sebastian, tolong hidangkan makanannya," pinta Katya dengan nada yang santun walaupun dengan bawahannya.
Sejurus kemudian Sebastian di bantu dengan beberapa pelayan membawakan nampan berisi hidangan mewah, dan mensajikannya di depan mereka bertiga.
"Silahkan dinikmati," ucap Katya ke arah Ryo dengan senyum yang hangat.
Mereka bertiga menikmati hidangan serba mewah, dari tampilannya sudah jelas itu semua di buat oleh chef berkelas dengan bahan kualitas terbaik.
Sembari mengiris potongan daging panggang Katya berkata, "Begitu lah mereka, buta akan keserakahan dan di era dimana kekuatan adalah segalanya seperti sekarang ini, sebagai mahluk lemah tidak mengherankan bagi mereka berbuat seperti itu. Toh cepat atau lambat mereka akan mati."
"Tapi White Raven bukan badan amal!, memberikan senjata terbaru dan pasokan logistik dengan harga diskon, terlebih lagi mengatas namakan demi kesejahteraan rakyat tapi nyatanya semua itu demi kepentingan mereka sendiri, rasanya aku ingin menguliti mereka dan memberikan lemak tebal mereka kepada para monster di Benua Gelap." Tanpa ragu ia mengatakan itu kendati sedang menyantap makanan.
"Elena!" kata Katya dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Ups, Maaf," balas dengan senyum nakal.
"Kesampingkan hal itu, sepertinya tamu kita punya banyak pertanyaan sekarang." ucap Katya seperti membaca pikiran Ryo yang sedari tadi duduk tenang menyantap hidangan dengan sejuta pertanyaan. "Kau pasti bertanya dalam benakmu, kenapa kau di undang untuk makan malam." Ryo hanya mengangguk sembari menyesap Wine.
"Sama seperti Ryuji langsung masuk ke intinya. Baiklah, pertama aku ingin mengucapkan selamat atas bangkitnya kekuatanmu dan aku menyambutmu di White Raven karena secara tidak lansung kau juga pewaris White Raven, itu wasiat Ryuji sebelum menghilang."
"Wasiat? Aku belum pernah di beritahu soal wasiat yang berkaitan dengan White Raven."
"Ya, begitulah Ryuji, apa kau tahu? Ryuji dan Aku membangun White Raven sejak kita masih muda dulu? Dan wasiat terakhir sebelum dia menghilang adalah untuk memberikan sebagian besar saham Ryuji kepadamu ketika kau siap," terang Katya dengan perlahan.
"Oke, sampai sini aku mengerti tapi sepertinya White Raven bukan sekedar Akademi untuk menampung para Rifter muda, iya kan?"
"Pada awalnya kami hanya ingin memberikan tempat kepada Rifter cilik yang di kucilkan oleh masyarakat karena kekuatan mereka yang sangat besar dan di buru oleh berbagai pihak yang ingin memanfaatkan kekuatan mereka.
Tetapi tentu saja memberi makan anak-anak memerlukan biaya maka dari itu kami memulai bisnis di berbagai bidang dan membangun akademi ini untuk menampung dan memberikan hidup kepada para Rifter serta menjaga perdamaian dunia, semuanya berjalan sangat baik 100 tahun ini."
"Oh begitu, eh tunggu-tunggu!! 100 tahun!!! Tapi kau masih terlihat ...." Ryo sangat terkejut mendengar cerita Katya terlebih lagi dengan penampilan Katya yang masih terlihat sangat muda.
"Hmm?? Terlihat masih menawan?" Jawab Katya dengan sedikit senyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya.
"Begitulah, hehe." jawab Ryo tanpa maksud menyinggung. "Jika manusia bisa mengubah diri mereka menjadi cyborg di era ini, maka bukan tidak mungkin ia terlihat masih muda setelah berumur ratusan tahun," pikirnya dengan otak yang masih belum bisa menerima kenyataan.
"Hmm, umurmu mungkin sudah mencukupi tapi kau belum cakap untuk memegang tanggung jawab sebesar ini, kau harus menjadi lebih kuat, kau tahu yang aku maksud, kan?" tanya Katya dengan ekspresi yang serius.
"Tapi aku bahkan tak punya pilihan disini, apa aku harus mengambil tanggung jawab besar ini?" balas Ryo setelah mendengar ucapan Katya.
"Kau sadar, apa yang telah terjadi belakangan ini, 'kan? Juga ... ini semua aku lakukan untuk menepati janjiku kepada Ryuji, jika kau ingin mati di luar sana, silahkan saja, tapi bukankah kau pikir itu sama saja dengan pengecut?"
Ryo meraup wajahnya dengan keduatangan benaknya bimbang, menjadi manusia yang bertanggung jawab adalah ajaranpertama yang ia dapat dari Ryuji. "Apa yang akan terjadi? Jika aku keluar dari sini, Bahkan aku dikejar bahkan sampai ke Jepang.
Ia menghela nafas, "Baik, akan ku lakukan.""Hmm bagus, untuk itu ... kau harus menjadi mahasiswa di akademi ini. Ada serangkaian tes, latihan dan orientasi yang wajib kau lalui, Sebastian akan menjelaskan semuanya besok pagi," ucap Katya dengan melayangkan sebuah gelang berwarna biru kepada Ryo.Salah satu kemampuan dasar seorang Rifter; Telekinesis, tanpa usaha berarti Katya dengan santainya melayangkan gelang itu di udara."WristNect? Aku sudah punya satu.""Yang satu ini berbeda dari yang dibuat massal untuk kebutuhan masyarakat, bahkan lebih mutakhir dari versi yang di miliki militer, Tahan di segala cuaca ekstrim, terhubung langsung dengan satelit, dan ada ruang spatial untuk menyimpan berbagai barang di dalamnya," potong Elena.Dengan santai Elena memperagakan cara kerja WristNect dan mengeluarkan perlengkapan tempurnya dari dalam gelang kebiruan itu. Cahaya hologram kebiruan mematerilisasi dan dematerilisasi benda fisik dengan hukum ruang.
Ruang Tamu Utama, Lantai 1Setelah merasakan hawa kehadiran yang sangat kuat, dan meninggalkan ruang makan, Katya sadar ada tamu tak diundang di rumahnya, bahkan para pejabat pemerintah dunia berpikir 1000 kali jika ingin menolak kedatangan yang satu ini. Salah satu vampir primordial yang sudah bertahan melalui berbagai Era, dia adalah legenda, kematian, kebangkitan, dan simbol dari kekuatan absolut di ras vampir, rival abadi Katya, The Nosferatu Alucard."Maaf membuat menunggu Tuan Alucard." sambut Katya dengan menuruni tangga, "Lama tak berjumpa.""Lama tak berjumpa, Katya, kecantikanmu memang tiada tara sejak dahulu," sanjung Alucard dengan mengangkat gelas Wine yang di tangannya sembari duduk menyilangkan kakinya dengan elegan."Terima kasih atas pujiannya." balas Katya dengan menatap mata pria itu,Walaupun obrolan terkesan santai, tapi aura mengerikan seolah terpancar dari mereka berdua, tekanan udara di ruang tamu menjadi semakin sesak membu
Pagi harinya, Ryo terbangun dengan tangan Elena yang masih memeluknya. Ia bisa melihat paras cantik Elena dari dekat, wajahnya langsung memerah dan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya. Perlahan ia bangkit dari ranjang dan menggunakan kamar mandi.Seorang pelayan perempuan yang masih terlihat sangat belia bertubuh ramping nan mungil berambut coklat pirang, berpapasan dengan Ryo ketika baru keluar dari kamar mandi, wajah dan telinga runcingnya langsung merah tersipu malu, keranjang berisi pakaian terjatuh ketika melihat Ryo bertelanjang dada."Ah? maafkan aku, aku tak bermaksud untuk mengagetkanmu.""Tidak apa Tuan Muda, E-e-e ... maaf sa-saya tidak tahu tadi malam anda tidur bersama Nona Elena, saya akan segera pergi.""Tak apa, lagi pula aku akan segera pergi, Dark Elf kah? Siapa namamu?""Pelayan seperti hamba tidak pantas menyebutkan nama didepan Tuan Muda,""Tak perlu formal seperti itu,""Baiklah kalau and
Di kamarnya, Elena baru bangun dari tidurnya, ia hanya tidur selama 17 jam dalam seminggu terakhir. Walaupun dia memiliki vitalitas vampir yang luar biasa dan bisa terjaga hingga berbulan-bulan, bahkan Pedang Perak Vatican dan air suci masih belum cukup untuk membunuhnya.Tapi beban psikis dan tanggung jawab yang ia pegang membuat fisiknya terasa lelah seperti manusia biasa.“Ah ... sialan ... kepalaku pening,” gumam Elena ketika membasuh muka di wastafel kamar mandi. “Ah, Iya semalam aku lumayan mabuk, dan memeluk Ryo seperti orang bodoh, tapi ya sudahlah toh dia sudah pergi.” Ia pun mengganti gaun tidur transparannya dengan setelan tempurnya dari dalam lemarinya yang di desain secara khusus.Walaupun terlihat sederhana dari luar, lemari yang ia gunakan untuk setelan tempurnya terisi dengan teknologi termutakhir di galaksi. Sensor tubuh yang bisa memindai pemilik lemari ini hingga tingkatan sub-atomis tubuh. Campuran bahan alloy warna pu
Di gedung Washington Rifter Associaton.Media massa selalu ada 7x24 jam untuk memantau keadaan ataupun meliput berita tentang para Rifter yang menjalankan misi di seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri sebagai simbol perdamaian dunia, Washington Rifter Association menjadi inspirasi dan harapan bagi generasi baru.Tak heran jika ketertarikan Masyarakat begitu besar, dan menjadi ladang subur untuk para media massa begitu juga para mata-mata.Lusinan wartawan langsung berebut untuk mewancarai Elena ketika dia melangkahkan kaki ke dalam gedung. “Nona Elena, bisa anda cerita kan apa yang terjadi di Jepang?!”, “Nona Elena!” “Elena Katyushka!” pekik para wartawan sambil mengacungkan Mic ke muka Elena untuk mendapatkan perhatian dan berharap mendapatkan bahan berita yang bagus.Tapi Elena memilih diam. Memberikan keterangan secuil apapun, sama saja meneteskan setitik darah di kolam penuh ikan buas. Tak akan berhenti jika mangsa bel
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Walaupun sedang menikmati pertarungannya, Yunyun segera menyusul dia dan membukakan jalan menuju gedung barak. Liu Zheng yang sudah selesai dengan musuhnya langsung menghancurkan pintu besi besar yang ada di dalam barak dengan tinju apinya. Angin lembab dari lorong dengan bau menyengat menyeruak dari dalam lorong gelap itu. Menjorok ke dalam tanah seperti tanpa dasar.Lalu Elena segera menyelubungi tubuhnya dengan energi, walaupun terlihat sedikit transparan tapi pelindung itu sangat kuat. Begitu juga dengan yunyun melakukan hal serupa.“Aku serahkan di atas sini kepada kalian, ingat, 10 menit! Lebih dari itu kalian kemasi perlengkapan dan pergi dari sini, aku sudah meminta Langley untuk meluncurkan rudal penjelajah dan akan tiba dalam 20 menit lagi, Zoan, nanti kau atur permbagian hadiahnya.” Zoan, Tanker yang jarang berbicara hanya menggangguk.Dengan kemampuannya memanipulasi elemen dan energi tanah, ia bisa membangun tembok pertahanan sementara s
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut