Happy reading!
Chapter 2Menemukan IstriPeduli amat dengan pria tua bernama Xavier itu, pikir Andrea. Terserah saja jika pria itu terus didesak untuk menikah oleh keluarganya, itu bukan urusannya. Juga dengan perjanjian pernikahan yang sudah ditandatangani, memangnya ada pasal yang akan menjeratnya? Andrea rasa tidak ada. Yang jelas dirinya jijik jika harus menikah dengan pria tua hanya untuk menghasilkan anak. Dan masalah hubungan dengan ibunya, biarlah waktu yang akan menjawabnya.Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan terburu-buru meninggalkan kediaman keluarga Lane dan menuju luar kota. Tanpa tujuan, hanya mengikuti nalurinya asalkan terbebas dari pernikahan yang mengerikan itu. Lagi pula umurnya baru dua puluh tahun, terlalu muda untuk menikah.Andrea juga masih menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, ia tidak ingin studinya terganggu oleh kehamilannya nanti. Ditambah lagi Jasmine akan mengambil anaknya, mustahil dirinya akan melepaskan begitu saja anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan kecuali dirinya tidak berbeda dengan ibunya.Andrea memperdalam injakannya pada pedal gas, sesekali ia menoleg pada spion karena khawatir ada orang yang membuntutinya."Sial!" teriak Andrea ketika mesin mobilnya seperti terbatuk-batuk. "Ayolah, ini bukan saatnya kau bertingkah!" ucapnya seraya memukul setirnya, tetapi mau tidak mau menepikan mobilnya.Kemudian wanita itu keluar, membuka kap mobil dan seketika ia terbatuk-batuk karena mesin mobilnya mengeluarkan asap."Shit!"Kesialannya tidak cukup sampai di sana, ketika hendak menelepon layanan mobil derek, ponselnya mati karena kehabisan baterai. Andrea kini percaya jika hari ini adalah hari paling sial dalam hidupnya.Ia merobek sedikit ekor gaun pengantinnya lalu berdiri di tepi jalan, melambai-lambaikan tangannya kepada setiap mobil yang lewat. Tetapi, sudah setengah jam tidak satu pun pengendara yang berhenti untuk menolongnya sementara matahari mulai terbenam.Andrea harus secepatnya mendapatkan pertolongan atau ia terjebak malam di jalanan sunyi, ia ngeri membayangkannya. Ia mencari-cari sesuatu di dalam mobil, beruntung ia mendapatkan gunting di dalam dasbor mobil. Disobek-sobeknya gaun pengantin yang semula panjang dan berekor menjadi gaun mini lalu ia kembali berdiri di tepi jalan seraya melambai-lambaikan tangannya meminta pertolongan.Sebuah Ferrari menepi, Andrea yakin jika pengemudinya adalah pria mesum yang menjijikkan. Terserah, siapa saja yang penting orang itu bersedia meminjaminya ponsel dan memberikan tumpangan menuju luar kota.Kaca mobil itu terbuka dan Andrea mendekati mobil, ia mendapati pengemudinya seorang pria mungkin berusia tiga puluh tahun mengenakan kacamata hitam dengan kemeja putih dengan lengan digulung ke atas."Kau perlu bantuan, Nona?" tanya pria itu seraya melepaskan kacamatanya.Suaranya berat, wajahnya sangat tampan dengan garis rahang yang tegas, alis tebal, dan mata berwarna hazel.***Xavier mendapatkan kabar dari kekasihnya sekaligus sekretarisnya kalau calon pengantin wanitanya melarikan diri. Jadi, ia menelepon salah satu bodyguard-nya untuk menemukan wanita yang kabur dari pernikahannya dengan cara apa pun dan secepatnya, Xavier lalu meminta sopirnya menepi dan meninggalkan sopirnya di jalanan.Ia juga bukan orang yang baik hati sehingga bersedia menolong orang yang sedang kepayahan di jalanan, tetapi karena hari sudah sore dan yang terlihat kepayahan adalah seorang wanita, Xavier menghentikan mobil meskipun hanya untuk sekedar bermain-main. Siapa tahu suasana hatinya membaik.Xavier biasa melakukan apa saja sekehendak hatinya saja, karena dia adalah Xavier Xarxas, anak seorang konglomerat yang terbiasa diperlakukan dengan spesial. Jadi, jika mood-nya tiba-tiba berubah, tidak seorang pun berani membuka mulut untuk sekedar mengingatkan apa lagi melayangkan protes."Ya, aku perlu bantuanmu," kata Andrea seraya membungkuk dan memegangi gaun di bagian dadanya. "Mobilku mogok, seperti yang kau lihat dan ponselku kehabisan baterai. Aku harus menelepon jasa derek mobil dan aku juga butuh tumpangan."Bibir Xavier mengulas senyum miring, sepertinya wanita muda pengendara mobil bobrok itu sedang ditimpa malapetaka yang bertubi-tubi sore ini. Mengenaskan sekali, tapi bukan urusannya."Aku bisa memanggil jasa derek mobil untukmu, tapi aku tidak bisa memberimu tumpangan, Nona," ujar Xavier seraya menatap gaun yang dikenakan Andrea. Sangat minim, wanita itu tahu cara mendapatkan tumpangan dengan cepat, pikirnya."Kumohon, aku sangat memerlukan tumpangan," kata Andrea."Kurasa kau lebih baik menjual mobilmu ke tukang loak dibandingkan menggunakan jasa derek langgananku. Aku tidak yakin kalau kau bisa membayarnya.""Aku tidak memerlukan penghinaan darimu saat ini, Tuan" ucap Andrea dengan ketus.Xavier menangkap kekesalan di wajah wanita yang tidak dikenalinya itu dan merasakan kesenangan tersendiri menyaksikannya. Alis Xavier terangkat. "Selamat tinggal, Nona."Namun, saat ia hendak menutup kaca mobilnya, wanita menghalanginya. Xavier menatap wanita berambut cokelat terang cenderung kemerahan itu dengan gusar, berani-beraninya wanita itu menyentuh mobil mahalnya."Kau harus menolongku kali ini," ucap Andrea memohon."Harus? Sejak kapan aku harus menolong orang yang tidak kukenal?" tanya Xavier dengan sinis."Dengar, Tuan. Orang tuaku baru saja memaksaku untuk menikahkan aku dengan pria tua yang mesum dan aku tidak mau, aku melarikan diri. Aku bahkan tidak tahu harus ke mana untuk sementara," ucap Andrea cepat-cepat.Sungguh ada kebetulan di dunia ini, pikir Xavier. Dirinya baru saja ditinggalkan kabur oleh calon istrinya. Sekarang di depannya seorang wanita mengaku kabur dari pernikahan dan meminta pertolongannya."Kau benar-benar sedang sial, aku tidak ingin kesialanmu menular padaku," ejek Xavier."Aku akan melakukan apa saja sebagai tanda terima kasihku. Ah, iya. Aku bisa memasak, membersihkan rumah, atau pekerjaan lainnya. Aku akan melakukannya asal kau mau menolongku. Please, kumohon...."Wanita ini lumayan juga, pikir Xavier seraya mengamatinya. Tubuhnya indah, wajahnya cantik dengan mata berwarna biru cerah berbingkai hitam dan bibir yang penuh. Sayang sekali jika dijadikan asisten rumah tangga.Xavier berdehem. "Kau serius dengan ucapanmu?""Aku hanya bercanda," kata Andrea lalu mendengus. "Apa kau tidak melihat gaun ini?" Ia berputar lalu membungkuk dan mengangkat sisa-sisa sobekan gaun pengantin yang teronggok di atas tanah. "Lihat, aku baru saja menghancurkan gaun pengantinku."Xavier mengambil ponselnya, menggeser layarnya seraya berkata, "Orangku akan menjemputmu.""Hah?" kata Andrea."Apa kau tidak mendengar?""Kenapa harus menunggu orangmu?""Cih, memangnya kau pantas duduk di sampingku?"Kemudian Xavier meninggalkan Andrea dan tiga puluh menit kemudian orang suruhannya membawa Andrea ke hadapannya di sebuah vila berukuran besar yang luar biasa megah bak istana.Xavier duduk di sofa dan menumpangkan sebelah kakinya, ditatapnya Andrea dari ujung kepala sampai ujung kaki dan mata Xavier terpaku pada kaki jenjang Andrea."Di mana sepatumu?"Andrea menatap kakinya yang bertelanjang. "Aku membuangnya."Kedua alis Xavier nyaris bertautan dan merasa jijik. "Bersihkan tubuh istriku dan siapkan pakaian untuknya," kata Xavier kepada pelayan yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk lalu mengambil ponselnya kemudian menelepon seseorang. "Ma, aku dan istriku sudah di rumah."Bersambung....Jangan lupa untuk meninggalkan komentar, rate, dan apa aja deh!Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis!🌸🍒😊Chapter 3Hari yang Sial "Istri?" tanya Andrea.Namun, pertanyaannya hanya menguap bersama udara yang dihirup karena beberapa pelayan yang berseragam menggiringnya menjauhi Xavier menuju lantai atas melewati tangga yang didesain meliuk dengan bagian handrail berwarna hitam, sedangkan bagian balusters berwarna emas, dan lantai dari batu granit berwarna putih dengan corak abu-abu pudar.Terdapat dua tangga yang sama di ruangan itu, keduanya meliuk dan di tempat di tengah antara dua tangga terdapat sebuah meja kaca berukuran besar yang terdapat vas bunga dari keramik di atasnya. Kemudian tepat di atas vas yang berisi bunga segar itu terdapat lampu gantung kristal yang menyala. Andrea semakin terbengong-bengong saat tiba di lantai atas, seluruh furniture di sana adalah sesuatu yang baru pertama kali dilihat olehnya hingga rasanya seperti sedang menonton tur keliling rumah keluarga artis Hollywood ternama. Tiba di sebuah kamar, Andrea mengamati suasana kamar yang didominasi dengan warna
Chapter 4Xavier Murka Seperti Andrea yang terkejut melihat kedatangannya, Jasmine Lane juga tidak kalah terkejut melihat Andrea. Bagaimana mungkin ada kebetulan yang sangat di dunia ini? Andrea kabur dari pernikahan. Wanita berambut pirang dengan tubuh tinggi dan kaki jenjang itu melemparkan senyum sinis kepada Andrea seraya mendekat dengan anggun lalu berkata, "Ramona, tinggalkan Nyonya Muda denganku. Biar aku yang mengurusnya." Pelayan itu mengangguk lalu pergi, sementara Andrea meletakkan kertas ke atas meja lalu berdiri di belakang Andrea. Dipegangnya bahu Andrea dengan lembut dan membungkuk, wanita itu mendekatkan bibirnya ke telinga Andrea. "Kau pikir kau bisa lari dariku, Anak Jalang?" bisik Jasmine sementara Andrea hanya bisa menelan ludah. "Aku sudah mendengar bagaimana Xavier menemukanmu di pinggir jalan, kau ini benar-benar sial, ya?" Jantung Andrea seperti berhenti sesaat. Pria itu Xavier Xarxas? Kekasih kakaknya? Pria tua—yang ia kira pria tua. Nyatanya adalah pria
Chapter 5Pria Angkuh Tatapan Xavier begitu dingin pada Andrea yang sedang menuruni tangga dengan hati-hati dan pria itu bersumpah di dalam benaknya tidak akan melepaskan wanita yang begitu berani menghinanya. Bagaimana jika kabar seorang Xavier Xarxas yang memiliki segalanya ditinggalkan mempelai wanitanya tersebar? Reputasinya sebagai pria angkuh yang tidak pernah bisa didekati oleh wanita di California akan hancur.Sementara Andrea merasakan tatapan dingin Xavier terasa menembus jantungnya bahkan merasakan nyeri di tulangnya hingga langkah kakinya menuruni tangga menjadi semakin berat. "Kapan terakhir kali kau memakan kacang?" tanya Xavier seraya bangkit dari sofa ketika Andrea berada di anak tangga.Seperti tidak ada pertanyaan lain, pikir Andrea dan ia juga tidak ingat kapan terakhir makan kacang. Yang ia ingat hanya tidak diizinkan makan kacang selama menjadi istri Xavier. "Mungkin beberapa hari yang lalu," jawab Andrea secara acak. Pelayan yang melayani Andrea mendekati t
Hola, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.Chapter 6Pasangan Jahat "Oh, akhirnya si pembuat onar datang juga," kata wanita tua yang duduk di sofa, bersebalahan dengan pria tua yang rambut dan alisnya telah memutih sedang duduk di kursi roda. Andrea menebak mereka adalah nenek dan kakek Xavier "Nek, kami sangat gugup. Itulah sebabnya aku mengajaknya melarikan diri dari pernikahan," ucap Xavier seraya merangkul pinggang Andrea. Andrea akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Xavier, ia bersyukur ternyata pria itu tidak membuka kedoknya kalau dirinya melarikan diri dari pernikahan. "Kalian benar-benar membuatku sakit kepala, hampir saja tekanan darahku naik," ucap wanita paruh baya yang masih mengenakan gaun pesta dengan berlian yang berkilauan melingkar di lehernya. Andrea menebak wanita itu adalah ibu Xavier. "Untungnya ada Jasmine, dia sangat cekatan mengatasi kekacauan yang kalian buat." Saking terpakunya pada berlian yang baru pertama kali Andrea lihat seum
Chapter 7Kontrasepsi "Ke mana saja kau tidak pulang dari semalam?" tanya Sarah, teman sekamar Andrea di asrama seraya memelototi pakaian yang dikenakan Andrea. Andrea menghela napasnya tanpa memedulikan teman sekamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Sialan, pikirnya seraya mengingat cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Satu jam yang lalu ia baru saja menjadi istri Xavier Xarxas, pria teraneh di dunia yang pernah ia jumpai. Pria dengan sorot mata dingin dan tanpa ekspresi yang sulit sekali diajak bernegosiasi, bahkan sepertinya tidak mungkin. Pernikahan mereka hanya pernikahan untuk memuaskan keinginan keluarga Xavier dan mendapatkan keturunan, seharusnya dirinya tidak perlu mengenakan cincin di jari manisnya. Andrea sudah menyampaikan keberatannya, tetapi Xavier memerintahkan Jasmine agar menyematkan cincin di jari Andrea. "Ponselmu juga tidak aktif dari semalam, kau membuatku khawatir," omel Sarah membuat Andrea yang bertelungkup di atas kasur b
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 8Dikira Gay Setelah mengemasi barang-barang yang diperlukan, Andrea meninggalkan asrama. Sarah menyeret koper berisi barang-barang Andrea dan Andrea yang mencangklong tas laptopnya dan membopong setumpuk buku mengikutinya, keduanya berbincang-bincang sepanjang koridor yang mereka lewati. Ketika kurang beberapa langkah tiba di pintu masuk asrama, mereka mendapati Neil Alexander berada di sana sedang berjalan menuju ke arah mereka. "Oh, kau sudah kembali rupanya," kata Neil kepada Andrea sembari memperbaiki tali ranselnya yang dicangklong di sebelah kiri pundaknya. Andrea justru tertegun mendapati keberadaan Neil, bukan karena ketampanan pria itu melainkan kucing jenis domestik yang berada dalam keranjang hewan yang ditentang oleh Neil di tangan kanannya. Saking carut marut hidupnya beberapa hari ini, ia sampai melupakan kalau kucing kesayangannya sakit dan dirawat di klinik hewan yang kebetulan adalah milik kakak Neil. "Zeus," desah Andrea mem
Chapter 9Perlu Privasi Sopir Xavier membukakan pintu mobil dan Xavier yang mengenakan setelan jas rapi keluar, belum lagi sopirnya menutup pintu, seorang pelayan berjalan ke arah Xavier dengan tergesa-gesa dan wajahnya terlihat tegang.“Tuan, Nenek Anda berada di sini?” kata Ramona, pelayan itu. Xavier mengerutkan keningnya kemudian berkata, “Memangnya kenapa kalau nenekku berkunjung ke rumahku?” “Istri Anda , maksudku Nyonya juga sudah kembali.” “Bagus. Apa kau sudah mengatur kamar Nyonya?” Pelayan itu menganggukkan dan tampak ragu-ragu. “Nenek Anda mengatakan akan tinggal di sini.” “Apa?” tanya Xavier dan alisnya sontak berkerut sangat dalam.“Ya. Nenek Anda ingin tinggal di sini mulai hari ini.” Ia telah mengatur jika dirinya dan Andrea akan tidur di kamar terpisah, Andrea akan tidur di kamar tepat di samping kamarnya. Xavier tahu Andrea tidak menginginkan pernikahan mereka, Xavier juga begitu.Ia menikahi Andrea bukan karena ingin mendapatkan keturunan, melainkan
Chapter 10Terpaksa Menuruti Andrea “Buang bajumu dan bersihkan dirimu, pastikan tidak ada satu pun bulu kucing yang tertinggal di badanmu,” ucap Xavier dengan nada dingin kepada Andrea ketika mereka berada tepat di depan pintu kamar Xavier.Mungkin Xavier juga akan menyuruh asisten rumah tangga untuk membuang seluruh barang yang pernah disentuh Zeus, Andrea hanya bisa terheran-heran dalam benaknya. Ketika masih kecil Andrea pernah menonton sinetron tentang seorang pemuda yang sangat terobsesi dengan kebersihan, ternyata sekarang dirinya menghadapai langsung orang seperti itu dan orang itu adalah suaminya. Meskipun hanya suami sementara. “Apa kau akan mengusir Zeus?” tanya Andrea. Dengan sorot mata dingin Xavier menatap Andrea lalu berkata, “Aku tidak suka ada binatang di rumahku.” “Aku janji, dia tidak akan mengganggumu."Xavier tersenyum miring mendengar jawaban Andrea. “Aku bilang, aku tidak suka ada hewan di rumahku.” "Xavier, kumohon... aku merawatnya dari kecil, Zeus tidak b
Chapter 30Ciuman di Lift Sudah tiga hari Jasmine mengamati Xavier dan merasa ada sesuatu yang aneh dari pria itu, Xavier yang dulu selalu makan siang dengan makanan yang dimasak khusus oleh juru masak profesional pribadinya kini lebih sering makan siang di luar dan Xavier tidak meminta rekomendasi tempat makan lagi darinya. “Kau melamun lagi, Nona Lane,” kata Lucas seraya meletakkan cangkir berisi kopi di mejanya. Jasmine mengalihkan pandangannya kepada Lucas dengan malas. “Apa kau bisa Tidak mengomentariku?” “Aku mengkhawatirkanmu yang akhir-akhir ini sering tidak fokus, tadi di ruang rapat juga kau seperti tidak biasanya. Kusarankan kau mengambil cuti beberapa hari untuk beristirahat merelaksasikan diri,” kata Lucas dengan nada serius. Terakhir dirinya cuti adalah saat Natal dan tahun baru, sekarang musim panas hampir berakhir. Itu berarti dirinya hampir satu tahun belum mengambil cuti. Namun, yang diinginkan hanya berada di samping Xavier dan selalu berada di dalam lingkara
Chapter 29Perasaan Jengkel Neil berdiri di balkon rumah sakit, beberapa kali pria itu menghela napas berat karena masih tidak percaya dengan apa yang Andrea ucapkan beberapa jam yang lalu. Andrea menutupinya dengan sangat rapi bahkan beberapa hari yang lalu masih memberikan harapan untuk bersamanya. Rasa tidak terima bercokol di dadanya, teramat sakit karena Andrea membohonginya habis-habisan.“Neil,” ucap Sarah yang berdiri di belakangnya. “Kau pasti tahu, ‘kan?” tanya Neil dengan dingin. “Ya. aku tahu semuanya. Tapi, Neil , aku bisa apa?” tanya Sarah seraya maj satu langkah dan berdiri tepat di samping Neil. Neil terdiam beberapa saat membuat jeda percakapan mereka menjadi hening. “Kenapa kau tidak memberitahuku?” “Itu bukan ranahku memberitahumu, Andrea mengatakan ingin menyelesaikan masalahnya sendirian.” “Lalu?” tanya Neil terdengar sinis.Sarah menghela napas berat. “Andrea bilang keluarga Xarxas akan membuat pesta pernikahan mereka dan itu di luar rencananya karena sete
Chapter 28Berkata JujurPaginya Andrea terbangun meringkuk dalam pelukan Xavier dengan posisi membelakangi pria itu. Tubuh mereka masih polos tanpa busana, hanya selimut yang menutupi keduanya."Apa kau lapar?" tanya Xavier.Andrea berbalik dan tatapan matanya bersobok dengan mata Xavier, dengan penuh kecanggungan Andrea tersenyum. "Jam berapa ini?" "Masih terlalu pagi, kau bisa tidur sebentar lagi," jawab Xavier. "Bagaimana jika hari ini kau libur?" Andrea cepat-cepat menggeleng. "Aku tidak bisa libur." "Kau pasti lelah dan sakit...." "T-tidak," potong Andrea dengan wajah merah merona karena malu. Bagian kewanitaannya memang terasa sakit dan perih tadi malam saat pertama kali Xavier menerobos memasukinya, tetapi rasa sakit itu tergantikan dengan kenikmatan sehingga rasa sakit itu tidak berarti lagi. Mereka bahkan mengulanginya kembali setelah Xavier memuntahkan cairannya di dalam tubuh Andrea lalu mereka tidur dengan saling memeluk satu sama lain tanpa ada sedikit pun percakapa
Chapter 27Pengalaman Pertama Xavier mengambil gelas wine, matanya menatap Andrea seolah menyuruh Andrea juga mengambil gelasnya dan tampak ragu-ragu Andrea mengambil gelas wine-nya. “Pegang gelas seperti caraku memegang gelasnya,” terang Xavier yang memegangi gelasnya di bagian kaki gelas. “Ini berfungsi untuk menjaga suhu wine.” Andrea mengikutinya, memegang gelas sepeti yang Xavier lakukan.“Putar-putar gelasnya perlahan agar aroma wine keluar,” ucap Xavier lagi.Andrea memutar-mutar gelasnya seperti yang Xavier lakukan lalu menghirup aromanya dengan perlahan, benar kata Xavier jika aroma wine lebih tajam tercium.“Tidak perlu meminum semuanya, kau cukup mencicipinya saja agar kau tidak mabuk,” kata Xavier. Andrea mengangguk lalu mencicipi wine-nya dan meletakkan kembali gelasnya ke atas meja. Ia kemudian menikmati kue yang diambilkan Xavier sambil matanya Diana yang sedang menyapa orang-orang yang datang di acara pestanya. Ia tidak bisa membayangkan jika waktu itu tidak melar
Chapter 26 Andrea Xarxas “Malam ini Xavier akan mengajakmu menghadiri pesta pernikahan salah satu keluarga dari ibu Xavier,” kata Jasmine dengan nada sangat dingin di dalam mobil di jok belakang kemudi. “Jangan melakukan apa pun yang akan membuat Xavier malu.” Rupanya Xavier tidak bermain-main dengan ucapannya, pria itu benar-benar mengajaknya ke pesta sosial. Tidak ada lagi cara menghindar, mau tidak mau acara sepeti itu harus ia hadapi. “Bagaimana hubunganmu dengan Xavier?” tanya Jasmine seraya membuka MacBook-nya. “Kami baik-baik saja,” jawab Andrea dengan malas. “Kulihat kau cukup pandai mengambil hati Xavier.” Andrea merasa tidak pernah berusaha mengambil hati pria itu, ia justru menyimpan sejuta rencana cara agar membuat pria itu menjauhinya dan menendangnya keluar dari kediaman pria pengidap mysophobia itu.“Di pesta keluarga Xavier nanti kau cukup bereda di samping Xavier, tidak perlu bicara dengan siapa pun apa lagi sampai berjabat tangan dengan mereka. Xavier tidak me
Chapter25Berhubungan Suami-istri Paginya Andrea bangun dan terkejut mendapati dirinya memeluk Xavier seperti seekor koala yang sedang memeluk pohon. Andrea tidak berani bergerak, ia takut membangunkan Xavier dan Xavier tahu apa yang sedang terjadi, kaki dan tangannya berada di atas tubuh Xavier yang tidur terlentang. Ke mana bantal-bantal yang biasanya jadi penghalang antara dirinya dan Xavier? Andrea bahan tidak berani menoleh. “Sudah bangun?” tanya Xavier tiba-tiba.Andrea menutup matanya, berpura-pura masih tertidur. Ia tidak berani menghadapi Xavier, tetapi bukan takut melainkan malu. “Tidak usah berpura-pura,” kata Xavier dan pria itu menoleh kepada Andrea. Andrea membuka mata dan pandangan mereka bertemu, Andrea benar-benar ingin dunia berhenti berputar sekarang juga. Tadi malam ia mabuk dan tidak bisa mengingat apa yang terjadi hingga saat ia bangun posisinya memeluk Xavier.“A-aku tidak sengaja,” kata Andrea lalu perlahan menarik tangan dan kakinya menjauh dari tubuh Xav
Chapter 24Gairah Xavier Satu minggu kemudian, Andrea baru kembali dari rumah sakit. Hari pertamanya magang cukup menyenangkan, lingkungan baru, teman baru, dan suasana baru. Andrea sangat menikmatinya.“Bagaimana magangmu hari ini?” tanya Xavier yang sedang memegangi buku di sofa kamar mata Hazel pria itu menatap Andrea dengan tenang.Andrea tersenyum, matanya berbinar-binar. “Aku mendapatkan banyak teman baru. Perawat, dokter... dan staf rumah sakit.”“Oh, ya?” “Walaupun aku sedikit lelah karena harus banyak belajar, ternyata teori itu lebih mudah dari pada praktik,” kata Andrea seperti mengeluh, tetapi pendar di matanya sama sekali tidak menghilang. Masih menyala-nyala nak bintamg di malam hari yang cerah.Bibir Xavier melengkung membentuk senyum samar, Andrea terlihat begitu antusias dengan tempat magangnya dan terlihat begitu bahagia hingga kebahagiaan Andrea seolah menular padanya dan itu membuat batinnya terasa menghangat.“Apa ada yang mempersulitmu di sana?” Karena jika ad
Chapter 23Tidur Bersama Xavier Ketika terbangun Xavier mendapati Andrea tidur di sampingnya dan tangannya menggenggam tangan Xavier, Xavier hendak menjauhkan tangannya dari tangan Andrea, tetapi ia urung melakukannya. Dipandanginya wajah Andrea, wanita yang entah dari mana datangnya itu memiliki paras yang cantik, alis yang menaungi matanya tebal dan indah. Hidungnya lancip dan memiliki bibir yang sensual, kulit wajahnya juga halus dan bersih tanpa bintik-bintik cokelat. Bibir Xavier mengulas senyum tipis, tidak dipungkiri jika dirinya mengagumi paras Andrea, tetapi juga iba terhadap nasib Andrea. Ia telah menyelidiki latar belakang Andrea siang tadi dan menemukan fakta yang mencengangkan yaitu Andrea adalah saudara tiri Jasmine. Entah apa motif keduanya sehingga Andrea dan Jasmine bersandiwara bahwa mereka berdua hanyalah kenalan dan membuat cerita jika Andrea berasal dari panti asuhan. Tetapi, setelah memperhatikan Andrea selama hampir dua Minggu, Xavier bertanya-tanya. Tekanan
Chapter 22Memeluk Xavier Andrea dan Carlina kembali dari berbelanja kebutuhan dapur, keduanya langsung pergi ke dapur, beberapa orang pelayan mulai membongkar hasil belanjaan Carlina dan Andrea sementara Carlina berbicara dengan juru masak untuk mengatur menu makan malam."Sayang, bisa kita bicara sebentar?" tanya Xavier yang berdiri di ambang pintu dapur kotor.Andrea yang sedang mencuci tangannya menoleh dan mendapati ekspresi datar Xavier, ia segera mematikan kran air lalu mengeringkan tangannya kemudian mendekati Xavier.Xavier berjalan menuju ruang baca dan Andrea mengikutinya, tiba di sana Xavier menutup pintu ruang baca dan berdiri, menatap Andrea dengan dingin dan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya."Lain kali tidak perlu repot-repot pergi ke supermarket," kata Xavier dengan nada dingin. "Carlina mengajakku dan kebetulan aku sedang tidak ada kelas," kata Andrea dengan riang. "Rasanya sangat menyenangkan bisa berbelanja sambil mengobrol bersama nenekmu, dia benar