Happy reading!
Chapter 2Menemukan IstriPeduli amat dengan pria tua bernama Xavier itu, pikir Andrea. Terserah saja jika pria itu terus didesak untuk menikah oleh keluarganya, itu bukan urusannya. Juga dengan perjanjian pernikahan yang sudah ditandatangani, memangnya ada pasal yang akan menjeratnya? Andrea rasa tidak ada. Yang jelas dirinya jijik jika harus menikah dengan pria tua hanya untuk menghasilkan anak. Dan masalah hubungan dengan ibunya, biarlah waktu yang akan menjawabnya.Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan terburu-buru meninggalkan kediaman keluarga Lane dan menuju luar kota. Tanpa tujuan, hanya mengikuti nalurinya asalkan terbebas dari pernikahan yang mengerikan itu. Lagi pula umurnya baru dua puluh tahun, terlalu muda untuk menikah.Andrea juga masih menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, ia tidak ingin studinya terganggu oleh kehamilannya nanti. Ditambah lagi Jasmine akan mengambil anaknya, mustahil dirinya akan melepaskan begitu saja anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan kecuali dirinya tidak berbeda dengan ibunya.Andrea memperdalam injakannya pada pedal gas, sesekali ia menoleg pada spion karena khawatir ada orang yang membuntutinya."Sial!" teriak Andrea ketika mesin mobilnya seperti terbatuk-batuk. "Ayolah, ini bukan saatnya kau bertingkah!" ucapnya seraya memukul setirnya, tetapi mau tidak mau menepikan mobilnya.Kemudian wanita itu keluar, membuka kap mobil dan seketika ia terbatuk-batuk karena mesin mobilnya mengeluarkan asap."Shit!"Kesialannya tidak cukup sampai di sana, ketika hendak menelepon layanan mobil derek, ponselnya mati karena kehabisan baterai. Andrea kini percaya jika hari ini adalah hari paling sial dalam hidupnya.Ia merobek sedikit ekor gaun pengantinnya lalu berdiri di tepi jalan, melambai-lambaikan tangannya kepada setiap mobil yang lewat. Tetapi, sudah setengah jam tidak satu pun pengendara yang berhenti untuk menolongnya sementara matahari mulai terbenam.Andrea harus secepatnya mendapatkan pertolongan atau ia terjebak malam di jalanan sunyi, ia ngeri membayangkannya. Ia mencari-cari sesuatu di dalam mobil, beruntung ia mendapatkan gunting di dalam dasbor mobil. Disobek-sobeknya gaun pengantin yang semula panjang dan berekor menjadi gaun mini lalu ia kembali berdiri di tepi jalan seraya melambai-lambaikan tangannya meminta pertolongan.Sebuah Ferrari menepi, Andrea yakin jika pengemudinya adalah pria mesum yang menjijikkan. Terserah, siapa saja yang penting orang itu bersedia meminjaminya ponsel dan memberikan tumpangan menuju luar kota.Kaca mobil itu terbuka dan Andrea mendekati mobil, ia mendapati pengemudinya seorang pria mungkin berusia tiga puluh tahun mengenakan kacamata hitam dengan kemeja putih dengan lengan digulung ke atas."Kau perlu bantuan, Nona?" tanya pria itu seraya melepaskan kacamatanya.Suaranya berat, wajahnya sangat tampan dengan garis rahang yang tegas, alis tebal, dan mata berwarna hazel.***Xavier mendapatkan kabar dari kekasihnya sekaligus sekretarisnya kalau calon pengantin wanitanya melarikan diri. Jadi, ia menelepon salah satu bodyguard-nya untuk menemukan wanita yang kabur dari pernikahannya dengan cara apa pun dan secepatnya, Xavier lalu meminta sopirnya menepi dan meninggalkan sopirnya di jalanan.Ia juga bukan orang yang baik hati sehingga bersedia menolong orang yang sedang kepayahan di jalanan, tetapi karena hari sudah sore dan yang terlihat kepayahan adalah seorang wanita, Xavier menghentikan mobil meskipun hanya untuk sekedar bermain-main. Siapa tahu suasana hatinya membaik.Xavier biasa melakukan apa saja sekehendak hatinya saja, karena dia adalah Xavier Xarxas, anak seorang konglomerat yang terbiasa diperlakukan dengan spesial. Jadi, jika mood-nya tiba-tiba berubah, tidak seorang pun berani membuka mulut untuk sekedar mengingatkan apa lagi melayangkan protes."Ya, aku perlu bantuanmu," kata Andrea seraya membungkuk dan memegangi gaun di bagian dadanya. "Mobilku mogok, seperti yang kau lihat dan ponselku kehabisan baterai. Aku harus menelepon jasa derek mobil dan aku juga butuh tumpangan."Bibir Xavier mengulas senyum miring, sepertinya wanita muda pengendara mobil bobrok itu sedang ditimpa malapetaka yang bertubi-tubi sore ini. Mengenaskan sekali, tapi bukan urusannya."Aku bisa memanggil jasa derek mobil untukmu, tapi aku tidak bisa memberimu tumpangan, Nona," ujar Xavier seraya menatap gaun yang dikenakan Andrea. Sangat minim, wanita itu tahu cara mendapatkan tumpangan dengan cepat, pikirnya."Kumohon, aku sangat memerlukan tumpangan," kata Andrea."Kurasa kau lebih baik menjual mobilmu ke tukang loak dibandingkan menggunakan jasa derek langgananku. Aku tidak yakin kalau kau bisa membayarnya.""Aku tidak memerlukan penghinaan darimu saat ini, Tuan" ucap Andrea dengan ketus.Xavier menangkap kekesalan di wajah wanita yang tidak dikenalinya itu dan merasakan kesenangan tersendiri menyaksikannya. Alis Xavier terangkat. "Selamat tinggal, Nona."Namun, saat ia hendak menutup kaca mobilnya, wanita menghalanginya. Xavier menatap wanita berambut cokelat terang cenderung kemerahan itu dengan gusar, berani-beraninya wanita itu menyentuh mobil mahalnya."Kau harus menolongku kali ini," ucap Andrea memohon."Harus? Sejak kapan aku harus menolong orang yang tidak kukenal?" tanya Xavier dengan sinis."Dengar, Tuan. Orang tuaku baru saja memaksaku untuk menikahkan aku dengan pria tua yang mesum dan aku tidak mau, aku melarikan diri. Aku bahkan tidak tahu harus ke mana untuk sementara," ucap Andrea cepat-cepat.Sungguh ada kebetulan di dunia ini, pikir Xavier. Dirinya baru saja ditinggalkan kabur oleh calon istrinya. Sekarang di depannya seorang wanita mengaku kabur dari pernikahan dan meminta pertolongannya."Kau benar-benar sedang sial, aku tidak ingin kesialanmu menular padaku," ejek Xavier."Aku akan melakukan apa saja sebagai tanda terima kasihku. Ah, iya. Aku bisa memasak, membersihkan rumah, atau pekerjaan lainnya. Aku akan melakukannya asal kau mau menolongku. Please, kumohon...."Wanita ini lumayan juga, pikir Xavier seraya mengamatinya. Tubuhnya indah, wajahnya cantik dengan mata berwarna biru cerah berbingkai hitam dan bibir yang penuh. Sayang sekali jika dijadikan asisten rumah tangga.Xavier berdehem. "Kau serius dengan ucapanmu?""Aku hanya bercanda," kata Andrea lalu mendengus. "Apa kau tidak melihat gaun ini?" Ia berputar lalu membungkuk dan mengangkat sisa-sisa sobekan gaun pengantin yang teronggok di atas tanah. "Lihat, aku baru saja menghancurkan gaun pengantinku."Xavier mengambil ponselnya, menggeser layarnya seraya berkata, "Orangku akan menjemputmu.""Hah?" kata Andrea."Apa kau tidak mendengar?""Kenapa harus menunggu orangmu?""Cih, memangnya kau pantas duduk di sampingku?"Kemudian Xavier meninggalkan Andrea dan tiga puluh menit kemudian orang suruhannya membawa Andrea ke hadapannya di sebuah vila berukuran besar yang luar biasa megah bak istana.Xavier duduk di sofa dan menumpangkan sebelah kakinya, ditatapnya Andrea dari ujung kepala sampai ujung kaki dan mata Xavier terpaku pada kaki jenjang Andrea."Di mana sepatumu?"Andrea menatap kakinya yang bertelanjang. "Aku membuangnya."Kedua alis Xavier nyaris bertautan dan merasa jijik. "Bersihkan tubuh istriku dan siapkan pakaian untuknya," kata Xavier kepada pelayan yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk lalu mengambil ponselnya kemudian menelepon seseorang. "Ma, aku dan istriku sudah di rumah."Bersambung....Jangan lupa untuk meninggalkan komentar, rate, dan apa aja deh!Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis!šøššChapter 3Hari yang Sial "Istri?" tanya Andrea.Namun, pertanyaannya hanya menguap bersama udara yang dihirup karena beberapa pelayan yang berseragam menggiringnya menjauhi Xavier menuju lantai atas melewati tangga yang didesain meliuk dengan bagian handrail berwarna hitam, sedangkan bagian balusters berwarna emas, dan lantai dari batu granit berwarna putih dengan corak abu-abu pudar.Terdapat dua tangga yang sama di ruangan itu, keduanya meliuk dan di tempat di tengah antara dua tangga terdapat sebuah meja kaca berukuran besar yang terdapat vas bunga dari keramik di atasnya. Kemudian tepat di atas vas yang berisi bunga segar itu terdapat lampu gantung kristal yang menyala. Andrea semakin terbengong-bengong saat tiba di lantai atas, seluruh furniture di sana adalah sesuatu yang baru pertama kali dilihat olehnya hingga rasanya seperti sedang menonton tur keliling rumah keluarga artis Hollywood ternama. Tiba di sebuah kamar, Andrea mengamati suasana kamar yang didominasi dengan warna
ļæ¼Chapter 4Xavier Murka Seperti Andrea yang terkejut melihat kedatangannya, Jasmine Lane juga tidak kalah terkejut melihat Andrea. Bagaimana mungkin ada kebetulan yang sangat di dunia ini? Andrea kabur dari pernikahan. Wanita berambut pirang dengan tubuh tinggi dan kaki jenjang itu melemparkan senyum sinis kepada Andrea seraya mendekat dengan anggun lalu berkata, "Ramona, tinggalkan Nyonya Muda denganku. Biar aku yang mengurusnya." Pelayan itu mengangguk lalu pergi, sementara Andrea meletakkan kertas ke atas meja lalu berdiri di belakang Andrea. Dipegangnya bahu Andrea dengan lembut dan membungkuk, wanita itu mendekatkan bibirnya ke telinga Andrea. "Kau pikir kau bisa lari dariku, Anak Jalang?" bisik Jasmine sementara Andrea hanya bisa menelan ludah. "Aku sudah mendengar bagaimana Xavier menemukanmu di pinggir jalan, kau ini benar-benar sial, ya?" Jantung Andrea seperti berhenti sesaat. Pria itu Xavier Xarxas? Kekasih kakaknya? Pria tuaāyang ia kira pria tua. Nyatanya adalah pria
ļæ¼Chapter 5Pria Angkuh Tatapan Xavier begitu dingin pada Andrea yang sedang menuruni tangga dengan hati-hati dan pria itu bersumpah di dalam benaknya tidak akan melepaskan wanita yang begitu berani menghinanya. Bagaimana jika kabar seorang Xavier Xarxas yang memiliki segalanya ditinggalkan mempelai wanitanya tersebar? Reputasinya sebagai pria angkuh yang tidak pernah bisa didekati oleh wanita di California akan hancur.Sementara Andrea merasakan tatapan dingin Xavier terasa menembus jantungnya bahkan merasakan nyeri di tulangnya hingga langkah kakinya menuruni tangga menjadi semakin berat. "Kapan terakhir kali kau memakan kacang?" tanya Xavier seraya bangkit dari sofa ketika Andrea berada di anak tangga.Seperti tidak ada pertanyaan lain, pikir Andrea dan ia juga tidak ingat kapan terakhir makan kacang. Yang ia ingat hanya tidak diizinkan makan kacang selama menjadi istri Xavier. "Mungkin beberapa hari yang lalu," jawab Andrea secara acak. Pelayan yang melayani Andrea mendekati t
ļæ¼Hola, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.Chapter 6Pasangan Jahat "Oh, akhirnya si pembuat onar datang juga," kata wanita tua yang duduk di sofa, bersebalahan dengan pria tua yang rambut dan alisnya telah memutih sedang duduk di kursi roda. Andrea menebak mereka adalah nenek dan kakek Xavier "Nek, kami sangat gugup. Itulah sebabnya aku mengajaknya melarikan diri dari pernikahan," ucap Xavier seraya merangkul pinggang Andrea. Andrea akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Xavier, ia bersyukur ternyata pria itu tidak membuka kedoknya kalau dirinya melarikan diri dari pernikahan. "Kalian benar-benar membuatku sakit kepala, hampir saja tekanan darahku naik," ucap wanita paruh baya yang masih mengenakan gaun pesta dengan berlian yang berkilauan melingkar di lehernya. Andrea menebak wanita itu adalah ibu Xavier. "Untungnya ada Jasmine, dia sangat cekatan mengatasi kekacauan yang kalian buat." Saking terpakunya pada berlian yang baru pertama kali Andrea lihat seum
ļæ¼Chapter 7Kontrasepsi "Ke mana saja kau tidak pulang dari semalam?" tanya Sarah, teman sekamar Andrea di asrama seraya memelototi pakaian yang dikenakan Andrea. Andrea menghela napasnya tanpa memedulikan teman sekamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Sialan, pikirnya seraya mengingat cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Satu jam yang lalu ia baru saja menjadi istri Xavier Xarxas, pria teraneh di dunia yang pernah ia jumpai. Pria dengan sorot mata dingin dan tanpa ekspresi yang sulit sekali diajak bernegosiasi, bahkan sepertinya tidak mungkin. Pernikahan mereka hanya pernikahan untuk memuaskan keinginan keluarga Xavier dan mendapatkan keturunan, seharusnya dirinya tidak perlu mengenakan cincin di jari manisnya. Andrea sudah menyampaikan keberatannya, tetapi Xavier memerintahkan Jasmine agar menyematkan cincin di jari Andrea. "Ponselmu juga tidak aktif dari semalam, kau membuatku khawatir," omel Sarah membuat Andrea yang bertelungkup di atas kasur b
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 8Dikira Gay Setelah mengemasi barang-barang yang diperlukan, Andrea meninggalkan asrama. Sarah menyeret koper berisi barang-barang Andrea dan Andrea yang mencangklong tas laptopnya dan membopong setumpuk buku mengikutinya, keduanya berbincang-bincang sepanjang koridor yang mereka lewati. Ketika kurang beberapa langkah tiba di pintu masuk asrama, mereka mendapati Neil Alexander berada di sana sedang berjalan menuju ke arah mereka. "Oh, kau sudah kembali rupanya," kata Neil kepada Andrea sembari memperbaiki tali ranselnya yang dicangklong di sebelah kiri pundaknya. Andrea justru tertegun mendapati keberadaan Neil, bukan karena ketampanan pria itu melainkan kucing jenis domestik yang berada dalam keranjang hewan yang ditentang oleh Neil di tangan kanannya. Saking carut marut hidupnya beberapa hari ini, ia sampai melupakan kalau kucing kesayangannya sakit dan dirawat di klinik hewan yang kebetulan adalah milik kakak Neil. "Zeus," desah Andrea mem
Chapter 9Perlu Privasi Sopir Xavier membukakan pintu mobil dan Xavier yang mengenakan setelan jas rapi keluar, belum lagi sopirnya menutup pintu, seorang pelayan berjalan ke arah Xavier dengan tergesa-gesa dan wajahnya terlihat tegang.āTuan, Nenek Anda berada di sini?ā kata Ramona, pelayan itu. Xavier mengerutkan keningnya kemudian berkata, āMemangnya kenapa kalau nenekku berkunjung ke rumahku?ā āIstri Anda , maksudku Nyonya juga sudah kembali.ā āBagus. Apa kau sudah mengatur kamar Nyonya?ā Pelayan itu menganggukkan dan tampak ragu-ragu. āNenek Anda mengatakan akan tinggal di sini.ā āApa?ā tanya Xavier dan alisnya sontak berkerut sangat dalam.āYa. Nenek Anda ingin tinggal di sini mulai hari ini.ā Ia telah mengatur jika dirinya dan Andrea akan tidur di kamar terpisah, Andrea akan tidur di kamar tepat di samping kamarnya. Xavier tahu Andrea tidak menginginkan pernikahan mereka, Xavier juga begitu.Ia menikahi Andrea bukan karena ingin mendapatkan keturunan, melainkan
Chapter 10Terpaksa Menuruti Andrea āBuang bajumu dan bersihkan dirimu, pastikan tidak ada satu pun bulu kucing yang tertinggal di badanmu,ā ucap Xavier dengan nada dingin kepada Andrea ketika mereka berada tepat di depan pintu kamar Xavier.Mungkin Xavier juga akan menyuruh asisten rumah tangga untuk membuang seluruh barang yang pernah disentuh Zeus, Andrea hanya bisa terheran-heran dalam benaknya. Ketika masih kecil Andrea pernah menonton sinetron tentang seorang pemuda yang sangat terobsesi dengan kebersihan, ternyata sekarang dirinya menghadapai langsung orang seperti itu dan orang itu adalah suaminya. Meskipun hanya suami sementara. āApa kau akan mengusir Zeus?ā tanya Andrea. Dengan sorot mata dingin Xavier menatap Andrea lalu berkata, āAku tidak suka ada binatang di rumahku.ā āAku janji, dia tidak akan mengganggumu."Xavier tersenyum miring mendengar jawaban Andrea. āAku bilang, aku tidak suka ada hewan di rumahku.ā "Xavier, kumohon... aku merawatnya dari kecil, Zeus tidak b
ENDAndrea melepaskan sepasang anting berlian yang melekat di telinganya, ia baru saja selesai melakukan foto untuk praweding yang bertemakan foto outdoor. Meskipun tema foto adalah outdoor sebenarnya Xavier dan Andrea mengambil foto tersebut di taman mansion tempat tinggal mereka. Menurut Andrea pengambilan foto di taman kediaman mereka lebih menghemat waktu sehingga ia dan Xavier tidak harus menyisihkan banyak waktu hanya untuk mendapatkan beberapa jepretan foto. āApa kau perlu bantuanku?ā tanya Xavier seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celananya lalu melangkah mendekati Andrea. Ia baru saja selesai berbicara dengan sekretarisnya. Andrea tersenyum. āBukankah kau harus segera pergi ke kantor?ā āMasih ada empat puluh lima menit lagi sebelum pertemuan.ā āKau seharusnya memberikan contoh sebagai bos yang baik,ā kata Andrea dan menatap Xavier dengan tatapan menggoda.āAku lebih senang bersama istriku dibanding datang lebih awal untuk rapat yang membosankan itu.ā Xavier menarik pi
Chapter 37Fakta yang TerkuakXavier tidak menggubris pertanyaan Jasmine, ia melangkah melewati Jasmine menghampiri Andrea kemudian mengulurkan tangannya kepada Andrea.āAyo pulang,ā kata Xavier dengan begitu tenang.Andrea terlihat ragu-ragu, tetapi akhirnya menerima uluran tangan Xavier dan mereka pun berjalan melewati Jasmine yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Tiba-tiba Xavier berhenti. āJasmine, kuharap kau tahu posisimu,ā kata Xavier dengan nada sangat dingin. āDi antara kita tidak pernah ada hubungan apa pun selain urusan pekerjaan.ā āAku tidak mengerti maksudmu,ā kata Jasmine dengan sangat tenang.āAku mendengar semua percakapan kalian tadi.ā āAku tidak bermaksud buruk, aku hanya bermaksud untuk melindungimu.ā āAku bisa menjaga diriku.āāSemua yang kulakukan adalah untuk melindungimu dari wanita yang mungkin hanya mengincar kekayaanmu saja.āāKau tidak perlu mengkhawatirkan itu,ā kata Xavier Lalu kembali melangkah meninggalkan Jasmine. Mereka menuju pintu keluar rest
Chapter 36Mencintai IstrikuAndrea berdiri di samping Xavier, menggamit lengan pria itu memasuki pesta di sebuah restoran di tengah kota Los Angeles. Ia mengenakan gaun berwarna hitam panjang dengan potongan leher asimetris dari desainer ternama, Andrea memilih gaun itu karena menimbang modelnya tidak terlalu terbuka di bagian leher.Baru saja mereka tiba di dalam ruangan VIP restoran, pandangan Andrea tertuju pada Jasmine yang duduk di samping seorang pria tua. Andrea menebak pria itu adalah tuan Lane, ayah Jasmine. Di ruangan itu ada empat orang, seorang pria berambut putih bangkit dari duduknya menyambut kedatangan Xavier dengan ramah. Pria itu adalah rekan bisnis yang Xavier maksud dan seorang wanita seusia Jasmine yang juga berada di sana mungkin putrinya, terlihat dari penampilannya yang mengenakan pakaian yang tidak sederhana dan tidak juga formal. āSilakan duduk, Tuan Muda Xarxas,ā kata Mr. Sheldon, pria berambut putih dan Xavier menarik sebuah kursi di samping Jasmine untu
Chapter 35Sebuah Fakta Andrea berdiri di balkon rumah sakit seraya berpikir jika analisa Sarah pastilah salah, ia tidak mungkin jatuh cinta pada Xavier meskipun ia tidak menampik jika Xavier memiliki paras rupawan dan daya tarik yang luar biasa. Wanita mana yang bisa menolak daya tarik Xavier? Apalagi di samping memiliki wajah rupawan Xavier juga pewaris satu-satunya kekayaan keluarga Xarxas yang menjadi nilai plus bagi pria itu. Andrea mencoba berpikir jernih. Xavier adalah pria yang bekerja sama dengan Jasmine, pria yang membuatnya terjerat dalam pernikahan yang tidak direncanakan, dan ingin membuatnya menjadi mesin pencetak anak untuk keluarga Xarsas sehingga dengan kesadaran itu sangat mustahil menurut Andrea kalau dirinya sampai jatuh cinta pada Xavier. Jika dirinya dan Xavier begitu akrab dan intim, menurutnya itu adalah hal yang mengalir begitu saja karena telah terbiasa dengan keberadaan satu sama lain selama ini. Tetapi, benarkah murni karena terbiasa dengan keberadaan Xa
Chapter 34Jatuh Cinta Andrea terkejut manakala mendapati ibunya, Lilian Lane berdiri di depan konter ruangan staf kesehatan. āAndrea, bisa kita bicara sebentar?ā kata Lilian. Andre menyapukan pandangan ke sekitar dan beberapa orang perawat ada di sana, ingin sekali mengusir Lilian tetapi seperti mustahil hingga akhirnya Andrea mengangguk dan menyusul langkah Lilian. āBagaimana kabarmu, Sayang?ā tanya Lilian ketika mereka tiba di pojok lorong yang sepi. āAda apa?ā tanya Andrea malas. Ia menduga kedatangan ibunya ada kaitannya dengan Jasmine. Lilian tersenyum menatap Andrea. āBagaimana hubunganmu dengan Xavier?ā āHubunganku dan Xavier cukup baik.ā āBaguslah, dan kuharap kalian tidak perlu bercerai.ā āKau sudah pernah mengatakannya.ā āAku serius,ā kata Lilian sembari memindahkan tas di tangan kirinya ke tangan kanan.Andrea menatap ibunya dan tas mahalnya lalu tersenyum sinis. āDemi kepentinganmu? Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari ini. jangan bermimpi.ā āAku memang bers
Chapter 33Ciuman Rasa Kopi Andrea tidak mengejawantahkan perintah Xavier, ia justru membalas tatapan Xavier, sementara debaran di jantungnya semakin kuat. Rasa hangat melingkupinya, getaran-getaran aneh menjalari seluruh tubuhnya bagaikan sengatan listrik. Ia belum pernah merasakan perasaan aneh seperti itu sebelumnya, terhadap siapa pun. Apakah karena jaraknya terlalu dekat dengan Xavier sehingga perasaan asing itu muncul? Andrea berusaha menemukan jawabannya secepat mungkin tetapi ia tidak mendapatkannya hingga bibir Xavier telah mendarat di bibirnya dan ia menerima ciuman Xavier. Membalasnya seperti Xavier menciuminya.Andrea perlahan menutup matanya, menikmati ciuman Xavier yang beraroma kopi. Tangannya mencengkeram kaus yang Xavier kenakan saat lidah Xavier membelai lidahnya, kenikmatan menjalari tubuhnya. Andrea semakin kuat mencengkeram kaus yang dikenakan Xavier.Sementara Xavier menahan tengkuk Andrea dengan satu tangannya lalu memindahkan satu tangan Andrea ke pinggangnya
Chapter 32Kopi & GulaMalamnya Xavier duduk di depan Andrea terpisahkan meja menatap Andrea yang serius menatap layar MacBook dan sesekali wanita itu menguap. āKau sudah menguap beberapa kali, sebaiknya kau tidur,ā kata Xavier dengan lembut. āAku harus menyelesaikan laporan ini,ā kata Andrea tanpa menoleh kepada Xavier. āApa tidak bisa dikerjakan besok pagi?ā āAku tidak bisa tidur nyenyak jika ini belum selesai,ā jawab Andrea seperti menggerutu. Xavier tersenyum lalu bangkit dari duduknya, pria itu kemudian kembali dengan dua cangkir kopi di tangannya. āAku akan menemanimu bergadang,ā kata Xavier seraya meletakkan secangkir kopi di tangannya di depan Andrea.Andrea mendongak dan tersenyum. āTerima kasih,ā ucapnya lalu mengangkat cangkir kopi dan mendekatkan ke bibirnya. āHati-hati, panas,ā ucap Xavier. Andrea meniup kopinya beberapa kali lalu menyeruputnya, seketika rasanya pahit menyebar di mulutnya. Ia menjauhkan cangkir kopi dari bibirnya dan menatap Xavier untuk melayangk
Chapter 31Mencintai Pria lainXavier dan Andrea keluar dari lift, telapak tangan Andrea digenggam oleh Xavier membuat beberapa orang sekretaris Xavier yang berada di depan ruang kerja Xavier menatap kedua orang itu penuh tanda tanya. Bos mereka yang dingin, kaku, angkuh, gila kebersihan, dan irit bicara datang ke kantor dengan seorang wanita asing dan bergandengan tangan.Tidak pernah terpikirkan oleh mereka, Xavier begitu dekat dengan seorang wanita selain Jasmine karena selama ini hanya ada Jasmine, satu-satunya wanita yang ada di sisi Xavier dan seluruh staf kantor mengetahui hal itu. Nyatanya ada wanita lain yang kelihatannya telah mengambil hati bos mereka dan wanita itu terlihat lebih muda dibandingkan dengan Jasmine dan dari segi penampilan terlihat lebih sederhana dari Jasmine membuat mata yang melihat semakin bertanya-tanya siapa wanita yang bisa menaklukkan hati bos mereka."Lucas, batalkan semua jadwalku siang ini," kata Xavier. Lucas mengangguk dengan hormat. "Baik, Sir.
Chapter 30Ciuman di Lift Sudah tiga hari Jasmine mengamati Xavier dan merasa ada sesuatu yang aneh dari pria itu, Xavier yang dulu selalu makan siang dengan makanan yang dimasak khusus oleh juru masak profesional pribadinya kini lebih sering makan siang di luar dan Xavier tidak meminta rekomendasi tempat makan lagi darinya. āKau melamun lagi, Nona Lane,ā kata Lucas seraya meletakkan cangkir berisi kopi di mejanya. Jasmine mengalihkan pandangannya kepada Lucas dengan malas. āApa kau bisa Tidak mengomentariku?ā āAku mengkhawatirkanmu yang akhir-akhir ini sering tidak fokus, tadi di ruang rapat juga kau seperti tidak biasanya. Kusarankan kau mengambil cuti beberapa hari untuk beristirahat merelaksasikan diri,ā kata Lucas dengan nada serius. Terakhir dirinya cuti adalah saat Natal dan tahun baru, sekarang musim panas hampir berakhir. Itu berarti dirinya hampir satu tahun belum mengambil cuti. Namun, yang diinginkan hanya berada di samping Xavier dan selalu berada di dalam lingkara