Hola, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.Chapter 6Pasangan Jahat"Oh, akhirnya si pembuat onar datang juga," kata wanita tua yang duduk di sofa, bersebalahan dengan pria tua yang rambut dan alisnya telah memutih sedang duduk di kursi roda. Andrea menebak mereka adalah nenek dan kakek Xavier"Nek, kami sangat gugup. Itulah sebabnya aku mengajaknya melarikan diri dari pernikahan," ucap Xavier seraya merangkul pinggang Andrea.Andrea akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Xavier, ia bersyukur ternyata pria itu tidak membuka kedoknya kalau dirinya melarikan diri dari pernikahan."Kalian benar-benar membuatku sakit kepala, hampir saja tekanan darahku naik," ucap wanita paruh baya yang masih mengenakan gaun pesta dengan berlian yang berkilauan melingkar di lehernya. Andrea menebak wanita itu adalah ibu Xavier. "Untungnya ada Jasmine, dia sangat cekatan mengatasi kekacauan yang kalian buat."Saking terpakunya pada berlian yang baru pertama kali Andrea lihat seumur hidupnya, Andrea sampai melupakan keberadaan Jasmine yang duduk bersebelahan dengan ibu Xavier. Kelihatannya hubungan Jasmine dan keluarga Xarxas sangat baik, ibunya Xavier bahkan tidak segan-segan melontarkan pujian padanya."Aku hanya melakukan tugasku," kata Jasmine lalu tersenyum ke arah Andrea, kilatan mata kakak tirinya begitu tajam dan penuh peringatan hingga membuat Andrea bergidik."Kami sudah memutuskan untuk menikah besok di pengadilan," kata Xavier dengan tenang dan sekilas tersenyum. "Kami akan menikah secara privat, kalian tidak perlu repot-repot untuk datang.""Bagaimana mungkin? Putraku satu-satunya menikah dan aku tidak menyaksikannya? Oh, Xavier... kau tidak menghargai aku sebagai ibumu.""Ma, dirayakan atau tidak yang penting aku menikah, bukan?""Pokoknya aku tidak tahu, aku akan berada di pengadilan untuk menyaksikan putraku menikah. Kau jangan seenaknya saja." Ibunda Xavier mendengus dengan kesal. "Kau sudah kubiarkan memilih sendiri gadis yang ingin kau nikahi setelah menolak lusinan wanita dari keluarga terpandang, jangan berharap kau masih bisa seenaknya saja sendiri menikah di pengadilan tanpa aku," katanya dengan bersungut-sungut dan Jasmine mengusap lengan ibunda Xavier untuk menenangkannya."Zoya, sudahlah. Biarkan saja Xavier melakukan apa yang ingin dia lakukan," kata kakek Xavier."Kalian selalu memanjakannya dan lihat, sekarang putraku menjadi tidak patuh padaku," gerutu Zoya, ibu Xavier.Nenek Xavier tersenyum dengan lembut. "Sudahlah, tidak perlu dengarkan ibumu," kata wanita tua kepada Xavier lalu menatap Andrea. "Jadi, siapa nama gadis ini?""Namanya Andrea Bougenville," jawab Xavier."Oh, nama yang indah. Aku neneknya Xavier, kau boleh memanggilku Carlina dan dia suamiku, Adrick Xarxas."Andrea tidak memedulikan aturan tidak masuk akal Xavier yang melarangnya berbicara, Andrea melemparkan senyum manis dan mengangguk kecil untuk menjaga kesopanannya."Senang berkenalan dengan kalian," kata Andrea.Xavier berdehem. "Baiklah, karena acara perkenalan sudah selesai maka kami akan pulang."Zoya yang tidak memperkenalkan diri berdiri. "Jangan membuatku marah untuk ke dua kalinya, Xavier. Acara perkenalan ini belum selesai."Andrea menegang. Sialan, pikirnya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh pelayan di rumah Xavier memang benar, Zoya adalah pribadi yang rumit."Ma, kami lelah ingin beristirahat," kata Xavier."Juru masak sudah menyiapkan makan malam untukmu, dan kurasa...." Zoya menatap Andrea dengan sedikit sinis. "Kami perlu sedikit mengobrol dengan calon istrimu."Andrea menelan ludah, ia tidak memiliki persiapan apa pun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh keluarga Xavier."Baiklah," ucap Xavier dengan malas lalu membawa Andrea menuju ruang makan.Keenam orang itu lalu duduk mengitari meja makan yang di atasnya tersaji beragam makanan dari daging dan sayuran segar. Tetapi, sesuatu menggelitik di benak Andrea, ia penasaran kenapa ayah Xavier tidak juga muncul."Apa kau bisa cara menggunakan sendok dan garpu?" bisik Xavier membuyarkan pikiran Andrea.Andrea mengerjap-ngerjapkan matanya, sendok dan garpu di depannya tidak seperti yang biasa digunakan di rumah maupun di asrama. Dari sebelah kiri terdapat serbet, tiga buah garpu berbeda ukuran, satu buah piring, tiga buah pisau berbeda jenis, sendok, dan garpu berukuran kecil. Belum lagi di depan barisan alat-alat itu terdapat piring kecil, sendok dan garpu dan beberapa buah mangkuk yang berlainan ukuran.Dari pada berpura-pura mengetahuinya, Andrea memilih menatap Xavier dengan tatapan polos lalu menggeleng lemah."Nona Bougenville, kau besar di panti asuhan lalu kau sekarang tinggal di asrama sekolahmu. Mungkin kau tidak familier dengan alat-alat makan di depanmu, jangan sungkan jika kau meminta bantuanku," kata Jasmine dengan nada teramat lembut.Ternyata Jasmine di samping licik juga memiliki mulut yang manis, dan pandai berakting. Oscar berutang penghargaan pada kakak tirinya itu, pikir Andrea."Jadi, kau tumbuh di panti asuhan?" tanya Carlina."Ya. Dia tumbuh di panti asuhan dan tidak ada yang mengadopsi," jawab Xavier.Lebih baik begitu dari pada memiliki ibu dan kakak tiri yang kejam, lebih baik dikenal sebagai anak yatim-piatu, pikir Andrea."Jadi, di mana kalian berkenalan?" tanya Carlina."Kebetulan akulah yang mengenalkan Andrea pada Xavier," ucap Jasmine dan diangguki oleh Xavier.Benar-benar pasangan kejam dan penuh sandiwara, pikir Andrea. Seharusnya mereka berdua menjadi aktor saja dibandingkan menjadi bos dan sekretaris sekaligus pasangan. Atau menjadi pengarang naskah dan produser film."Jasmine, kau selalu memiliki ide cemerlang. Tidak salah Xavier menempatkanmu sebagai salah satu orang kepercayaannya," puji Zoya.Sementara Andrea ingin muntah mendengar ucapan Zoya, bisa-bisanya satu keluarga dimanipulasi oleh kakak tirinya itu.Bersambung....Jangan lupa untuk kasih bintang dan komentar.Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.😊🍒🌸Chapter 7Kontrasepsi "Ke mana saja kau tidak pulang dari semalam?" tanya Sarah, teman sekamar Andrea di asrama seraya memelototi pakaian yang dikenakan Andrea. Andrea menghela napasnya tanpa memedulikan teman sekamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Sialan, pikirnya seraya mengingat cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Satu jam yang lalu ia baru saja menjadi istri Xavier Xarxas, pria teraneh di dunia yang pernah ia jumpai. Pria dengan sorot mata dingin dan tanpa ekspresi yang sulit sekali diajak bernegosiasi, bahkan sepertinya tidak mungkin. Pernikahan mereka hanya pernikahan untuk memuaskan keinginan keluarga Xavier dan mendapatkan keturunan, seharusnya dirinya tidak perlu mengenakan cincin di jari manisnya. Andrea sudah menyampaikan keberatannya, tetapi Xavier memerintahkan Jasmine agar menyematkan cincin di jari Andrea. "Ponselmu juga tidak aktif dari semalam, kau membuatku khawatir," omel Sarah membuat Andrea yang bertelungkup di atas kasur b
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 8Dikira Gay Setelah mengemasi barang-barang yang diperlukan, Andrea meninggalkan asrama. Sarah menyeret koper berisi barang-barang Andrea dan Andrea yang mencangklong tas laptopnya dan membopong setumpuk buku mengikutinya, keduanya berbincang-bincang sepanjang koridor yang mereka lewati. Ketika kurang beberapa langkah tiba di pintu masuk asrama, mereka mendapati Neil Alexander berada di sana sedang berjalan menuju ke arah mereka. "Oh, kau sudah kembali rupanya," kata Neil kepada Andrea sembari memperbaiki tali ranselnya yang dicangklong di sebelah kiri pundaknya. Andrea justru tertegun mendapati keberadaan Neil, bukan karena ketampanan pria itu melainkan kucing jenis domestik yang berada dalam keranjang hewan yang ditentang oleh Neil di tangan kanannya. Saking carut marut hidupnya beberapa hari ini, ia sampai melupakan kalau kucing kesayangannya sakit dan dirawat di klinik hewan yang kebetulan adalah milik kakak Neil. "Zeus," desah Andrea mem
Chapter 9Perlu Privasi Sopir Xavier membukakan pintu mobil dan Xavier yang mengenakan setelan jas rapi keluar, belum lagi sopirnya menutup pintu, seorang pelayan berjalan ke arah Xavier dengan tergesa-gesa dan wajahnya terlihat tegang.“Tuan, Nenek Anda berada di sini?” kata Ramona, pelayan itu. Xavier mengerutkan keningnya kemudian berkata, “Memangnya kenapa kalau nenekku berkunjung ke rumahku?” “Istri Anda , maksudku Nyonya juga sudah kembali.” “Bagus. Apa kau sudah mengatur kamar Nyonya?” Pelayan itu menganggukkan dan tampak ragu-ragu. “Nenek Anda mengatakan akan tinggal di sini.” “Apa?” tanya Xavier dan alisnya sontak berkerut sangat dalam.“Ya. Nenek Anda ingin tinggal di sini mulai hari ini.” Ia telah mengatur jika dirinya dan Andrea akan tidur di kamar terpisah, Andrea akan tidur di kamar tepat di samping kamarnya. Xavier tahu Andrea tidak menginginkan pernikahan mereka, Xavier juga begitu.Ia menikahi Andrea bukan karena ingin mendapatkan keturunan, melainkan
Chapter 10Terpaksa Menuruti Andrea “Buang bajumu dan bersihkan dirimu, pastikan tidak ada satu pun bulu kucing yang tertinggal di badanmu,” ucap Xavier dengan nada dingin kepada Andrea ketika mereka berada tepat di depan pintu kamar Xavier.Mungkin Xavier juga akan menyuruh asisten rumah tangga untuk membuang seluruh barang yang pernah disentuh Zeus, Andrea hanya bisa terheran-heran dalam benaknya. Ketika masih kecil Andrea pernah menonton sinetron tentang seorang pemuda yang sangat terobsesi dengan kebersihan, ternyata sekarang dirinya menghadapai langsung orang seperti itu dan orang itu adalah suaminya. Meskipun hanya suami sementara. “Apa kau akan mengusir Zeus?” tanya Andrea. Dengan sorot mata dingin Xavier menatap Andrea lalu berkata, “Aku tidak suka ada binatang di rumahku.” “Aku janji, dia tidak akan mengganggumu."Xavier tersenyum miring mendengar jawaban Andrea. “Aku bilang, aku tidak suka ada hewan di rumahku.” "Xavier, kumohon... aku merawatnya dari kecil, Zeus tidak b
Chapter 11Tidur SekamarSetelah makan malam dan sedikit berbincang-bincang dengan kakeknya, Xavier pergi ke ruang belajar pribadinya. Ketika masih duduk di bangku sekolah dan universitas, ia adalah seorang yang sangat tekun dalam belajar begitu pula setelah terjun langsung memegang beberapa perusahaan milik keluarga Xarxas, Xavier pun tidak kalah tekun dan serius dalam pekerjaannya sehingga terkesan seperti seorang penggila kerja. Xavier juga tidak suka bergaul sejak dulu, ia bahkan hanya mengingat nama beberapa orang yang pernah satu kelas dengannya dan sekarang hanya memiliki beberapa orang teman yang bisa dibilang lumayan akrab dengannya. Itu pun karena koneksi bisnis dan keluarga, salah satunya adalah Jasmine.Itulah sebabnya ketika Jasmine menawarkan diri menjadi sekretaris pribadinya, ia tidak perlu berlama-lama mengambil keputusan untuk menerimanya karena dirinya memang memerlukan seseorang yang mengerti dirinya di sampingnya. Dibandingkan harus berurusan dengan orang lain
Chapter 12Penuh Sandiwara Andrea memeriksa barang-barangnya di kamar yang ditempati sebelum Xavier menikahnya, di sana hanya tinggal buku-buku dan laptopnya. Rupanya Xavier tidak bermain-main dengan ucapannya, pakaian lamanya benar-benar sudah tidak ada. Andrea menghela napas jengkel, tetapi masih terlalu pagi jika harus berdebat dengan Xavier dan itu akan mengakibatkan suasana hatinya hanya akan memburuk sepanjang hari. Pria sombong itu tidak berhak membuatnya sakit jiwa, pikir Andrea.Dengan gusar Andrea mengemasi buku-bukunya ke dalam tas yang lagi-lagi baru, tote bag dari Christian Dior yang harganya tentu saja tidak masuk akal jika dikenakan oleh seorang pengendara mobil bobrok sepertinya. Benar-benar pria sombong yang tidak punya nalar, batin Andrea kesal.Namun, ia tidak akan melakukan protes karena yakin jika hasilnya akan sia-sia. Ia menghela napas panjang seraya berpikir jika hari-hari yang akan ia hadapi di rumah itu mungkin lebih berat dari apa yang ia pikirkan. Xavi
Chapter 13Nyonya MudaAndrea menatap Xavier dengan perasaan jengah, ingin sekali rasanya menyombongkan diri jika ia menyelesaikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dalam waktu empat tahun saja. Juga beasiswa masuk ke fakultas kedokteran di universitas bergengsi sehingga di usia dua puluh tahun dirinya sudah akan mengikuti ujian kompetensi, ia bahkan dulu merupakan mahasiswa termuda di angkatannya. Namun, Andrea memutuskan untuk tidak mengatakannya. Percuma saja, batinnya karena dengan kesombongan Xavier, Andrea yakin pria itu tidak akan terkesan atas pencapaiannya. Andrea menghela napasnya dalam-dalam seraya menatap jalanan yang kebetulan di depan mereka adalah halte bus. “Berhenti di sini,” ucap Andrea seraya menepuk sandaran kursi sopir di depannya, sopir pun mengurangi kecepatan mobil dan menyalakan lampu sein ke kiri. “Siapa yang mengizinkanmu menghentikan mobil?” tanya Xavier dengan nada dingin kepada sopirnya.Andrea mengalihkan pandangannya kepada Xavier d
Chapter 14Ingin menghindari Xavier Jasmine berdiri di depan mesin pembuat kopi, setelah pertemuan dengan salah satu orang kementerian perdagangan ini adalah ke dua kalinya Xavier memintanya membuatkan kopi. Xavier tidak pernah seperti itu, kecuali suasana hatinya sedang tidak baik atau kelelahan dan yang Jasmine lihat hari ini adalah bukan suasana hati Xavier yang sedang buruk. Xavier kelelahan.Jasmine tidak berani menerka-nerka, sepanjang malam ia telah berusaha sebaik mungkin agar hatinya tidak remuk membayangkan Xavier dan Andrea tidur di kamar yang sama dan mungkin melakukan hubungan suami-istri. Rasa tidak rela pria yang amat dicintainya bercumbu dengan wanita lain bak kawat berduri yang melilit jantungnya. Namun, dirinya tidak berdaya. Hanya bisa menangis dalam diam di kamarnya.Ketika dirinya mengusulkan agar Xavier menikahi wanita sembarang asalkan dapat memenuhi tuntutan keluarganya yang menginginkan keturunan dari satu-satunya penerus keluarga Xarxas, Xavier bahkan tidak
Chapter 16 Hasrat yang AsingXavier tidak memedulikan Andrea yang tampak cemberut dan bermuka masam saat mengambil selimut dan bantal kemudian naik ke atas sofa, memasang penutup mata yang berbentuk panda kemudian merebahkan tubuhnya.Ekspresi cemberutnya lumayan menggemaskan juga, pikir Xavier yang diam-diam melirik semua gerak-gerik Andrea tanpa satu pun terlewatkan. Ia kembali memfokuskan matanya pada jejeran huruf di buku yang dipegangnya dan setelah tiga puluh menit berlalu Xavier menutup buku kemudian diam-diam melirik Andrea yang meringkuk di sofa. Wanita itu sepertinya sudah terlelap, terlihat dari napasnya yang teratur dan tidak ada pergerakan sama sekali.Bibir Xavier menyunggingkan senyum tipis seraya kepalanya menggeleng pelan. Bisa-bisanya Andrea tertidur dalam hitungan menit, pikirnya. Sementara dirinya setiap malam harus susah payah membuat mayanya lelah barulah dapat memejamkan mata hingga merasa sedikit iri melihat Andrea yang terlihat tidak memiliki beban apa pun
Chapter 15 Tidak Berperasaan Ketika Andrea membuka pintu kamar, Xavier baru saja keluar dari kamar mandi dan pria itu hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Mempertontonkan dadanya yang bidang, lengan yang kokoh, dan perut yang berotot. Sangat indah dipandang apa lagi dengan wajahnya yang rupawan sehingga Andrea berpikir dewa-dewa Yunani sedang cemburu karena keindahan yang Xavier miliki.Namun, sorot mata dingin Xavier membuat Andrea mengutuk dirinya sendiri yang sempat mengagumi kesempurnaan yang dimiliki Xavier, jelas pria itu akan segera membuka mulut untuk berkhotbah karena masalah makan siangnya. “Ke mana saja kau?” ucap Xavier dan tatapan dinginnya beralih pada barang beberapa tas belanja berukuran sedang yang dipegang Andrea. “Bukankah kau menyuruhku berbelanja hari ini?” jawab Andrea dengan sewot, jengkel karena hampir setengah tabungannya yang dikumpulkan dengan susah payah dari hasil kerja paruh waktu harus dibelikan barang-barang yang seharusnya tidak perl
Chapter 14Ingin menghindari Xavier Jasmine berdiri di depan mesin pembuat kopi, setelah pertemuan dengan salah satu orang kementerian perdagangan ini adalah ke dua kalinya Xavier memintanya membuatkan kopi. Xavier tidak pernah seperti itu, kecuali suasana hatinya sedang tidak baik atau kelelahan dan yang Jasmine lihat hari ini adalah bukan suasana hati Xavier yang sedang buruk. Xavier kelelahan.Jasmine tidak berani menerka-nerka, sepanjang malam ia telah berusaha sebaik mungkin agar hatinya tidak remuk membayangkan Xavier dan Andrea tidur di kamar yang sama dan mungkin melakukan hubungan suami-istri. Rasa tidak rela pria yang amat dicintainya bercumbu dengan wanita lain bak kawat berduri yang melilit jantungnya. Namun, dirinya tidak berdaya. Hanya bisa menangis dalam diam di kamarnya.Ketika dirinya mengusulkan agar Xavier menikahi wanita sembarang asalkan dapat memenuhi tuntutan keluarganya yang menginginkan keturunan dari satu-satunya penerus keluarga Xarxas, Xavier bahkan tidak
Chapter 13Nyonya MudaAndrea menatap Xavier dengan perasaan jengah, ingin sekali rasanya menyombongkan diri jika ia menyelesaikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dalam waktu empat tahun saja. Juga beasiswa masuk ke fakultas kedokteran di universitas bergengsi sehingga di usia dua puluh tahun dirinya sudah akan mengikuti ujian kompetensi, ia bahkan dulu merupakan mahasiswa termuda di angkatannya. Namun, Andrea memutuskan untuk tidak mengatakannya. Percuma saja, batinnya karena dengan kesombongan Xavier, Andrea yakin pria itu tidak akan terkesan atas pencapaiannya. Andrea menghela napasnya dalam-dalam seraya menatap jalanan yang kebetulan di depan mereka adalah halte bus. “Berhenti di sini,” ucap Andrea seraya menepuk sandaran kursi sopir di depannya, sopir pun mengurangi kecepatan mobil dan menyalakan lampu sein ke kiri. “Siapa yang mengizinkanmu menghentikan mobil?” tanya Xavier dengan nada dingin kepada sopirnya.Andrea mengalihkan pandangannya kepada Xavier d
Chapter 12Penuh Sandiwara Andrea memeriksa barang-barangnya di kamar yang ditempati sebelum Xavier menikahnya, di sana hanya tinggal buku-buku dan laptopnya. Rupanya Xavier tidak bermain-main dengan ucapannya, pakaian lamanya benar-benar sudah tidak ada. Andrea menghela napas jengkel, tetapi masih terlalu pagi jika harus berdebat dengan Xavier dan itu akan mengakibatkan suasana hatinya hanya akan memburuk sepanjang hari. Pria sombong itu tidak berhak membuatnya sakit jiwa, pikir Andrea.Dengan gusar Andrea mengemasi buku-bukunya ke dalam tas yang lagi-lagi baru, tote bag dari Christian Dior yang harganya tentu saja tidak masuk akal jika dikenakan oleh seorang pengendara mobil bobrok sepertinya. Benar-benar pria sombong yang tidak punya nalar, batin Andrea kesal.Namun, ia tidak akan melakukan protes karena yakin jika hasilnya akan sia-sia. Ia menghela napas panjang seraya berpikir jika hari-hari yang akan ia hadapi di rumah itu mungkin lebih berat dari apa yang ia pikirkan. Xavi
Chapter 11Tidur SekamarSetelah makan malam dan sedikit berbincang-bincang dengan kakeknya, Xavier pergi ke ruang belajar pribadinya. Ketika masih duduk di bangku sekolah dan universitas, ia adalah seorang yang sangat tekun dalam belajar begitu pula setelah terjun langsung memegang beberapa perusahaan milik keluarga Xarxas, Xavier pun tidak kalah tekun dan serius dalam pekerjaannya sehingga terkesan seperti seorang penggila kerja. Xavier juga tidak suka bergaul sejak dulu, ia bahkan hanya mengingat nama beberapa orang yang pernah satu kelas dengannya dan sekarang hanya memiliki beberapa orang teman yang bisa dibilang lumayan akrab dengannya. Itu pun karena koneksi bisnis dan keluarga, salah satunya adalah Jasmine.Itulah sebabnya ketika Jasmine menawarkan diri menjadi sekretaris pribadinya, ia tidak perlu berlama-lama mengambil keputusan untuk menerimanya karena dirinya memang memerlukan seseorang yang mengerti dirinya di sampingnya. Dibandingkan harus berurusan dengan orang lain
Chapter 10Terpaksa Menuruti Andrea “Buang bajumu dan bersihkan dirimu, pastikan tidak ada satu pun bulu kucing yang tertinggal di badanmu,” ucap Xavier dengan nada dingin kepada Andrea ketika mereka berada tepat di depan pintu kamar Xavier.Mungkin Xavier juga akan menyuruh asisten rumah tangga untuk membuang seluruh barang yang pernah disentuh Zeus, Andrea hanya bisa terheran-heran dalam benaknya. Ketika masih kecil Andrea pernah menonton sinetron tentang seorang pemuda yang sangat terobsesi dengan kebersihan, ternyata sekarang dirinya menghadapai langsung orang seperti itu dan orang itu adalah suaminya. Meskipun hanya suami sementara. “Apa kau akan mengusir Zeus?” tanya Andrea. Dengan sorot mata dingin Xavier menatap Andrea lalu berkata, “Aku tidak suka ada binatang di rumahku.” “Aku janji, dia tidak akan mengganggumu."Xavier tersenyum miring mendengar jawaban Andrea. “Aku bilang, aku tidak suka ada hewan di rumahku.” "Xavier, kumohon... aku merawatnya dari kecil, Zeus tidak b
Chapter 9Perlu Privasi Sopir Xavier membukakan pintu mobil dan Xavier yang mengenakan setelan jas rapi keluar, belum lagi sopirnya menutup pintu, seorang pelayan berjalan ke arah Xavier dengan tergesa-gesa dan wajahnya terlihat tegang.“Tuan, Nenek Anda berada di sini?” kata Ramona, pelayan itu. Xavier mengerutkan keningnya kemudian berkata, “Memangnya kenapa kalau nenekku berkunjung ke rumahku?” “Istri Anda , maksudku Nyonya juga sudah kembali.” “Bagus. Apa kau sudah mengatur kamar Nyonya?” Pelayan itu menganggukkan dan tampak ragu-ragu. “Nenek Anda mengatakan akan tinggal di sini.” “Apa?” tanya Xavier dan alisnya sontak berkerut sangat dalam.“Ya. Nenek Anda ingin tinggal di sini mulai hari ini.” Ia telah mengatur jika dirinya dan Andrea akan tidur di kamar terpisah, Andrea akan tidur di kamar tepat di samping kamarnya. Xavier tahu Andrea tidak menginginkan pernikahan mereka, Xavier juga begitu.Ia menikahi Andrea bukan karena ingin mendapatkan keturunan, melainkan
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 8Dikira Gay Setelah mengemasi barang-barang yang diperlukan, Andrea meninggalkan asrama. Sarah menyeret koper berisi barang-barang Andrea dan Andrea yang mencangklong tas laptopnya dan membopong setumpuk buku mengikutinya, keduanya berbincang-bincang sepanjang koridor yang mereka lewati. Ketika kurang beberapa langkah tiba di pintu masuk asrama, mereka mendapati Neil Alexander berada di sana sedang berjalan menuju ke arah mereka. "Oh, kau sudah kembali rupanya," kata Neil kepada Andrea sembari memperbaiki tali ranselnya yang dicangklong di sebelah kiri pundaknya. Andrea justru tertegun mendapati keberadaan Neil, bukan karena ketampanan pria itu melainkan kucing jenis domestik yang berada dalam keranjang hewan yang ditentang oleh Neil di tangan kanannya. Saking carut marut hidupnya beberapa hari ini, ia sampai melupakan kalau kucing kesayangannya sakit dan dirawat di klinik hewan yang kebetulan adalah milik kakak Neil. "Zeus," desah Andrea mem