Chapter 5Pria AngkuhTatapan Xavier begitu dingin pada Andrea yang sedang menuruni tangga dengan hati-hati dan pria itu bersumpah di dalam benaknya tidak akan melepaskan wanita yang begitu berani menghinanya.Bagaimana jika kabar seorang Xavier Xarxas yang memiliki segalanya ditinggalkan mempelai wanitanya tersebar? Reputasinya sebagai pria angkuh yang tidak pernah bisa didekati oleh wanita di California akan hancur.Sementara Andrea merasakan tatapan dingin Xavier terasa menembus jantungnya bahkan merasakan nyeri di tulangnya hingga langkah kakinya menuruni tangga menjadi semakin berat."Kapan terakhir kali kau memakan kacang?" tanya Xavier seraya bangkit dari sofa ketika Andrea berada di anak tangga.Seperti tidak ada pertanyaan lain, pikir Andrea dan ia juga tidak ingat kapan terakhir makan kacang. Yang ia ingat hanya tidak diizinkan makan kacang selama menjadi istri Xavier."Mungkin beberapa hari yang lalu," jawab Andrea secara acak.Pelayan yang melayani Andrea mendekati tangga dan mengulur-ulur tangannya kepada Andrea membantunya turun lalu berkata, "Tuan, apa perlu kusemprotkan desinfektan pada Nyonya?"Xavier menatap Andrea dari atas hingga ke bawah dengan ekspresi datar. Tetapi, meskipun wajah dan postur tubuh Andrea cukup menawan di matanya bukan berarti itu menurunkan kewaspadaannya.Xavier adalah orang yang gila kebersihan sejak kecil. Ia selalu waspada terhadap siapa pun yang mungkin membuatnya dalam bahaya. Namun, bukan bahaya secara harfiah. Di mana pun dan kapan pun, selain di tempat tinggal dan kantor, setiap benda yang akan disentuh olehnya harus dibersihkan terlebih dahulu oleh pengawalnya yang jumlahnya tidak sedikit. Ia juga menjaga jarak saat bicara dengan orang lain karena khawatir terkontaminasi kuman dari lawan bicaranya."Ya. Semprotkan dan deteksi kebersihannya," sahut Xavier.Sementara Andrea melotot. Tidak senang dengan perlakuan itu. "Aku sudah dimandikan oleh pelayanmu, apa masih kurang?"Mata Xavier menyipit menatap Andrea. "Setelah melarikan diri, kau masih punya nyali untuk bicara padaku, ya?"Kabur dan mengatai Xavier pria tua yang mesum, Andrea menyadari ketololannya. Ia lalu berdehem pelan. "Itu karena....""Singkirkan kuman-kuman darinya," potong Xavier lalu dengan malas menjauh seraya memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celananya."Hentikan! Aku ini mahasiswa kedokteran! Kalian pikir aku tidak mengerti kebersihan?" gerutu Andrea kepada pelayan yang sedang menyemprotkan cairan desinfektan kepadanya lalu berlari menyusul Xavier.Mereka mengendarai sebuah Maserati, suasana cukup canggung. Xavier duduk dengan santai seraya memangku tabloid yang tidak dibuka halamannya sementara Andrea tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia merasa sangat bosan di dalam mobil itu.Tiba-tiba Xavier berkata, "Di tempat yang akan kita datangi nanti, kuperingatkan kau untuk tidak berbicara dengan siapa pun.""Lalu, bagaimana jika ada orang bertanya padaku? Apa aku juga harus tetap diam?" tanya Andrea dengan sedikit ketus."Kau hanya tinggal menurut apa kataku," ucap Xavier dengan nada dingin. "Ingat kontrak kita, kau hanya harus menjadi istriku beberapa bulan sampai kau melahirkan anakku.""Tapi, kita belum menikah, seharusnya kontrak itu belum berlaku.""Oh. Jadi, kau ingin sekali segera menjadi istriku, ya?" sinis Xavier dibarengi senyum mengejek.Siapa yang dapat menolak pesona Xavier Xarxas. Di samping memiliki wajah yang rupawan dengan rahang yang tegas, alis yang lebat, dan bola mata yang menawan, menjadi istri Xavier Xarxas pastinya menjadi keinginan wanita kebanyakan termasuk dirinya.Wanita yang menjadi istri Xavier Xarxas pastinya tidak perlu lagi bersusah payah bekerja karena harta kekayaan yang akan diwarisi Xavier Xarxas mungkin cukup untuk membiayai kehidupan tujuh generasi. Sayangnya dirinya tidak semujur itu, dirinya hanya akan dijadikan alat berkembang biak.Mereka tiba di sebuah mansion yang besarnya melebihi tempat yang baru saja ia tinggalkan dan Andrea tidak berani bertanya untuk apa mereka ke tempat itu. Hanya bisa menebak mungkin Xavier mau memamerkan rumahnya yang lain.Sopir keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Xavier, sementara Andrea membuka pintu mobil sendiri lalu ia menghampiri Xavier dan pria itu memberikan kode pada Andrea untuk menggandeng sikunya tetapi Andrea tidak merespon."Apa ini juga rumahmu?" tanya Andrea.Xavier tersenyum miring dan merasa jengkel karena Andrea tidak menggamit lengannya. Dari mana Jasmine mendapatkan wanita lugu seperti itu, pikirnya."Ini rumah orang tuaku."Matilah dirinya! Dia baru saja melakukan kesalahan dan sekarang harus menghadapi orang tua Xavier. Andrea merasakan kepanikan."X-xavier, aku....""Jangan bicara lagi, gandeng lenganku," potong Xavier.Andrea hampir gemetaran, jika beberapa menit yang lalu ia merasa sanggup menghadapi kemarahan keluarga Xarxas, sepertinya tidak untuk sekarang. Ia dengan linglung mengangguk lalu dengan hati-hati menggamit lengan Xavier, dari jarak yang begitu dekat Andrea dapat merasakan aroma parfum Xavier. Pria itu beraroma kayu-kayuan dan rempah. Pasti parfum mahal, pikir Andrea dan jantungnya berdenyut lebih cepat."Ingat pesanku untuk tidak berbicara dengan siapa pun," lanjut Xavier dengan nada dingin. "Apa kau mendengar?""Iya. Kau tidak perlu terus-menerus mengingatkanku, aku bisa menjaga mulutku, oke?" jawab Andrea dengan nada jengkel."Aku tidak suka wanita yang banyak bicara dan tidak patuh."Andrea mencebikkan bibirnya. Tidak menyukai kacang, tidak menyukai wanita cerewet, sepertinya tidak ada yang disukai Xavier Xarxas, pikir Andrea.Bersambung....Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan rate.Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.😚😊🍒🌸Hola, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.Chapter 6Pasangan Jahat "Oh, akhirnya si pembuat onar datang juga," kata wanita tua yang duduk di sofa, bersebalahan dengan pria tua yang rambut dan alisnya telah memutih sedang duduk di kursi roda. Andrea menebak mereka adalah nenek dan kakek Xavier "Nek, kami sangat gugup. Itulah sebabnya aku mengajaknya melarikan diri dari pernikahan," ucap Xavier seraya merangkul pinggang Andrea. Andrea akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Xavier, ia bersyukur ternyata pria itu tidak membuka kedoknya kalau dirinya melarikan diri dari pernikahan. "Kalian benar-benar membuatku sakit kepala, hampir saja tekanan darahku naik," ucap wanita paruh baya yang masih mengenakan gaun pesta dengan berlian yang berkilauan melingkar di lehernya. Andrea menebak wanita itu adalah ibu Xavier. "Untungnya ada Jasmine, dia sangat cekatan mengatasi kekacauan yang kalian buat." Saking terpakunya pada berlian yang baru pertama kali Andrea lihat seum
Chapter 7Kontrasepsi "Ke mana saja kau tidak pulang dari semalam?" tanya Sarah, teman sekamar Andrea di asrama seraya memelototi pakaian yang dikenakan Andrea. Andrea menghela napasnya tanpa memedulikan teman sekamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Sialan, pikirnya seraya mengingat cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Satu jam yang lalu ia baru saja menjadi istri Xavier Xarxas, pria teraneh di dunia yang pernah ia jumpai. Pria dengan sorot mata dingin dan tanpa ekspresi yang sulit sekali diajak bernegosiasi, bahkan sepertinya tidak mungkin. Pernikahan mereka hanya pernikahan untuk memuaskan keinginan keluarga Xavier dan mendapatkan keturunan, seharusnya dirinya tidak perlu mengenakan cincin di jari manisnya. Andrea sudah menyampaikan keberatannya, tetapi Xavier memerintahkan Jasmine agar menyematkan cincin di jari Andrea. "Ponselmu juga tidak aktif dari semalam, kau membuatku khawatir," omel Sarah membuat Andrea yang bertelungkup di atas kasur b
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 8Dikira Gay Setelah mengemasi barang-barang yang diperlukan, Andrea meninggalkan asrama. Sarah menyeret koper berisi barang-barang Andrea dan Andrea yang mencangklong tas laptopnya dan membopong setumpuk buku mengikutinya, keduanya berbincang-bincang sepanjang koridor yang mereka lewati. Ketika kurang beberapa langkah tiba di pintu masuk asrama, mereka mendapati Neil Alexander berada di sana sedang berjalan menuju ke arah mereka. "Oh, kau sudah kembali rupanya," kata Neil kepada Andrea sembari memperbaiki tali ranselnya yang dicangklong di sebelah kiri pundaknya. Andrea justru tertegun mendapati keberadaan Neil, bukan karena ketampanan pria itu melainkan kucing jenis domestik yang berada dalam keranjang hewan yang ditentang oleh Neil di tangan kanannya. Saking carut marut hidupnya beberapa hari ini, ia sampai melupakan kalau kucing kesayangannya sakit dan dirawat di klinik hewan yang kebetulan adalah milik kakak Neil. "Zeus," desah Andrea mem
Chapter 9Perlu Privasi Sopir Xavier membukakan pintu mobil dan Xavier yang mengenakan setelan jas rapi keluar, belum lagi sopirnya menutup pintu, seorang pelayan berjalan ke arah Xavier dengan tergesa-gesa dan wajahnya terlihat tegang.“Tuan, Nenek Anda berada di sini?” kata Ramona, pelayan itu. Xavier mengerutkan keningnya kemudian berkata, “Memangnya kenapa kalau nenekku berkunjung ke rumahku?” “Istri Anda , maksudku Nyonya juga sudah kembali.” “Bagus. Apa kau sudah mengatur kamar Nyonya?” Pelayan itu menganggukkan dan tampak ragu-ragu. “Nenek Anda mengatakan akan tinggal di sini.” “Apa?” tanya Xavier dan alisnya sontak berkerut sangat dalam.“Ya. Nenek Anda ingin tinggal di sini mulai hari ini.” Ia telah mengatur jika dirinya dan Andrea akan tidur di kamar terpisah, Andrea akan tidur di kamar tepat di samping kamarnya. Xavier tahu Andrea tidak menginginkan pernikahan mereka, Xavier juga begitu.Ia menikahi Andrea bukan karena ingin mendapatkan keturunan, melainkan
Chapter 10Terpaksa Menuruti Andrea “Buang bajumu dan bersihkan dirimu, pastikan tidak ada satu pun bulu kucing yang tertinggal di badanmu,” ucap Xavier dengan nada dingin kepada Andrea ketika mereka berada tepat di depan pintu kamar Xavier.Mungkin Xavier juga akan menyuruh asisten rumah tangga untuk membuang seluruh barang yang pernah disentuh Zeus, Andrea hanya bisa terheran-heran dalam benaknya. Ketika masih kecil Andrea pernah menonton sinetron tentang seorang pemuda yang sangat terobsesi dengan kebersihan, ternyata sekarang dirinya menghadapai langsung orang seperti itu dan orang itu adalah suaminya. Meskipun hanya suami sementara. “Apa kau akan mengusir Zeus?” tanya Andrea. Dengan sorot mata dingin Xavier menatap Andrea lalu berkata, “Aku tidak suka ada binatang di rumahku.” “Aku janji, dia tidak akan mengganggumu."Xavier tersenyum miring mendengar jawaban Andrea. “Aku bilang, aku tidak suka ada hewan di rumahku.” "Xavier, kumohon... aku merawatnya dari kecil, Zeus tidak b
Chapter 11Tidur SekamarSetelah makan malam dan sedikit berbincang-bincang dengan kakeknya, Xavier pergi ke ruang belajar pribadinya. Ketika masih duduk di bangku sekolah dan universitas, ia adalah seorang yang sangat tekun dalam belajar begitu pula setelah terjun langsung memegang beberapa perusahaan milik keluarga Xarxas, Xavier pun tidak kalah tekun dan serius dalam pekerjaannya sehingga terkesan seperti seorang penggila kerja. Xavier juga tidak suka bergaul sejak dulu, ia bahkan hanya mengingat nama beberapa orang yang pernah satu kelas dengannya dan sekarang hanya memiliki beberapa orang teman yang bisa dibilang lumayan akrab dengannya. Itu pun karena koneksi bisnis dan keluarga, salah satunya adalah Jasmine.Itulah sebabnya ketika Jasmine menawarkan diri menjadi sekretaris pribadinya, ia tidak perlu berlama-lama mengambil keputusan untuk menerimanya karena dirinya memang memerlukan seseorang yang mengerti dirinya di sampingnya. Dibandingkan harus berurusan dengan orang lain
Chapter 12Penuh Sandiwara Andrea memeriksa barang-barangnya di kamar yang ditempati sebelum Xavier menikahnya, di sana hanya tinggal buku-buku dan laptopnya. Rupanya Xavier tidak bermain-main dengan ucapannya, pakaian lamanya benar-benar sudah tidak ada. Andrea menghela napas jengkel, tetapi masih terlalu pagi jika harus berdebat dengan Xavier dan itu akan mengakibatkan suasana hatinya hanya akan memburuk sepanjang hari. Pria sombong itu tidak berhak membuatnya sakit jiwa, pikir Andrea.Dengan gusar Andrea mengemasi buku-bukunya ke dalam tas yang lagi-lagi baru, tote bag dari Christian Dior yang harganya tentu saja tidak masuk akal jika dikenakan oleh seorang pengendara mobil bobrok sepertinya. Benar-benar pria sombong yang tidak punya nalar, batin Andrea kesal.Namun, ia tidak akan melakukan protes karena yakin jika hasilnya akan sia-sia. Ia menghela napas panjang seraya berpikir jika hari-hari yang akan ia hadapi di rumah itu mungkin lebih berat dari apa yang ia pikirkan. Xavi
Chapter 13Nyonya MudaAndrea menatap Xavier dengan perasaan jengah, ingin sekali rasanya menyombongkan diri jika ia menyelesaikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dalam waktu empat tahun saja. Juga beasiswa masuk ke fakultas kedokteran di universitas bergengsi sehingga di usia dua puluh tahun dirinya sudah akan mengikuti ujian kompetensi, ia bahkan dulu merupakan mahasiswa termuda di angkatannya. Namun, Andrea memutuskan untuk tidak mengatakannya. Percuma saja, batinnya karena dengan kesombongan Xavier, Andrea yakin pria itu tidak akan terkesan atas pencapaiannya. Andrea menghela napasnya dalam-dalam seraya menatap jalanan yang kebetulan di depan mereka adalah halte bus. “Berhenti di sini,” ucap Andrea seraya menepuk sandaran kursi sopir di depannya, sopir pun mengurangi kecepatan mobil dan menyalakan lampu sein ke kiri. “Siapa yang mengizinkanmu menghentikan mobil?” tanya Xavier dengan nada dingin kepada sopirnya.Andrea mengalihkan pandangannya kepada Xavier d
ENDAndrea melepaskan sepasang anting berlian yang melekat di telinganya, ia baru saja selesai melakukan foto untuk praweding yang bertemakan foto outdoor. Meskipun tema foto adalah outdoor sebenarnya Xavier dan Andrea mengambil foto tersebut di taman mansion tempat tinggal mereka. Menurut Andrea pengambilan foto di taman kediaman mereka lebih menghemat waktu sehingga ia dan Xavier tidak harus menyisihkan banyak waktu hanya untuk mendapatkan beberapa jepretan foto. “Apa kau perlu bantuanku?” tanya Xavier seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celananya lalu melangkah mendekati Andrea. Ia baru saja selesai berbicara dengan sekretarisnya. Andrea tersenyum. “Bukankah kau harus segera pergi ke kantor?” “Masih ada empat puluh lima menit lagi sebelum pertemuan.” “Kau seharusnya memberikan contoh sebagai bos yang baik,” kata Andrea dan menatap Xavier dengan tatapan menggoda.“Aku lebih senang bersama istriku dibanding datang lebih awal untuk rapat yang membosankan itu.” Xavier menarik pi
Chapter 37Fakta yang TerkuakXavier tidak menggubris pertanyaan Jasmine, ia melangkah melewati Jasmine menghampiri Andrea kemudian mengulurkan tangannya kepada Andrea.“Ayo pulang,” kata Xavier dengan begitu tenang.Andrea terlihat ragu-ragu, tetapi akhirnya menerima uluran tangan Xavier dan mereka pun berjalan melewati Jasmine yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Tiba-tiba Xavier berhenti. “Jasmine, kuharap kau tahu posisimu,” kata Xavier dengan nada sangat dingin. “Di antara kita tidak pernah ada hubungan apa pun selain urusan pekerjaan.” “Aku tidak mengerti maksudmu,” kata Jasmine dengan sangat tenang.“Aku mendengar semua percakapan kalian tadi.” “Aku tidak bermaksud buruk, aku hanya bermaksud untuk melindungimu.” “Aku bisa menjaga diriku.”“Semua yang kulakukan adalah untuk melindungimu dari wanita yang mungkin hanya mengincar kekayaanmu saja.”“Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu,” kata Xavier Lalu kembali melangkah meninggalkan Jasmine. Mereka menuju pintu keluar rest
Chapter 36Mencintai IstrikuAndrea berdiri di samping Xavier, menggamit lengan pria itu memasuki pesta di sebuah restoran di tengah kota Los Angeles. Ia mengenakan gaun berwarna hitam panjang dengan potongan leher asimetris dari desainer ternama, Andrea memilih gaun itu karena menimbang modelnya tidak terlalu terbuka di bagian leher.Baru saja mereka tiba di dalam ruangan VIP restoran, pandangan Andrea tertuju pada Jasmine yang duduk di samping seorang pria tua. Andrea menebak pria itu adalah tuan Lane, ayah Jasmine. Di ruangan itu ada empat orang, seorang pria berambut putih bangkit dari duduknya menyambut kedatangan Xavier dengan ramah. Pria itu adalah rekan bisnis yang Xavier maksud dan seorang wanita seusia Jasmine yang juga berada di sana mungkin putrinya, terlihat dari penampilannya yang mengenakan pakaian yang tidak sederhana dan tidak juga formal. “Silakan duduk, Tuan Muda Xarxas,” kata Mr. Sheldon, pria berambut putih dan Xavier menarik sebuah kursi di samping Jasmine untu
Chapter 35Sebuah Fakta Andrea berdiri di balkon rumah sakit seraya berpikir jika analisa Sarah pastilah salah, ia tidak mungkin jatuh cinta pada Xavier meskipun ia tidak menampik jika Xavier memiliki paras rupawan dan daya tarik yang luar biasa. Wanita mana yang bisa menolak daya tarik Xavier? Apalagi di samping memiliki wajah rupawan Xavier juga pewaris satu-satunya kekayaan keluarga Xarxas yang menjadi nilai plus bagi pria itu. Andrea mencoba berpikir jernih. Xavier adalah pria yang bekerja sama dengan Jasmine, pria yang membuatnya terjerat dalam pernikahan yang tidak direncanakan, dan ingin membuatnya menjadi mesin pencetak anak untuk keluarga Xarsas sehingga dengan kesadaran itu sangat mustahil menurut Andrea kalau dirinya sampai jatuh cinta pada Xavier. Jika dirinya dan Xavier begitu akrab dan intim, menurutnya itu adalah hal yang mengalir begitu saja karena telah terbiasa dengan keberadaan satu sama lain selama ini. Tetapi, benarkah murni karena terbiasa dengan keberadaan Xa
Chapter 34Jatuh Cinta Andrea terkejut manakala mendapati ibunya, Lilian Lane berdiri di depan konter ruangan staf kesehatan. “Andrea, bisa kita bicara sebentar?” kata Lilian. Andre menyapukan pandangan ke sekitar dan beberapa orang perawat ada di sana, ingin sekali mengusir Lilian tetapi seperti mustahil hingga akhirnya Andrea mengangguk dan menyusul langkah Lilian. “Bagaimana kabarmu, Sayang?” tanya Lilian ketika mereka tiba di pojok lorong yang sepi. “Ada apa?” tanya Andrea malas. Ia menduga kedatangan ibunya ada kaitannya dengan Jasmine. Lilian tersenyum menatap Andrea. “Bagaimana hubunganmu dengan Xavier?” “Hubunganku dan Xavier cukup baik.” “Baguslah, dan kuharap kalian tidak perlu bercerai.” “Kau sudah pernah mengatakannya.” “Aku serius,” kata Lilian sembari memindahkan tas di tangan kirinya ke tangan kanan.Andrea menatap ibunya dan tas mahalnya lalu tersenyum sinis. “Demi kepentinganmu? Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari ini. jangan bermimpi.” “Aku memang bers
Chapter 33Ciuman Rasa Kopi Andrea tidak mengejawantahkan perintah Xavier, ia justru membalas tatapan Xavier, sementara debaran di jantungnya semakin kuat. Rasa hangat melingkupinya, getaran-getaran aneh menjalari seluruh tubuhnya bagaikan sengatan listrik. Ia belum pernah merasakan perasaan aneh seperti itu sebelumnya, terhadap siapa pun. Apakah karena jaraknya terlalu dekat dengan Xavier sehingga perasaan asing itu muncul? Andrea berusaha menemukan jawabannya secepat mungkin tetapi ia tidak mendapatkannya hingga bibir Xavier telah mendarat di bibirnya dan ia menerima ciuman Xavier. Membalasnya seperti Xavier menciuminya.Andrea perlahan menutup matanya, menikmati ciuman Xavier yang beraroma kopi. Tangannya mencengkeram kaus yang Xavier kenakan saat lidah Xavier membelai lidahnya, kenikmatan menjalari tubuhnya. Andrea semakin kuat mencengkeram kaus yang dikenakan Xavier.Sementara Xavier menahan tengkuk Andrea dengan satu tangannya lalu memindahkan satu tangan Andrea ke pinggangnya
Chapter 32Kopi & GulaMalamnya Xavier duduk di depan Andrea terpisahkan meja menatap Andrea yang serius menatap layar MacBook dan sesekali wanita itu menguap. “Kau sudah menguap beberapa kali, sebaiknya kau tidur,” kata Xavier dengan lembut. “Aku harus menyelesaikan laporan ini,” kata Andrea tanpa menoleh kepada Xavier. “Apa tidak bisa dikerjakan besok pagi?” “Aku tidak bisa tidur nyenyak jika ini belum selesai,” jawab Andrea seperti menggerutu. Xavier tersenyum lalu bangkit dari duduknya, pria itu kemudian kembali dengan dua cangkir kopi di tangannya. “Aku akan menemanimu bergadang,” kata Xavier seraya meletakkan secangkir kopi di tangannya di depan Andrea.Andrea mendongak dan tersenyum. “Terima kasih,” ucapnya lalu mengangkat cangkir kopi dan mendekatkan ke bibirnya. “Hati-hati, panas,” ucap Xavier. Andrea meniup kopinya beberapa kali lalu menyeruputnya, seketika rasanya pahit menyebar di mulutnya. Ia menjauhkan cangkir kopi dari bibirnya dan menatap Xavier untuk melayangk
Chapter 31Mencintai Pria lainXavier dan Andrea keluar dari lift, telapak tangan Andrea digenggam oleh Xavier membuat beberapa orang sekretaris Xavier yang berada di depan ruang kerja Xavier menatap kedua orang itu penuh tanda tanya. Bos mereka yang dingin, kaku, angkuh, gila kebersihan, dan irit bicara datang ke kantor dengan seorang wanita asing dan bergandengan tangan.Tidak pernah terpikirkan oleh mereka, Xavier begitu dekat dengan seorang wanita selain Jasmine karena selama ini hanya ada Jasmine, satu-satunya wanita yang ada di sisi Xavier dan seluruh staf kantor mengetahui hal itu. Nyatanya ada wanita lain yang kelihatannya telah mengambil hati bos mereka dan wanita itu terlihat lebih muda dibandingkan dengan Jasmine dan dari segi penampilan terlihat lebih sederhana dari Jasmine membuat mata yang melihat semakin bertanya-tanya siapa wanita yang bisa menaklukkan hati bos mereka."Lucas, batalkan semua jadwalku siang ini," kata Xavier. Lucas mengangguk dengan hormat. "Baik, Sir.
Chapter 30Ciuman di Lift Sudah tiga hari Jasmine mengamati Xavier dan merasa ada sesuatu yang aneh dari pria itu, Xavier yang dulu selalu makan siang dengan makanan yang dimasak khusus oleh juru masak profesional pribadinya kini lebih sering makan siang di luar dan Xavier tidak meminta rekomendasi tempat makan lagi darinya. “Kau melamun lagi, Nona Lane,” kata Lucas seraya meletakkan cangkir berisi kopi di mejanya. Jasmine mengalihkan pandangannya kepada Lucas dengan malas. “Apa kau bisa Tidak mengomentariku?” “Aku mengkhawatirkanmu yang akhir-akhir ini sering tidak fokus, tadi di ruang rapat juga kau seperti tidak biasanya. Kusarankan kau mengambil cuti beberapa hari untuk beristirahat merelaksasikan diri,” kata Lucas dengan nada serius. Terakhir dirinya cuti adalah saat Natal dan tahun baru, sekarang musim panas hampir berakhir. Itu berarti dirinya hampir satu tahun belum mengambil cuti. Namun, yang diinginkan hanya berada di samping Xavier dan selalu berada di dalam lingkara