Chapter 1Kabur dari Pernikahan"Ma, aku tidak mau menikah," ucap Andrea seraya nanar menatap gaun pengantin di tangan ibunya. Ingin sekali rasanya mencabik-cabik gaun itu."Nak, kita sudah membicarakannya. Kau sudah tidak memiliki waktu lagi untuk berbalik arah."Ucapan Lilian Lane, ibu kandung Andrea memang terdengar sangat lembut. Tetapi, di balik kelembutan itu terdengar penekanan yang dengan gamblang dapat Andrea rasakan."Mama mohon, Sayang. Tolonglah Mama sekali ini saja," sambung Lilian."Menolongmu atau menolong anak tirimu itu?" tanya Andrea tanpa menyembunyikan kekesalan.Lilian meletakkan gaun pengantin yang masih terbungkus plastik dengan hati-hati ke atas tempat tidur lalu menghampiri Andrea. Tangan wanita itu terulur untuk membelai rambut Andrea dan berkata, "Sayangku, Mama tidak akan meminta apa pun darimu lagi hingga seumur hidupku. Mama berjanji, hanya kali ini saja. Oke?"Andrea menghela napasnya dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin lalu mengembuskannya dengan kasar. Kemudian wanita berusia dua puluh tahun itu mendongak. "Bisakah aku bicara dengan Jasmine sekali lagi?"Lilian tersenyum dengan lembut. "Sayang, kau sudah menandatangani surat perjanjian pernikahan dengan Xavier."Xavier. Mendengar nama itu disebut, Andrea merasakan perutnya seperti tergelitik. Hampir membuatnya mual."Dia terlalu tua untukku, Ma," gumam Andrea."Sayang, setelah menikahi Xavier nanti. Kau tidak perlu lagi bekerja paruh waktu untuk memenuhinya kebutuhanmu."Andrea tidak masalah jika harus membagi waktu kuliah dan bekerja paruh waktu hingga ia kekurangan waktu untuk istirahat. Ia menyetujui pernikahan itu karena Jasmine mengancamnya, juga karena ibunya yang memohon-mohon hingga nyaris berlutut di kakinya.Ibunya dulu adalah pengasuh Jasmine yang kemudian naik derajat menjadi nyonya rumah di keluarga Lane karena Nyonya Lane meninggal setelah menderita gagal ginjal. Ayah Andrea adalah karyawan bank yang saat itu, meskipun tidak bergelimang harta tetapi kebutuhan rumah tangga mereka tercukupi.Rumah tangga mereka juga tergolong harmonis hingga pada suatu hari tetangganya yang bekerja di kediaman keluarga Lane mengalami patah tulang karena kecelakaan dan meminta tolong pada Lilian untuk menggantikannya beberapa hari mengasuh satu-satunya putri keluarga Lane.Di sanalah awal mula kehancuran rumah tangga Lilian dan suaminya karena Lilian silau akan harta dan berakhir dengan melayangkan gugatan perceraian terhadap suaminya, wanita itu bahkan tidak lagi peduli pada putri semata wayangnya yang masih berusia empat tahun.Andrea tentunya tidak dapat mengingat semua itu, tetapi ketika beranjak dewasa tentunya ia mencari tahu mengapa di rumahnya hanya ada dirinya dan ayahnya yang dengan segenap kasih sayang membesarkannya sendirian."Mama tahu, ini berat bagimu. Bagiku juga. Tetapi, hanya jalan ini yang bisa kita tempuh," kata Lilian seraya tersenyum manis.Andrea mual melihat senyum ibunya. Sejak usianya empat tahun ibunya tidak pernah kembali ke rumahnya untuk sekedar melihatnya, tetapi wanita itu tiba-tiba muncul di ambang pintu asramanya untuk membujuknya menikahi pria yang entah berasal dari mana. Xavier Xarxas kekasih Jasmine Lane, kakak tiri Andrea yang ditakdirkan lahir tanpa rahim dan karena Xavier adalah satu-satunya penerus keluarga Xarxas, keluarganya terus mendesak Xavier untuk menikah agar memiliki penerus.Namun, kekurangan Jasmine tidak memungkinkan wanita itu menikah dengan Xavier sehingga Andrea-lah yang harus menjadi pengantin Xavier, memberikan keturunan keluarga untuk Xarxas, kemudian bercerai."Mama akan mengingat kebaikanmu," kata Lilian kemudian wanita itu menjeda ucapannya sesaat seraya menatap mata Andrea lekat-lekat. "Kita pikirkan solusinya nanti, oke?"Solusi seperti apa? Selama ibunya itu masih takut akan kehilangan kemewahan yang dinikmati dari keluarga Lane, tidak akan ada solusi untuknya. Bahkan mungkin jika Andrea mengatakan lebih baik mati dibandingkan menikahi pria yang tidak dikenalnya, Andrea yakin ibunya tidak akan peduli."Mama mengerti kau sangat marah padaku, tetapi... hanya kau yang bisa menyelamatkanku dan Jasmine.""Ma, teknologi kedokteran sudah sangat canggih saat ini. Mereka bisa mendapatkan keturunan dengan menggunakan ibu pengganti," kata Andrea dengan tegas."Keluarga Xarxas tidak menerima anak yang lahir di luar pernikahan, Sayang."Andrea sulit percaya dengan alasan itu. Bagaimana bisa ada di era modern seperti ini masih ada orang yang berpikir dangkal seperti itu?"Bagaimana jika ternyata aku mandul, atau justru Xavier yang mandul?" tanya Andrea.Belum lagi Lilian menjawab pertanyaan Andrea pintu kamar terbuka dan Jasmine berdiri di ambang pintu dengan pakaian semi formal yang membalut tubuhnya yang ramping bak seorang model pakaian."Satu jam lagi kau harus sudah berada di resor tempat kalian akan menikah, jangan membuat Xavier menunggu," ucap Jasmine seraya alisnya berkerut tidak senang karena mendapati Andrea yang belum mengenakan gaun pengantinnya.Andrea bangkit dari duduknya seraya menjilat bibirnya yang terasa kering lalu berkata, "Jasmine, bisa kita bicara sebentar?""Jika pembicaraan yang kau maksud adalah mengenai pembatalan pernikahan, kau sudah tahu jawabanku," jawab Jasmine dengan tatapan dingin menyoroti Andrea. Ia lalu meraup gaun pengantin dan melangkah mendekatinya Andrea, meletakkan gaun itu dengan kasar tepat di hadapan Andrea. "Cepat kenakan gaun ini dan jangan pernah berpikir jika kau bisa menggagalkan rencanaku."Andrea menghela napasnya dengan kesal. Pemilik tubuh 170 cm itu kehilangan semua kata-katanya dan hanya bisa pasrah melihat sikap arogan Jasmine.Jasmine menatap Lilian. "Lilian, aku tidak mau mendengar keluh kesahnya lagi, Xavier akan berada di altar satu jam lagi. Kau urus putrimu atau kau akan menerima akibatnya jika putrimu itu membuat masalah."Lilian tersenyum. "Aku menjaminnya, Andrea tidak akan membuat masalah. Dia akan tiba di altar tepat pada waktunya."Jasmine tersenyum mengejek lalu berbalik meninggal kamar itu, sementara Lilian membuka plastik yang membungkus gaun pengantin dan membantu Andrea mengenakannya."Kau terlihat cantik dengan gaun ini, aku yakin Xavier akan terpesona melihatmu," ucap Lilian."Jangan bilang kau akan perpaling di pihakku nanti jika...," sinis Andrea."Kenapa tidak? Jika Xavier ternyata menyukaimu nanti, kalian tidak perlu bercerai. Hidupmu akan terjamin dan....""Cukup, Ma!" bentak Andrea. Ia tidak tahan dengan perangai ibunya yang seakan-akan selalu memilih memijakkan kakinya di kapal mana saja yang lebih menguntungkan."Mama hanya mengajarkanmu bersikap realistis," kata Lilian seraya menarik ke atas ritsleting di bagian punggung Andrea "Sekarang duduklah dulu."Andrea menuruti kata ibunya depan meja rias, dipandanginya wajahnya di pantulan cermin. Riasan tipis di wajahnya yang dikerjakan oleh tim tata rias profesional dua jam yang lalu membuatnya sedikit tidak percaya jika wanita dalam pantulan cermin itu adalah dirinya.Alisnya terlihat tegas, tulang pipinya menonjol, hidungnya menjadi lebih runcing dan riasan di bagian matanya membuat manik matanya yang berwarna biru cerah dengan bingkai hitam menjadi semakin menawan. Rambutnya yang panjang berwarna cokelat kemerahan dikepang dari bagian atas kemudian diikat di bagian belakang kepala dan diberikan aksesori dari permata yang berbentuk bunga-bunga kecil."Kurasa tatanan rambutmu harus diubah, ini kurang cocok dengan gaunmu. Aku akan memperbaiki tatanan rambutmu," kata Lilian kemudian wanita itu meninggalkan Andrea sendirian di kamar itu.Andrea bangkit meninggalkan kursinya, ia menyibakkan tirai jendela kamar, mengamati keadaan sekitar dan berpikir mungkin belum terlambat jika mengakhiri permainan Jasmine. Ibunya mungkin akan membencinya kelak, tetapi bukankah selama enam belas tahun ini ibunya tidak pernah memikirkannya?Andrea menghela napasnya seraya berpikir sekali lagi, berusaha meyakinkan dirinya jika langkah yang akan ia ambil adalah langkah yang tepat. Ia kemudian mengambil tas berisi dompet dan ponselnya lalu perlahan membuka pintu kamar. Diintipnya keadaan di lorong kediaman keluarga Lane, setelah memastikanAndrea melepaskan sepatunya dan meninggalkannya begitu saja di tangga lalu ia segera berlari menuju halaman di mana mobil bobroknya terparkir. Mobil itu bekas mobil ayah kandungnya yang kini sudah tiada, meskipun agak rewel tetapi masih dapat digunakan.Dengan perasaan yang mantap, Andrea menghidupkan mesin mobilnya dan tekadnya sudah bulat untuk melarikan diri dari pernikahan yang tidak diinginkannya itu.Bersambung....Jangan lupa kasih rate dan komentar ya.Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.Happy reading!Chapter 2Menemukan Istri Peduli amat dengan pria tua bernama Xavier itu, pikir Andrea. Terserah saja jika pria itu terus didesak untuk menikah oleh keluarganya, itu bukan urusannya. Juga dengan perjanjian pernikahan yang sudah ditandatangani, memangnya ada pasal yang akan menjeratnya? Andrea rasa tidak ada. Yang jelas dirinya jijik jika harus menikah dengan pria tua hanya untuk menghasilkan anak. Dan masalah hubungan dengan ibunya, biarlah waktu yang akan menjawabnya.Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan terburu-buru meninggalkan kediaman keluarga Lane dan menuju luar kota. Tanpa tujuan, hanya mengikuti nalurinya asalkan terbebas dari pernikahan yang mengerikan itu. Lagi pula umurnya baru dua puluh tahun, terlalu muda untuk menikah. Andrea juga masih menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, ia tidak ingin studinya terganggu oleh kehamilannya nanti. Ditambah lagi Jasmine akan mengambil anaknya, mustahil dirinya akan melepaskan begitu saja anak yang telah dikandungny
Chapter 3Hari yang Sial "Istri?" tanya Andrea.Namun, pertanyaannya hanya menguap bersama udara yang dihirup karena beberapa pelayan yang berseragam menggiringnya menjauhi Xavier menuju lantai atas melewati tangga yang didesain meliuk dengan bagian handrail berwarna hitam, sedangkan bagian balusters berwarna emas, dan lantai dari batu granit berwarna putih dengan corak abu-abu pudar.Terdapat dua tangga yang sama di ruangan itu, keduanya meliuk dan di tempat di tengah antara dua tangga terdapat sebuah meja kaca berukuran besar yang terdapat vas bunga dari keramik di atasnya. Kemudian tepat di atas vas yang berisi bunga segar itu terdapat lampu gantung kristal yang menyala. Andrea semakin terbengong-bengong saat tiba di lantai atas, seluruh furniture di sana adalah sesuatu yang baru pertama kali dilihat olehnya hingga rasanya seperti sedang menonton tur keliling rumah keluarga artis Hollywood ternama. Tiba di sebuah kamar, Andrea mengamati suasana kamar yang didominasi dengan warna
Chapter 4Xavier Murka Seperti Andrea yang terkejut melihat kedatangannya, Jasmine Lane juga tidak kalah terkejut melihat Andrea. Bagaimana mungkin ada kebetulan yang sangat di dunia ini? Andrea kabur dari pernikahan. Wanita berambut pirang dengan tubuh tinggi dan kaki jenjang itu melemparkan senyum sinis kepada Andrea seraya mendekat dengan anggun lalu berkata, "Ramona, tinggalkan Nyonya Muda denganku. Biar aku yang mengurusnya." Pelayan itu mengangguk lalu pergi, sementara Andrea meletakkan kertas ke atas meja lalu berdiri di belakang Andrea. Dipegangnya bahu Andrea dengan lembut dan membungkuk, wanita itu mendekatkan bibirnya ke telinga Andrea. "Kau pikir kau bisa lari dariku, Anak Jalang?" bisik Jasmine sementara Andrea hanya bisa menelan ludah. "Aku sudah mendengar bagaimana Xavier menemukanmu di pinggir jalan, kau ini benar-benar sial, ya?" Jantung Andrea seperti berhenti sesaat. Pria itu Xavier Xarxas? Kekasih kakaknya? Pria tua—yang ia kira pria tua. Nyatanya adalah pria
Chapter 5Pria Angkuh Tatapan Xavier begitu dingin pada Andrea yang sedang menuruni tangga dengan hati-hati dan pria itu bersumpah di dalam benaknya tidak akan melepaskan wanita yang begitu berani menghinanya. Bagaimana jika kabar seorang Xavier Xarxas yang memiliki segalanya ditinggalkan mempelai wanitanya tersebar? Reputasinya sebagai pria angkuh yang tidak pernah bisa didekati oleh wanita di California akan hancur.Sementara Andrea merasakan tatapan dingin Xavier terasa menembus jantungnya bahkan merasakan nyeri di tulangnya hingga langkah kakinya menuruni tangga menjadi semakin berat. "Kapan terakhir kali kau memakan kacang?" tanya Xavier seraya bangkit dari sofa ketika Andrea berada di anak tangga.Seperti tidak ada pertanyaan lain, pikir Andrea dan ia juga tidak ingat kapan terakhir makan kacang. Yang ia ingat hanya tidak diizinkan makan kacang selama menjadi istri Xavier. "Mungkin beberapa hari yang lalu," jawab Andrea secara acak. Pelayan yang melayani Andrea mendekati t
Hola, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.Chapter 6Pasangan Jahat "Oh, akhirnya si pembuat onar datang juga," kata wanita tua yang duduk di sofa, bersebalahan dengan pria tua yang rambut dan alisnya telah memutih sedang duduk di kursi roda. Andrea menebak mereka adalah nenek dan kakek Xavier "Nek, kami sangat gugup. Itulah sebabnya aku mengajaknya melarikan diri dari pernikahan," ucap Xavier seraya merangkul pinggang Andrea. Andrea akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Xavier, ia bersyukur ternyata pria itu tidak membuka kedoknya kalau dirinya melarikan diri dari pernikahan. "Kalian benar-benar membuatku sakit kepala, hampir saja tekanan darahku naik," ucap wanita paruh baya yang masih mengenakan gaun pesta dengan berlian yang berkilauan melingkar di lehernya. Andrea menebak wanita itu adalah ibu Xavier. "Untungnya ada Jasmine, dia sangat cekatan mengatasi kekacauan yang kalian buat." Saking terpakunya pada berlian yang baru pertama kali Andrea lihat seum
Chapter 7Kontrasepsi "Ke mana saja kau tidak pulang dari semalam?" tanya Sarah, teman sekamar Andrea di asrama seraya memelototi pakaian yang dikenakan Andrea. Andrea menghela napasnya tanpa memedulikan teman sekamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Sialan, pikirnya seraya mengingat cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Satu jam yang lalu ia baru saja menjadi istri Xavier Xarxas, pria teraneh di dunia yang pernah ia jumpai. Pria dengan sorot mata dingin dan tanpa ekspresi yang sulit sekali diajak bernegosiasi, bahkan sepertinya tidak mungkin. Pernikahan mereka hanya pernikahan untuk memuaskan keinginan keluarga Xavier dan mendapatkan keturunan, seharusnya dirinya tidak perlu mengenakan cincin di jari manisnya. Andrea sudah menyampaikan keberatannya, tetapi Xavier memerintahkan Jasmine agar menyematkan cincin di jari Andrea. "Ponselmu juga tidak aktif dari semalam, kau membuatku khawatir," omel Sarah membuat Andrea yang bertelungkup di atas kasur b
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 8Dikira Gay Setelah mengemasi barang-barang yang diperlukan, Andrea meninggalkan asrama. Sarah menyeret koper berisi barang-barang Andrea dan Andrea yang mencangklong tas laptopnya dan membopong setumpuk buku mengikutinya, keduanya berbincang-bincang sepanjang koridor yang mereka lewati. Ketika kurang beberapa langkah tiba di pintu masuk asrama, mereka mendapati Neil Alexander berada di sana sedang berjalan menuju ke arah mereka. "Oh, kau sudah kembali rupanya," kata Neil kepada Andrea sembari memperbaiki tali ranselnya yang dicangklong di sebelah kiri pundaknya. Andrea justru tertegun mendapati keberadaan Neil, bukan karena ketampanan pria itu melainkan kucing jenis domestik yang berada dalam keranjang hewan yang ditentang oleh Neil di tangan kanannya. Saking carut marut hidupnya beberapa hari ini, ia sampai melupakan kalau kucing kesayangannya sakit dan dirawat di klinik hewan yang kebetulan adalah milik kakak Neil. "Zeus," desah Andrea mem
Chapter 9Perlu Privasi Sopir Xavier membukakan pintu mobil dan Xavier yang mengenakan setelan jas rapi keluar, belum lagi sopirnya menutup pintu, seorang pelayan berjalan ke arah Xavier dengan tergesa-gesa dan wajahnya terlihat tegang.“Tuan, Nenek Anda berada di sini?” kata Ramona, pelayan itu. Xavier mengerutkan keningnya kemudian berkata, “Memangnya kenapa kalau nenekku berkunjung ke rumahku?” “Istri Anda , maksudku Nyonya juga sudah kembali.” “Bagus. Apa kau sudah mengatur kamar Nyonya?” Pelayan itu menganggukkan dan tampak ragu-ragu. “Nenek Anda mengatakan akan tinggal di sini.” “Apa?” tanya Xavier dan alisnya sontak berkerut sangat dalam.“Ya. Nenek Anda ingin tinggal di sini mulai hari ini.” Ia telah mengatur jika dirinya dan Andrea akan tidur di kamar terpisah, Andrea akan tidur di kamar tepat di samping kamarnya. Xavier tahu Andrea tidak menginginkan pernikahan mereka, Xavier juga begitu.Ia menikahi Andrea bukan karena ingin mendapatkan keturunan, melainkan
ENDAndrea melepaskan sepasang anting berlian yang melekat di telinganya, ia baru saja selesai melakukan foto untuk praweding yang bertemakan foto outdoor. Meskipun tema foto adalah outdoor sebenarnya Xavier dan Andrea mengambil foto tersebut di taman mansion tempat tinggal mereka. Menurut Andrea pengambilan foto di taman kediaman mereka lebih menghemat waktu sehingga ia dan Xavier tidak harus menyisihkan banyak waktu hanya untuk mendapatkan beberapa jepretan foto. “Apa kau perlu bantuanku?” tanya Xavier seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celananya lalu melangkah mendekati Andrea. Ia baru saja selesai berbicara dengan sekretarisnya. Andrea tersenyum. “Bukankah kau harus segera pergi ke kantor?” “Masih ada empat puluh lima menit lagi sebelum pertemuan.” “Kau seharusnya memberikan contoh sebagai bos yang baik,” kata Andrea dan menatap Xavier dengan tatapan menggoda.“Aku lebih senang bersama istriku dibanding datang lebih awal untuk rapat yang membosankan itu.” Xavier menarik pi
Chapter 37Fakta yang TerkuakXavier tidak menggubris pertanyaan Jasmine, ia melangkah melewati Jasmine menghampiri Andrea kemudian mengulurkan tangannya kepada Andrea.“Ayo pulang,” kata Xavier dengan begitu tenang.Andrea terlihat ragu-ragu, tetapi akhirnya menerima uluran tangan Xavier dan mereka pun berjalan melewati Jasmine yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Tiba-tiba Xavier berhenti. “Jasmine, kuharap kau tahu posisimu,” kata Xavier dengan nada sangat dingin. “Di antara kita tidak pernah ada hubungan apa pun selain urusan pekerjaan.” “Aku tidak mengerti maksudmu,” kata Jasmine dengan sangat tenang.“Aku mendengar semua percakapan kalian tadi.” “Aku tidak bermaksud buruk, aku hanya bermaksud untuk melindungimu.” “Aku bisa menjaga diriku.”“Semua yang kulakukan adalah untuk melindungimu dari wanita yang mungkin hanya mengincar kekayaanmu saja.”“Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu,” kata Xavier Lalu kembali melangkah meninggalkan Jasmine. Mereka menuju pintu keluar rest
Chapter 36Mencintai IstrikuAndrea berdiri di samping Xavier, menggamit lengan pria itu memasuki pesta di sebuah restoran di tengah kota Los Angeles. Ia mengenakan gaun berwarna hitam panjang dengan potongan leher asimetris dari desainer ternama, Andrea memilih gaun itu karena menimbang modelnya tidak terlalu terbuka di bagian leher.Baru saja mereka tiba di dalam ruangan VIP restoran, pandangan Andrea tertuju pada Jasmine yang duduk di samping seorang pria tua. Andrea menebak pria itu adalah tuan Lane, ayah Jasmine. Di ruangan itu ada empat orang, seorang pria berambut putih bangkit dari duduknya menyambut kedatangan Xavier dengan ramah. Pria itu adalah rekan bisnis yang Xavier maksud dan seorang wanita seusia Jasmine yang juga berada di sana mungkin putrinya, terlihat dari penampilannya yang mengenakan pakaian yang tidak sederhana dan tidak juga formal. “Silakan duduk, Tuan Muda Xarxas,” kata Mr. Sheldon, pria berambut putih dan Xavier menarik sebuah kursi di samping Jasmine untu
Chapter 35Sebuah Fakta Andrea berdiri di balkon rumah sakit seraya berpikir jika analisa Sarah pastilah salah, ia tidak mungkin jatuh cinta pada Xavier meskipun ia tidak menampik jika Xavier memiliki paras rupawan dan daya tarik yang luar biasa. Wanita mana yang bisa menolak daya tarik Xavier? Apalagi di samping memiliki wajah rupawan Xavier juga pewaris satu-satunya kekayaan keluarga Xarxas yang menjadi nilai plus bagi pria itu. Andrea mencoba berpikir jernih. Xavier adalah pria yang bekerja sama dengan Jasmine, pria yang membuatnya terjerat dalam pernikahan yang tidak direncanakan, dan ingin membuatnya menjadi mesin pencetak anak untuk keluarga Xarsas sehingga dengan kesadaran itu sangat mustahil menurut Andrea kalau dirinya sampai jatuh cinta pada Xavier. Jika dirinya dan Xavier begitu akrab dan intim, menurutnya itu adalah hal yang mengalir begitu saja karena telah terbiasa dengan keberadaan satu sama lain selama ini. Tetapi, benarkah murni karena terbiasa dengan keberadaan Xa
Chapter 34Jatuh Cinta Andrea terkejut manakala mendapati ibunya, Lilian Lane berdiri di depan konter ruangan staf kesehatan. “Andrea, bisa kita bicara sebentar?” kata Lilian. Andre menyapukan pandangan ke sekitar dan beberapa orang perawat ada di sana, ingin sekali mengusir Lilian tetapi seperti mustahil hingga akhirnya Andrea mengangguk dan menyusul langkah Lilian. “Bagaimana kabarmu, Sayang?” tanya Lilian ketika mereka tiba di pojok lorong yang sepi. “Ada apa?” tanya Andrea malas. Ia menduga kedatangan ibunya ada kaitannya dengan Jasmine. Lilian tersenyum menatap Andrea. “Bagaimana hubunganmu dengan Xavier?” “Hubunganku dan Xavier cukup baik.” “Baguslah, dan kuharap kalian tidak perlu bercerai.” “Kau sudah pernah mengatakannya.” “Aku serius,” kata Lilian sembari memindahkan tas di tangan kirinya ke tangan kanan.Andrea menatap ibunya dan tas mahalnya lalu tersenyum sinis. “Demi kepentinganmu? Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari ini. jangan bermimpi.” “Aku memang bers
Chapter 33Ciuman Rasa Kopi Andrea tidak mengejawantahkan perintah Xavier, ia justru membalas tatapan Xavier, sementara debaran di jantungnya semakin kuat. Rasa hangat melingkupinya, getaran-getaran aneh menjalari seluruh tubuhnya bagaikan sengatan listrik. Ia belum pernah merasakan perasaan aneh seperti itu sebelumnya, terhadap siapa pun. Apakah karena jaraknya terlalu dekat dengan Xavier sehingga perasaan asing itu muncul? Andrea berusaha menemukan jawabannya secepat mungkin tetapi ia tidak mendapatkannya hingga bibir Xavier telah mendarat di bibirnya dan ia menerima ciuman Xavier. Membalasnya seperti Xavier menciuminya.Andrea perlahan menutup matanya, menikmati ciuman Xavier yang beraroma kopi. Tangannya mencengkeram kaus yang Xavier kenakan saat lidah Xavier membelai lidahnya, kenikmatan menjalari tubuhnya. Andrea semakin kuat mencengkeram kaus yang dikenakan Xavier.Sementara Xavier menahan tengkuk Andrea dengan satu tangannya lalu memindahkan satu tangan Andrea ke pinggangnya
Chapter 32Kopi & GulaMalamnya Xavier duduk di depan Andrea terpisahkan meja menatap Andrea yang serius menatap layar MacBook dan sesekali wanita itu menguap. “Kau sudah menguap beberapa kali, sebaiknya kau tidur,” kata Xavier dengan lembut. “Aku harus menyelesaikan laporan ini,” kata Andrea tanpa menoleh kepada Xavier. “Apa tidak bisa dikerjakan besok pagi?” “Aku tidak bisa tidur nyenyak jika ini belum selesai,” jawab Andrea seperti menggerutu. Xavier tersenyum lalu bangkit dari duduknya, pria itu kemudian kembali dengan dua cangkir kopi di tangannya. “Aku akan menemanimu bergadang,” kata Xavier seraya meletakkan secangkir kopi di tangannya di depan Andrea.Andrea mendongak dan tersenyum. “Terima kasih,” ucapnya lalu mengangkat cangkir kopi dan mendekatkan ke bibirnya. “Hati-hati, panas,” ucap Xavier. Andrea meniup kopinya beberapa kali lalu menyeruputnya, seketika rasanya pahit menyebar di mulutnya. Ia menjauhkan cangkir kopi dari bibirnya dan menatap Xavier untuk melayangk
Chapter 31Mencintai Pria lainXavier dan Andrea keluar dari lift, telapak tangan Andrea digenggam oleh Xavier membuat beberapa orang sekretaris Xavier yang berada di depan ruang kerja Xavier menatap kedua orang itu penuh tanda tanya. Bos mereka yang dingin, kaku, angkuh, gila kebersihan, dan irit bicara datang ke kantor dengan seorang wanita asing dan bergandengan tangan.Tidak pernah terpikirkan oleh mereka, Xavier begitu dekat dengan seorang wanita selain Jasmine karena selama ini hanya ada Jasmine, satu-satunya wanita yang ada di sisi Xavier dan seluruh staf kantor mengetahui hal itu. Nyatanya ada wanita lain yang kelihatannya telah mengambil hati bos mereka dan wanita itu terlihat lebih muda dibandingkan dengan Jasmine dan dari segi penampilan terlihat lebih sederhana dari Jasmine membuat mata yang melihat semakin bertanya-tanya siapa wanita yang bisa menaklukkan hati bos mereka."Lucas, batalkan semua jadwalku siang ini," kata Xavier. Lucas mengangguk dengan hormat. "Baik, Sir.
Chapter 30Ciuman di Lift Sudah tiga hari Jasmine mengamati Xavier dan merasa ada sesuatu yang aneh dari pria itu, Xavier yang dulu selalu makan siang dengan makanan yang dimasak khusus oleh juru masak profesional pribadinya kini lebih sering makan siang di luar dan Xavier tidak meminta rekomendasi tempat makan lagi darinya. “Kau melamun lagi, Nona Lane,” kata Lucas seraya meletakkan cangkir berisi kopi di mejanya. Jasmine mengalihkan pandangannya kepada Lucas dengan malas. “Apa kau bisa Tidak mengomentariku?” “Aku mengkhawatirkanmu yang akhir-akhir ini sering tidak fokus, tadi di ruang rapat juga kau seperti tidak biasanya. Kusarankan kau mengambil cuti beberapa hari untuk beristirahat merelaksasikan diri,” kata Lucas dengan nada serius. Terakhir dirinya cuti adalah saat Natal dan tahun baru, sekarang musim panas hampir berakhir. Itu berarti dirinya hampir satu tahun belum mengambil cuti. Namun, yang diinginkan hanya berada di samping Xavier dan selalu berada di dalam lingkara