Home / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 6 Bertahan Di Tengah Badai Lautan

Share

BAB. 6 Bertahan Di Tengah Badai Lautan

last update Last Updated: 2023-12-27 20:15:03

Ketiga gadis itu sama sekali tidak menyadari jika pasangan suami istri itu dari tadi mulai berjalan perlahan menuju ke pintu ke luar. Entah apa yang hendak mereka lakukan beberapa saat lagi.

"Sa ... saya, juga tidak tahu apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal ini Nona Lia. Kita kan tidak bisa memprediksi tentang cuaca di tengah laut," tutur Mas Omar.

"Saya bukan sedang membicarakan tentang cuaca laut, Mas! Yang saya permasalahkan adalah bagaimana kapal ini bisa mencapai daratan kalau tidak ada bahan bakar? Mbak Yuni! Apa solusi dari Anda?" sahut Lia sengit.

Sepasang suami istri itu malah terdiam dan tak dapat berkata-kata. Sementara Sera dan Mira mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya.

Lalu tanpa ketiganya sadari, pasangan suami istri itu, tiba-tiba ke luar dari kabin.

"Maafkan kami, Nona!" seru Mas Omar sambil menarik tangan istrinya menuju dek kapal.

"Hei ... apa yang kalian lakukan!" teriak Mira.

Namun terlambat, pasangan suami istri itu, telah mengunci pintu kabin sehingga Lia, Sera, dan Mira benar-benar tidak bisa ke luar dari sana. Mereka telah terkunci.

"Lia, Mira! Apa yang akan kita lakukan? Aku tidak mau mati sekarang! Mama, Papa! Aku merindukan kalian!" teriak Sera histeris sambil menangis tersedu-sedu.

Gadis itu lalu terduduk di sudut kabin sambil memegang kedua lututnya. Gelombang air laut malah semakin besar sehingga membuat kapal itu terombang-ambing di atas lautan yang sedang mengamuk itu.

Lia lalu berkata kepada sahabatnya,

"Mira, tolong tenangkan Sera. Gue akan mencoba untuk membuka paksa pintu ini." Lia mencoba untuk bersikap tenang agar Mira tidak ketularan panik seperti Sera.

"Sera ... Lo jangan berpikir sembarangan begitu. Tidak ada apapun yang terjadi kepada kita. Semua akan baik-baik saja," ucap Mira kepada Sera.

Gadis itu lalu menyerahkan sebotol air mineral untuk diminum oleh Sera.

"Minumlah, agar pikiran mu menjadi tenang." Sera langsung meminum satu botol air mineral itu sampai habis karena gugup.

"Tapi, Mira. Gue sangat takut kita akan tenggelam." Sera masih saja khawatir.

"Hei ... Lo nggak perlu takut begitu. Apakah Lo lupa? kita kan jago berenang. Kita juga dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan yang memadai. Kita sedang memakai baju pelampung dan kapal ini juga memiliki sekoci."

Mendengar ucapan Mira, Lia segera melirik ke arahnya. Mereka terlihat saling tatap-tatapan dalam beberapa detik.

"Jangan bilang pikiran kita sama, Mir!" seru Lia. Lalu dengan sekuat tenaganya dia menarik daun pintu tersebut sehingga terlepas dengan cepat.

Kemudian Lia ke luar dan memastikan kecurigaannya.

Mira juga ikut melangkah menuju dek kapal mengekori Lia. Seraya berkata kepada sahabatnya yang sedang ketakutan itu,

"Sera, Lo tunggu di sini sebentar. Kami mau memastikan sesuatu!" ujar Mira.

Sera mengangguk. Dia pun sedang mencoba untuk menepis perasaan takutnya dan mulai membangun persepsi positif di dalam hatinya jika mereka pasti akan baik-baik saja.

Sementara di dek kapal, kecurigaan Mira dan Lia terbukti juga. Pasangan suami istri itu telah berhasil mencuri sekoci kapal yang berupa sebuah perahu karet.

Keduanya terlihat melambaikan tangan mereka sambil menatap mengejek ke arah Lia dan Mira.

"Omar! Anda sangat tega kepada kami!" teriak Lia ditengah gemuruh ombak dan hujan yang mulai mendera.

"Maafkan saya, Nona. Semua ini ide dari Yuni. Kami tidak mau mati konyol!" balas Omar sambil berteriak.

"Tapi kan kita bisa menaiki sekoci itu bersama-sama!" Mira juga tak kalah emosi. Gadis itu ikut menyuarakan isi hatinya.

"Nona! Sekoci ini hanya mampu memuat empat orang saja sedangkan kita ada lima orang!" teriak Yuni tak kalah lantangnya.

"Hei, Yuni! Lo tamu tak diundang di sini!" balas Mira marah.

"Ha-ha-ha! Emangnya gue pikirin? Selamat tenggelam untuk Anda semua, Nona-nona!" teriak Yuni lagi.

Namun setelah berkata seperti itu, tiba-tiba saja perahu karet yang mereka tumpangi bocor, yang membuat air laut mulai memasuki bagian dalam perahu.

"Mas Omar! Bagaimana ini! Perahu karetnya kemasukan air!" ujar Yuni panik.

"Hah? Kok perahunya bisa bocor begini? Semua pasti gara-gara kamu lagi, Yuni! Dasar kamu istri tak berguna! Kamu pasti memilih sekoci berbahan tipis!" tuding suaminya.

"Ya, maaf. Aku pikir tidak akan terjadi apa-apa. Kamu tahu kan, aku orangnya ekonomis."

"Kamu itu perempuan pelit! Bukan ekonomis! Dasar kamu pembawa malapetaka!" teriak Omar semakin menghina istrinya.

Ternyata karma sangat cepat menimpa pasangan suami istri tersebut. Tepat di depan mata Lia dan Mira, kedua gadis itu dapat melihat apa yang terjadi kepada mereka.

"Yuni! Jangan diam saja! Pikirkan sesuatu!" seru Omar.

"Satu-satunya cara, kita harus kembali ke kapal." sahut Yuni cepat.

Omar mengangguk setuju. Dia pikir ide istrinya ada benarnya juga. Mereka pun segera meninggalkan perahu karet yang hampir dipenuhi air.

Keduanya mulai berenang menuju ke arah kapal yang kehabisan bahan bakar itu.

Mira yang melihatnya segera berkata kepada sahabatnya.

"Lia ... lihat! Perahunya mulai tenggelam. Omar dan Yuni sepertinya berenang menuju ke arah kapal," ujar Mira dengan nada keras.

Lia hanya diam saja dan mencoba membaca situasi yang akan terjadi selanjutnya. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghadang kedua orang itu untuk kembali ke kapal. Karena mesin kapal telah mati. Mereka hanya dapat terombang-ambing di atas lautan saat ini.

Lalu gadis itu pun berkata kepada sahabatnya,

"Mira, segera sisihkan semua barang bawaan kita, terutama bahan makanan. Jangan sampai dijarah oleh keduanya jika mereka kembali bergabung dengan kita di atas kapal!" tegasnya.

Namun belum sempat Mira beranjak untuk masuk ke dalam kabin kapal, Sera terlihat menghampiri kedua temannya.

"Guys! I'm back! Gue sudah selamatkan semua barang bawaan kita ke dalam kamar dan gue sudah menguncinya! Hanya kita bertiga yang memiliki akses untuk masuk ke dalam kamar tersebut!" ujar Sera lantang.

"Sera ...." sahut keduanya. Lalu ketiga gadis itu saling berangkulan dan saling menguatkan.

"Benar banget apa yang kalian katakan, Guys! Untuk apa takut? Toh kita telah menguasai tehnik-tehnik untuk bertahan hidup di atas lautan bebas! Gue janji akan kuat mental dan fisik seperti kalian! No cengeng-cengeng anymore!" ucap Sera dengan bersemangat.

"Go-go-go! LIMISE, go!" teriak ketiganya kompak.

Hujan yang tadinya deras mulai berubah menjadi rintik-rintik. Akan tetapi gelombang laut masih saja pasang.

Omar dan Yuni masih saja mencoba berenang mendekati kapal. Namun tetap tidak bisa, gelombang laut malah semakin menarik kapal tersebut menjadi semakin jauh dari jangkauan mereka.

"Sial! Kapalnya kok semakin menjauh dari kita?" ujar Omar kesal.

"Ini semua gara-gara kamu, Yuni!" serunya lagi sambil kembali menyalahkan istrinya.

LIMISE adalah nama Genk mereka(Lia, Mira, Sera).

Related chapters

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 7 Rapat Penting

    Di atas kapal, Lia, Mira, dan Sera dapat melihat jika sepasang suami istri itu dari tadi mencoba berusaha untuk mendekati kapal. Akan tetapi gelombang laut yang besar malah membuat kapal itu semakin jauh terombang-ambing dari mereka.Ketiga gadis itu juga tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka tidak memiliki peralatan untuk menolong mereka. Beruntungnya Omar dan Yuni sangat terlatih dalam hal berenang. Sehingga mereka dapat bertahan lebih lama lagi di laut. Apalagi keduanya juga telah memakai baju pelampung yang membuat tubuh mereka tetap terapung di atas lautan luas itu.Hari pun mulai gelap, namun gelombang laut masih saja besar. Ketiga gadis itu telah kembali masuk ke dalam kabin kapal.Mereka baru saja selesai makan malam seadanya untuk mengganjal perut mereka malam ini. Ketiganya sedang duduk di sebuah sofa kecil yang ada di dalam kabin kapal kecil itu.Sepertinya Lia akan segera memulai rapat penting.Gelombang laut masih saja besar tapi sudah agak berkurang terjangan om

    Last Updated : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 8 Bersama Menghadapi Amukan Badai Di Lautan Luas

    Ternyata amukan cuaca buruk di tengah lautan juga dirasakan oleh Hezki, Ronald, dan Edu yang juga sedang berlayar di tengah lautan bebas. Kapal mereka mulai berderit-derit di atas gelombang tinggi. Angin kencang menderu, memekik, dan mengoyak debu-debu asin laut. Hezki, Ronald, dan Edu yang berdiri di geladak terlihat mulai pucat dan cemas."Kita harus mengendalikan kapal ini dengan baik!" seru Edu, berusaha menahan dirinya dari goyangan kuat. "Betul! Kita tidak boleh membiarkan badai ini merobek kapal kita menjadi dua," tambah Ronald dengan wajah tegang.Hezki, yang biasanya tenang, berkata, "Gue akan ke ruang kemudi, cobalah mempertahankan apa yang kita punya di sini!"Mereka bertiga berusaha mati-matian mengendalikan kapal, tetapi ombak raksasa dan angin kencang terus menguji ketahanan mereka. Kapal melayang naik dan turun di atas gelombang seperti permainan ayunan neraka."Hezki, tolong berpegang terus dikemudi! Ronald, bantu gue mengamankan semua beban kapal!" perintah Edu sa

    Last Updated : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 9 Kedua Pengacau Tiba-tiba Muncul

    Saat ini pagi yang baru saja menyapa, matahari belum lama muncul di cakrawala, menerangi samudera yang tak berujung. Kapal yang di atasnya ada Sera, Mira, dan Lia, yang sebelumnya berlayar dengan semangat, kini terombang-ambing di atas ombak yang ganas. Badai masih belum surut, angin masih bertiup sangat keras, dan hujan deras juga terus saja membasahi lautan luas itu. Mira dan Lia berdiri di dek kapal, kedua gadis itu tampak cemas. Sementara Sera duduk di kokpit kapal, mencoba untuk mencari solusi.Dengan nada khawatir Sera pun berkata, "Guys, apa yang akan kita lakukan sekarang? Kapal kita kehabisan bahan bakar, dan badai ini semakin parah!""Apa yang yang akan terjadi selanjutnya, Mira? Bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini?" Sera masih saja khawatir.Lia yang dari tadi diam saja mulai memikirkan situasi ini. Dia lalu angkat bicara, "Kita harus tetap tenang, kecemasan dan kegelisahan tidak akan memecahkan masalah. Pertama, kita perlu memastikan jika kita dan semua barang-

    Last Updated : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 10 Tetap Waspada Ditengah Badai Lautan

    Omar dan Yuni hanya mengangguk dan terlihat sinis memandang ketiga gadis itu.Sementara Lia, Mira, dan Sera, telah sampai di dalam kapal. Mereka pun segera melakukan rapat kecil darurat.Ketiganya sengaja mengecilkan volume suara mereka agar percakapan rahasia ini tidak didengar oleh sepasang suami istri yang licik itu."Guys, mau tidak mau. Kita harus merelakan Omar dan Yuni untuk bergabung dengan kita di atas kapal ini. Nggak mungkin kita menyuruh mereka untuk melompat ke laut. Itu sama saja kita melakukan sesuatu hal yang tidak berperikemanusiaan. Hanya saja. Kita harus terus berjaga-jaga. Jangan sampai kita kecolongan lagi dengan tipu muslihat mereka," ucap Lia panjang lebar kepada kedua temannya."Seperti rapat kita sebelumnya, gue akan bertanggung jawab dengan semua urusan yang berhubungan dengan logistik! Jangan harap gue akan membiarkan mereka mendekati gudang persediaan makanan kita!" tegas Sera diliputi amarah kepada Omar dan Yuni yang menyebabkan mereka terombang-ambing di

    Last Updated : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 11 Akhirnya Ada Kapal Penyelamat

    Kapal yang di atasnya ada Lia, Sera, dan Mira, Yuni dan Omar yang sedang berlayar di lautan bebas, ternyata membentur batu karang yang berada di dalam lautan. Ombak besar mulai menghantam kapal mereka lagi."Oh tidak, badai semakin parah!" teriak Lia."Kita harus segera mencari tempat berlindung. Kapal ini tidak akan tahan terhadap badai ini." tukas Sera."Tapi apa yang harus kita lakukan! Kita sedang berada di tengah lautan!" ujar Yuni semakin panik."Kita harus mencari daratan terdekat untuk berlindung sementara." seru Omar."Apakah kalian lupa? Kapal ini telah kehabisan bahan bakar! Kita hanya bisa terombang-ambing sekarang!" Mira mencoba menyadarkan semua orang yang ada di atas kapal itu.Ketika tadi kapal menabrak batu karang dengan keras, air laut mulai masuk ke dalam kapal. Benturan tersebut membuat mereka sangat ketakutan dan panik. Mereka menyadari bahwa kapal dalam bahaya sekarang dan kelimanya takut kapal ini akan tenggelam."Oh tidak, air mulai masuk ke dalam kapal! Apa

    Last Updated : 2024-01-12
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 12 Pembuat Onar Berulah Lagi

    "Selamat siang, Nona-nona. Ada apa dengan kapal kalian?" tanya Hezki, sang kapten kapal. Namun sorot matanya tertuju kepada Mira yang menurutnya, gadis paling cantik di atas kapal itu."Tuan-tuan, terima kasih banyak telah menanggapi panggilan darurat dari kami. Saat ini kami sedang dalam keadaan darurat. Kapal kami telah menghatam baru karang dan sedikit bocor. Kami telah menambalnya dengan peralatan seadanya. Namun kami tidak yakin itu dapat bertahan lama, jadi kami sangat membutuhkan bantuan Tuan-tuan sekalian," ucap Lia yang diduga oleh Hezki sebagai pemimpin mereka.Sementara gadis yang menarik hatinya terlihat diam namun memandang penuh arti kepadanya berharap Hezki dan teman-temannya mau membantu mereka.Ketiga pemuda tampan itu saling lihat-lihatan untuk berembuk terlebih dahulu. Ketiganya terlihat menggangguk seperti mengisyaratkan jika mereka akan menolong para gadis itu."Baiklah, kami akan menolong Anda bertiga," sahut Edu, pria bermata teduh yang dari tadi matanya terus

    Last Updated : 2024-01-12
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 13 Berkenalan Sambil Makan Mie Instan

    Lia tersenyum ke arah Edu. Yang membuat pria itu terpesona seketika melihat senyum dari wajah gadis yang menarik hatinya. Sang sahabat, Ronald yang mulai membantu Sera mengeluarkan beberapa barang barang logistik terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah pria itu."Gila nih Si Edu! Bukannya bantuin! Malah asyik pacaran!" gerutunya dalam hati. Menyadari akan hal itu, Ronald pun segera berkata,"Woi ... Bro! Nanti lagi acara pacarannya! Bantuin kita-kita dulu! Jangan sampai kapalnya keburu tenggelam dan kita belum selesai memindahkan semua persediaan logistik yang berlimpah ruah ini!" ketus Ronald.Lia seakan sadar karena telah terbuai dengan percakapan hangat dengan pria bermata teduh itu. Dia pun segera bergabung dengan kedua temannya untuk memindahkan semua persediaan logistik di atas kapal para pria itu."Iya, Bro! Beres!" Edu pun mau tidak mau ikut membantu untuk memindahkan semuanya.Edu, Ronald, Lia, Sera, dan Mira yang masih berada di tengah laut, berjuang melawan waktu untu

    Last Updated : 2024-01-13
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 14 Memiliki Tekad Akan Mencapai Daratan Secepatnya

    "Wah! Tugas kita sama, Sera! Tos dulu, dong!" ujar Ronald, seraya menyodorkan telapak tangannya kepada Sera yang sedang berada di sampingnya.Dengan senang hati Sera menerima uluran tangan pria itu sambil tersenyum girang."Saya, Mira. Bertanggung jawab mengenai keamanan dalam kapal," ujarnya."Wah, sepertinya tugas kita selaras, Mira. Kamu bisa bantuin saya di bagian kemudi," ucap Hezki sambil tersenyum ke arah gadis itu."Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas bantuan kalian kepada kami," ucap Lia dari kesungguhan hatinya."Tidak usah berterima kasih lagi, Lia. Kami hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kalian semua adalah teman kami sekarang. Telah masuk dan bergabung dengan tim kami," sahut Edu."Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lia. Kalian benar-benar pahlawan bagi kami. Tanpa bantuan kalian, kami tidak tahu apa yang akan terjadi terjadi." tutur Sera."Kalian tidak perlu mengucapkan terima kasih. Kami senang bisa membantu kalian dan melihat kalian aman,

    Last Updated : 2024-01-13

Latest chapter

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status