Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 12 Pembuat Onar Berulah Lagi

Share

BAB. 12 Pembuat Onar Berulah Lagi

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-12 18:25:13

"Selamat siang, Nona-nona. Ada apa dengan kapal kalian?" tanya Hezki, sang kapten kapal. Namun sorot matanya tertuju kepada Mira yang menurutnya, gadis paling cantik di atas kapal itu.

"Tuan-tuan, terima kasih banyak telah menanggapi panggilan darurat dari kami. Saat ini kami sedang dalam keadaan darurat. Kapal kami telah menghatam baru karang dan sedikit bocor. Kami telah menambalnya dengan peralatan seadanya. Namun kami tidak yakin itu dapat bertahan lama, jadi kami sangat membutuhkan bantuan Tuan-tuan sekalian," ucap Lia yang diduga oleh Hezki sebagai pemimpin mereka.

Sementara gadis yang menarik hatinya terlihat diam namun memandang penuh arti kepadanya berharap Hezki dan teman-temannya mau membantu mereka.

Ketiga pemuda tampan itu saling lihat-lihatan untuk berembuk terlebih dahulu. Ketiganya terlihat menggangguk seperti mengisyaratkan jika mereka akan menolong para gadis itu.

"Baiklah, kami akan menolong Anda bertiga," sahut Edu, pria bermata teduh yang dari tadi matanya terus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 13 Berkenalan Sambil Makan Mie Instan

    Lia tersenyum ke arah Edu. Yang membuat pria itu terpesona seketika melihat senyum dari wajah gadis yang menarik hatinya. Sang sahabat, Ronald yang mulai membantu Sera mengeluarkan beberapa barang barang logistik terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah pria itu."Gila nih Si Edu! Bukannya bantuin! Malah asyik pacaran!" gerutunya dalam hati. Menyadari akan hal itu, Ronald pun segera berkata,"Woi ... Bro! Nanti lagi acara pacarannya! Bantuin kita-kita dulu! Jangan sampai kapalnya keburu tenggelam dan kita belum selesai memindahkan semua persediaan logistik yang berlimpah ruah ini!" ketus Ronald.Lia seakan sadar karena telah terbuai dengan percakapan hangat dengan pria bermata teduh itu. Dia pun segera bergabung dengan kedua temannya untuk memindahkan semua persediaan logistik di atas kapal para pria itu."Iya, Bro! Beres!" Edu pun mau tidak mau ikut membantu untuk memindahkan semuanya.Edu, Ronald, Lia, Sera, dan Mira yang masih berada di tengah laut, berjuang melawan waktu untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 14 Memiliki Tekad Akan Mencapai Daratan Secepatnya

    "Wah! Tugas kita sama, Sera! Tos dulu, dong!" ujar Ronald, seraya menyodorkan telapak tangannya kepada Sera yang sedang berada di sampingnya.Dengan senang hati Sera menerima uluran tangan pria itu sambil tersenyum girang."Saya, Mira. Bertanggung jawab mengenai keamanan dalam kapal," ujarnya."Wah, sepertinya tugas kita selaras, Mira. Kamu bisa bantuin saya di bagian kemudi," ucap Hezki sambil tersenyum ke arah gadis itu."Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas bantuan kalian kepada kami," ucap Lia dari kesungguhan hatinya."Tidak usah berterima kasih lagi, Lia. Kami hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kalian semua adalah teman kami sekarang. Telah masuk dan bergabung dengan tim kami," sahut Edu."Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lia. Kalian benar-benar pahlawan bagi kami. Tanpa bantuan kalian, kami tidak tahu apa yang akan terjadi terjadi." tutur Sera."Kalian tidak perlu mengucapkan terima kasih. Kami senang bisa membantu kalian dan melihat kalian aman,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 15 Para Orang Tua Mulai Khawatir

    Di tengah lautan yang terbentang luas, Omar dan istrinya, Yuni duduk lelah di atas perahu karet yang mereka curi dari kapal Hezki. Mereka merasakan ketidaknyamanan karena kelaparan mulai menghampiri. Omar memandang langit yang cerah, akan tetapi laut yang tak berujung membuatnya merasa terisolasi.Omar pun berseru,"Yuni, kita harus segera mencari makanan. Sudah hampir sehari kita tidak makan apa-apa."Yuni mengangguk setuju, "Benar, tadi kita lupa mencuri bahan makanan dari kapal. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"Omar mulai merasa frustrasi, "Kita tidak boleh membuat kesalahan seperti ini lagi. Sekarang kita terdampar di tengah laut tanpa bekal makanan. Apa yang bisa kita makan di sini?"Yuni mencoba mencari solusi, "Mungkin ada ikan di sekitar perahu. Kita bisa mencoba membuat jaring sederhana untuk menangkap ikan."Omar menanggapi dengan ketus perkataan istrinya, "Dengan apa kita membuat jaring? Kita tidak membawa peralatan pancing atau jaring. Kamu jangan mengada-ada kalau n

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 16 Para Ibu Sangat Merindukan Putri-putrinya

    Ketiga ayah terlihat berwajah sangat tegang saat ini. Tidak sanggup berspekulasi dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan putri-putri mereka.Seandainya waktu dapat diulang kembali mungkin saja Papa Theo, Papa Herman, dan Papa Bagas tidak akan pernah mengizinkan mereka untuk berlayar ke laut.Saat ini ketiga ayah sedang duduk gelisah di ruang tengah rumah Lia sambil menatap layar televisi yang menyiarkan berita terkait pencarian Lia, Mira, dan Sera. Wajah mereka penuh dengan kecemasan, dan suasana di ruangan itu terasa sangat tegang."Apa yang sebenarnya terjadi dengan putri-putri kita? Sudah lebih dari lima hari, tapi masih belum ada kabar." tutur papa Herman dengan wajah cemas."Saya sungguh tidak tahan dengan situasi seperti ini. Tidak ada kejelasan sama sekali! Tim SAR harus segera menemukan mereka." Papa Bagas ikut menimpali.Papa Theo lalu angkat bicara,"Kita harus tetap tenang dan percaya bahwa Sera, Lia, dan Mira, akan kembali dengan selamat. Para nelayan di sekitar peraira

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 17 Edu, Sang Koki Tampan

    Kembali ke lautan bebas,Dalam perjalanan yang sulit ini, Hezki, sebagai nakhoda kapal, harus menghadapi tantangan besar. Angin yang tadinya mengarah ke Utara tiba-tiba berbalik ke arah Barat, membuat mereka semakin terombang-ambing di tengah lautan yang luas. Kekhawatiran dan kegelisahan tampak jelas di wajah Lia, Sera, Mira, Hezki, Edu, dan Ronald. Mereka merasa seperti sedang dipermainkan oleh kekuatan alam yang tak terkendali.Edu dengan nada khawatir segera berkata, "Hezki, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa angin tiba-tiba berubah arah?"Hezki dengan ekspresi penuh perhatian, menjawab perkataan sahabatnya,"Aku juga tidak tahu, Bro. Sepertinya kita sedang menghadapi perubahan cuaca yang tak terduga. Namun kita harus tetap tenang dan mencari solusi terbaik untuk situasi ini."Ronald dengan nada cemas mengingatkan sahabatnya,"Tapi bahan bakar kita hampir habis, Hezki. Bagaimana kita bisa melanjutkan perjalanan ini?""Kita harus berpikir secara kreatif. Apakah ada cara lain un

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 18 Badai Pasti Berlalu

    Malam menjelang di atas kapal, langit dipenuhi bintang yang bersinar gemilang seperti hiasan alam yang tak terhitung. Ombak yang tenang dan suara angin pelan menciptakan latar yang syahdu, membuat malam semakin terhanyut dalam keheningannya. Di tengah kegelapan, Lia, Sera, dan Mira mempersiapkan diri untuk beristirahat di kamar kecil yang menjadi tempat tinggal mereka di kapal ini.Saat mereka masuk ke dalam kamar kecil dan sederhana itu, Sera menghela napas ringan, "Guys .... Siapa yang tahu kita akan memiliki petualangan seperti ini, tidur di atas kapal yang terombang-ambing di tengah samudera."Mira mengangguk setuju, "Ini benar-benar pengalaman yang unik. Tapi, setidaknya kita punya satu sama lain, untuk saling bertahan."Lia pun menambahkan, "Ya, benar yang kalian katakan. Semog saja ketenangan di laut malam ini berlangsung sampai pagi menjelang."Ketiganya merenung sejenak, duduk di tempat tidur yang cukup untuk mereka bertiga. Cahaya kecil dari lampu kapal memancar lembut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 19 Menemukan Sebuah Pulau

    Pagi itu, udara segar bercampur dengan aroma asin air laut menyapa mereka yang masih terombang-ambing di atas lautan bebas. Lia, Zemi, Edu, Ronald, dan Hezki masih terlelap dalam tidur mereka, terbawa mimpi di tengah samudera luas. Namun, Sera, gadis yang selalu bersemangat, bangun lebih dulu. Dia merasakan sesuatu yang berbeda, sebuah harapan baru akan menghampiri mereka hari ini.Sera berjalan perlahan menuju geladak kapal, langkah kakinya terasa ringan. Dia merasakan angin pagi yang sejuk menyapu wajahnya, rambutnya bergerak mengikuti irama angin. Matahari mulai muncul di ufuk timur, sinarnya memantul di permukaan air laut, menciptakan pemandangan yang menakjubkan.Badai yang mengamuk tadi malam ternyata dapat mereka lewati juga dengan semangat dan kekompakan diantara semua orang.Dari kejauhan, Sera dapat melihat sesuatu. "Sebuah pulau!" Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kapal mereka yang telah kehabisan bahan bakar, kini terombang-ambing menuju pulau itu, ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 20 Pesona Pulau Impian

    Ternyata tanpa mereka sadari Lia, Sera, Mira, Edu, Ronald, dan Hezki, terdampar di sebuah pulau yang tak berpenghuni, yang bernama Pulau Asu.Keadaan yang tak terduga ini membuat mereka merasa cemas dan bingung, namun juga menimbulkan rasa penasaran tentang apa yang akan mereka temukan di dalam pulau tersebut.Pulau yang sungguh memukau ini terletak di tengah samudera yang luas, jauh dari peradaban dan keramaian kota. Pulau Asu merupakan salah satu pulau yang berada di Wilayah Negara Indonesia yang terletak di perairan Samudera Hindia. Pulau ini berada di sisi barat Pulau Sumatera, tepatnya pada gugusan Kepulauan Nias.Pulau ini dikelilingi oleh air laut dengan ombak besar yang meraung-raung saat mencapai bibir pantai.Pantainya berpasir putih yang tampak bagaikan kilauan kristal-kristal saat diterpa oleh sinar matahari.Edu, Hezki, dan Ronald memandang gulungan ombak yang cukup tinggi itu, dengan wajah berbinar. Sepertinya mereka ingin mencoba bermain selancar di atasnya."Guys! Coba

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status