Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 5 Cuaca Tiba-tiba Berubah

Share

BAB. 5 Cuaca Tiba-tiba Berubah

last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-27 20:14:15

Di pelabuhan itu juga bertengger kapal pesiar yang berukuran lebih besar dari kapal yang disewa oleh ketiga gadis tadi. Pemiliknya yaitu Hezki Arion, seorang pengusaha yang bergerak dalam bidang perkapalan.

Kapal kecil itu berjenis speed boat cabin cruiser yang khusus dirancang untuk kegiatan rekreasi dan liburan. Kapal ini dilengkapi dengan kabin yang dapat menampung beberapa orang, serta fasilitas seperti dapur mini, kamar mandi, dan tempat tidur.

Dimensi speed boat cabin cruiser umumnya lebih besar dan lebih berat daripada jenis speed boat lainnya, yaitu panjang antara delapan sampai dua belas meter dan lebarnya berkisar antara tiga sampai empat meter. Mesin yang disematkan juga bertenaga tinggi, sehingga bisa digunakan untuk perjalanan jauh di atas lautan bebas dengan fasilitas yang memadai.

Ketiganya baru saja sampai di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka terlihat sibuk menaikkan semua barang-barang pribadi masing-masing ke dalam kapal pesiar berukuran kecil itu.

Setelah semua selesai mereka angkut ke atas kapal, Hezki pun mulai mengemudikan kapal tersebut. Semilir angin lautan menyapa awal perjalanan mereka pagi menjelang siang itu.

"Alam liar, lautan bebas! Tunggu kami!" teriak Edu senang di atas dek kapal.

"Yeah! Freedom! Welcome long holiday on the ship!" Ronald juga ikut-ikutan mengekspresikan perasaannya saat ini.

Di belakang kemudi kapal Hezki terlihat senyum-senyum sendiri melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian Hezki memperhatikan monitor di depannya. Pria itu sedang mengamati kondisi lautan. Ternyata semua dalam keadaan baik. Gelombang laut semakin ke tengah juga terlihat tenang. Angin laut juga tidak terlalu kencang.

Menyadari jika semuanya terlihat normal, Hezki pun mengaktifkan sistim navigasi otomatis. Pemuda itu mulai bergabung dengan kedua temannya yang sedang bersantai di dek kapal.

"Woi, Bro! Lo ngapain ke sini? Nanti Kapal kita bisa tenggelam!" seru Ronald khawatir.

"Ha-ha-ha. Lo tenang saja, Bro. Kapal ini tidak akan tenggelam. Gue sudah mengaktifkan sistem navigasi otomatis. Jadi kita aman sekarang," jawab Hezki sambil mengambil gitar di salah satu sudut kapal dan mulai memetiknya.

Ketiganya sedang bersenandung lagu salah satu grup band asal Inggris, Coldplay yang berjudul Paradise.

When she was just a girl, she expected the world

But it flew away from her reach

So she ran away in her sleep and dreamed of

Para-para-paradise, para-para-paradise, para-para-paradise

Every time she closed her eyes.

Selama berada di atas laut banyak hal yang dilakukan oleh Mira, Lia, dan Sera. Selain menikmati pemandangan laut yang sungguh indah. Mereka juga singgah di beberapa pulau-pulau kecil di wilayah kepulauan seribu.

Para gadis itu juga melakukan kegiatan berenang dan snorkeling sambil menikmati pemandangan bawah laut yang sungguh memukau. Apalagi negara Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.

Mereka sangat bangga menjadi warga negara Indonesia yang memiliki keindahan alam dan pulau-pulau kecil yang begitu banyak bertebaran.

"Nona-nona makan malam telah siap untuk disantap," seru Mbak Yuni kepada ketiga gadis itu.

"Iya, Mbak. Terima kasih." jawab Sera sambil tersenyum.

"Lia, ada gunanya juga mbak Yuni ikut dengan kita melaut. Jadi kita bisa lebih santai," tutur Mira.

Namun Lia diam saja, dia kurang suka dengan sikap Mbak Yuni kepada mereka dan Lia tidak dapat menjelaskan hal itu sama sekali.

Malam ini adalah malam terakhir mereka akan berlayar. Keesokan harinya, para gadis berencana kembali ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Ketiganya sangat bersyukur selama mereka berlayar di lautan bebas. Cuaca sangatlah mendukung.

Akhirnya ... pagi pun tiba.

Cuaca pagi ini terlihat sangat cerah. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Namun tiba-tiba langit yang tadinya berwarna biru cerah tanpa awan sedikitpun. Menjadi gelap dan mendung.

Dari arah depan kapal, terlihat awan yang sangat gelap. Angin pun mulai bertiup kencang.

Mira, Lia, dan Sera yang tadinya sedang duduk-duduk santai di dek kapal. Segera masuk ke dalam kapal.

Bersamaan dengan itu, Mas Omar dan istrinya, Mbak Yuni terlihat telah memakai baju pelampung.

"Mas ada apa ini?" tanya Lia kepada sang kapten kapal.

"Maaf, Nona. Sepertinya cuaca berubah menjadi buruk." sahut Mas Omar dengan wajah panik.

"Apa?" kaget Lia.

"Tapi kok bisa?" tanya Sera takut.

Ternyata feeling-nya sebelum mereka berangkat berlayar terbukti juga.

"Lia, apa yang harus kita lakukan?" tanya Mira.

Dengan sigap, Lia menyerahkan baju pelampung kepada kedua sahabatnya.

"Mira, Sera. Ayo segera kalian pakai ini!" Belum selesai Lia berkata, kapal mereka tiba-tiba oleng ke arah kiri. Mereka pun semua terjatuh.

"Ayo cepat! Jangan buang waktu lagi!" sergah Lia kepada kedua sahabatnya.

Angin kencang itu kembali membuat kapal mereka oleng ke kiri. Mas Omar yang berada di ruang kemudi mencoba untuk terus menjaga keseimbangan kapal.

Lia lalu ke luar kapal sebentar untuk melihat sendiri apa yang terjadi saat ini. Dirinya sangat terkejut saat melihat cuaca yang tadinya cerah sekarang malah telah berubah menjadi sangat gelap.

Angin laut juga bertiup sangat kencang. Gelombang laut yang tadinya tenang. Kini berubah menjadi berombak besar.

"Kenapa cuacanya bisa berubah menjadi ekstrim begini?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

Lia pun kembali masuk ke dalam kapal. Dia melihat wajah kedua temannya telah berubah menjadi pucat pasi.

"Lia apa yang harus kita lakukan?" sergah Mira kepada temannya itu.

Namun lagi-lagi belum sempat Lia berbicara, tiba-tiba saja mesin kapal mati. Suasana menjadi gelap di dalam kapal itu. Sera segera menyalakan senter yang selalu ada di saku celananya.

Mas Omar dan istrinya mulai memasuki kabin. Lia pun segera berkata,

"Mas Omar, kenapa mesin kapan bisa mati?" kesalnya sambil menatap wajah pria itu.

"Ma ... maaf, Nona. Bahan bakar telah habis."

"Apa?" kaget ketiganya.

"Lho, Mas. Bukannya saya telah memberikan kepada Anda biaya untuk mengisi bahan bakar secara full? Kok tiba-tiba bisa kehabisan bahan bakar begini?" Mira menatap tajam ke arah pria itu.

"Yuni! Ayo jelaskan! Semua ini gara-gara kamu!" serunya marah kepada istrinya.

"Mbak! ada apa ini sebenarnya! Tolong kalian jujur!" Lia juga ikut menatap tajam ke arah Yuni.

"Ma ... maaf, Nona."

"Mbak! Saya nggak butuh kata maaf darimu! Tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" hardik Lia penuh amarah.

Kapal kecil itu semakin goyang. Mereka semua saling mencari pegangan agar tidak jatuh. Suasana juga telah menjadi gelap. Padahal hari masih siang.

Yuni pun menceritakan semuanya. Lia, Sera dan Mira terlihat sangat geram mendengarnya. Ternyata istri Mas Omar itu menyuruh suaminya agar mengisi bahan bakar kapal setengahnya saja dan tidak full tank.

Terbukti sudah kecurigaan Lia beberapa hari ini kepada perempuan bernama Yuni tersebut. Ternyata dia adalah dalang dari semua kekacauan ini.

"Mas Omar! Bagaimana Anda bertanggungjawab dalam situasi seperti ini?" tukas Lia setengah membentak pria itu.

Bab terkait

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 6 Bertahan Di Tengah Badai Lautan

    Ketiga gadis itu sama sekali tidak menyadari jika pasangan suami istri itu dari tadi mulai berjalan perlahan menuju ke pintu ke luar. Entah apa yang hendak mereka lakukan beberapa saat lagi."Sa ... saya, juga tidak tahu apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal ini Nona Lia. Kita kan tidak bisa memprediksi tentang cuaca di tengah laut," tutur Mas Omar."Saya bukan sedang membicarakan tentang cuaca laut, Mas! Yang saya permasalahkan adalah bagaimana kapal ini bisa mencapai daratan kalau tidak ada bahan bakar? Mbak Yuni! Apa solusi dari Anda?" sahut Lia sengit.Sepasang suami istri itu malah terdiam dan tak dapat berkata-kata. Sementara Sera dan Mira mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya.Lalu tanpa ketiganya sadari, pasangan suami istri itu, tiba-tiba ke luar dari kabin. "Maafkan kami, Nona!" seru Mas Omar sambil menarik tangan istrinya menuju dek kapal."Hei ... apa yang kalian lakukan!" teriak Mira.Namun terlambat, pasangan suami istri itu, telah

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 7 Rapat Penting

    Di atas kapal, Lia, Mira, dan Sera dapat melihat jika sepasang suami istri itu dari tadi mencoba berusaha untuk mendekati kapal. Akan tetapi gelombang laut yang besar malah membuat kapal itu semakin jauh terombang-ambing dari mereka.Ketiga gadis itu juga tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka tidak memiliki peralatan untuk menolong mereka. Beruntungnya Omar dan Yuni sangat terlatih dalam hal berenang. Sehingga mereka dapat bertahan lebih lama lagi di laut. Apalagi keduanya juga telah memakai baju pelampung yang membuat tubuh mereka tetap terapung di atas lautan luas itu.Hari pun mulai gelap, namun gelombang laut masih saja besar. Ketiga gadis itu telah kembali masuk ke dalam kabin kapal.Mereka baru saja selesai makan malam seadanya untuk mengganjal perut mereka malam ini. Ketiganya sedang duduk di sebuah sofa kecil yang ada di dalam kabin kapal kecil itu.Sepertinya Lia akan segera memulai rapat penting.Gelombang laut masih saja besar tapi sudah agak berkurang terjangan om

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 8 Bersama Menghadapi Amukan Badai Di Lautan Luas

    Ternyata amukan cuaca buruk di tengah lautan juga dirasakan oleh Hezki, Ronald, dan Edu yang juga sedang berlayar di tengah lautan bebas. Kapal mereka mulai berderit-derit di atas gelombang tinggi. Angin kencang menderu, memekik, dan mengoyak debu-debu asin laut. Hezki, Ronald, dan Edu yang berdiri di geladak terlihat mulai pucat dan cemas."Kita harus mengendalikan kapal ini dengan baik!" seru Edu, berusaha menahan dirinya dari goyangan kuat. "Betul! Kita tidak boleh membiarkan badai ini merobek kapal kita menjadi dua," tambah Ronald dengan wajah tegang.Hezki, yang biasanya tenang, berkata, "Gue akan ke ruang kemudi, cobalah mempertahankan apa yang kita punya di sini!"Mereka bertiga berusaha mati-matian mengendalikan kapal, tetapi ombak raksasa dan angin kencang terus menguji ketahanan mereka. Kapal melayang naik dan turun di atas gelombang seperti permainan ayunan neraka."Hezki, tolong berpegang terus dikemudi! Ronald, bantu gue mengamankan semua beban kapal!" perintah Edu sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 9 Kedua Pengacau Tiba-tiba Muncul

    Saat ini pagi yang baru saja menyapa, matahari belum lama muncul di cakrawala, menerangi samudera yang tak berujung. Kapal yang di atasnya ada Sera, Mira, dan Lia, yang sebelumnya berlayar dengan semangat, kini terombang-ambing di atas ombak yang ganas. Badai masih belum surut, angin masih bertiup sangat keras, dan hujan deras juga terus saja membasahi lautan luas itu. Mira dan Lia berdiri di dek kapal, kedua gadis itu tampak cemas. Sementara Sera duduk di kokpit kapal, mencoba untuk mencari solusi.Dengan nada khawatir Sera pun berkata, "Guys, apa yang akan kita lakukan sekarang? Kapal kita kehabisan bahan bakar, dan badai ini semakin parah!""Apa yang yang akan terjadi selanjutnya, Mira? Bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini?" Sera masih saja khawatir.Lia yang dari tadi diam saja mulai memikirkan situasi ini. Dia lalu angkat bicara, "Kita harus tetap tenang, kecemasan dan kegelisahan tidak akan memecahkan masalah. Pertama, kita perlu memastikan jika kita dan semua barang-

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 10 Tetap Waspada Ditengah Badai Lautan

    Omar dan Yuni hanya mengangguk dan terlihat sinis memandang ketiga gadis itu.Sementara Lia, Mira, dan Sera, telah sampai di dalam kapal. Mereka pun segera melakukan rapat kecil darurat.Ketiganya sengaja mengecilkan volume suara mereka agar percakapan rahasia ini tidak didengar oleh sepasang suami istri yang licik itu."Guys, mau tidak mau. Kita harus merelakan Omar dan Yuni untuk bergabung dengan kita di atas kapal ini. Nggak mungkin kita menyuruh mereka untuk melompat ke laut. Itu sama saja kita melakukan sesuatu hal yang tidak berperikemanusiaan. Hanya saja. Kita harus terus berjaga-jaga. Jangan sampai kita kecolongan lagi dengan tipu muslihat mereka," ucap Lia panjang lebar kepada kedua temannya."Seperti rapat kita sebelumnya, gue akan bertanggung jawab dengan semua urusan yang berhubungan dengan logistik! Jangan harap gue akan membiarkan mereka mendekati gudang persediaan makanan kita!" tegas Sera diliputi amarah kepada Omar dan Yuni yang menyebabkan mereka terombang-ambing di

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 11 Akhirnya Ada Kapal Penyelamat

    Kapal yang di atasnya ada Lia, Sera, dan Mira, Yuni dan Omar yang sedang berlayar di lautan bebas, ternyata membentur batu karang yang berada di dalam lautan. Ombak besar mulai menghantam kapal mereka lagi."Oh tidak, badai semakin parah!" teriak Lia."Kita harus segera mencari tempat berlindung. Kapal ini tidak akan tahan terhadap badai ini." tukas Sera."Tapi apa yang harus kita lakukan! Kita sedang berada di tengah lautan!" ujar Yuni semakin panik."Kita harus mencari daratan terdekat untuk berlindung sementara." seru Omar."Apakah kalian lupa? Kapal ini telah kehabisan bahan bakar! Kita hanya bisa terombang-ambing sekarang!" Mira mencoba menyadarkan semua orang yang ada di atas kapal itu.Ketika tadi kapal menabrak batu karang dengan keras, air laut mulai masuk ke dalam kapal. Benturan tersebut membuat mereka sangat ketakutan dan panik. Mereka menyadari bahwa kapal dalam bahaya sekarang dan kelimanya takut kapal ini akan tenggelam."Oh tidak, air mulai masuk ke dalam kapal! Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 12 Pembuat Onar Berulah Lagi

    "Selamat siang, Nona-nona. Ada apa dengan kapal kalian?" tanya Hezki, sang kapten kapal. Namun sorot matanya tertuju kepada Mira yang menurutnya, gadis paling cantik di atas kapal itu."Tuan-tuan, terima kasih banyak telah menanggapi panggilan darurat dari kami. Saat ini kami sedang dalam keadaan darurat. Kapal kami telah menghatam baru karang dan sedikit bocor. Kami telah menambalnya dengan peralatan seadanya. Namun kami tidak yakin itu dapat bertahan lama, jadi kami sangat membutuhkan bantuan Tuan-tuan sekalian," ucap Lia yang diduga oleh Hezki sebagai pemimpin mereka.Sementara gadis yang menarik hatinya terlihat diam namun memandang penuh arti kepadanya berharap Hezki dan teman-temannya mau membantu mereka.Ketiga pemuda tampan itu saling lihat-lihatan untuk berembuk terlebih dahulu. Ketiganya terlihat menggangguk seperti mengisyaratkan jika mereka akan menolong para gadis itu."Baiklah, kami akan menolong Anda bertiga," sahut Edu, pria bermata teduh yang dari tadi matanya terus

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 13 Berkenalan Sambil Makan Mie Instan

    Lia tersenyum ke arah Edu. Yang membuat pria itu terpesona seketika melihat senyum dari wajah gadis yang menarik hatinya. Sang sahabat, Ronald yang mulai membantu Sera mengeluarkan beberapa barang barang logistik terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah pria itu."Gila nih Si Edu! Bukannya bantuin! Malah asyik pacaran!" gerutunya dalam hati. Menyadari akan hal itu, Ronald pun segera berkata,"Woi ... Bro! Nanti lagi acara pacarannya! Bantuin kita-kita dulu! Jangan sampai kapalnya keburu tenggelam dan kita belum selesai memindahkan semua persediaan logistik yang berlimpah ruah ini!" ketus Ronald.Lia seakan sadar karena telah terbuai dengan percakapan hangat dengan pria bermata teduh itu. Dia pun segera bergabung dengan kedua temannya untuk memindahkan semua persediaan logistik di atas kapal para pria itu."Iya, Bro! Beres!" Edu pun mau tidak mau ikut membantu untuk memindahkan semuanya.Edu, Ronald, Lia, Sera, dan Mira yang masih berada di tengah laut, berjuang melawan waktu untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status