Share

THE HEIR OF DRAGON
THE HEIR OF DRAGON
Penulis: Amelia Siauw

Prologue

Penulis: Amelia Siauw
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

     Pria tua itu menghela nafas penuh kekecewaan. "Kekaisaran Han akan jatuh…" Ia menggelengkan kepalanya, wajahnya menyiratkan kesedihan yang amat sangat.

    "Kakek, ada hal yang kau cemaskan?" Seorang remaja pria berusia pertengahan belasan tahun bertanya. Sang pria tua memandanginya.

    "Kau adalah cucu tunggalku, satu-satunya kini yang paling bisa kupercaya. Aku ingin memberimu suatu tugas. Bisakah kau melakukannya?"

    Remaja itu mengangguk cepat. "Tentu saja kakek!"

    "Pergilah ke Istana. Temui kaisar dan katakan pesanku padanya untuk berhati-hati. Tetaplah mawas diri dan sesulit apapun keadaan yang tengah ia jalani, ia tetap harus sabar dan jangan melarikan diri ke dalam kefanaan yang bukan hanya akan menjerumuskannya ke dalam kematian, namun juga seluruh keluarganya."

    "Saya menjalankan pesan kakek. Saya akan pergi sekarang juga."

    Tanpa membuang waktu lagi si remaja bergegas pergi. Di balik pintu, sang pria mengamatin bayangannya sampai ia menghilang dari pandangan. Mata tuanya berkedip murung. Aku telah mencoba sebisaku, tapi entah apakah aku bisa mengubah Takdir atau tidak Karena Roda Takdir telah berputar, kini Langit berbalik ingin menghukum keluarganya untuk segala dosa yang pernah dilakukannya.

    Si remaja memang berjalan sangat cepat, tetapi ternyata ada yang berjalan lebih cepat darinya. Tiba-tiba saja orang-orang tak dikenal itu telah menghalangi jalannya. Salah seorang yang berdiri di tengah-tengah menyeringai, lalu menghunus pedangnya. Mencoba bersikap tenang, si remaja berujar, "Tuan-Tuan, saya yakin saya tidak pernah berbuat jahat dan menyakiti hati siapapun, oleh karena itu saya yakin tidak ada dendam di antara kita. Juga kalian lihat sendiri, saya hanyalah seorang pelajar miskin yang tidak punya uang banyak. Karenanya, mohon Tuan-Tuan hentikan kekonyolan ini dan lekas beri saya jalan."

    Si pria asing menyeringai semakin lebar. "Kau memang tidak pernah menyakiti hati kami dan kami pun tidak ingin merampokmu. Tetapi pesan yang akan kausampaikan itu terlalu berbahaya, karenanya kami harus mengenyahkanmu!"

    Paras si remaja berubah pucat. "Bagaimana kalian bisa tahu?!..."          Apakah ada mata-mata musuh kekaisaran yang menyamar menjadi murid kakek…

    "Itu tidak penting. Yang penting adalah kami harus membungkammu agar tidak menyampaikan pesan itu!" Si pria asing menyerang maju, begitu pula para pengikutnya.

    Si remaja segera menghunus pedangnya dan bergegas menghadapi serangan musuh, tetapi ternyata lawannya ini benar-benar pesilat tangguh. Hanya butuh waktu semenit sampai si pria asing menangkap pergelangan tangannya, meremukkan tengkuknya dan membuatnya terkulai tidak sadarkan diri. Ia lantas melemparkan tubuh si remaja pada salah satu pengikutnya.

    "Benar-benar berbahaya jika anak ini sampai berhasil menyampaikan pesan Sun He Xian pada kaisar. Kalau begitu caranya, rencana kudeta Yang Mulia bisa-bisa malah akan gagal. Untung saja bagi kita untuk menggagalkannya." Ia memberi perintah pada pengikutnya. "Buang anak ini ke penambangan batu di Yitmaiszk. Jadi walaupun dia sadar, dia tidak akan bisa lagi menjumpai kaisar."

    Dan ketika mereka membuang si anak ke penambangan batu Yitmaiszk, sang pria tua merasakan sakit yang amat sangat di dada kirinya. Ia berusaha keras melawannya, namun sayang, rasa sakit itu lebih kuat. Ia pun jatuh tersungkur ke lantai.

    "Ternyata..." Ia bergumam, nafasnya terengah-engah. "Ternyata dia tak bisa melaksanakannya. Dan akupun juga tak bisa lagi... Melindungi..."

    Tangannya yang bergetar jatuh diam ke lantai. Matanya terpejam, rapat. Nafasnya terhenti.

***

    Gadis itu masih muda. Ia pula berparas sangat cantik bak dewi khayangan, tutur katanya begitu halus dan lembut, pula wajahnya menyiratkan kebeliaan dan kehangatan yang sangat memikat.

    Siapa sangka gadis belia ini ternyata mampu melakukan pembunuhan. Pula korbannya adalah Paduka kaisar sang penguasa negeri.

    Tapi nyatanya ia telah melakukannya. Si gadis mengarahkan pandangannya kepada pria yang tengah terbaring di sampingnya, dalam keadaan tak bernyawa. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum kepuasan.

    "Kau melakukannya dengan baik sekali, keponakanku."

    Si gadis mendongak, tersenyum pada sosok yang telah berdiri di hadapannya. "Ya, Paman. Ini pekerjaan yang sangat mudah sekali. Sang kaisar begitu tergila-gila padaku, aku bisa menyuruhnya melakukan apapun yang kuinginkan. Tentunya termasuk meminum racun ini." Ia mengarahkan pandangannya ke arah mangkuk yang tergelincir jatuh di samping tempat tidur.

    "Itulah kebodohan pria. Sehebat apapun dia, pasti akan takluk dalam dekapan wanita cantik."

    "Paman, kau akan menuruti janjimu, kan? Bila aku berhasil membunuh kaisar, kau akan menjadikanku Gui fu-ren dan menobatkan anak dalam kandunganku sebagai putera mahkota?"

    Dan inilah kebebalan wanita. Selalu haus akan kekuasaan. Tapi mana mungkin aku akan membiarkanmu yang mengandung darah daging Kaisar Han mendominasi takhta?

    "Sayang sekali, aku tidak bisa mengabulkan permohonanmu yang satu itu."

    Mata si gadis terbelalak. "Paman, apa maksudmu?!..."

    Si gadis tidak sempat melanjutkan kata-katanya. Pedang milik si pria melesat begitu cepat dan tepat menusuk ke dada kirinya. Segera ia jatuh terbaring di samping pria yang baru saja dibunuhnya, juga dalam keadaan tak bernyawa.

    Sudut bibir si pria bergerak-gerak. Ia tertawa, semakin lama semakin membahana. "Hahahahahahaha! Langit memberkati jalanku! Kini aku. Akulah Penguasa negeri ini. Penguasa dunia ini!"

    Si pria terus tertawa tiada henti, tidak menyadari seorang bocah laki-laki kecil berpakaian mewah tengah mengawasinya dari balik pintu. Bola mata lugu anak itu kini melebar ketakutan. Sedetik kemudian, ia memutar tubuh kecilnya, bergegas lari.

    Suara langkah si bocah terdengar oleh pria itu. "Siapa di sana?!?"

    Si bocah berlari semakin cepat. Menjadi geram, si pria melangkah keluar ruangan dan kini telah memelototi si bocah kecil yang kini hanya dapat berdiri terpana. Ia menyeringai. "Ah kau pasti sang Pangeran yang sayangnya sekarang bukan lagi pangeran. Kau masih belum tidur? Rupanya kau hendak menyaksikan peristiwa spektakuler di mana aku menggantikan posisi Ayahandamu."

    Walau ketakutan, si bocah masih tetap mampu menunjukkan ketegarannya dan wibawa layaknya seorang bangsawan agung. "Kau berencana mengkudeta Kaisar, Perdana Menteri. Kau melanggar aturan negara. Kau akan dikenai hukuman setimpal."

    "Itu tidak akan terjadi, Nak. Karena benda ini telah berada dalam genggamanku" Si pria mengangkat tangannya yang menggenggam stempel kekaisaran tinggi-tinggi. "Kini, akulah Penguasa negeri ini. Kaisar baru, Penguasa Dunia ini!" Ia kembali melengkingkan gelegar tawanya yang penuh kesombongan. Mematung di hadapannya, sang pangeran kecil tergugu. Tubuhnya yang kecil gemetaran hebat. Ia ingin sekali melakukan sesuatu, tetapi ia tidak bisa melakukan apapun.

    Saat ini tidak bisa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Devi Handoyo
AwAl yg Baik... Smoga Ceritera Berikutnya Tambah Menarik... .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 1

    Han Yu Shi mengusap bulir-bulir peluh yang membasahi wajahnya. Sinar matahari siang ini lebih terik dari biasanya, atau mungkin hanya karena ia bekerja jauh lebih berat dari hari-hari sebelumnya. Raja Tukhestan, Yerzhan, baru saja menikahkan puterinya. Sang Raja ingin membangun istana baru yang dipenuhi limpahan emas dan permata, dan karenanya para penambang harus mampu mengumpulkan bebatuan berharga tersebut dengan cepat pula dalam jumlah besar. Para penjaga membentak-bentak kasar dan akan memukulkan cambuk berduri jika mereka melihat pekerja berhenti bekerja bahkan hanya untuk sebentar saja. Yu Shi sudah dua tiga kali terkena cambukan mereka. Pemuda itu memandangi telapak tangannya yang kini terbalut keringat bercampur darah. Kepalanya sakit, serta pening luar biasa, pening yang ditimbulkan dari rasa haus yang amat sangat. Ia bergegas menghampiri sumur pengambilan air. Ia harus buru-buru, para penjaga tidak mengizinkan penambang beristirahat lama

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 2

    Cuaca di keesokan harinya masih sama panasnya dengan kemarin. Yu Shi sama sekali tak menyukai hawa panas di Tukhestan yang derajat panasnya berkali-kali lipat dibanding hawa panas di An Chang, masih ditambah hembusan angin kering padang pasir. Memang kota barat seperti Yitmaiszk ini paling cocok menjadi tempat hukuman bagi orang-orang Han seperti dirinya dan Cao Xun. Namun di hari itu Raja Tukhestan Yerzhan, tiba-tiba saja muncul di penambangan disertai iring-iringannya yang megah. Hal ini cukup mengherankan Yu Shi, mengingat sang Raja biasanya hanya muncul saat musim yang sejuk dan menyegarkan, dan bukan di saat yang panas dan menyiksa seperti sekarang ini. Mandor Karkysbai datang terbungkuk-bungkuk ke hadapan sang Raja yang bertanya, "Apa yang menyebabkan kalian lama sekali mengumpulkan permata yang diminta?" "Ampun Baginda, akhir-akhir ini para budak tidak mampu bekerja sesuai harapan," Ka

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 3

    Kira-kira pukul sebelas malam, Yu Shi disertai Cao Xun mengendap-endap menuju tembok tempat Yu Shi melihat "sang bola mata" siang tadi. Sebetulnya ia tidak ingin membawa Cao Xun turut serta, bagaimanapun ini adalah urusannya. Bila mereka sampai tertangkap prajurit, maka Cao Xun akan dihukum karena kesalahan yang tidak diperbuatnya. "Tapi sekarang ini hanya kita berdualah yang merupakan orang Han. Kita senasib sepenanggungan satu sama lain. Kita harus saling membantu satu sama lain," ujar Cao Xun sungguh-sungguh. Melihat kesungguhan dan solidaritas Cao Xun yang begitu tulus, Yu Shi pun mengizinkannya menyertainya. Mereka harus berjalan dengan mengendap-endap seperti maling untuk bisa menghindari penjagaan prajurit, karenanya setelah lama kemudian mereka baru dapat tiba di tempat tujuan. Suasana saat itu sunyi senyap, tak ada tanda-tanda kehadiran manusia sama sekali. Yu Shi melongok ke balik tembok. Tidak ada siapa-siapa.

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 4

    Di dalam Istana... Seisi Aula Utama terdiam dalam kesenyapan yang mengerikan tatkala si utusan selesai membacakan petisinya. Mereka semua pun ganti memandangi Kaisar Liang Wang Di, yang kini menatap utusan tersebut dengan sorot mata tajam menusuk. "Jadi intinya, bangsa Khanate ingin memerdekakan diri?" Sang Kaisar bertanya perlahan. Si utusan menelan ludah. "Anu... Yang Mulia... mereka sudah memerdekakan diri..." Sunyi. Kemudian Kaisar Liang memukul meja di sebelahnya keras-keras. Kemarahan membuat wajahnya memerah. Ia segera bangkit berdiri. "Benar-benar keparat! Segera kirim pasukan ke Khanate dan seret para pemberontak itu ke sini!" Seorang menteri veteran keluar dari barisan para pejabat. "Baginda, mohon Anda pertimbangkan masak-masak perintah Anda tersebut. Kita telah mengirim puluhan, bahkan mungkin ratusan

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 5

    Bagaimanapun juga, Tuan Li bertekad untuk membuat Yu Shi mencapai keberhasilan secepat mungkin. Ia menyusun jadwal sangat ketat di mana Yu Shi boleh dibilang nyaris tidak memiliki waktu istirahat kecuali saat makan, mandi dan tidur - tidur pun hanya kurang lebih lima jam sehari. Tuan Li menginginkan Yu Shi mempelajari sebanyak mungkin pengetahuan, mulai dari ilmu politik dan ketatanegaraan, manajemen dan administrasi pemerintahan, strategi perang, bahkan juga mencakup seni, kesusasteraan serta budaya. Yu Shi sendiri tidak mengeluh. Ia telah terbiasa hidup dalam kesengsaraan perbudakan, jadi jadwal ketat ini bukan apa-apa baginya. Bahkan Yu Shi meminta Tuan Li mengajarinya ilmu beladiri. "Saya ingin menjadi sempurna, Guru. Karena saya berasal dari kasta rendah, dan orang tidak akan memandang kasta rendah kecuali mereka memiliki sesuatu yang lebih dan bernilai." Tuan Li memandang paras Yu Shi yang pucat dan tubuhnya yang ku

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 6

    "Waktunya telah tiba." Tuan Li menyerahkan secarik kertas besar pada Yu Shi yang langsung membacanya. "Ujian seleksi pemilihan pejabat negara..." Ia mendongak, kembali memandang Tuan Li dengan bola mata melebar. "Pada minggu ini, Guru?" "Kenapa? Kau tak siap?" "Tidak! Tentu saja saya siap!..." Yu Shi buru-buru menukas. "Saya hanya merasa sedikit gugup..." "Oh, baguslah kalau hanya begitu. Aku nyaris khawatir kau tidak siap." Tuan Li tersenyum lebar. Sambil menepuk pundak muridnya, ia kembali meneruskan, "Kita telah berlatih sangat keras, Nak, dan kau telah memperlihatkan kemampuanmu yang sangat baik itu. Kau pasti akan lulus, Nak. Lebih dari itu, kau pasti akan menjadi zhuangyuan." Nampak jelas Tuan Li sangat yakin dengan kata-katanya, Yu Shi pun ikut tersenyum lebar. "Terima kasih, Guru. Murid tidak akan mengecewakan Guru." Keesokan harinya, Yu

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 7

    Tuan Li kurang lebih telah dapat menebak hasil seperti apa yang didapatkan Yu Shi, karena mimik depresi yang ditampakkan pemuda itu sangat jelas. "Kau tidak berhasil?" "Lebih parah lagi, Guru. Aku tidak bisa memberikan jawaban apapun." Selanjutnya Yu Shi menceritakan apa persisnya yang telah dialaminya. Tuan Li segera bangkit berdiri, berseru marah. "Mereka jelas telah melanggar ketentuan! Bahkan negara dengan pemerintahan terbodoh sekalipun tidak akan mengeluarkan jenis soal seperti itu!" "Percuma saja Guru. Rasa-rasanya memang seperti itulah jenis soal yang mereka ujikan setiap tahunnya," Yu Shi menggumam letih. "Kalau begini caranya, kita harus menempuh cara lain..." Tuan Li menarik nafas, kemudian menepuk bahu Yu Shi. "Ya, pasti ada cara lain."*** Dua tahun kembali berlalu, namun Yu Shi masih belum mendapatkan jalan masuk ke istana. Tuan Li telah mencoba

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 8

    "Berangkat!" Yu Shi duduk di atas kuda putihnya, menyerukan aba-aba pada pasukannya yang langsung berderap maju. Saat itu masih pagi buta dan para prajurit belum terjaga sepenuhnya, bagaimanapun instruksi yang datang dari atas mengharuskan mereka bergerak di saat musuh masih terlelap. Yu Shi mengamati pasukannya tidak dengan sepenuh hati mengikuti aba-abanya. Mereka berjalan dengan langkah berat dan gontai. Yu Shi mendesah. Timnya terdiri dari pasukan yang seluruhnya berasal dari kaum awam dan tidak memiliki pengalaman perang sama sekali, tentu saja mereka tidak bisa diharapkan memiliki mental selayaknya seorang prajurit. Memang Panglima Liu selaku panglima tertinggi dapat memaklumi keadaan mereka sehingga mengizinkan mereka berada di barisan belakang, tetapi bagaimanapun ini adalah perang. Segalanya menjadi tidak pasti. Bisa saja mereka tahu-tahu diinstruksikan maju ke barisan paling depan. Betapapun, Yu Shi masih bisa sed

Bab terbaru

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 105

    Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 104

    "Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 103

    Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 102

    Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 101

    Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 100

    "Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 99

    Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 98

    Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 97

    "Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan

DMCA.com Protection Status