"Berangkat!"
Yu Shi duduk di atas kuda putihnya, menyerukan aba-aba pada pasukannya yang langsung berderap maju. Saat itu masih pagi buta dan para prajurit belum terjaga sepenuhnya, bagaimanapun instruksi yang datang dari atas mengharuskan mereka bergerak di saat musuh masih terlelap. Yu Shi mengamati pasukannya tidak dengan sepenuh hati mengikuti aba-abanya. Mereka berjalan dengan langkah berat dan gontai. Yu Shi mendesah. Timnya terdiri dari pasukan yang seluruhnya berasal dari kaum awam dan tidak memiliki pengalaman perang sama sekali, tentu saja mereka tidak bisa diharapkan memiliki mental selayaknya seorang prajurit.
Memang Panglima Liu selaku panglima tertinggi dapat memaklumi keadaan mereka sehingga mengizinkan mereka berada di barisan belakang, tetapi bagaimanapun ini adalah perang. Segalanya menjadi tidak pasti. Bisa saja mereka tahu-tahu diinstruksikan maju ke barisan paling depan. Betapapun, Yu Shi masih bisa sedikit bernafas lega melihat Cao Xun ikut bergabung dalam tim mereka. Walaupun Cao Xun - sama seperti dirinya - tidak memiliki pengalaman bertempur, namun semangatnya telah digembleng berkat hasil latihan yang keras. Yu Shi menoleh ke arah Cao Xun, Cao Xun sendiri membalas tatapan Yu Shi, kemudian melempar senyum untuk menyemangatinya.
Mereka tiba di pelataran terbuka. Di sana telah berkumpul pasukan dari tim lain. Dan berdiri di depan, Panglima Liu selaku panglima tertinggi memperhatikan seluruh anak buahnya sampai selesai menata barisan masing-masing, kemudian mulai menjabarkan instruksinya.
"Pemberontakan Cheng Xi Bo sama sekali tidak boleh kita pandang remeh, apalagi sekarang di mana mereka telah mendapatkan banyak taktikus dan prajurit yang andal. Kita harus menganggap ini sama tinggi tingkatannya dengan perang! Jadi, kuulangi sekali lagi, ini sama berbahayanya dengan perang ganas! Risiko kegagalannya sangat tinggi! Berbicara pahitnya, sangat mudah bagi kita untuk mati sekarang juga!"
Para prajurit yang berasal dari kaum awam tidak dapat menahan diri untuk tidak mengerang ketakutan.
"Tapi bila kalian mematuhi segala instruksi dengan baik, kita akan mampu mengalahkan mereka dengan jumlah korban sesedikit mungkin, aku jamin itu! Karena kita juga memiliki banyak taktikus yang tak kalah andal. Namun sehebat apapun taktik yang kita jalankan, bila tidak didukung kerjasama dari prajurit, tetap saja akan gagal! Karenanya..." Ia mengedarkan pandangan ke arah tim amatir yang dipimpin Yu Shi, "...kalian harus melakukan seluruh instruksi dengan mentalitas seorang prajurit sejati. Dan barang siapa yang tidak mematuhi instruksi dengan benar akan langsung dijatuhi hukuman militer! Termasuk kalian yang ogah-ogahan dan tidak profesional!"
Tim pasukan Yu Shi sontak merinding ketakutan. Hukuman militer banyak kali merupakan hukuman mati di tempat. Kini mereka semua langsung membuka mata lebar-lebar dan tidak ada lagi yang berani berdiri dengan gontai.
Panglima Liu mengangkat tombak kebesarannya tinggi-tinggi, lalu menudingkannya ke arah selatan, lokasi yang diduga sebagai markas utama pemberontak. "Berangkat!"
Seluruh pasukan segera menderapkan langkah. Panglima Liu memandangi pasukannya dengan saksama. Prajuritnya berjumlah sekitar seratus ribu orang, masih lebih banyak bila dibandingkan prajurit Cheng Xi Bo yang hanya berjumlah enam puluh ribu. Tetapi itu hanya dari segi kuantitas, dari segi kualitas, menurut kabar burung yang beredar Cheng Xi Bo masih lebih unggul. Dan yang paling seru adalah kabar itu; bahwa Cheng Xi Bo sekarang didukung oleh An Dao Dui - Pasukan Jalan Kegelapan. Entah kabar itu benar atau tidak, namun yang pasti efeknya telah berhasil membuat ketakutan para prajuritnya.
Terutama pasukan tim Yu Shi. Terdengar mereka sibuk berbisik-bisik. "Memang benar kabar burung itu, kalau An Dao Dui bisa langsung membunuh orang hanya lewat tatapan mata saja?"
"Memang menurut kabar yang kudengar An Dao Dui itu sekumpulan orang-orang berilmu tinggi. Kalian tahu pemimpinnya, Song Qiu? Dia bisa membunuh banyak orang hanya dalam sekali tebas!"
"Kalau Song Qiu aku tahu, dia memang terkenal dengan Golok Kobaran Api-nya... Hei, kenapa kau? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku... tidak apa-apa... hanya mual sedikit..."
"Aku juga merinding! Lawan kita adalah Song Qiu, bagaimana kita tidak takut... Ya Tuhan, padahal aku masih belum menikah..."
"Semua diam!" Yu Shi membentak para pasukannya yang segera tutup mulut. Namun walaupun mereka sekarang telah diam seribu bahasa, tetap saja rasa takut masih bersarang dalam benak mereka, bahkan diperbesar dengan keheningan. Yu Shi mengatupkan bibirnya. Padahal mereka masih belum bertatap muka dengan musuh, tetapi mental pasukannya belum apa-apa sudah jatuh duluan. Justru ini yang diinginkan musuh, kalau begini keadaannya, walaupun An Dao Dui bahkan lebih payah darinya tetap saja pasukannya sudah kalah pamor dan karenanya bisa kalah betulan.
Terdengar genderang perang dibunyikan. Para prajurit mulai berseru-seru dan mereka lantas berlari kencang. Dugaan Panglima Liu benar, pasukan Cheng Xi Bo masih dalam keadaan terlelap. Kini mereka mendapat serangan mendadak, mereka tidak bisa dengan cepat balas menyerang. Beberapa jam kemudian mereka telah berhasil menguasai pos pertama.
"Lihat, itu hanya kabar burung belaka. Mana An Dao Dui-nya? Tidak ada! Itu hanya usaha musuh belaka untuk menciutkan nyali kalian agar kita kalah sebelum bertempur!" Yu Shi bersorak gembira, yang segera disambut pasukannya dengan seruan gegap gempita. Mereka semua sangat senang sekaligus lega, lega karena nyawa mereka masih tetap melekat pada tubuh masing-masing.
Panglima Liu berdiri naik ke mimbar, memecah keramaian para pasukannya yang tengah berpesta, "Kita telah menang! Namun ini hanya kemenangan pertama, masih ada pertempuran lagi sampai kita berhasil menangkap si pemberontak Cheng Xi Bo! Jadi hentikan sekarang juga pesta ini dan pergi tidur! Kita akan kembali memulai peperangan pagi-pagi, dengan tujuan Area Chong Shan!"
Para pasukan segera mematuhi perintah sang atasan dan pergi tidur. Tapi tidak begitu halnya dengan Yu Shi. Ia merasa ada yang tidak beres dengan. perintah Panglima Liu. Area Chong Shan bukan basis utama pemberontak, begitu juga dengan Area Shun Shang yang barusan mereka menangkan. Mengapa mereka tidak langsung menyerang saja ke kamp pusat musuh dan malah membuang-buang waktu begini? Atau Panglima Liu ingin menghancurkan dari yang terkecil dahulu, baru terakhir menyerbu yang besar?
"Tapi seharusnya itu tak perlu, menurutku," ujarnya saat berdiskusi dengan Cao Xun. "Kita tetap akan bisa menang, bukankah kita menang jumlah?"
Cao Xun terpekur. "Kurasa mereka termakan dengan desas-desus itu. Bahwa Cheng Xi Bo didukung oleh An Dao Dui yang kemampuannya bisa disamakan dengan pasukan neraka."
"Kau percaya bahwa An Dao Dui itu benar-benar ada?"
"Sepertinya memang benar... Kalau tidak, mana mungkin mereka ketakutan sampai seperti itu..."
"Membuat yang jauh kelihatan dekat, dan membuat yang dekat kelihatan jauh... Itu adalah salah satu strategi tipu daya seperti yang dikatakan Sun Tzu. Cheng Xi Bo sengaja menyebarkan gosip yang tidak benar untuk melemahkan nyali pasukan kita."
"Kau mau bilang, kalau sebetulnya An Dao Dui itu tidak ada, dan kalaupun ada, mereka tidak memiliki ilmu mengerikan seperti yang digosipkan?"
Yu Shi mengangguk. "Ini adalah perangkap psikologis yang diciptakan Cheng Xi Bo untuk mengalahkan kita."
"Kalau begitu kenapa kau tidak mengatakannya saja pada Panglima Liu?"
"Ya... aku juga berencana demikian..." Yu Shi bangkit berdiri dan segera keluar dari kemahnya, menuju kemah Panglima Liu.
Panglima Liu sendiri tidak begitu menyetujui pendapat Yu Shi. "Kau bisa berkata begitu karena kau belum pernah berhadapan langsung dengan An Dao Dui, Anak muda."
"Tapi bagaimanapun, gosip-gosip seperti inilah yang justru menjadi faktor utama yang akan melemahkan pasukan kita," Yu Shi tetap teguh pada argumennya.
Seorang penasihat ikut berujar, "Cheng Xi Bo didukung An Dao Dui, kenyataan itu telah diketahui seluruh dunia, bukan gosip buatan mereka sendiri." Ia memandang Yu Shi, mengamati wajah mudanya yang nampak tidak terima dan masih ingin memprotes, kemudian menambahkan, "Aku mengerti kau menginginkan keadaan psikologis yang bagus bagi prajurit kita. Tetapi kau juga harus tahu, merupakan sebuah kenyataan Cheng Xi Bo didukung oleh pasukan An Dao Dui yang telah terkenal akan kehebatannya. Kami juga berusaha keras untuk mengalahkan musuh, kami berusaha mengalahkan mereka dengan taktik yang kami buat. Dan, taktik ini pasti akan berhasil, walaupun memang sedikit lambat tetapi inilah taktik ampuh, juga untuk meredakan ketakutan psikologis para prajurit."
Yu Shi menggeleng kuat-kuat, "Tidak, Jenderal, ketakutan itu justru semakin lama malah semakin kuat..."
"Sudahlah!" Tiba-tiba Panglima Liu membentak, sangat keras. "Kembali ke kemahmu!"
Yu Shi terpana, "Jenderal..."
"Kau tidak dengar apa yang tadi kuperintahkan! Cepat kembali! Atau kau harus diseret dengan paksa baru mau keluar?!"
Tidak punya pilihan lain, Yu Shi terpaksa mengundurkan diri.
Jenderal salah besar. Dia sendiri tidak pernah mengamati langsung para prajuritnya, karena itu dia tidak tahu seberapa besar rasa takut para prajurit terhadap An Dao Dui, dan strateginya yang memutar jalan berbelit-belit itu tidak melenyapkan ketakutan mereka, yang ada hanya memperpanjang perang dan semakin lama mengekang mereka dalam rasa takut. Kalau saja ada cara yang lebih baik... Secara kebetulan ia melihat salah seorang prajurit yang merupakan anak buahnya melintas. Yu Shi bergegas menghentikan si anak buah. "Kau tahu, seperti apa persisnya An Dao Dui?" "Maafkan saya, Tuan. Saya sendiri juga kurang mengerti karena belum pernah melihat mereka secara langsung. Hanya menurut kabar burung saja, kalau mereka..." "Ada di antara kalian yang pernah melihat An Dao Dui dengan mata kepala sendiri?" Si prajurit berpikir sejenak. "Katanya A Lan pernah bertatap muka langsung dengan mereka." "
"Akhirnya kau sendiripun ikut ketakutan terhadap An Dao Dui?" tanya Cao Xun. Yu Shi menggeleng. Cao Xun kebingungan. "Tapi kau sendiri yang memerintahkan kami semua untuk mundur?..." "Percuma saja melawan mereka. Mental pasukan kita sudah kalah sebelum bertempur. Pula musuh sangat pintar menciptakan efek dramatis dengan muncul dari daerah berkabut tebal serta memakai pakaian dan cadar serba hitam." Yu Shi meletakkan siku tangannya ke atas kakinya yang duduk bersila. "Dan aku juga tidak takut terhadap Song Qiu. Hanya saja kata-katanya barusan memberikanku letikan ide." Cao Xun langsung tertarik. "Ide?" "Ya," Yu Shi lantas bangkit berdiri. "Aku ingin pergi ke suatu tempat. Sementara itu, tolong bantu aku mengawasi prajurit dan keadaan. Bila terjadi sesuatu, segera kirimkan si Perak kepadaku." Si Perak adalah burung merpati peliharaan Yu Shi. "Tapi kau mau pergi ke ma
Enam jam telah berlalu. Matahari pagi telah merekah menyinari ufuk timur, tapi si orang bercadar masih belum kembali juga. Yu Shi mendesah panjang. Bukan hanya tidak mendapatkan pawang, sekarang ia juga kehilangan kuda putih kesayangannya. Berkali-kali ia merutuki kebodohannya karena terlalu mudah mempercayai seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. Bagaimana kalau orang itu benar mata-mata? Bagaimana kalau ini semua ternyata adalah permainan Cheng Xi Bo untuk menjebaknya? Ia merosot jatuh, bersimpuh pasrah di atas tikar kemahnya, lantas menggelengkan kepala kuat-kuat. Gagallah sudah rencana terakhirnya, akhirnya ia hanya bisa membiarkan nyawanya berakhir di sini. sekarang. Dan setelah di akhirat nanti, ia masih harus menghadap arwah keluarga dan leluhurnya yang pastinya meminta pertanggung jawabannya, mengapa ia gagal mewujudkan misi suci ini. Seorang prajurit menerobos masuk ke dalam kemah dengan terburu-buru, "Tuan! Pasuk
Dengan berhasil dikalahkannya An Dao Dui, maka kekuatan Cheng Xi Bo secara drastis berkurang jauh. Hanya dibutuhkan beberapa hari untuk menumpas habis pemberontakan itu. Cheng Xi Bo sendiri terlalu malu untuk mengakui kekalahannya bunuh diri dengan menebas lehernya sendiri, dan mayatnya ditemukan tak jauh di tepi sungai Jiang Chang. Panglima Liu menepuk pundak Yu Shi dengan bangga. "Kaulah penentu kemenangan ini, Li Run Fang! Bila kau tidak mendapatkan ide tersebut, malah mungkin kita yang akan dibunuh oleh Cheng Xi Bo!" Yu Shi menundukkan kepalanya, menjawab dengan nada penuh kerendah hatian. "Jenderal terlalu memuji Ide itu pula bisa saya laksanakan berkat bantuan seseorang" Namun ia tak berhasil menemukan penolong misteriusnya. Para pawang menolak untuk memberitahukan identitas si cadar, dan kudanya tiba-tiba saja telah terikat di samping kemahnya. "Kita akan sege
"Puteri Pertama, Puteri Kedua dan Puteri Ketiga, telah tiba!" Seruan sang pengumandang lah yang mampu mengalihkan perhatian seluruh aula dari Yu Shi. Mereka segera memutar tubuh seraya menghaturkan hormat pada ketiga puteri yang kini berdiri di singgasana kerajaan. "Hormat kepada Yang Mulia Puteri. Semoga Yang Mulia sekalian diberkati Langit dan panjang umur sampai sepuluh ribu tahun!" Yu Shi pula ikut menghaturkan hormat pada ketiga puteri tersebut, seraya memandangi mereka dengan seksama. Ia sudah tahu, Kaisar Liang tidak memiliki putera seorangpun walaupun ia telah bercinta dengan sebanyak mungkin wanita yang diinginkannya, Langit hanya berkenan memberikannya tiga puteri mahkota. Puteri pertama Liang Ying Lan persis seperti desas-desus yang beredar, sangat cantik dan menawan. Ia pula terkenal pintar, handal, dan berkharisma. Semua orang - pria dan wanita senantiasa bersedia tunduk
"Kenalilah musuhmu, kenalilah dirimu sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenalilah Langit, kenalilah Bumi, maka kemenanganmu akan menjadi lengkap." Dengan tegas dan gamblang, Yu Shi memaparkan isi dari Kitab Seni Perang Sun Tzu seperti yang diminta Kaisar Liang. Kaisar paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya, kekaguman yang terpancar dari sorot matanya semakin besar. Begitu pula dengan para menteri dan pejabat pemerintahan lain yang duduk menatapnya dari sudut ruangan yang lain. "Bagaimana dengan sastra dan kebudayaan? Kau juga menguasainya seterampil kau menguasai bidang ini?" Perdana Menteri bertanya. "Ya, Tuan. Saya juga menguasainya." Selanjutnya Yu Shi menjabarkan beberapa karya sastra klasik yang telah dipelajarinya berulang kali - karya sastra pilihan yang menurut Tuan Li pasti akan dapat memenangkan hati siapapun yang mengujinya. Dan benar saja, k
Si pemuda balas menatap Yu Shi, kemudian berseru, "Jalan!" Nampaknya pemuda itulah ketua kerumunan tersebut, karena mereka semua dengan amat patuh mengikuti komandonya. Yu Shi membawa mereka ke dalam sebuah ruangan kecil. Ia menutup semua pintu dan jendela, dan setelah memastikan tidak ada orang luar dapat menguping, ia berujar, "Mengapa kalian semua begitu bodoh? Bukankah sudah kubilang berkali-kali, jangan bertindak sembarangan. Apalagi sampai masuk menyerbu istana!" Nada suara Yu Shi sarat dengan kemarahan. Namun seakan tidak mau kalah, si ketua massa membalasnya dengan berapi-api, "Tuan... Anda sendiripun tidak memberikan kami kesejahteraan seperti yang dulu Anda janjikan! Padahal Anda bilang, bila kami mengikuti Anda, kami akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan hidup!" Kerumunan massa ikut berseru-seru. Cao Xun menukas, "Kalian pikir semua hal bisa dicapai semudah membalikkan lidah? Kali
Betulkah demikian? "Tolong! Tolong aku!!!" Yu Shi, Cao Xun serta Feng Lan segera menoleh. Tidak jauh dari mereka, massa mantan pasukan Cheng Xi Bo tampak tengah menyandera Xiu Lan. Salah seorang di antaranya menukas, "Wah, Tuan Putri yang satu ini sudah muda lagi cantik, pas sekali untuk bersenang-senang!" Fu Liu menyeringai mengerikan, "Kita bebas mempermaikannya sesuka hati, dia milik kita sekarang. Paduka Kaisar pasti juga menyetujui perbuatan kita ini." Ia menjilat bibirnya. Wajah Xiu Lan benar-benar putih pucat sekarang. "Kalian mau apakan aku?!... Jangan!..." "Ka..." Tapi belum sempat Yu Shi melanjutkan kalimatnya, Fu Liu membelalakkan bola matanya seakan tengah memberi sebuah isyarat. Yu Shi lantas mengerti apa maksud sebenarnya Fu Liu menyandera Xiu Lan. Yu Shi lekas mencabut pedang kebesarannya dari pinggangnya. Sambil mengacungkannya
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan