"Puteri Pertama, Puteri Kedua dan Puteri Ketiga, telah tiba!"
Seruan sang pengumandang lah yang mampu mengalihkan perhatian seluruh aula dari Yu Shi. Mereka segera memutar tubuh seraya menghaturkan hormat pada ketiga puteri yang kini berdiri di singgasana kerajaan.
"Hormat kepada Yang Mulia Puteri. Semoga Yang Mulia sekalian diberkati Langit dan panjang umur sampai sepuluh ribu tahun!"
Yu Shi pula ikut menghaturkan hormat pada ketiga puteri tersebut, seraya memandangi mereka dengan seksama. Ia sudah tahu, Kaisar Liang tidak memiliki putera seorangpun walaupun ia telah bercinta dengan sebanyak mungkin wanita yang diinginkannya, Langit hanya berkenan memberikannya tiga puteri mahkota.
Puteri pertama Liang Ying Lan persis seperti desas-desus yang beredar, sangat cantik dan menawan. Ia pula terkenal pintar, handal, dan berkharisma. Semua orang - pria dan wanita senantiasa bersedia tunduk mengikuti perintahnya. Seorang puteri yang memang telah ditakdirkan menjadi seorang penguasa sejak lahir.
Puteri yang tidak kalah populer dengan Puteri Ying Lan adalah Puteri Ketiga Liang Xiu Lan. Semua orang tahu Puteri Xiu Lan sangat manja dan egois, betapapun dialah puteri yang paling disayangi oleh kaisar, dikarenakan setelah kelahirannya sang kaisar senantiasa dilimpahi keberuntungan dan nasib baik. Makanya kaisar selalu akan menuruti permintaan Xiu Lan sekalipun yang diminta sang puteri sangat irasional. Yu Shi dapat melihat bahwa Puteri Xiu Lan bukanlah seorang gadis penyabar; kakinya menghentak-hentak tiada henti dan tangannya selalu bergerak ke sana kemari, sementara bola matanya menyiratkan kebosanan yang amat sangat.
Malas memandangi si Puteri Ketiga, Yu Shi berpindah mengamati Puteri Kedua, Liang Feng Lan. Dibandingkan kedua saudaranya, Puteri Feng Lan nampak paling sederhana dan pendiam. Ia memang terkenal tidak suka berbicara. Namun, sudah jadi rahasia umum bahwa dialah puteri yang paling pandai di antara ketiga puteri tersebut. Ia sering mempelajari berbagai ilmu, bahkan tak jarang ia ikut terlibat dalam kasus-kasus kenegaraan juga menyumbangkan ide-idenya.
Ia pendiam dan menutup diri, jelas pamornya kalah dibandingkan kakak dan adiknya. Ia juga tampil sangat sederhana bila dibandingkan kedua saudaranya yang memakai riasan mewah, sudah pasti ia dicap sebagai puteri paling jelek di antara mereka bertiga. Padahal dialah puteri yang terpandai, sungguhpun demikian ia akan selalu menjadi bayang-bayang saudari-saudarinya. Sungguh kasihan, Yu Shi berujar iba dalam hati.
"Langit memberkati Liang Yang Agung! Tuan-Tuan sekalian berhasil mempersembahkan kemenangan bagi negeri yang kita cintai ini!" Puteri Ying Lan memulai pidatonya. "Tidak ada lagi kata-kata yang dapat kami berikan pada kalian selain... Terima Kasih Banyak!" Ia menekankan kata-kata terakhir sedemikian rupa sehingga seluruh aula tergerak untuk bersorak-sorai secara otomatis. "Liang tidak akan melupakan jasa kalian selamanya, begitu juga dengan kami, Keluarga Kerajaan. Kini, kami mengadakan pesta kemenangan bagi kalian. Minum dan makanlah sepuasnya, bersukacita lah sepuasnya! Malam ini milik kalian! Milik kita semua!"
Orang-orang kembali bersorak-sorai. Yu Shi harus mengakui bahwa Puteri Ying Lan ini memang pandai berpidato. Namun ia lebih tertarik mengamati Puteri Feng Lan. Gerak-gerik sang puteri sangat menarik perhatiannya. Entah mengapa, rasanya ia pernah melihat gerak-gerik tersebut di suatu tempat entah di mana...
Seluruh undangan mulai bersantap sembari melontarkan percakapan riuh rendah. Suara tawa terdengar di mana-mana. Yu Shi masih tetap menjadi bintang utama - para dayang membawakan hidangan terbanyak dan terenak untuknya, namun pemuda itu justru ingin sekali menghindar. Sejujurnya malah, ia ingin sekali menghampiri seseorang, tapi ia sangsi apakah ia mampu melakukannya dalam pesta yang hingar bingar. Apalagi dalam kondisi sekarang, ia semakin harus berhati-hati menjaga nama baiknya.
Betapapun, Yu Shi akhirnya berhasil juga menghindari keramaian. Hidangan yang disajikan para dayang istana amat menggugah selera, begitu juga dengan anggur-anggurnya. Para tamu dengan segera larut dalam hingar bingar pesta hingga mereka tak menyadari bahwa Yu Shi telah menyelinap pergi, dan kini tengah duduk di salah satu bangku taman istana, menengadah mengamati langit malam.
"Kukira kau adalah bintang utama pesta kali ini," sebuah suara halus dan lembut menegurnya.
Yu Shi terperangah. Puteri Feng Lan telah berdiri tepat di hadapannya. Ia pun buru-buru bangkit menghaturkan hormat, "Yang Mulia Puteri..."
Puteri Feng Lan tersenyum, dan saat melihat bola matanya yang menyipit, Yu Shi pun yakin ia telah menemukan si orang bercadar penolongnya yang menghilang tiba-tiba itu.
"Yang Mulia Puteri... Saya benar-benar mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Anda. Kalau bukan karena pertolongan Anda memanggil pawang-pawang itu, saya tak akan dapat memenangkan perang ini."
Puteri Feng Lan tampak terkejut.
"Jadi... kau sudah tahu..." bisiknya lirih.
Yu Shi tersenyum. "Walaupun cadar dapat menutupi kecantikan wajah Anda, namun tetap tak bisa menyembunyikan gerak-gerik seorang Puteri Sejati."
Sanjungan Yu Shi membuat wajah sang puteri bersemu merah, namun demikian ia berusaha untuk terlihat tidak peduli. "Kau benar-benar membuatku salut, karena kau bukan hanya tampan, namun juga sangat pandai." Ia kini menatap Yu Shi, sangat tajam. "Sangat mirip dengan seseorang."
Yu Shi merasakan dadanya mendadak tercekat. "Maksud Anda, Tuan Puteri..."
Pandangan Feng Lan menerawang. "Benar juga, kau sangat mirip dengan seseorang... tapi siapa dia, aku sendiri juga lupa... Yang pasti, kau sama sekali tidak mirip dengan Tuan Li. Kau mirip dengan seorang tokoh terkenal yang pernah kulihat potretnya entah di mana..."
Feng Lan kini sibuk memeras memorinya, sementara Yu Shi dilanda rasa panik yang luar biasa. Ia juga sibuk memeras otak untuk mengalihkan pembicaraan. "Maaf, Tuan Puteri, kalau boleh saya tahu, darimana Anda mendapatkan pawang-pawang itu? Mereka sangatlah ahli, pasti tidak mudah mendapatkan mereka..."
Pertanyaan Yu Shi berhasil mengalihkan perhatian Feng Lan kembali terarah padanya. "Ah, itu... Mereka semua dulunya adalah pemain sirkus yang pernah datang memberikan hiburan ke istana, makanya aku mengenal mereka"
"Feng Lan! Ternyata kau ada di sini!"
Sontak Yu Shi dan Feng Lan menoleh ke arah si pemanggil, yang ternyata adalah Ying Lan. Sang puteri melangkah mendekat, dan pandangannya beralih menatap Yu Shi. "Rupanya Anda juga berada di sini, Tuan Pahlawan Negara."
Dilihat dari dekat, Ying Lan tampak jauh lebih menawan, pun Yu Shi harus mengakui sang puteri memiliki sebuah daya tarik yang mampu mempesona sekaligus menjerat setiap orang. Senyum halus sang puteri yang merekah indah di bawah sinar rembulan, Yu Shi pula bertanya-tanya berapa banyak sudah pria yang berhasil ia pikat dengan senyum itu. Ia sendiri menghaturkan hormat dan balas tersenyum, "Yang Mulia Puteri."
"Mengapa Anda tidak berada di dalam? Semua orang mencari Anda, sebaiknya kembalilah ke dalam," Ying Lan berujar halus, kemudian beralih menghadap Feng Lan, "Kau juga. Ayahanda mencarimu. Beliau ingin menanyakan sesuatu yang sangat penting padamu."
"Baik," Feng Lan ganti menatap Yu Shi, dan walaupun hanya dalam sekejap, tapi Yu Shi cukup yakin pandangan sang puteri kedua menyatakan bahwa ia sangat enggan untuk pergi meninggalkannya. Namun, mereka berdua pergi dengan sangat cepat. Kini tinggalah Yu Shi berdiri di taman istana, seorang diri.
"Bagaimana pendapatmu?"
Yu Shi tersentak. Tuan Li telah berdiri di hadapannya. "Guru!.... Apa... maksud Guru tadi?"
"Bagaimana pendapatmu mengenai para puteri kaisar Liang tersebut?"
"Oh... rupanya Guru memperhatikan percakapan saya dengan kedua puteri tadi," Yu Shi mengangguk paham. "Kedua puteri itu jauh lebih baik daripada puteri bungsu yang manja dan egois, Puteri Pertama tak dielakkan lagi merupakan seorang yang sangat menawan dan memang ditakdirkan Langit untuk menjadi puteri. Sementara Puteri Kedua, memang tidak secantik kakak dan adiknya, juga sangat pendiam dan tidak seperti kakaknya yang mempesona dan pandai bicara, namun ia memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan mendalam. Dia pulalah, Guru, yang telah membantu saya mendapatkan para pawang dan memungkin strategi "Hewan Langit" tersebut berhasil."
Tuan Li nampak sangat tertarik. "Jadi kau sudah pernah bertemu dengannya sebelumya?"
Yu Shi lantas mengisahkan pertemuan pertamanya dengan Feng Lan di Goa Kekelaman.
"Yu Shi... Dengarkan aku." Setelah terdiam beberapa saat, Tuan Li mengujarkan gumaman sangat rendah yang hampir boleh disamakan dengan bisikan. "Kaisar Liang telah melakukan dosa yang amat buruk dengan mengkhianati Han Yang Agung, maka itu Langit menghukumnya dengan tidak memberikannya seorang putera pun. Hanya ketiga puteri itulah keturunannya, dan merekalah yang akan mewarisi takhtanya selanjutnya. Tetapi karena mereka adalah wanita, maka aku sangsi Dewan Pemerintah mau menerima mereka untuk memimpin negeri ini. Pastilah, suami merekalah yang berhak mendapatkan takhta selanjutnya."
Yu Shi bagai tersambar petir mendengar ujaran Tuan Li tersebut. "Maksud Guru... Untuk dapat merebut takhta, aku harus menikahi salah satu di antara mereka?!"
"Pilihlah salah satu di antara mereka. Salah satu yang kauyakini punya potensi paling besar untuk dipercaya kaisar mewarisi takhtanya."
Yu Shi tercenung. Ia terdiam, sangat lama.
"Kenalilah musuhmu, kenalilah dirimu sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenalilah Langit, kenalilah Bumi, maka kemenanganmu akan menjadi lengkap." Dengan tegas dan gamblang, Yu Shi memaparkan isi dari Kitab Seni Perang Sun Tzu seperti yang diminta Kaisar Liang. Kaisar paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya, kekaguman yang terpancar dari sorot matanya semakin besar. Begitu pula dengan para menteri dan pejabat pemerintahan lain yang duduk menatapnya dari sudut ruangan yang lain. "Bagaimana dengan sastra dan kebudayaan? Kau juga menguasainya seterampil kau menguasai bidang ini?" Perdana Menteri bertanya. "Ya, Tuan. Saya juga menguasainya." Selanjutnya Yu Shi menjabarkan beberapa karya sastra klasik yang telah dipelajarinya berulang kali - karya sastra pilihan yang menurut Tuan Li pasti akan dapat memenangkan hati siapapun yang mengujinya. Dan benar saja, k
Si pemuda balas menatap Yu Shi, kemudian berseru, "Jalan!" Nampaknya pemuda itulah ketua kerumunan tersebut, karena mereka semua dengan amat patuh mengikuti komandonya. Yu Shi membawa mereka ke dalam sebuah ruangan kecil. Ia menutup semua pintu dan jendela, dan setelah memastikan tidak ada orang luar dapat menguping, ia berujar, "Mengapa kalian semua begitu bodoh? Bukankah sudah kubilang berkali-kali, jangan bertindak sembarangan. Apalagi sampai masuk menyerbu istana!" Nada suara Yu Shi sarat dengan kemarahan. Namun seakan tidak mau kalah, si ketua massa membalasnya dengan berapi-api, "Tuan... Anda sendiripun tidak memberikan kami kesejahteraan seperti yang dulu Anda janjikan! Padahal Anda bilang, bila kami mengikuti Anda, kami akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan hidup!" Kerumunan massa ikut berseru-seru. Cao Xun menukas, "Kalian pikir semua hal bisa dicapai semudah membalikkan lidah? Kali
Betulkah demikian? "Tolong! Tolong aku!!!" Yu Shi, Cao Xun serta Feng Lan segera menoleh. Tidak jauh dari mereka, massa mantan pasukan Cheng Xi Bo tampak tengah menyandera Xiu Lan. Salah seorang di antaranya menukas, "Wah, Tuan Putri yang satu ini sudah muda lagi cantik, pas sekali untuk bersenang-senang!" Fu Liu menyeringai mengerikan, "Kita bebas mempermaikannya sesuka hati, dia milik kita sekarang. Paduka Kaisar pasti juga menyetujui perbuatan kita ini." Ia menjilat bibirnya. Wajah Xiu Lan benar-benar putih pucat sekarang. "Kalian mau apakan aku?!... Jangan!..." "Ka..." Tapi belum sempat Yu Shi melanjutkan kalimatnya, Fu Liu membelalakkan bola matanya seakan tengah memberi sebuah isyarat. Yu Shi lantas mengerti apa maksud sebenarnya Fu Liu menyandera Xiu Lan. Yu Shi lekas mencabut pedang kebesarannya dari pinggangnya. Sambil mengacungkannya
Terlalu shock mendengar pertanyaan Feng Lan, tanpa sadar Yu Shi membelalakkan matanya. Begitu juga Cao Xun, menatap Feng Lan dengan tak percaya. Ekspresi ketakutan mereka berdua membuat Feng Lan tersenyum lebar. "Ternyata dugaanku benar," bisiknya lirih. "Kau memang seorang pangeran..." "Putri, saya mohon hentikan canda Anda ini! Terlalu berbahaya! Bila ada orang mendengar, mereka akan mengira saya sedang meninggikan status saya dan..." "Mantan Pangeran... dari Kekaisaran yang telah hancur." Feng Lan meraih sebuah buku sangat besar lagi tebal, meletakkannya di atas meja kemudian membukanya dengan cepat. Buku berisikan potret gambar orang-orang tersebut membalik cepat, dan berhenti di selembar halaman dengan potret seseorang yang membuat wajah Yu Shi memucat bagaikan membatu. "Kaisar Han Ming Shi, bergelar Wen Xing, merupakan kaisar kedua puluh lima dari generasi Han serta kaisar denga
Itu merupakan suara marah Ying Lan. Rasanya Yu Shi bisa merasakan jantungnya copot saat itu juga. Baru tadi ia ketahuan Feng Lan, masa sekarang juga ketahuan Ying Lan? Refleks, ia melongokkan kepalanya ke belakang, dan ternyata Cao Xun serta Feng Lan juga melakukan hal serupa. Alih-alih, mereka tidak mendapatkan siapapun berdiri di belakang mereka. "Putri... aku terpaksa! Kaisar lah yang menyuruhku untuk bertempur! Bahkan beliau terus membanding-bandingkanku dengan Li Run Fang si anak kemarin sore itu!" "Itu suara Ma Yong Quan, tunangan kakakku Ying Lan," seakan mengetahui Yu Shi tidak mengenali si pemilik suara kedua, Feng Lan menjelaskan dengan berbisik rendah. Mereka bertiga lantas mengendap-endap mencari tahu di mana persisnya kedua pasangan itu bercakap-cakap, dan dengan cepat menemukannya. Berjarak dua rak buku raksasa, mereka dapat melihat Ying Lan dan Yong Quan saling berhadapan. Ying Lan yang pada saat di pesta nampak
"Kau bilang, kau sudah memutuskan putri mana yang akan kau pilih?" Tuan Li bertanya, tidak bisa menyembunyikan nada girang dalam suaranya. Yu Shi mengangguk mantap. "Benar, Guru." "Apakah Putri Pertama Liang Ying Lan?" "Bukan dia. Yang saya pilih adalah Putri Kedua, Liang Feng Lan." Tuan Li nampak sangat tidak senang. "Mengapa bukan yang sulung? Kau harus tahu aturan permainan istana. Untuk urusan takhta, mereka selalu mengatamakan si sulung." "Tetapi Han memilih sang pewaris dari hasil kompetisi." "Hanya Han saja yang memiliki konsep itu! Negara lainnya memilih penguasa selanjutnya berdasarkan urutan kelahiran, semestinya kau sudah tahu akan hal itu! Dan asal kau tahu, Putri Feng Lan merupakan putri yang paling tidak disayangi oleh kaisar, jadi kansnya untuk meraih takhta boleh dibilang nihil!" "Si
Tapi memang benar ada yang datang menghampiri mereka. Feng Lan. "Selamat pagi," sapanya lembut. Namun ekspresi wajahnya berubah ketika melihat aksi mereka yang memang tampak konyol. "Ternyata inilah alasan kalian berdua datang terlambat. Kalian bercanda dulu di sini rupanya." Lekas-lekas kedua pemuda itu merapikan posisi mereka masing-masing, lantas menghaturkan hormat. "Maafkan kami atas ketidaksopanan kami, Tuan Putri!" "Ya... sekali ini aku maafkan, tapi lain kali jangan begitu. Untung aku tidak sedang ingin mendiskusikan hal penting denganmu," Feng Lan melemparkan tatapan tajam pada Yu Shi yang langsung menundukkan kepalanya. Ia lantas membalikkan tubuhnya, berjalan memimpin di depan. Di belakangnya, Yu Shi dan Cao Xun saling bertukar pandang. "Kau salah!" Yu Shi berbisik. Cao Xun hanya mengangkat bahu. "Apakah Ayahanda Kaisar sudah memanggilmu?" Feng Lan bertan
Feng Lan benar-benar sangat terkejut. "Kau ditempatkan di bawah Yong Quan?" Yu Shi mengangguk pelan. "Dia bahkan mengepalai seluruh pasukan." "Bagaimana mungkin Ayahanda memilihnya sebagai Panglima Utama?! Masih banyak orang-orang yang jauh lebih berbakat daripada dia! Memilihnya sebagai Panglima Utama hanya akan membawa kematian bagi seluruh pasukan!" Feng Lan benar-benar sangat gelisah, ia mendesah untuk yang kesekian kalinya. "Aku tahu... Pasti karena perjanjian malam itu..." "Baginda Kaisar tadi memang menyebutkan bahwa Yong Quan terikat dalam sebuah sumpah atau semacamnya..." "Ya, aku sudah tahu. Dua malam yang lalu Yong Quan menyodorkan tubuhnya dan memberikan kenikmatan seksual pada kakakku, dengan imbalan kakakku harus membujuk Ayahanda agar bersedia mengangkatnya sebagai Panglima Utama... Tentu saja aku tahu akan hal itu. Bagaimana tidak, kalau aku tetap dapat
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan