Dengan berhasil dikalahkannya An Dao Dui, maka kekuatan Cheng Xi Bo secara drastis berkurang jauh. Hanya dibutuhkan beberapa hari untuk menumpas habis pemberontakan itu. Cheng Xi Bo sendiri terlalu malu untuk mengakui kekalahannya bunuh diri dengan menebas lehernya sendiri, dan mayatnya ditemukan tak jauh di tepi sungai Jiang Chang.
Panglima Liu menepuk pundak Yu Shi dengan bangga. "Kaulah penentu kemenangan ini, Li Run Fang! Bila kau tidak mendapatkan ide tersebut, malah mungkin kita yang akan dibunuh oleh Cheng Xi Bo!"
Yu Shi menundukkan kepalanya, menjawab dengan nada penuh kerendah hatian. "Jenderal terlalu memuji Ide itu pula bisa saya laksanakan berkat bantuan seseorang"
Namun ia tak berhasil menemukan penolong misteriusnya. Para pawang menolak untuk memberitahukan identitas si cadar, dan kudanya tiba-tiba saja telah terikat di samping kemahnya.
"Kita akan segera kembali ke ibukota. Dan tatalah penampilanmu serapi mungkin, karena kita akan menghadap Baginda Kaisar."
Yu Shi kontan merasakan jantungnya berdegup kencang. "Kita akan menghadap Kaisar?"
"Tentu saja! Kita semua adalah pahlawan bagi Liang, mana mungkin Kaisar tidak memberikan kita penghargaan. Terutama kau, Nak. Kaisar sangat ingin bertemu denganmu karena beliau tahu kaulah pahlawan dalam pertempuran kali ini."
Yu Shi membisu. Perlahan-lahan, ia memasukkan genggaman tangannya yang basah oleh keringat dingin ke dalam saku bajunya. Nanti, sebentar lagi, ia akan bertemu dengan Kaisar Liang musuh yang paling dibencinya. Perasaannya kini campur aduk. Amarah, kebencian, dendam dan juga rasa takut, semuanya menumpuk jadi satu menguasai pikirannya.
Tidak aku tak boleh ketakutan begini. Justru kalau aku kacau begini, kaisar pasti akan mengetahui identitasku dan aku tak punya kesempatan untuk mewujudkan misi kami. Lagipula belum tentu pula ia masih mengenaliku. Terakhir kali ia melihatku adalah saat aku masih sembilan tahun, dan sekarang aku sudah dua puluh dua tahun. Dia tidak akan mengenaliku.
Tanpa membuang-buang waktu, pasukan kekaisaran segera bertolak kembali ke Ibukota An Chang.
Mereka sudah diperlakukan bak pahlawan besar semenjak memasuki gerbang ibukota. Seluruh penduduk An Chang berdiri di pinggir kiri dan kanan, menyerukan pekik-pekik kemenangan. Dari atas kudanya, Yu Shi memandang para penduduk kota yang sibuk mengelu-elukannya. Lamat-lamat, perasaan bangga menguar dan menjalari dadanya. Ia yang selama ini selalu dihina, diremehkan dan disiksa bagai binatang, kini dielu-elukan bak pahlawan besar oleh seluruh penduduk An Chang. Bola matanya menegang, tangannya menggenggam pelananya semakin erat. Bila saja ia hanya seorang diri, ia pasti telah meneriakkan kalimat itu sekeras-kerasnya, "Ayahanda! Ibunda! Kakek... Aku telah berhasil maju selangkah dalam mewujudkan misi suci ini!"
Tetapi justru dialah pusat perhatian seluruh An Chang sekarang. Mereka semua telah mengetahui Yu Shi-lah yang mendapat ide "Hewan Langit" untuk mengalahkan An Dao Dui. Ia dapat mendengar seseorang memulai, kemudian seruannya diikuti oleh yang lain, dan pada akhirnya seluruh An Chang mengumandangkan pekikan tersebut.
"Hidup Kapten Li Run Fang! Hidup Kapten Li Run Fang! HIDUP KAPTEN LI RUN FANG!"
Suatu hari, Yu Shi membatin. Suatu hari nanti, aku akan bebas untuk membuka identitasku yang sebenarnya, dan namaku yang sesungguhnyalah yang akan mereka kumandangkan.
Mereka akhirnya tiba di Istana. Yu Shi memandangi bangunan mewah itu, lekat-lekat. Kegetiran yang amat sangat segera memenuhi batinnya. Bangunan yang dulunya adalah milik keluarganya, dibangun oleh leluhurnya, dan diperindah oleh kakeknya sehingga menjadi Istana Terindah di seluruh dunia, kini jatuh ke tangan pihak lain yang dengan kejamnya membuang mereka sekeluarga ke jurang kematian.
Suatu hari nanti, pasti... Ia kembali membatin. Pasti akan kurebut segalanya yang seharusnya menjadi milik keluarga Han!
Pintu Istana berderik membuka. Dari baliknya, muncullah keluarga kekaisaran dengan Kaisar Liang berdiri paling depan, datang menyambut mereka semua.
"Para ksatria pemberani!" Sang Kaisar berseru. "Selamat datang kembali di An Chang, dan terima kasih banyak kalian telah mempersembahkan kemenangan yang begitu berharga bagi kami. Kalian telah menyelamatkan nyawa kekaisaran Liang dari tangan pemberontak, karena itu, saya akan menganugerahi kalian semua dengan penghargaan setinggi langit!"
Seluruh penduduk An Chang bersorak-sorai. Para prajurit berseru-seru gembira. Namun Yu Shi hanya bisa mematung, memandangi Kaisar Liang dalam kebisuan.
Ini adalah kala ketiga ia bertatap muka secara langsung dengan musuh bebuyutannya. Kala pertamanya adalah pada saat ia menjumpai pria itu tiba-tiba muncul dalam kamar tidur ayahnya, membunuh sang kaisar dan selanjutnya merebut stempel kekaisaran. Kala keduanya adalah ketika pria itu menarik paksa ia beserta ibu dan saudara-saudaranya yang lain ke Aula Istana. Telinga Yu Shi serasa berdengung. Mendadak, ia kembali dapat melihat adegan dua belas tahun yang lalu terputar balik dalam memorinya.
"Kaisar Han Shang Xing telah tewas! Kini, akulah sang Penguasa tertinggi! Akulah Kaisar baru negeri ini! Negeri Liang!"
"Memang aku tidak salah pilih. Panglima Liu, aku benar-benar bangga padamu."
" mengenai putera-puteri Kaisar lama, akan dikirim untuk bekerja di penambangan di Yitmaiszk Tukhestan!"
"Li Run Fang!"
Yu Shi tersentak dari lamunannya, namun ia dapat dengan cepat menghapus kekagetan dari wajahnya. "Ya, Jenderal?" Ia berpaling menghadap Kaisar Liang. Emosi-emosi yang tengah menguasai pikirannya semakin bergejolak. "Yang Mulia… memanggil saya?"
Panglima Liu kembali mengambil alih pembicaraan, "Dialah pahlawan utama perang ini, Yang Mulia. Walaupun masih muda, namun pemikirannya sangat brilliant dan luar biasa."
Kaisar Liang kini menatap Yu Shi, lama dan tajam. "Rasa-rasanya aku pernah melihat anak ini sebelumnya..."
Yu Shi tersentak, rasa takut segera menguasai pikirannya. Pemuda itupun lantas berdoa dalam hati, Langit... tolong berikan keajaiban jangan biarkan kaisar ini mengenaliku sekarang... kumohon...
"Aku yakin aku pernah melihat anak ini sebelumnya, entah di mana..." Kaisar memandangi Yu Shi dengan lebih saksama. "Siapa namamu, Nak?"
"Lapor Yang Mulia... Nama saya Li Run Fang!" Sebisa mungkin Yu Shi menekan nada kekhawatiran dalam suaranya.
Panglima Liu menambahkan, "Dia adalah putera angkat pejabat Li, Yang Mulia."
Kaisar Liang lantas mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh... begitu rupanya... Pantas saja rasanya aku pernah melihatnya! Jadi kau putera angkat Tuan Li? Mungkin kita pernah bertemu dalam suatu pesta atau upacara kerajaan, hm?"
Yu Shi terperangah. Kaisar Liang kembali meneruskan, "Sebetulnya, aku sangat kagum dengan ayah angkatmu itu. Siapa yang tidak tahu bahwa dialah yang merupakan salah satu fondasi utama pembangun yang membuat Kekaisaran Han dapat berjaya di seluruh dunia!" Mendengar nama Kekaisaran Han disebut-sebut, jantung Yu Shi tersirap seketika. "Tapi ah... Bukannya aku menghina ayahmu, tapi ayahmu itu memang terlalu keras kepala! Dia terlalu mengutamakan kesetiaan dan segala tetek bengek lainnya, makanya dia tidak bisa maju sampai sekarang!" Ia berhenti sejenak. "Tapi kau berbeda. Kau mau menyumbangkan bakatmu untuk Liang. Benar-benar bagus!" Tiba-tiba sang kaisar bangkit berdiri. "Kita akan merayakan pesta kemenangan besar-besaran malam ini! Terutama untuk menghormati Li Run Fang yang bersedia mengabdikan dirinya demi negara!"
Kaisar Liang menganugerahi Yu Shi dengan banyak sekali hadiah emas dan permata, bahkan menjanjikan menganugerahinya dengan pangkat tinggi. Penghargaan kaisar yang sedemikian besar menjadikan Yu Shi sorotan utama semua orang. Seluruh kaum bangsawan amat penasaran dengan Yu Shi, yang sebelumnya hanya rakyat awam biasa namun dalam sekejap dianugerahi penghargaan besar dari kaisar. Semua orang - bahkan termasuk Perdana Menteri - berlomba-lomba ingin berbicara dengannya.
"Puteri Pertama, Puteri Kedua dan Puteri Ketiga, telah tiba!"
"Puteri Pertama, Puteri Kedua dan Puteri Ketiga, telah tiba!" Seruan sang pengumandang lah yang mampu mengalihkan perhatian seluruh aula dari Yu Shi. Mereka segera memutar tubuh seraya menghaturkan hormat pada ketiga puteri yang kini berdiri di singgasana kerajaan. "Hormat kepada Yang Mulia Puteri. Semoga Yang Mulia sekalian diberkati Langit dan panjang umur sampai sepuluh ribu tahun!" Yu Shi pula ikut menghaturkan hormat pada ketiga puteri tersebut, seraya memandangi mereka dengan seksama. Ia sudah tahu, Kaisar Liang tidak memiliki putera seorangpun walaupun ia telah bercinta dengan sebanyak mungkin wanita yang diinginkannya, Langit hanya berkenan memberikannya tiga puteri mahkota. Puteri pertama Liang Ying Lan persis seperti desas-desus yang beredar, sangat cantik dan menawan. Ia pula terkenal pintar, handal, dan berkharisma. Semua orang - pria dan wanita senantiasa bersedia tunduk
"Kenalilah musuhmu, kenalilah dirimu sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenalilah Langit, kenalilah Bumi, maka kemenanganmu akan menjadi lengkap." Dengan tegas dan gamblang, Yu Shi memaparkan isi dari Kitab Seni Perang Sun Tzu seperti yang diminta Kaisar Liang. Kaisar paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya, kekaguman yang terpancar dari sorot matanya semakin besar. Begitu pula dengan para menteri dan pejabat pemerintahan lain yang duduk menatapnya dari sudut ruangan yang lain. "Bagaimana dengan sastra dan kebudayaan? Kau juga menguasainya seterampil kau menguasai bidang ini?" Perdana Menteri bertanya. "Ya, Tuan. Saya juga menguasainya." Selanjutnya Yu Shi menjabarkan beberapa karya sastra klasik yang telah dipelajarinya berulang kali - karya sastra pilihan yang menurut Tuan Li pasti akan dapat memenangkan hati siapapun yang mengujinya. Dan benar saja, k
Si pemuda balas menatap Yu Shi, kemudian berseru, "Jalan!" Nampaknya pemuda itulah ketua kerumunan tersebut, karena mereka semua dengan amat patuh mengikuti komandonya. Yu Shi membawa mereka ke dalam sebuah ruangan kecil. Ia menutup semua pintu dan jendela, dan setelah memastikan tidak ada orang luar dapat menguping, ia berujar, "Mengapa kalian semua begitu bodoh? Bukankah sudah kubilang berkali-kali, jangan bertindak sembarangan. Apalagi sampai masuk menyerbu istana!" Nada suara Yu Shi sarat dengan kemarahan. Namun seakan tidak mau kalah, si ketua massa membalasnya dengan berapi-api, "Tuan... Anda sendiripun tidak memberikan kami kesejahteraan seperti yang dulu Anda janjikan! Padahal Anda bilang, bila kami mengikuti Anda, kami akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan hidup!" Kerumunan massa ikut berseru-seru. Cao Xun menukas, "Kalian pikir semua hal bisa dicapai semudah membalikkan lidah? Kali
Betulkah demikian? "Tolong! Tolong aku!!!" Yu Shi, Cao Xun serta Feng Lan segera menoleh. Tidak jauh dari mereka, massa mantan pasukan Cheng Xi Bo tampak tengah menyandera Xiu Lan. Salah seorang di antaranya menukas, "Wah, Tuan Putri yang satu ini sudah muda lagi cantik, pas sekali untuk bersenang-senang!" Fu Liu menyeringai mengerikan, "Kita bebas mempermaikannya sesuka hati, dia milik kita sekarang. Paduka Kaisar pasti juga menyetujui perbuatan kita ini." Ia menjilat bibirnya. Wajah Xiu Lan benar-benar putih pucat sekarang. "Kalian mau apakan aku?!... Jangan!..." "Ka..." Tapi belum sempat Yu Shi melanjutkan kalimatnya, Fu Liu membelalakkan bola matanya seakan tengah memberi sebuah isyarat. Yu Shi lantas mengerti apa maksud sebenarnya Fu Liu menyandera Xiu Lan. Yu Shi lekas mencabut pedang kebesarannya dari pinggangnya. Sambil mengacungkannya
Terlalu shock mendengar pertanyaan Feng Lan, tanpa sadar Yu Shi membelalakkan matanya. Begitu juga Cao Xun, menatap Feng Lan dengan tak percaya. Ekspresi ketakutan mereka berdua membuat Feng Lan tersenyum lebar. "Ternyata dugaanku benar," bisiknya lirih. "Kau memang seorang pangeran..." "Putri, saya mohon hentikan canda Anda ini! Terlalu berbahaya! Bila ada orang mendengar, mereka akan mengira saya sedang meninggikan status saya dan..." "Mantan Pangeran... dari Kekaisaran yang telah hancur." Feng Lan meraih sebuah buku sangat besar lagi tebal, meletakkannya di atas meja kemudian membukanya dengan cepat. Buku berisikan potret gambar orang-orang tersebut membalik cepat, dan berhenti di selembar halaman dengan potret seseorang yang membuat wajah Yu Shi memucat bagaikan membatu. "Kaisar Han Ming Shi, bergelar Wen Xing, merupakan kaisar kedua puluh lima dari generasi Han serta kaisar denga
Itu merupakan suara marah Ying Lan. Rasanya Yu Shi bisa merasakan jantungnya copot saat itu juga. Baru tadi ia ketahuan Feng Lan, masa sekarang juga ketahuan Ying Lan? Refleks, ia melongokkan kepalanya ke belakang, dan ternyata Cao Xun serta Feng Lan juga melakukan hal serupa. Alih-alih, mereka tidak mendapatkan siapapun berdiri di belakang mereka. "Putri... aku terpaksa! Kaisar lah yang menyuruhku untuk bertempur! Bahkan beliau terus membanding-bandingkanku dengan Li Run Fang si anak kemarin sore itu!" "Itu suara Ma Yong Quan, tunangan kakakku Ying Lan," seakan mengetahui Yu Shi tidak mengenali si pemilik suara kedua, Feng Lan menjelaskan dengan berbisik rendah. Mereka bertiga lantas mengendap-endap mencari tahu di mana persisnya kedua pasangan itu bercakap-cakap, dan dengan cepat menemukannya. Berjarak dua rak buku raksasa, mereka dapat melihat Ying Lan dan Yong Quan saling berhadapan. Ying Lan yang pada saat di pesta nampak
"Kau bilang, kau sudah memutuskan putri mana yang akan kau pilih?" Tuan Li bertanya, tidak bisa menyembunyikan nada girang dalam suaranya. Yu Shi mengangguk mantap. "Benar, Guru." "Apakah Putri Pertama Liang Ying Lan?" "Bukan dia. Yang saya pilih adalah Putri Kedua, Liang Feng Lan." Tuan Li nampak sangat tidak senang. "Mengapa bukan yang sulung? Kau harus tahu aturan permainan istana. Untuk urusan takhta, mereka selalu mengatamakan si sulung." "Tetapi Han memilih sang pewaris dari hasil kompetisi." "Hanya Han saja yang memiliki konsep itu! Negara lainnya memilih penguasa selanjutnya berdasarkan urutan kelahiran, semestinya kau sudah tahu akan hal itu! Dan asal kau tahu, Putri Feng Lan merupakan putri yang paling tidak disayangi oleh kaisar, jadi kansnya untuk meraih takhta boleh dibilang nihil!" "Si
Tapi memang benar ada yang datang menghampiri mereka. Feng Lan. "Selamat pagi," sapanya lembut. Namun ekspresi wajahnya berubah ketika melihat aksi mereka yang memang tampak konyol. "Ternyata inilah alasan kalian berdua datang terlambat. Kalian bercanda dulu di sini rupanya." Lekas-lekas kedua pemuda itu merapikan posisi mereka masing-masing, lantas menghaturkan hormat. "Maafkan kami atas ketidaksopanan kami, Tuan Putri!" "Ya... sekali ini aku maafkan, tapi lain kali jangan begitu. Untung aku tidak sedang ingin mendiskusikan hal penting denganmu," Feng Lan melemparkan tatapan tajam pada Yu Shi yang langsung menundukkan kepalanya. Ia lantas membalikkan tubuhnya, berjalan memimpin di depan. Di belakangnya, Yu Shi dan Cao Xun saling bertukar pandang. "Kau salah!" Yu Shi berbisik. Cao Xun hanya mengangkat bahu. "Apakah Ayahanda Kaisar sudah memanggilmu?" Feng Lan bertan
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan