"Kau bilang, kau sudah memutuskan putri mana yang akan kau pilih?" Tuan Li bertanya, tidak bisa menyembunyikan nada girang dalam suaranya.
Yu Shi mengangguk mantap. "Benar, Guru."
"Apakah Putri Pertama Liang Ying Lan?"
"Bukan dia. Yang saya pilih adalah Putri Kedua, Liang Feng Lan."
Tuan Li nampak sangat tidak senang. "Mengapa bukan yang sulung? Kau harus tahu aturan permainan istana. Untuk urusan takhta, mereka selalu mengatamakan si sulung."
"Tetapi Han memilih sang pewaris dari hasil kompetisi."
"Hanya Han saja yang memiliki konsep itu! Negara lainnya memilih penguasa selanjutnya berdasarkan urutan kelahiran, semestinya kau sudah tahu akan hal itu! Dan asal kau tahu, Putri Feng Lan merupakan putri yang paling tidak disayangi oleh kaisar, jadi kansnya untuk meraih takhta boleh dibilang nihil!"
"Si
Tapi memang benar ada yang datang menghampiri mereka. Feng Lan. "Selamat pagi," sapanya lembut. Namun ekspresi wajahnya berubah ketika melihat aksi mereka yang memang tampak konyol. "Ternyata inilah alasan kalian berdua datang terlambat. Kalian bercanda dulu di sini rupanya." Lekas-lekas kedua pemuda itu merapikan posisi mereka masing-masing, lantas menghaturkan hormat. "Maafkan kami atas ketidaksopanan kami, Tuan Putri!" "Ya... sekali ini aku maafkan, tapi lain kali jangan begitu. Untung aku tidak sedang ingin mendiskusikan hal penting denganmu," Feng Lan melemparkan tatapan tajam pada Yu Shi yang langsung menundukkan kepalanya. Ia lantas membalikkan tubuhnya, berjalan memimpin di depan. Di belakangnya, Yu Shi dan Cao Xun saling bertukar pandang. "Kau salah!" Yu Shi berbisik. Cao Xun hanya mengangkat bahu. "Apakah Ayahanda Kaisar sudah memanggilmu?" Feng Lan bertan
Feng Lan benar-benar sangat terkejut. "Kau ditempatkan di bawah Yong Quan?" Yu Shi mengangguk pelan. "Dia bahkan mengepalai seluruh pasukan." "Bagaimana mungkin Ayahanda memilihnya sebagai Panglima Utama?! Masih banyak orang-orang yang jauh lebih berbakat daripada dia! Memilihnya sebagai Panglima Utama hanya akan membawa kematian bagi seluruh pasukan!" Feng Lan benar-benar sangat gelisah, ia mendesah untuk yang kesekian kalinya. "Aku tahu... Pasti karena perjanjian malam itu..." "Baginda Kaisar tadi memang menyebutkan bahwa Yong Quan terikat dalam sebuah sumpah atau semacamnya..." "Ya, aku sudah tahu. Dua malam yang lalu Yong Quan menyodorkan tubuhnya dan memberikan kenikmatan seksual pada kakakku, dengan imbalan kakakku harus membujuk Ayahanda agar bersedia mengangkatnya sebagai Panglima Utama... Tentu saja aku tahu akan hal itu. Bagaimana tidak, kalau aku tetap dapat
Hari yang dipilih untuk keberangkatan pasukan tentunya merupakan hari baik yang khusus dan spesial. Di hari itu pagi-pagi sekali matahari telah merekah bercahaya, namun tidak panas membakar. Angin bertiup lembut, sepoi-sepoi dan membawa kesejukan, bahkan turut membawa aroma rerumputan yang menyegarkan. Seluruh pasukan Liang yang berjumlah seratus ribu orang tersebut berada dalam kondisi puncak. Apalagi Pasukan Utara, mereka tahu Panglima pemimpin mereka adalah Yu Shi yang telah berhasil memadamkan Pemberontakan Cheng Xi Bo. Mereka seakan mendapat keyakinan, pada pertempuran kali ini pun mereka pasti juga akan menang. Untuk menambah keyakinan moral mereka Yu Shi masih menempatkan pasukan An Dao Dui ke dalam pasukannya. Pasukan kecil namun lihai yang dipimpin Song Qiu itu diselipkan di sela-sela kecil barisan, dimaksudkan sebagai senjata rahasia untuk menekan musuh. Ternyata seluruh formasi ini sangat berguna, bahkan masih meningkatkan semangat tempur
Tapi belum bertarung sampai sepuluh jurus, Yu Shi menemukan dirinya telah terdesak. Ini di luar dugaannya; Enkhjargal yang bertubuh cebol dan ceking ternyata mempunyai kekuatan raksasa. Dibutuhkan tenaga sangat besar untuk bisa mengimbangi Enkhjargal, namun walau Yu Shi telah mengerahkan seluruh kekuatannya, tetap saja ia tidak mampu mengalahkan sang jenderal Khanate. Sebentar saja kekuatan Yu Shi telah terkuras habis. Ia sudah nyaris tidak mampu melawan lagi. Dan Enkhjargal yang masih tetap tak tergoyahkan itu mengangkat tombaknya tinggi-tinggi, siap melancarkan serangan penghabisan. "Yu Shi!!! Awas!" Yu Shi tertegun. Cao Xun telah berdiri di sampingnya, tengah menangkis serangan Enkhjargal dengan pedangnya. Segera saja kedua pemuda itu terlibat dalam pertempuran adu tenaga. "Sial... Bagaimana mungkin bocah sepertimu bisa sekuat ini...?!" Cao Xun merutuk keras. Dia sendiripun juga tidak mampu menandingi ke
Tidak ada gurat penyesalan ataupun rasa malu terpancar dari mimik wajah Ma Yong Quan, sebaliknya tatapan penuh keangkuhan lah yang kini diedarkan olehnya. "Hari ini, walaupun kita kalah dari Khanate, namun kita telah berhasil mengetahui formasi dan bentuk penyerangan mereka. Ini justru merupakan informasi bagus bagi kita seperti yang juga dianjurkan oleh Sun Tzu." Maksudmu Strategi "Kagetkan Ular dengan Memukul Rumput di Sekitarnya"? Tapi bukankah itu seharusnya dilakukan pada saat melawan musuh yang sama sekali belum pernah kita lawan? Sementara kau kan sudah sering melawan Khanate? Yu Shi membatin satir. "Kita pun dapat memastikan bahwa Benteng Ulaankhovd sangat tidak cocok untuk diserang, dan aku pun menjadi semakin yakin bahwa, dari lima benteng perbatasan terluar Khanate, memang sebaiknya kita menyerang Benteng Baruun-Urt, pasukan yang menjaganya berjumlah paling sedikit dari pasukan benteng lain..."
Tidak ada seorangpun dari pasukan Liang yang mampu menduga taktik kerjasama yang dijalankan pihak Khanate dengan Tukhestan ini, tidak juga Yu Shi. Walau ia sendiri tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja perasaannya menjadi sangat tidak enak. Ia merasakan betul ada sesuatu yang jelas-jelas salah. Nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres tengah terjadi saat ini, dan akan mengancam nyawanya bila ia tidak segera membereskannya. Ia berjalan mondar-mandir dari satu sisi ruangan ke sisi yang lain dengan raut wajah penuh kegelisahan. Melihatnya, Cao Xun merasa sangat gerah, lalu bertanya, "Sedari tadi kulihat kerjamu hanya mondar-mandir saja. Apa strategi Ma Yong Quan benar-benar akan membuat kita kalah?" "Malah mungkin lebih parah dari itu Aku sendiri juga tidak mengerti" Yu Shi menggelengkan kepalanya, tampak sangat kebingungan. Ia lalu menghempaskan dirinya ke sebuah kursi di dekatnya. "Kita jelas tidak boleh menuruti dengan m
Tipuan yang dilancarkan Yu Shi terhadap musuh-musuhnya berhasil dengan gemilang. Si mata-mata melaporkan kepada Khan Ganbold dan Raja Yerzhan persis seperti yang diperintahkan Yu Shi, dan saat kedua raja itu melihat tubuh si mata-mata yang penuh dengan luka lebam dan goresan, mereka segera mafhum mata-matanya ini telah ketahuan. "Pasti sudah dicekoki laporan palsu," Jenderal Enkhjargal berujar. Alis Khan Ganbold berkerut. Ia lantas memberi perintah pada pengawalnya, "Penggal kepala orang ini!" Si mata-mata kini ketakutan setengah mati. "Yang Mulia!!! Saya mengatakan yang sejujurnya!..." Dia tidak sempat meneruskan permohonannya karena kepalanya telah keburu terpenggal dan jatuh menggelinding di lantai. "Jadi bila orang ini berbohong, lantas apa yang Han Yu Shi sebenarnya rencanakan" Khan Ganbold tampak sibuk berpikir. Raja Yerzhan mengungkapkan pendap
Pasukan yang menjaga Baruun-Urt dikepalai oleh Jenderal Enkhjargal, yang segera terkesiap melihat kemunculan Yu Shi di sana. Gigi sang Jenderal mengatup geram. Ternyata Li Run Fang bukan, Han Yu Shi tidak sepengecut yang dibayangkan Raja Yerzhan, dia malah masih berani tampil di tengah-tengah pasukan Liang. Memang sudah kuduga bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Dan pula, dia adalah keturunan langsung Han Ming Shi sang Penguasa Dunia Hmm, menarik! Aku ingin berduel dengannya! Yu Shi segera dapat melihat Enkhjargal. Bulir-bulir keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya, terlebih ketika ia melihat Enkhjargal balik menatapnya sembari menyunggingkan seringai mengerikan. Namun belum sempat ia merencanakan strategi perlawanan, Enkhjargal sudah muncul di hadapannya, tombak kebesaran sang jenderal mengarah langsung ke dadanya. "Kita bertemu lagi, Panglima Li Run Fang atau seharusnya kupanggil Yang Mulia Pangeran Han Yu Shi?..." sering
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan