Tidak ada seorangpun dari pasukan Liang yang mampu menduga taktik kerjasama yang dijalankan pihak Khanate dengan Tukhestan ini, tidak juga Yu Shi. Walau ia sendiri tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja perasaannya menjadi sangat tidak enak. Ia merasakan betul ada sesuatu yang jelas-jelas salah. Nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres tengah terjadi saat ini, dan akan mengancam nyawanya bila ia tidak segera membereskannya.
Ia berjalan mondar-mandir dari satu sisi ruangan ke sisi yang lain dengan raut wajah penuh kegelisahan. Melihatnya, Cao Xun merasa sangat gerah, lalu bertanya, "Sedari tadi kulihat kerjamu hanya mondar-mandir saja. Apa strategi Ma Yong Quan benar-benar akan membuat kita kalah?"
"Malah mungkin lebih parah dari itu Aku sendiri juga tidak mengerti" Yu Shi menggelengkan kepalanya, tampak sangat kebingungan. Ia lalu menghempaskan dirinya ke sebuah kursi di dekatnya. "Kita jelas tidak boleh menuruti dengan m
Tipuan yang dilancarkan Yu Shi terhadap musuh-musuhnya berhasil dengan gemilang. Si mata-mata melaporkan kepada Khan Ganbold dan Raja Yerzhan persis seperti yang diperintahkan Yu Shi, dan saat kedua raja itu melihat tubuh si mata-mata yang penuh dengan luka lebam dan goresan, mereka segera mafhum mata-matanya ini telah ketahuan. "Pasti sudah dicekoki laporan palsu," Jenderal Enkhjargal berujar. Alis Khan Ganbold berkerut. Ia lantas memberi perintah pada pengawalnya, "Penggal kepala orang ini!" Si mata-mata kini ketakutan setengah mati. "Yang Mulia!!! Saya mengatakan yang sejujurnya!..." Dia tidak sempat meneruskan permohonannya karena kepalanya telah keburu terpenggal dan jatuh menggelinding di lantai. "Jadi bila orang ini berbohong, lantas apa yang Han Yu Shi sebenarnya rencanakan" Khan Ganbold tampak sibuk berpikir. Raja Yerzhan mengungkapkan pendap
Pasukan yang menjaga Baruun-Urt dikepalai oleh Jenderal Enkhjargal, yang segera terkesiap melihat kemunculan Yu Shi di sana. Gigi sang Jenderal mengatup geram. Ternyata Li Run Fang bukan, Han Yu Shi tidak sepengecut yang dibayangkan Raja Yerzhan, dia malah masih berani tampil di tengah-tengah pasukan Liang. Memang sudah kuduga bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Dan pula, dia adalah keturunan langsung Han Ming Shi sang Penguasa Dunia Hmm, menarik! Aku ingin berduel dengannya! Yu Shi segera dapat melihat Enkhjargal. Bulir-bulir keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya, terlebih ketika ia melihat Enkhjargal balik menatapnya sembari menyunggingkan seringai mengerikan. Namun belum sempat ia merencanakan strategi perlawanan, Enkhjargal sudah muncul di hadapannya, tombak kebesaran sang jenderal mengarah langsung ke dadanya. "Kita bertemu lagi, Panglima Li Run Fang atau seharusnya kupanggil Yang Mulia Pangeran Han Yu Shi?..." sering
Merasa tidak ada gunanya lagi menutup-nutupi jati dirinya, Yu Shi segera membalas, sembari memaksakan senyum sinis penuh kemarahan, "Sungguh suatu kegembiraan besar bagi saya dapat bertemu kembali dengan Yang Mulia Raja, dalam peperangan seperti ini Saya pun jadi bisa menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam atas semua kekejaman yang telah kalian lakukan padaku dan saudara-saudaraku!" "Kalau kau sebut itu kekejaman, lantas apa yang kakekmu perbuat pada kami?! Dia memporak-porandakan negeri kami, membantai seluruh penduduk Rumair, melacurkan gadis-gadis terhormat, serta membunuhi orang-orang yang tidak bersalah! Apa yang kuperbuat pada kalian itu tidak ada seperseratus kekejamannya terhadap kami terhadap Tukhestan, dan juga terhadap seluruh dunia ini!" "Kenapa kalian selalu saja menjelekkan kakekku?! Kau selalu melebih-lebihkan keadaan! Kakekku tidak seperti yang kaukatakan itu!" Memang hati kecil Yu Shi selalu merasa he
Sengatan air dingin bagai hunjaman batu es itulah yang membuat Yu Shi kembali tersadar. Gemetaran, ia mendongak, memandang para pembesar Liang yang tengah berdiri di atasnya serta memperhatikannya dengan tajam. Dan tepat di hadapannya, Kaisar Liang berdiri, disertai Yong Quan yang berujar, "Keparat ini sudah sadar, Baginda. Anda bisa mengajukan pertanyaan kepadaya," "Pantas saja aku rasanya pernah melihat wajahnya... Benar juga, dia sangat mirip dengan mantan Kaisar Han... Dan kini, dia kembali untuk merebut kembali takhta..." Mendadak sang kaisar berseru, "Tidak ada yang perlu ditanyakan lagi! Pengawal, cepat seret dia dan hukum mati!" Yu Shi menunduk pasrah. Jadi akhirnya, segala jerih payahnya, perjuangannya selama belasan tahun ini pun harus berakhir sekarang... dengan begini mengenaskan??? Ia sungguh tidak rela... Betapapun, apakah ia mampu mengubah keputusan kaisar yang begitu gamblang? Dapatkah ia melarikan diri dari ribua
"Aku sudah berpikir matang-matang dan dengan penuh pertimbangan" suara Kaisar bergetar karena marah, "Dan keputusanku tetap! Keturunan darah sesat ini harus dijatuhi hukuman mati!" "Ayahanda Kaisar!!!" Seisi ruangan ganti memandang orang yang barusan berseru tadi, yang ternyata adalah Xiu Lan. Terbirit-birit berlari masuk ke dalam ruangan, Puteri cilik itu berseru, "Ayahanda! Xiu Lan mohon jangan hukum mati Panglima Li! Panglima Li bukan darah sesat, dia orang yang sangat baik!" Kaisar kembali terperangah. "Xiu Lan! Kau jangan bilang kau juga!..." "Panglima Li orang yang sangat baik, Ayahanda! Dia bersedia menolong orang yang memerlukan bantuan! Dia bahkan telah menyelamatkan saya dari kaum pemberontak dan menyembuhkan saya!..." "Oh. Lihai benar darah sesat yang satu ini, memikat adik ketiga" Ying Lan bercelutuk. Xiu Lan memelototi kakakn
"Hal ini sungguh di luar dugaanku. Tak kusangka Darah Sesat itu telah bergerak lebih dulu dengan memikat Feng Lan dan Xiu Lan!" Kaisar mendesah jengkel. Salah seorang pejabat Liang berkata, "Ternyata bukan cuma rupa bocah itu yang mirip dengan Kaisar Han Ming Shi, daya pikat jerat dan akal liciknya pun juga persis. Baginda... Anda benar-benar harus berhati-hati padanya. Karena ini bukan hanya menyangkut kelangsungan Liang, tapi juga hidup kedua Tuan Puteri. Akan sangat buruk bila dia memanfaatkan kedua puteri untuk merebut takhta... Dan yang biasanya kaisar sesat itu lakukan, dia selalu menyingkirkan korban pikatannya yang sudah tidak berguna lagi dengan membunuhnya." Kaisar merasakan bulu romanya berdiri. Ia berpaling ke arah perdana menteri. "Tuan Ma, biasanya Anda mempunyai saran-saran yang brilliant. Saya mengharapkan hal yang sama dapat Anda lakukan sekarang." "Ketika menghadapi akal bulus, kita harus men
Harapan kaisar tidak kesampaian, Feng Lan dan Xiu Lan bergerak lebih cepat. Mereka telah menguping di balik pintu, dan tepat saat Yu Shi melangkah keluar dari ruangan, mereka segera menariknya menuju tempat yang dirasa cukup aman untuk mengadakan percakapan rahasia. "Bisakah kau membuat alasan agar tak perlu pergi ke Chang? Aku merasakan sesuatu yang buruk dari tugas Ayahanda ini. Apalagi, kudengar hubungan diplomatik kita dengan Chang tengah kacau..." Feng Lan berkata khawatir. Xiu Lan ikut menambahkan, "Benar, Tuan Yu Shi. Jangan sampai Chang menyanderamu dan tidak mengizinkanmu pulang!" "Saya sangat berterima kasih atas perhatian dari kedua Yang Mulia Puteri. Tapi bagaimanapun juga, ini adalah titah kaisar. Siapapun tak berhak mengubahnya, apalagi orang dengan status seperti saya..." Melihat kedua gadis itu menatapnya khawatir, Yu Shi tersenyum menenangkan. "Tuan Puteri jangan khawatir. Saya tidak sendirian
Sementara itu, di salah satu bagian Istana negeri Chang. Seorang dayang istana dengan tergesa-gesa berlari menuju Paviliun Yin Mei. Sesampainya di sana, ia berseru kepada kasim di dekatnya, "Panggilkan Yang Mulia Puteri sekarang juga! Aku punya laporan penting yang harus segera disampaikan padanya!" Sang Puteri yang dipanggil muncul tidak lama kemudian - seorang wanita berpakaian indah gemerlap berusia akhir tiga puluhan tahun, namun memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan gadis usia dua puluhan tahun. Wanita itu menatap si dayang dengan penasaran. "Biasanya kau selalu tenang bahkan kaulah yang selalu menasihatiku untuk tidak sembrono dan mengikuti emosi, tapi kenapa kini kau begitu panik?" Si dayang celingukan kiri kanan. Mereka memang telah berada di ruang tertutup, namun bagaimanapun ia tetap harus waspada, sebab informasi yang akan disampaikannya selanjutnya amat menentukan nasib mereka. "Yang Mu
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan