Harapan kaisar tidak kesampaian, Feng Lan dan Xiu Lan bergerak lebih cepat. Mereka telah menguping di balik pintu, dan tepat saat Yu Shi melangkah keluar dari ruangan, mereka segera menariknya menuju tempat yang dirasa cukup aman untuk mengadakan percakapan rahasia.
"Bisakah kau membuat alasan agar tak perlu pergi ke Chang? Aku merasakan sesuatu yang buruk dari tugas Ayahanda ini. Apalagi, kudengar hubungan diplomatik kita dengan Chang tengah kacau..." Feng Lan berkata khawatir.
Xiu Lan ikut menambahkan, "Benar, Tuan Yu Shi. Jangan sampai Chang menyanderamu dan tidak mengizinkanmu pulang!"
"Saya sangat berterima kasih atas perhatian dari kedua Yang Mulia Puteri. Tapi bagaimanapun juga, ini adalah titah kaisar. Siapapun tak berhak mengubahnya, apalagi orang dengan status seperti saya..." Melihat kedua gadis itu menatapnya khawatir, Yu Shi tersenyum menenangkan. "Tuan Puteri jangan khawatir. Saya tidak sendirian
Sementara itu, di salah satu bagian Istana negeri Chang. Seorang dayang istana dengan tergesa-gesa berlari menuju Paviliun Yin Mei. Sesampainya di sana, ia berseru kepada kasim di dekatnya, "Panggilkan Yang Mulia Puteri sekarang juga! Aku punya laporan penting yang harus segera disampaikan padanya!" Sang Puteri yang dipanggil muncul tidak lama kemudian - seorang wanita berpakaian indah gemerlap berusia akhir tiga puluhan tahun, namun memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan gadis usia dua puluhan tahun. Wanita itu menatap si dayang dengan penasaran. "Biasanya kau selalu tenang bahkan kaulah yang selalu menasihatiku untuk tidak sembrono dan mengikuti emosi, tapi kenapa kini kau begitu panik?" Si dayang celingukan kiri kanan. Mereka memang telah berada di ruang tertutup, namun bagaimanapun ia tetap harus waspada, sebab informasi yang akan disampaikannya selanjutnya amat menentukan nasib mereka. "Yang Mu
"Tapi mengapa Ayahanda harus menjodohkan saya dengan Putera Mahkota Chang?" Feng Lan benar-benar tidak bisa menerima keputusan ayahnya yang satu ini. "Kami berbeda dua puluh tahun lebih, Ayahanda! Kami tidak akan mungkin cocok!" Kaisar mencoba membujuk putrinya, "Kau pasti cocok dengannya, Feng Lan. Kau adalah gadis yang sangat pintar dan disukai oleh orang-orang dari berbagai usia. Lagipula, ia akan menjadikanmu isteri sahnya dan bukan gundiknya. Dan dia adalah putera pewaris takhta negeri Chang. Dengan kau menjadi permaisurinya, kau pasti bisa mengembalikan hubungan diplomatik Liang dan Chang. Kau akan menjadi pahlawan negara!" Feng Lan mengatupkan bibirnya erat-erat, sementara Xiu Lan ikut berseru, "Dan juga, Ayahanda mengapa harus menjodohkan Xiu Lan dengan putera Menteri Koordinator Pusat?! Xiu Lan kan baru berusia tiga belas tahun!" "Kau akan menyukai dia, Nak! Remaja itu gagah dan rupawan, seharusnya ka
Ck, ternyata dia masih lebih mengutamakan prestise daripada harta, batin Yu Shi jengkel. Terpaksa ia menghunus pedangnya, dan kini mereka berdua sibuk melawan para prajurit yang hendak menangkapnya. Sial sekali bagi Cao Xun. Di tengah pertarungan ia tersambar pedang salah seorang prajurit yang berlumuran racun. Dan karena racun yang melumuri pedang tersebut berkategori racun ganas, walaupun luka goresan di kulit Cao Xun tidak dalam, namun reaksi yang menimpanya jauh lebih parah dibanding tersambar pedang biasa. Ia jatuh terkapar ke tanah, dan kini tidak dapat bergerak sedikitpun, dengan seluruh tubuh gemetaran akibat gejala panas dingin yang amat hebat. "Kakak Xun!" Yu Shi segera menghampiri Cao Xun yang kini tidak mampu bangun banhkan sejengkalpun. Ia menatap teman sejawatnya itu dengan putus asa, kemudian mengalihkan pandangan melihat para prajurit yang mulai mendekatinya. Disandarkannya lengan Cao Xun ke bahunya, lalu melanjut
Desa Kenangan yang disebut si prajurit An Dao Dui dengan tidak baik itu merupakan sebuah desa yang berjarak tempuh kurang dari lima puluh meter. Yu Shi cukup terkejut melihat desa yang sangat besar sampai boleh disamakan dengan luasnya sebuah kota itu, karena keberadaannya tidak pernah disebutkan dalam peta geografis Chang dari Tuan Li. Hanya karena keadaannya yang miskin dan tak terlantar itulah yang menjadikan tempat ini masih lebih layak disebut desa. Dan entah mengapa, Yu Shi tidak menyukai sorot mata para penduduknya. Walaupun suku dan ras yang menghuni desa ini bermacam-macam, tapi sorot mata yang mereka pancarkan adalah sama. Sorot mata yang tampak lelah, putus asa, dan bahkan malas melanjutkan hidup di dunia ini. Pula, saat ia memasuki desa, beberapa dari penduduk desa - kebanyakan yang berusia lanjut - menatapnya dengan sorot mata lapar yang tampak aneh. Semakin ia melanjutkan langkahnya, semakin banyak orang-orang yang mengitarinya d
"Dia terkena bisa ular yang cukup ganas, namun nyawanya masih bisa diselamatkan. A Hong, rebus ramuan Qi Ye Yi Zhi Hua bagian I dan II." Ia sendiri mengambil sebuah kotak berisi jarum-jarum kecokelatan berdiameter tebal, menyentuhkan jarum ke lilin yang menyala, kemudian menusukkannya mengitari luka di tangan Cao Xun, membuat darah merah kehitaman mengucur keluar. Sementara A Hong yang merupakan salah satu muridnya merangkap asistennya mengambil sebuah kotak yang berisi ramuan herbal, menumbuk-numbuk hingga hancur, kemudian merebusnya. Proses yang dibutuhkan untuk mengolah ramuan cukup lama, beberapa penduduk desa yang sedikit banyak penasaran dengan keadan Yu Shi, mulai mengajaknya bercakap-cakap. "Kau keturunan kaisar Han yang menguasai seluruh dunia, seharusnya kau hidup dalam kemewahan. Tapi mengapa kau malah berada di sini, pula dengan pakaian compang-camping seperti ini?" seorang wanita muda bertanya. "A
Yu Shi dibawa masuk ke dalam sebuah tempat yang mereka sebut dengan Kuil Kesucian Jiwa. Kuil itu sangat besar dan megah, serta tersusun oleh bahan bangunan yang kelihatan jelas bernilai tinggi. Boleh dibilang, kuil ini adalah tempat paling mewah di seantero desa ini, akan tetapi auranya bahkan jauh lebih parah dibandingkan aura kemarahan si kakek ringkih. Aura yang begitu dingin dan menusuk - Yu Shi seperti merasakan dirinya dicemplungkan ke dalam samudera es. Ataukah perasaan ini hanya dikarenakan kata-kata si kakek tua saja? Yu Shi membatin sembari mengatupkan kuat-kuat rahangnya yang bergemeletukan. Tadi si kakek ringkih mengatakan kalau kuil ini dibangun untuk menampung semua jasad yang menjadi korban kekejaman Politik Ekspansi Delapan Penjuru - politik yang dilancarkan kakeknya untuk menguasai dunia dulu. Mulanya maksud para penduduk desa membangun kuil ini adalah baik - supaya para arwah yang telah disemayamkan dengan lebih layak dapat pergi k
Yu Shi segera menolehkan pandangan ke kiri dan kanan, namun tak ada seorang bayangan manusia pun. Padahal jelas-jelas tadi ia mendengar suara seseorang sepertinya wanita muda tengah berbicara kepadanya. Akan tetapi yang terlihat di hadapannya hanyalah beberapa pohon dan rumput yang bergoyang-goyang ditiup angin semilir. Terdorong rasa ingin tahu yang besar, Yu Shi pun memutuskan untuk mengitari kembali kuil, dengan harapan dapat menemukan "cerminan masa lalu" seperti dikatakan suara gaib tadi. Namun seakan hendak menyimpan rahasia para penghuninya rapat-rapat, kuil ini tetap tidak mengizinkan Yu Shi menguak satu hal pun. Hari dengan cepat kembali berganti malam. Entah mengapa, Yu Shi menjadi takut untuk tidur. Dua mimpi buruknya itu terlalu nyata, seolah kesedihan dan kegalauan dalam mimpinya itu benar-benar kesedihan dan kegalauannya dalam dunia nyata. Yu Shi menghela nafas. Penderitaannya dalam dunia nyata sudah terlalu banyak, jadi tidak perlu ditambah-tambah lagi dengan
Tangan Yu Shi refleks merogoh pinggangnya. Ia ingin sekali mengambil pedang dan melawan para prajurit, dan segera merasa geram luar biasa ketika tidak mendapatkan pedangnya. Ia lantas menengok kiri kanan, namun tak ada satupun senjata yang bisa digunakannya. Tangannya mengepal kencang. Iapun mengambil keputusan. Ketika dilihatnya seorang prajurit hendak menebas tubuh seorang nenek renta, Yu Shi pun melemparkan tinjunya, tepat menuju si prajurit. Betapa terkejutnya ia ketika melihat genggaman tangannya seolah berubah transparan, dan menembus tubuh si prajurit begitu saja. "Sial!!! Apakah tak ada yang bisa kulakukan sama sekali selain menonton mereka membunuhi para penduduk kota?!?" Yu Shi berteriak frustrasi. "Begitulah. Menyedihkan bukan, keadaan itu?" Tiba-tiba Yu Shi tidak lagi berada di medan perang, melainkan di sebuah area yang seluruhnya diselimuti kegelapan. Dan walaupun keadaan gela
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan