Share

Chapter 10

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-18 17:29:05

    "Akhirnya kau sendiripun ikut ketakutan terhadap An Dao Dui?" tanya Cao Xun.

    Yu Shi menggeleng. Cao Xun kebingungan. "Tapi kau sendiri yang memerintahkan kami semua untuk mundur?..."

    "Percuma saja melawan mereka. Mental pasukan kita sudah kalah sebelum bertempur. Pula musuh sangat pintar menciptakan efek dramatis dengan muncul dari daerah berkabut tebal serta memakai pakaian dan cadar serba hitam." Yu Shi meletakkan siku tangannya ke atas kakinya yang duduk bersila. "Dan aku juga tidak takut terhadap Song Qiu. Hanya saja kata-katanya  barusan memberikanku letikan ide."

    Cao Xun langsung tertarik. "Ide?"

    "Ya," Yu Shi lantas bangkit berdiri. "Aku ingin pergi ke suatu tempat. Sementara itu, tolong bantu aku mengawasi prajurit dan keadaan. Bila terjadi sesuatu, segera kirimkan si Perak kepadaku." Si Perak adalah burung merpati peliharaan Yu Shi.

    "Tapi kau mau pergi ke mana malam-malam begini?..."

    Sinar pucat rembulan berpendar menimpa wajah Yu Shi ketika ia membuka tirai kemah serta berujar, "Untuk melawan Dewa Kematian, aku harus menjadi seorang Penyihir."

    Cao Xun hanya bisa melongo, sementara Yu Shi keluar dari kemah. Terlebih dahulu ia mengamati keadaan di sekelilingnya. Suasana sunyi senyap, para pasukannya rupanya sudah terlelap dan tidak ada tanda-tanda kehadiran musuh. Yu Shi segera menaiki kudanya, memacunya menuju Gua Kekelaman.

    Gua Kekelaman terletak cukup dekat dengan wilayah mereka, hanya saja lokasinya agak sulit untuk ditemukan. Namun Yu Shi telah membaca lebih dari ratusan buku sehingga ia tahu bahwa Gua Kekelaman tersembunyi di balik pepohonan yang daun-daunnya baru akan menyembul membuka bila didekatkan dengan kobaran api.

    Yu Shi mengamati dedaunan yang perlahan-lahan mulai bergerak mengangakan sebuah terowongan menuju ke dasar gunung. Lubang terowongan itu amat gelap sampai-sampai Yu Shi tidak bisa melihat apa-apa di baliknya, dan ia pun membatin, Gua Kekelaman benar-benar nama yang cocok untuk tempat ini. Sangat misterius, dengan kekelaman yang seakan menyembunyikan segalanya tapi toh tunduk juga pada perintah cahaya.

    Mengangkat obornya tinggi-tinggi, Yu Shi melangkah masuk ke dalam goa. Sedikitpun ia tidak merasa gentar, sebaliknya malah ia merasa sangat bersemangat karena akan bisa berjumpa dengan orang yang dapat menolongnya sebentar lagi.

    Namun sebentar kemudian, ia mendengar suara-suara yang mulanya tidak jelas suara apakah itu. Yu Shi terus melangkah, dan suara-suara itu menjadi semakin jelas  yang merupakan sebuah percakapan. Melangkah semakin dekat ke asal sumber percakapan, Yu Shi mampu mendengar isi percakapan itu dengan lebih jelas.

    " ... kau harus memberikanku benda itu, kalau tidak, nyawa semua rakyat An Chang akan terancam."

    "Harus kuulangi berapa kali supaya kau mengerti Benda itu tidak bisa kuberikan padamu. Dan kurasa kau bukan menginginkannya untuk menyelamatkan warga An Chang, melainkan untuk menyelamatkan dirimu sendiri."

    "Akan kuberikan emas dan perak sebanyak apapun yang kau minta!..."

    "Kau pikir harga benda itu bisa diukur dengan emas? Bahkan bila kaisar sendiripun yang meminta, aku juga tak akan memberikannya."

    Percakapan kedua orang itu segera terputus karena mereka telah melihat Yu Shi muncul di hadapan mereka. Yu Shi memandangi kedua orang yang tampak kaget melihat kehadirannya itu dengan saksama. Ia belum pernah bertemu dengan mereka, namun ia tahu yang berdiri di tengah-tengah pastilah orang yang ia cari  Madam Chen. Penampilannya sama persis seperti yang dideskripsikan dalam buku; wanita tua dengan rupa tiga puluh tahun lebih muda daripada usia sebenarnya, rambutnya yang walaupun telah memutih seluruhnya namun malah menambah keagungan serta kemisteriusannya, sorot mata hitamnya yang awas dan waspada, tubuhnya yang tinggi kurus terbalut dengan jubah hitam berhiaskan kristal-kristal upacara pemujaan. Tepat di depannya melintang sebilah sarkofagus dengan kristal besar di atasnya.

    Sementara orang yang satunya lagi tidak dapat Yu Shi kenali, apalagi karena ia memakai pakaian serba hitam serta cadar menutupi wajahnya. Nyaris saja Yu Shi mengiranya sebagai salah satu pasukan An Dao Dui, ketika diingatnya kembali orang ini pernah berkata, menginginkan suatu benda untuk menyelamatkan rakyat An Chang. Berarti, bukan prajurit An Dao Dui, batin Yu Shi penuh syukur. Tetapi, tetap saja ia merasa gerah karena ada orang lain akan mendengar rencananya ini.

    "Siapa kau?" Madam Chen berpaling menatap Yu Shi. "Apakah kau juga sama dengannya, menginginkan Kristal  Waktu dari Kuil Amitabha?"

    Yu Shi menelan ludah. "Nama saya Li Run Fang, saya adalah salah satu kapten pasukan kekaisaran yang tengah bertugas memadamkan pemberontakan Cheng Xi Bo. Dan yang saya cari bukanlah benda mati, melainkan orang. Seseorang yang mampu menjadi pawang dari berbagai binatang buas." Ia memandangi Madam Chen, harap-harap cemas. "Madam Chen Anda tentu mengenal orang-orang berkekuatan sakti, bukan? Tidak sulit bagi Anda untuk membawa orang seperti itu kepada saya."

    Sejenak, Madam Chen terdiam. Namun beberapa detik kemudian, ia mulai tertawa terbahak-bahak. Semakin lama semakin keras. "Kukira kau mau meminta apa dariku ternyata hanya seperti itu! Kalau hanya untuk memenuhi permintaan semudah itu, dia pun juga bisa memenuhinya!" Masih sambil tertawa, Madam Chen memanglingkan wajahnya ke arah si orang bercadar. "Bagaimana? Bukan soal sulit bagimu untuk mencarikan pemuda ini pawang, bukan?"

    Si orang bercadar lantas menatap Yu Shi dengan lebih seksama. "Kaukatakan tadi, kau adalah kapten pasukan kerajaan?"

    "Benar," Yu Shi mengangguk.

    "Memang apa yang bisa dilakukan pawang-pawang itu untuk membantu pasukanmu memadamkan pemberontakan?"

    "Mereka akan sangat berguna untuk menundukkan Cheng Xi Bo."

    "Dalam hal apa mereka berguna?"

    Yu Shi mengerutkan alisnya. Orang ini terlalu ingin tahu, dan ia tidak menyukainya. "Itu urusan internal dalam kemiliteran. Sekarang, Anda hanya perlu menjawab, bisa atau tidak mencarikan pawang-pawang itu untuk saya?"

    Madam Chen kembali tertawa. "Akhirnya! Ada juga orang yang berani menentangmu" Tawanya membuat si orang bercadar amat tidak senang, sementara Madam Chen lanjut berujar kepada Yu Shi, "Tidak apa-apa, Anak muda. Dia bukan mata-mata musuh. Beritahukan saja perihal yang sebenarnya kepadanya."

    Bola mata si orang bercadar menyorotkan sinar berapi-api. Yu Shi terpaksa mengalah. "Pasukan An Dao Dui mengatakan diri mereka sehebat dewa kematian, dan celakanya lagi pasukan saya mempercayai kebohongan seperti itu, sehingga mereka sudah kalah dahulu sebelum bertempur. Jadi saya perlu pawang yang bisa mengontrol binatang buas. Bila pasukan kita memiliki orang yang juga memiliki kemampuan yang mereka rasa aneh bin ajaib, semangat tempur mereka otomatis akan kembali meningkat dan mereka bisa mengalahkan pasukan An Dao Dui dengan mudah."

    Entah apakah hanya perasaan Yu Shi saja atau memang benar, si orang bercadar nampaknya sangat terpesona saat mendengar ide Yu Shi tersebut. Di lain pihak, tawa Madam Chen semakin keras. "Pergilah! Kau tidak memerlukan Kristal Waktu atau apapun juga untuk mencapai tujuanmu. Pemuda inilah yang akan mewujudkannya untukmu! Pergilah, dan bantulah dia mencari pawang-pawang seperti yang ia minta itu!"

    Si orang bercadar melempar pandang penuh penilaian ke arah Yu Shi, lalu memutar langkahnya.

    "Ikut aku!"

    Itu bukan sebuah ajakan, itu merupakan sebuah perintah. Ragu-ragu, Yu Shi memandang Madam Chen. Wanita tua itu mengangguk meyakinkan. Tidak punya pilihan lain, Yu Shi pun mengikuti langkahnya.

    Ketika mereka telah keluar dari dalam gua, si orang bercadar bertanya, "Kau punya kuda?"

    "Ya. Kuda putih di sebelah kiri sana adalah kudaku," ia menunjuk kuda putihnya.

    Si orang bercadar dengan cepat naik ke atas kuda putih Yu Shi. "Kau tidak perlu ikut," sergahnya cepat ketika dilihatnya Yu Shi juga hendak menaiki si kuda. "Biar aku yang mengurusnya sendiri."

    Rasa marah mulai mengusik batin Yu Shi. Ia lantas membuka mulut siap berargumen, namun si orang bercadar menyahut lebih cepat, "Para pawang itu terdiri dari sekumpulan orang-orang aneh. Mereka tidak suka dengan kedatangan orang asing, tetapi mereka sudah mengenalku. Jangan khawatir." Sinar matanya tampak melembut. "Percayalah padaku. Aku pasti akan kembali ke sini, secepat yang kubisa."

    "Alasan yang dibuat-buat! Bagaimanapun juga mereka akan bertemu denganku!"

    Sebelum Yu Shi mampu melanjutkan kalimatnya, si orang bercadar telah memacu kudanya. Melesat meninggalkan Yu Shi yang kini hanya mampu melongo saking kagetnya dengan tingkah laku si orang bercadar.

Related chapters

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 11

    Enam jam telah berlalu. Matahari pagi telah merekah menyinari ufuk timur, tapi si orang bercadar masih belum kembali juga. Yu Shi mendesah panjang. Bukan hanya tidak mendapatkan pawang, sekarang ia juga kehilangan kuda putih kesayangannya. Berkali-kali ia merutuki kebodohannya karena terlalu mudah mempercayai seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. Bagaimana kalau orang itu benar mata-mata? Bagaimana kalau ini semua ternyata adalah permainan Cheng Xi Bo untuk menjebaknya? Ia merosot jatuh, bersimpuh pasrah di atas tikar kemahnya, lantas menggelengkan kepala kuat-kuat. Gagallah sudah rencana terakhirnya, akhirnya ia hanya bisa membiarkan nyawanya berakhir di sini. sekarang. Dan setelah di akhirat nanti, ia masih harus menghadap arwah keluarga dan leluhurnya yang pastinya meminta pertanggung jawabannya, mengapa ia gagal mewujudkan misi suci ini. Seorang prajurit menerobos masuk ke dalam kemah dengan terburu-buru, "Tuan! Pasuk

    Last Updated : 2021-01-18
  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 12

    Dengan berhasil dikalahkannya An Dao Dui, maka kekuatan Cheng Xi Bo secara drastis berkurang jauh. Hanya dibutuhkan beberapa hari untuk menumpas habis pemberontakan itu. Cheng Xi Bo sendiri terlalu malu untuk mengakui kekalahannya bunuh diri dengan menebas lehernya sendiri, dan mayatnya ditemukan tak jauh di tepi sungai Jiang Chang. Panglima Liu menepuk pundak Yu Shi dengan bangga. "Kaulah penentu kemenangan ini, Li Run Fang! Bila kau tidak mendapatkan ide tersebut, malah mungkin kita yang akan dibunuh oleh Cheng Xi Bo!" Yu Shi menundukkan kepalanya, menjawab dengan nada penuh kerendah hatian. "Jenderal terlalu memuji Ide itu pula bisa saya laksanakan berkat bantuan seseorang" Namun ia tak berhasil menemukan penolong misteriusnya. Para pawang menolak untuk memberitahukan identitas si cadar, dan kudanya tiba-tiba saja telah terikat di samping kemahnya. "Kita akan sege

    Last Updated : 2021-01-18
  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 13

    "Puteri Pertama, Puteri Kedua dan Puteri Ketiga, telah tiba!" Seruan sang pengumandang lah yang mampu mengalihkan perhatian seluruh aula dari Yu Shi. Mereka segera memutar tubuh seraya menghaturkan hormat pada ketiga puteri yang kini berdiri di singgasana kerajaan. "Hormat kepada Yang Mulia Puteri. Semoga Yang Mulia sekalian diberkati Langit dan panjang umur sampai sepuluh ribu tahun!" Yu Shi pula ikut menghaturkan hormat pada ketiga puteri tersebut, seraya memandangi mereka dengan seksama. Ia sudah tahu, Kaisar Liang tidak memiliki putera seorangpun walaupun ia telah bercinta dengan sebanyak mungkin wanita yang diinginkannya, Langit hanya berkenan memberikannya tiga puteri mahkota. Puteri pertama Liang Ying Lan persis seperti desas-desus yang beredar, sangat cantik dan menawan. Ia pula terkenal pintar, handal, dan berkharisma. Semua orang - pria dan wanita senantiasa bersedia tunduk

    Last Updated : 2021-01-18
  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 14

    "Kenalilah musuhmu, kenalilah dirimu sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenalilah Langit, kenalilah Bumi, maka kemenanganmu akan menjadi lengkap." Dengan tegas dan gamblang, Yu Shi memaparkan isi dari Kitab Seni Perang Sun Tzu seperti yang diminta Kaisar Liang. Kaisar paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya, kekaguman yang terpancar dari sorot matanya semakin besar. Begitu pula dengan para menteri dan pejabat pemerintahan lain yang duduk menatapnya dari sudut ruangan yang lain. "Bagaimana dengan sastra dan kebudayaan? Kau juga menguasainya seterampil kau menguasai bidang ini?" Perdana Menteri bertanya. "Ya, Tuan. Saya juga menguasainya." Selanjutnya Yu Shi menjabarkan beberapa karya sastra klasik yang telah dipelajarinya berulang kali - karya sastra pilihan yang menurut Tuan Li pasti akan dapat memenangkan hati siapapun yang mengujinya. Dan benar saja, k

    Last Updated : 2021-01-18
  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 15

    Si pemuda balas menatap Yu Shi, kemudian berseru, "Jalan!" Nampaknya pemuda itulah ketua kerumunan tersebut, karena mereka semua dengan amat patuh mengikuti komandonya. Yu Shi membawa mereka ke dalam sebuah ruangan kecil. Ia menutup semua pintu dan jendela, dan setelah memastikan tidak ada orang luar dapat menguping, ia berujar, "Mengapa kalian semua begitu bodoh? Bukankah sudah kubilang berkali-kali, jangan bertindak sembarangan. Apalagi sampai masuk menyerbu istana!" Nada suara Yu Shi sarat dengan kemarahan. Namun seakan tidak mau kalah, si ketua massa membalasnya dengan berapi-api, "Tuan... Anda sendiripun tidak memberikan kami kesejahteraan seperti yang dulu Anda janjikan! Padahal Anda bilang, bila kami mengikuti Anda, kami akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan hidup!" Kerumunan massa ikut berseru-seru. Cao Xun menukas, "Kalian pikir semua hal bisa dicapai semudah membalikkan lidah? Kali

    Last Updated : 2021-01-18
  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 16

    Betulkah demikian? "Tolong! Tolong aku!!!" Yu Shi, Cao Xun serta Feng Lan segera menoleh. Tidak jauh dari mereka, massa mantan pasukan Cheng Xi Bo tampak tengah menyandera Xiu Lan. Salah seorang di antaranya menukas, "Wah, Tuan Putri yang satu ini sudah muda lagi cantik, pas sekali untuk bersenang-senang!" Fu Liu menyeringai mengerikan, "Kita bebas mempermaikannya sesuka hati, dia milik kita sekarang. Paduka Kaisar pasti juga menyetujui perbuatan kita ini." Ia menjilat bibirnya. Wajah Xiu Lan benar-benar putih pucat sekarang. "Kalian mau apakan aku?!... Jangan!..." "Ka..." Tapi belum sempat Yu Shi melanjutkan kalimatnya, Fu Liu membelalakkan bola matanya seakan tengah memberi sebuah isyarat. Yu Shi lantas mengerti apa maksud sebenarnya Fu Liu menyandera Xiu Lan. Yu Shi lekas mencabut pedang kebesarannya dari pinggangnya. Sambil mengacungkannya

    Last Updated : 2021-01-18
  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 17

    Terlalu shock mendengar pertanyaan Feng Lan, tanpa sadar Yu Shi membelalakkan matanya. Begitu juga Cao Xun, menatap Feng Lan dengan tak percaya. Ekspresi ketakutan mereka berdua membuat Feng Lan tersenyum lebar. "Ternyata dugaanku benar," bisiknya lirih. "Kau memang seorang pangeran..." "Putri, saya mohon hentikan canda Anda ini! Terlalu berbahaya! Bila ada orang mendengar, mereka akan mengira saya sedang meninggikan status saya dan..." "Mantan Pangeran... dari Kekaisaran yang telah hancur." Feng Lan meraih sebuah buku sangat besar lagi tebal, meletakkannya di atas meja kemudian membukanya dengan cepat. Buku berisikan potret gambar orang-orang tersebut membalik cepat, dan berhenti di selembar halaman dengan potret seseorang yang membuat wajah Yu Shi memucat bagaikan membatu. "Kaisar Han Ming Shi, bergelar Wen Xing, merupakan kaisar kedua puluh lima dari generasi Han serta kaisar denga

    Last Updated : 2021-01-18
  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 18

    Itu merupakan suara marah Ying Lan. Rasanya Yu Shi bisa merasakan jantungnya copot saat itu juga. Baru tadi ia ketahuan Feng Lan, masa sekarang juga ketahuan Ying Lan? Refleks, ia melongokkan kepalanya ke belakang, dan ternyata Cao Xun serta Feng Lan juga melakukan hal serupa. Alih-alih, mereka tidak mendapatkan siapapun berdiri di belakang mereka. "Putri... aku terpaksa! Kaisar lah yang menyuruhku untuk bertempur! Bahkan beliau terus membanding-bandingkanku dengan Li Run Fang si anak kemarin sore itu!" "Itu suara Ma Yong Quan, tunangan kakakku Ying Lan," seakan mengetahui Yu Shi tidak mengenali si pemilik suara kedua, Feng Lan menjelaskan dengan berbisik rendah. Mereka bertiga lantas mengendap-endap mencari tahu di mana persisnya kedua pasangan itu bercakap-cakap, dan dengan cepat menemukannya. Berjarak dua rak buku raksasa, mereka dapat melihat Ying Lan dan Yong Quan saling berhadapan. Ying Lan yang pada saat di pesta nampak

    Last Updated : 2021-01-19

Latest chapter

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 105

    Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 104

    "Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 103

    Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 102

    Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 101

    Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 100

    "Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 99

    Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 98

    Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 97

    "Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan

DMCA.com Protection Status