"Rin, kemarilah."
Gadis berparas lugu tanpa polesan di wajah kecilnya, berjalan menghampiri Kaede, sang ibu yang memanggilnya dengan suara lembut. Rambut hitam sepinggangnya dikucir menggunakan pita putih panjang yang menyimbolkan kesucian yang telah dipercaya oleh orang-orang sejak dulu kala.
Rin duduk dengan sopan di depan sang ibu. Gadis bermata bulat menatap wajah Kaede yang terlihat sedang memejamkan kedua matanya.
"Kemarin ... kau berulang tahun yang keberapa, Rin?" tanya Kaede dengan suara yang berat, tidak seperti suara yang biasa ia tunjukkan kepada anak gadisnya.
Ekspresi serius yang jarang tampak di wajah wanita yang telah melahirkannya, membuat Rin berdebar takut. Ia menjawab dengan suara pelan, "18 tahun, Bu ...." Rin meneguk saliva dengan hati-hati, suasana di sekitarnya terasa aneh.
Secara tiba-tiba, Kaede mencengkeram pundaknya dengan sangat kuat, hingga membuat gadis bersifat periang itu meringis pelan karena ulahnya. Sorot tajam dari mata sang ibu, mendatangkan perasaan gelisah bagi Rin yang kesehariannya ia habiskan untuk menjaga kuil keluarga mereka, karena itulah salah satu tugasnya sebagai miko.
Apa yang terjadi kepada ibunya? Rin benar-benar merasa kalut. Tidak biasanya sang ibu bersikap seperti ini.
"Waktunya sudah tiba," ucap Kaede lagi, secara tiba-tiba.
Rin mengernyitkan kening. Tak mengerti apa yang dimaksud oleh sang ibu. "Apa?" tanyanya dengan suara pelan. Gadis itu mengedipkan kedua matanya beberapa kali dengan ekspresi lugu.
Hening terjadi selama beberapa saat di antara ibu dan anak yang sedang memikirkan hal lain. Rin mencengkeram lututnya dan meremasnya perlahan. Mengapa ibunya lama sekali?
Kaede yang diam sedari tadi, tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah kalung dengan bandul berupa bulan sabit yang dikelilingi oleh dua buah titik hitam. Wanita itu lalu memasangkannya dengan cepat kepada Rin yang sedang dilanda kebingungan.
"Ibu, untuk apa kalung ini?" tanya sang gadis beriris mata berwarna hitam. Rin pandangi kalung dengan bentuk aneh tersebut, ia tidak terlalu suka dengan modelnya. "Ibu, apa ini hadiah untuk Rin?"
"Tidak, Rin, tapi dengarkan ini baik-baik," ucap Kaede seraya memejamkan mata. Ini jelas adalah keputusan yang sangat sulit. Ia lalu kembali berucap setelah ada jeda di antara mereka, "Maafkan kami semua. Sekarang, kau bukan bagian dari keluarga ini lagi."
Rin terbelalak di tempat duduknya. Apakah sang ibu ... saat ini sedang mengerjainya? Bukankah ini hari ulang tahunnya dan bisa saja ini merupakan sebuah kejutan dari keluarganya, benar, 'kan?
"Kau, kami korbankan untuk memenuhi permintaan iblis yang telah mengutuk keluarga Akibara antar generasi secara turun temurun sejak ratusan tahun silam."
"Kau tidak akan pernah bisa kembali. Kau tidak akan pernah bisa melepaskan diri."
"Mulai sekarang, kau bagian dari kegelapan."
Kaede yang masih memejamkan mata, lantas membuat gerakan memutar kedua tangannya searah jarum jam, dua jari di tangan kanannya terlihat seperti sedang membentuk sebuah segel. Mulutnya terus melafalkan mantra kuno keluarga Akibara yang akan mengirimkan Rin ke dunia lain, untuk menjadi budak Sang Iblis Monyet.
Selama beberapa saat ia pertahankan posisi itu, hingga kemudian kedua matanya terbuka seiring dengan timbulnya sebuah segel lingkaran di lantai rumah.
Tepat di mana Rin duduk dengan perasaan takut.
Secara tiba-tiba, tubuh Rin diselimuti oleh cahaya terang benderang yang begitu menyilaukan mata. Perlahan, tubuhnya terlihat memudar, keberadaannya menghilang secara perlahan.
"Ti-tidak! JANGAN, BU!" raung gadis itu dengan suara kencang. Air mata Rin tumpah begitu saja.
"AKU INGIN BERSAMA KALIAN!"
Rin terus berteriak, memohon belas kasihan dari sang ibu. "Bu! Jangan korbankan Rin, Bu!" teriaknya sambil berderai air mata.
Kaede mengabaikan teriakan sang anak. Ini semua demi kelangsungan hidup keluarga mereka juga.
Meski tubuh Rin memudar dan hampir lenyap, sayup-sayup masih terdengar suara sang gadis yang meminta pertolongan. "SIAPA PUN! TOLONG AKU!"
+++++
Rin tersadar di sebuah tanah lapang, di luar hutan yang tampak gelap karena rimbunnya pepohonan. Pakaian berwarna putih yang biasa ia gunakan selama di kuil tampak kotor karena tahu-tahu ia sudah berbaring di tanah basah. Celana merah lipitnya penuh dengan debu dan tanah yang menempel.
Rin mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, retina matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Dapat Rin rasakan bahwa punggungnya sakit, entah bagaimana cara ia bisa tiba di tempat asing itu.
Apa ia terlempar? Ataukah dia jatuh terbanting di tanah? Rin sungguh tak bisa membayangkan jika itu benar terjadi kepadanya.
Gadis itu lalu mencoba berdiri menggunakan kaki kecilnya yang tidak berhenti gemetar sejak beberapa saat yang lalu. Sejak bangun dari pingsan, Rin sudah merasa tak enak badan.
Seluruh sendi di tubuhnya terasa sakit. Rin yang telah berdiri tegak lantas mengedarkan pandangannya kepada sekitar. Hutan lebat yang asing. Tidak, semuanya tampak asing baginya. Di manakah gerangan gadis itu berada?
Srak srak
Bunyi aneh mendadak muncul dari arah semak-semak yang berada tak jauh darinya, gadis yang merasa penasaran pun akhirnya memilih mendekat secara perlahan. Lantas menyibak semak-semak itu dengan hati-hati.
"HUWAAA!!" pekik Rin ketakutan.
Gadis itu mundur dengan cepat ketika sesosok makhluk berbentuk aneh meloncat keluar dari balik semak yang sempat ia buka karena rasa ingin tahunya yang tinggi.
Mata merah besar milik sang makhluk asing, tengah menatap Rin dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Dari mulut lebarnya menitik saliva panjang yang membuat Rin langsung bergidik ngeri. Gadis itu lalu dengan cepat mengeluarkan beberapa lembar kertas mantra dari balik pakaiannya, berisi doa penangkal siluman yang selalu ia simpan di dalam sana.
Beruntung, Rin telah dibekali ilmu dasar untuk mengusir roh jahat.
Rin lalu melempar dua lembar kertas mantra kepada sang makhluk asing, tepat saat makhluk itu mencoba meloncat ke arahnya. Rin kemudian bangkit berdiri dengan hati-hati, lalu berlari cepat memasuki hutan ketika makhluk itu tidak dapat melepaskan diri karena segel pengikat yang menempel di tubuhnya.
Rin berlari kencang, tanpa menoleh sama sekali ke belakang.
Derap-derap langkah yang terdengar dekat membuat jantung sang gadis memompa tak kalah cepat dari kakinya. Suara-suara aneh kembali berdatangan, masuk ke telinga Rin yang tak memiliki niat untuk menghentikan larinya.
Rasa ingin tahunya memancing Rin untuk memalingkan sedikit wajahnya ke sisi belakang. Gadis itu menyaksikan makhluk-makhluk menyeramkan dengan beragam rupa tengah mengejar dirinya.
Bentuk tak wajar mereka, dan mata mereka yang beraneka warna dan ukuran menatap Rin dengan lapar.
Gadis itu terjebak di keadaan yang sulit, ia pun hanya bisa pasrah atas nasib yang kini mulai membayanginya.
Rin memilih untuk terus memacu kakinya menuju tebing yang ia lihat tak jauh di depan sana, ia berniat untuk menjatuhkan dirinya ke jurang yang dalam itu.
Ketimbang rasa sakit akibat jatuh dari tempat tinggi, Rin lebih mengkhawatirkan makhluk-makhluk yang mengikutinya dengan tatapan lapar. Demi Dewa, ia lebih memilih mati karena jatuh ke dasar jurang daripada harus mati karena dimakan oleh siluman yang mengerikan.
Dengan berani, Rin pun berlari lurus tanpa gentar dan akhirnya jatuh ke jurang.
"AAAHHH!!!" Rin langsung menukik turun dengan cepat ke bawah, begitu tidak ada lagi tanah yang menjadi pijakan. Tubuhnya langsung membentur bebatuan dan akar-akar pohon besar yang tertanam di tebing setelah ia memutuskan loncat dari atas.
Tak memedulikan keadaan tubuhnya sendiri.
Terdengar bunyi gedebuk yang nyaring. Begitu tiba di tanah, Rin terkapar sendirian di dasar jurang dengan baju putih yang memerah karena rembesan darah dari lukanya. Wajah gadis itu tampak kotor karena tanah yang mengenainya.
Gadis itu berbaring sendirian bersama luka, dan rasa takut yang tak berkesudahan. Mata hitamnya memandang nanar langit yang berubah menjadi kelabu.
"Mungkin ... seperti inilah takdirku," bisik Rin sendu. Air mata kesedihannya jatuh sesaat sebelum ia hilang kesadaran. Apakah ia masih memiliki kesempatan hidup?
+++++
Kyeo mempercepat larinya. Tak peduli apa pun yang bisa ia lakukan, ia harus berlari untuk menyelamatkan hidupnya yang teramat berharga.
Orang-orang yang kini mengejarnya ingin menangkap dan menghukumnya atas kejahatan yang telah dilakukannya selama ini. Mereka hendak mengirimnya kembali ke tempat asalnya, ke Dunia Kematian, tempat para pendosa harus kembali dan berdiam diri.
Kyeo tak mau itu terjadi, ia lebih suka di sini. Dunia yang ia tempati kini adalah surga yang nyata baginya.
Kyeo cukup beruntung berada di dunia manusia. Tempat di mana ia bebas melakukan pembantaian dan memberi orang-orang menyedihkan itu pelajaran. Beruntung bagi iblis sepertinya, ada banyak sekali manusia bodoh yang memanggilnya ke dunia mereka, tetapi pada akhirnya, iblis itu akan membunuh mereka semua.
Tak ada yang bisa menampik kelicikan yang dimiliki sesosok iblis, meski mereka telah berjanji akan tunduk kepada perintah sang pemanggil, tetapi nyatanya adalah sebaliknya. Kematianlah yang akan mereka dapatkan bahkan sebelum sempat mencapai tujuan.
Dia adalah Kyeo, iblis yang tak bisa dipandang sebelah mata, dan dianggap remeh begitu saja.
Kyeo adalah iblis yang sangat membenci umat manusia. Baginya, manusia adalah makhluk rendahan yang nyawanya tak lebih berharga ketimbang helai rambut sang iblis yang jatuh ke tanah. Iblis itu telah membunuh 999 manusia lemah dari berbagai tempat di seluruh dunia, dan menjadikan mereka sebagai santapannya yang lezat.
Ketika ia sudah siap untuk membunuh korbannya yang ke-1000, Kyeo bertemu dengan manusia itu.
Manusia berjenis kelamin perempuan yang identik dengan pendeta wanita dalam agama Shinto, seorang miko atau gadis penjaga kuil. Makhluk yang terlihat lemah, bahkan untuk sekadar membunuh seekor kucing saja mereka pasti tidak akan sanggup. Namun, kenyataannya ... miko itu berhasil melukai Kyeo hingga membuat sang iblis tak kuasa lagi melawannya.
Kyeo menggeram murka, iblis itu ingin sekali membunuh dan menyantap sang miko, tetapi keadaannya kini sangatlah tidak memungkinkan. Ia terluka parah.
Kyeo lantas mengumpat sejadi-jadinya. Jelas, bukan gayanya menghindar dari para manusia, biasanya ialah yang akan memburu mereka semua. Akan tetapi, sekarang dia bahkan tak kuasa untuk melawan.
Kyeo sadar kondisinya yang sedang terluka parah tidak memungkinkan baginya untuk mengalahkan miko tersebut, ia lebih memilih untuk melarikan diri sejauh mungkin dari sana dan mencari tempat persembunyian yang aman.
Ketika Kyeo tengah fokus melompat dari satu pohon ke pohon lain guna menghindar dari kejaran, mendadak dari arah depan muncul berbagai macam senjata tajam yang mengarah kepadanya.
Sontak, iblis itu langsung berkelit menghindar. Sikap angkuh sang iblis pun muncul ketika ia berhasil mengelak dan kini tengah berhadapan dengan orang-orang yang telah berani mengejarnya. Ternyata hanya segerombolan manusia lemah.
"Hee ...." Kyeo bergumam ketika melihat jumlah lawan yang tidak bisa dikatakan sedikit itu. Jika Kyeo sedang berada dalam keadaan yang sehat, mungkin saja makhluk-makhluk di depannya ini sudah berubah menjadi abu. "Ternyata kalian ya yang sedari tadi mengawasi pergerakanku?"
"Kyeo, kau dituduh atas kasus pembunuhan dan pembantaian penduduk di negeri ini. Kau sekarang sebagai tersangka," ucap salah seorang prajurit bertopeng kepada sang iblis. "Tolong, serahkan dirimu secara baik-baik."
"Ck!" Sang iblis berdecak kesal. Matanya nyalang menatap orang yang berdiri di barisan paling depan. Ia sama sekali tidak merasa takut ataupun gentar. Meskipun dirinya saat ini sedang terluka, pandangannya terhadap manusia tidak akan pernah berubah.
"Kalian pikir aku akan menyerahkan diri begitu saja kepada kalian semua?" tanyanya seraya mengangkat dagu. Dia memang angkuh, tak ada iblis di dunia ini yang tak memiliki kesombongan di dalam dirinya.
Kesepuluh orang berpakaian hitam di depannya terlihat tidak suka dengan perkataan sang iblis, Kyeo menyeringai seraya menunjuk mereka satu-satu.
"Hm, dasar kalian para manusia yang teramat menyedihkan." Sang iblis berhidung mancung dengan paras manusianya yang menawan itu lalu mendengkus geli. Menertawakan sesuatu yang tidak diketahui pasti apakah gerangan.
Tak mendapat respons dari manusia di depannya, membuat sang iblis menatap remeh orang-orang yang berusaha menangkapnya itu. Tubuhnya yang tak terbalut pakaian menunjukkan otot-otot bisep dan abdominal yang menggoda. Ya, iblis memang tak pernah menggunakan pakaian, mereka telanjang bulat.
"JANGAN HARAP AKU MAU, MANUSIA!" Kyeo berteriak keras, sesaat kemudian ia tertawa dengan lantang, sehingga menimbulkan api kemarahan di hati para manusia yang bertugas memburunya. "Aku tak mungkin mau ikut bersama kalian, Bodoh!"
Perhatian sang iblis yang hanya tertuju kepada beberapa orang yang berdiri di depannya, membuatnya tidak fokus terhadap sekitar. Seorang pendeta wanita yang mengejar Kyeo sudah memasang segel tangan di belakang iblis bersurai putih tersebut.
"SIAL!" maki Kyeo setelah menyadari dirinya dalam bahaya. Belum sempat sang iblis menghindar, sang miko telah membaca mantranya.
"Akuma no shirushi!"
Lalu secara tiba-tiba, muncullah sebuah lubang hitam berukuran besar yang dalam sekejap memerangkap dirinya. Kyeo pun tertangkap oleh mantra yang sebelumnya miko itu lafalkan.
Kyeo mendecih berulang kali.
Belum sempat ia menghindar, dirinya sudah telanjur tertelan ke dalam pelindung cahaya yang secara perlahan mulai mengisap masuk sang iblis, dan memerangkapnya ke dalam kurungan yang mengeluarkan energi yang sangat aneh. Iblis itu terus meronta dan berontak dalam kurungan emas yang dibuat oleh sang miko. Namun, usahanya hanya semakin memperkuat pelindung yang menyerap energi iblis.
Gadis penjaga kuil itu tahu titim kelemahan para iblis, mereka semua tak tahan dengan energi murni. Kekuatan spiritual mampu mengalahkan mereka, tetapi itu tergantung dari jenis iblis itu sendiri.
Miko bertudung merah dengan raut wajah datar yang telah berhasil memerangkap Kyeo ke dalam mantra yang diajarkan oleh sang ibu, perlahan mendekat ke arah sang iblis kelelawar. "Bawa Kyeo, sang iblis kelelawar ke hadapan penguasa," titahnya cepat.
"Baik!" jawab para pengawal dengan sigap.
Mereka semua lalu menghilang dalam sekejap, menuju ke tempat di mana Kyeo akan ditahan hingga batas waktu yang belum ditentukan, seraya membawa sang iblis yang dipenjara bak burung dalam sangkar.
Tanpa disadari oleh mereka, tatapan gelap sang iblis hanya tertuju kepada satu orang, kepada seorang wanita yang menutupi dirinya dengan jubah panjang berwarna putih susu.
Seorang miko suci yang memiliki tanda lahir dua buah titik merah di dahinya. Iblis yang kehilangan salah satu sayap karena perempuan itu, menggeram murka. Tidak akan pernah ia maafkan wanita itu beserta anak keturunannya!
"Akan kubunuh kau, Keparat!"
Kyeo bersumpah untuk ini.
+++++
"Siapa kau?" tanya Kyeo penasaran.
"Aku adalah orang yang akan membebaskanmu dari tempat ini."
Kyeo menatap tajam sesosok manusia yang diselimuti oleh aura kegelapan yang tengah berdiri di luar kurungan emasnya—tempat di mana Kyeo dikurung. "Apa yang kau inginkan dariku, Manusia?" tanya sang iblis.
Sosok yang sebelumnya bersembunyi di balik tiang bangunan, mulai menampakkan wujudnya secara perlahan kepada Kyeo. Tatapan sayu kedua matanya menyiratkan keputusasaan dan kesedihan yang begitu dalam.
"Tolong," ucapnya dengan suara lirih yang hampir tidak dapat didengar oleh manusia biasa. Namun, sangat mudah didengar oleh sesosok iblis kelelawar yang kini berhadapan dengan gadis miko.
"Lakukan perjanjian denganku, dan bantu aku lepas dari kutukanku ini," kata sang gadis. "Aku ingin ... bebas."
Kyeo memandang manusia yang berani mendekatinya dalam jarak dekat dengan tatapan yang menunjukkan ketertarikan. Bukan, ia tak mungkin jatuh ke kubangan suci bernama perasaan, karena penguasanya melarang iblis sepertinya memiliki perasaan kepada manusia. Mustahil untuk Kyeo menyukai mereka.
Hanya saja, manusia dengan wujud perempuan yang tampak lemah itu, berani membuat perjanjian dengannya? Dengan iblis sepertinya?
Ha! Menarik ....
"Sebagai gantinya, aku akan membebaskan dan ... menyembuhkan luka yang kau derita dari pertempuran sebelumnya."
Di sebuah kamar inap yang disediakan oleh pihak rumah sakit, ada sepasang suami istri yang tengah berbincang mengenai masa depan dengan begitu mesra. Mereka membicarakan banyak hal, seolah itu adalah saat-saat yang paling berharga bagi keduanya. Memang, ketika sudah bersama orang terkasih, seberapa lama pun waktu berlalu maka tak akan ada yang bisa merasakannya. Semua berlalu dengan cepat, begitu saja, tanpa peringatan.Ranjang sang istri yang berada di dekat jendela, dapat memudahkannya untuk menatap pemandangan yang ada di luar selama ia dirawat di Rumah Sakit Yurogane. Mereka tidak akan menunggu lebih lama di sana. Tepat setelah mengurus biaya administrasi terakhir, keluarga dengan tanda lahir unik tersebut nanti akan diperbolehkan pulang ke rumah oleh dokter dan beberapa perawat.Wanita berambut hitam dan agak ikal itu berbaring di ranjang pasien dengan selimut putih yang menutupi kedua kaki sampai buah dadanya, seolah melindunginya dari dingin yang menyergap. Raut wajah sang wanit
Ada sebuah legenda yang pernah terjadi di masa lalu, tepatnya beratus-ratus tahun silam. Sebuah kisah yang dipercaya secara turun temurun dalam keluarga besar Akibara, karena sangat berhubungan erat dengan kisah kehidupan nenek moyang mereka juga berhubungan dengan kehidupan mereka kini. Legenda ini menceritakan tentang kisah seorang gadis miko yang bertarung dengan iblis yang pernah menyebabkan sebuah bencana besar di muka bumi. Iblis buruk rupa yang sangat kuat dengan wajah yang sangat mengerikan. Dia adalah iblis berwujud monyet dengan wajah yang jelek dan juga menyeramkan karena dipenuhi rambut di sekitar mata. Tubuhnya tinggi dan besar layaknya raksasa. Jika dibandingkan dengan sekarang, mungkin tingginya seperti sebuah pohon berusia ratusan tahun. Sekilas, iblis ini mirip dengan salah satu jenis monyet* yang ada di kepulauan Jepang. Iblis berbulu lebat berwarna abu-abu ini telah banyak menghancurkan pemukiman tempat tinggal umat manusia, demi kepuasan dirinya sendiri.
Tahun demi tahun pun berlalu. Belasan musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin juga telah terlewati begitu saja tanpa ada suatu hal yang sangat berarti. Waktu sudah banyak berlalu dengan cukup signifikan, kini telah tiba saatnya bagi seorang gadis berparas manis bernama Akibara Rin untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-18.Gadis itu kini telah tumbuh dewasa, dan sudah kayak menyandang gelar seorang wanita, jika saja ia sudah menikah. Sungguh waktu berjalan dengan begitu cepat. Sekarang Rin sudah menjadi seorang gadis yang sesungguhnya, dia bukan lagi anak-anak yang terbatas setiap pergerakannya.Mula-mula, Rin bagaikan sekuncup bunga yang masih belum mekar, kini kuncup mungil itu telah berkembang dan menampakkan keindahannya.Untuk merayakan hari kelahirannya itu, sang gadis muda Akibara biasa menghabiskan waktunya seharian penuh dengan cara menyendiri di dalam kuil, guna memanjatkan doa dan berharap keinginannya dikabulkan oleh Sang Dewa.Rin bukannya tidak ingin berkum
"Ibu, kak Yuuto mana?" Rin kecil yang telah kembali dari rumah sakit setelah dirawat selama satu minggu di sana, terlihat sedang mencari-cari keberadaan sang kakak di rumahnya yang besar. Seluruh penjuru rumah sudah gadis itu jelajahi, tetapi tak kunjung ia temukan keberadaan sang kakak di tempat itu. Ada di manakah kakaknya Yuuto berada?"Bu, Kakak ada di mana? Rin rindu sekali dengannya, Kakak sama sekali tidak pernah menjenguk Rin selama Rin dirawat di rumah sakit. Padahal Kakak sudah janji .... Tapi, mengapa kakak sekarang tidak mau menemui Rin?" tanya gadis kecil itu lagi kepada kedua orang tuanya. "Padahal Rin 'kan sudah sangat merindukannya! Apa Kak Yuuto sedang pergi ke rumah temannya, ya?" Gadis itu menggumam pelan di akhir. Wajahnya tampak kebingungan.Hideki dan Kaede, orang tua dari gadis kecil itu, tampaknya sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi, cepat atau lambat. Di mana anak perempuan mereka akan menanyakan keberadaan Yuuto, sang kakak, tetapi bagaimana cara mer
Kyeo mempercepat larinya. Tak peduli apa pun yang bisa ia lakukan, ia harus berlari untuk menyelamatkan hidupnya yang teramat berharga.Orang-orang yang kini mengejarnya ingin menangkap dan menghukumnya atas kejahatan yang telah dilakukannya selama ini. Mereka hendak mengirimnya kembali ke tempat asalnya, ke Dunia Kematian, tempat para pendosa harus kembali dan berdiam diri.Kyeo tak mau itu terjadi, ia lebih suka di sini. Dunia yang ia tempati kini adalah surga yang nyata baginya.Kyeo cukup beruntung berada di dunia manusia. Tempat di mana ia bebas melakukan pembantaian dan memberi orang-orang menyedihkan itu pelajaran. Beruntung bagi iblis sepertinya, ada banyak sekali manusia bodoh yang memanggilnya ke dunia mereka, tetapi pada akhirnya, iblis itu akan membunuh mereka semua.Tak ada yang bisa menampik kelicikan yang dimiliki sesosok iblis, meski mereka telah berjanji akan tunduk kepada perintah sang pemanggil, tetapi nyatanya adalah sebaliknya. Kematianlah yang akan mereka dapatkan
Kaisar Tachibana merasa apa yang disampaikan oleh komandan pasukan pengawal miliknya itu terdengar aneh. Kyeo berkata seperti itu? Untuk apa iblis kejam mengutarakan apa yang ia rasakan? Bukankah iblis tak punya perasaan? Tanggapan seperti apa yang ingin Kyeo utarakan kepadanya selaku penguasa negeri? Sungguh, sang kaisar negeri Awan itu tak mengerti maksudnya.Tidak ada satu pun makhluk yang mampu membuat sang iblis kelelawar menghargai nyawa manusia. Ia akan leluasa membunuh, menghancurkan atau melenyapkan makhluk hidup bernama manusia, karena baginya nyawa mereka itu sangatlah rapuh dan iblis tidak menyukai kerapuhan. Mereka juga sangat tidak menyukai kelemahan yang identik dengan umat manusia.Tak beberapa lama kemudian, rombongan para pengawal yang datang membawa kurungan tempat Kyeo dikurung pun tiba di hadapan Kaisar Tachibana. Sang iblis diletakkan di depan umum, karena ada banyak warga yang meminta untuk melihat wujud Kyeo secara langsung.Tanpa disangka-sangka, suara teriaka
"Hyaahh! Huf, huf!!"Seorang pemuda berambut ikal tampak sedang berlatih dengan sebuah batang pohon yang berdiri tegak di depannya. Setiap kali dia bergerak menyerang pohon tersebut, rambut panjangnya akan bergoyang mengikuti gerak tubuhnya. Surai hitamnya tampak lembut dan lebat. Di batang pohon tersebut terdapat beberapa tongkat yang difungsikannya sebagai alat untuk berlatih pukulan. Seolah tongkat-tongkat itu adalah tangan dari musuh yang harus dihadapi. Sang pemuda terus memukul tongkat-tongkat tersebut secara berkala menggunakan kedua tangannya, seolah-olah sedang berlatih tanding dengan seseorang. Dia adalah Yuuto, pemuda yang sebelas tahun silam menghilang dari muka bumi dan masuk ke dunia lain karena dibawa oleh sesosok siluman berwajah buruk rupa. Dia adalah anak laki-laki keturunan keluarga kuil Akibara yang terkenal sangat baik hati dan juga penyayang terhadap sesama. Sudah lama sekali semenjak pemuda itu meninggalkan rumah, lebih tepatnya diculik dari dunianya yang seben
Yuuto tersenyum samar, ingatan tentang pertemuan pertamanya dengan sang guru tiba-tiba muncul ke permukaan. Ia yang dulu adalah seorang anak kecil yang suka bersembunyi dari kejaran siluman, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki kekuatan.Yuuto kini telah dewasa, ia sudah berhasil menguasai berbagai kemampuan dasar dan bela diri dari sang guru.Tak sia-sia pelatihan yang diberikan oleh Hiroshi—sang kakek tua yang ia temui belasan tahun silam. Selama bertahun-tahun lamanya, lelaki tua itu mengajari pemuda dengan gaya rambut panjangnya yang tidak rapi, si Yuuto, berbagai jurus bela diri dan lain sebagainya.Yuuto selalu ingat dengan pesan yang disampaikan oleh sang guru, bahwa untuk hidup di dunia yang keras haruslah memiliki tekad yang besar. Ia merasa hal itu ada benarnya. Yuuto membutuhkan kekuatan.Selain mempelajari ilmu kehidupan dengan sang guru, Yuuto juga belajar dari para biksu yang ia temui di setiap perjalanan spiritualnya. Kadang-kadang, pemuda itu akan ikut
Bertemu karena takdir dan berpisah pula karena takdir yang pilu.Tak ada seorang pun yang tahu jika cinta yang datang ke hati akan memberikan kebahagiaan ataukah luka. Pun dengan apa yang dirasakan oleh seorang gadis bernama Akibara Rin, gadis manusia yang dikutuk oleh iblis jahat dan harus menjalani kehidupannya di dunia lain, demi mencari kekuatan untuk mengalahkan sang iblis yang telah mengutuk keluarganya sejak beberapa generasi selama 500 tahun lamanya.Rin yang mencari kekuatan pun dipertemukan dengan Kyeo, iblis kelelawar yang disegel kekuatannya di dalam kuil keluarga Akibara. Rin membebaskan Kyeo dengan syarat sang iblis akan membantunya mengalahkan Yamasuke, iblis pengutuk sekaligus pimpinan di kerajaan iblis. Kyeo yang merupakan seorang pangeran iblis yang telah lama disegel pun menerima tawaran tersebut dan mereka berdua pun membubuhkan tanda tangan mereka di atas kertas magis menggunakan darah mereka sendiri.Mereka meninggalkan sedikit kekuatan mer
Kesulitan manusia adalah menentukan sendiri akhir dari cerita kehidupannya.🍃🍃🍃Suasana kerajaan iblis tampak lengang semenjak matinya Yamasuke, pemimpin para pangeran iblis Dunia Kematian yang zalim.Penghuni di kerajaan iblis itu sekarang hanya Akashita-iblis berlidah merah, Bake Neko-iblis kucing berwajah datar, dan Nekomata-iblis peniru dan pengendali yang sedang pergi berkelana ke dunia lain. Akashita mendengkus berulang kali, tak henti-hentinya merasa kesal. Semenjak matinya Yamasuke dan Kyeo, tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan di Dunia Kematian.Biasanya ia akan bermain-main dengan para roh wanita. Namun, kerajaan yang semula ramai oleh para roh Akibara itu kini senyap.Iblis bermata besar, menjilat bibirnya girang ketika melihat kedatangan salah satu pangeran Dunia Kematian lainnya. Ia buru-buru menghampiri, "Bake Neko! Ke mana saja kau ini?!"Siluman kucing berwarna putih memasang wajah datar. Namun, sesaat kemudian ia menyeri
"Aku tak menyangka akan menikah denganmu, Kyeo." Rin memilin rambut sehalus sutra miliknya. Ia kembali menerawang ke ingatannya selama kurang dari 100 hari ini.Kyeo mendengkus mendengar penuturan wanita dalam dekapannya, seperti ada kesan wanita itu tidak senang dinikahi olehnya. "Kenapa? Kau akhirnya menyesal juga? Cih, pergi sana!" sungut Kyeo mencebik.Rin tertawa terbahak-bahak, lucu melihat suaminya terpancing. Padahal ia mengatakan itu justru karena bersyukur bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai."Kau ini memang kelinci ya, Kyeo." Rin mengecup singkat pipi suaminya.Sepasang suami-istri itu tampak berbahagia setelah pernikahan mereka yang baru seumur jagung. Semua beban terlupakan begitu saja, termasuk perjanjian darah yang pernah mereka lakukan sebelumnya.Mereka melupakan inti dari perjanjian darah tersebut, meski melupakannya sekalipun, perjanjian akan tetap berjalan, berikut dengan konsekuensi di dalamnya.Syarat perjanj
Rin berada dalam situasi di mana ia harus menyembuhkan Kyeo yang tak sadarkan diri. Tetapi, tidak seperti sebelumnya, kali ini ia mampu menyembuhkan Kyeo dan mengobati luka pemuda itu hingga benar-benar pulih.Semua berkat bantuan Kimiko—roh orang yang tidak disangka akan membantunya. Nenek moyang Akibara yang dengan baik hati menolong mereka di saat keadaan sudah sangat genting.Rin tidak bisa membayangkan jika saat itu roh Kimiko tidak muncul untuk membantu mereka, entah akan seperti apa nasib mereka nantinya.***"Kyeo!" Rin langsung memeluk Kyeo erat begitu iblis itu bangun. Yuuto hanya tersenyum menyaksikan kedekatan keduanya."Yamasuke berhasil dikalahkan, Kyeo."Laki-laki itu terperanjat, sepasang mata dengan iris kuningnya membola, semudah itukah Yamasuke tiada?"Benarkah?"Rin mengangguk mantap sebagai jawaban. "Aku ditolong oleh roh generasi Akibara sebelumnya, bahkan Kimiko-sama langsung turun menangani sang ib
"Jigoku no honō!"Gadis itu menyemburkan jurus api andalannya ke arah sang iblis monyet yang dengan mudahnya menerima dan memadamkan api tersebut dengan tangan, hingga Rin tercengang."Ha! Jadi, kau berusaha melalapku dengan api yang telah menciptakan tubuh bajaku? Menggelikan!" Yamasuke tertawa mengejek, membuat Kyeo dan Rin sama-sama menggeram dengan hati yang dongkol.Kyeo merasa bersalah. Kekuatan gadis itu telah kembali seperti sedia kala saat dia belum memberikan kekuatannya. Tidak ada lagi kekuatan iblis di tubuh sang gadis, api hitam yang melegenda itu pun sudah tiada. Kyeo mendecih.Rin terlihat waspada, cemas jika Yamasuke tiba-tiba saja menyerangnya di saat ia tengah memikirkan strategi.Perasaan gamang mulai menyelimutinya. Padahal, ketika melihat sosok sang iblis monyet tadi, gadis itu tidak merasa takut sama sekali. Tetapi, setelah melihat serangannya dipatahkan begitu saja, membuat Rin kalut.Jika iblis itu tidak bisa diserang
Rin memandangi Kyeo dengan mata sembap. Sepanjang cerita, gadis itu menangis tak kenal henti, membuat siapa pun yang melihat akan lebih iba dengannya. Kyeo yang telah menyelesaikan kisahnya hanya tersenyum simpul melihat Rin menangis sesenggukan.Dia melewatkan bagian perjanjian dari ceritanya yang cukup singkat. Dia tak ingin Rin mengetahui perihal perjanjian yang akan membunuhnya cepat atau lambat.Kyeo juga tidak ingin mendengar komentar apa pun dari sang gadis tentang ajal yang akan menjemputnya. Apakah gadis itu akan menangisi kepergiannya seperti ketika dia menangis mendengar kisah hidup seorang Kyeosuke?Iblis itu ragu."Kakak yang jahat." Kyeo menatap kedua mata Rin yang basah. Kata-kata yang terlontar dari bibir mungilnya membuat Kyeo mengiyakan dalam hati."Dia sering menuduh, dan membuat semua buktinya mengarah padaku. Daichi itu sangat licik. Untungnya, hari itu aku mendapatinya sedang bermesraan dengan seorang gadis," Kyeo berucap deng
"Seharusnya tidak usah dikembalikan, kau jadi lemah tanpa kekuatan itu."Rin memutar bola mata gemas, Kyeo sudah membahas hal ini beberapa kali. "Aku tidak masalah kehilangan kekuatan, asal tidak kehilangan seseorang yang berarti," Rin menjawab jujur.Kyeo menepuk kepala Rin pelan, "Baiklah, kau cukup pintar sekarang."Keduanya memutuskan untuk pulang ke desa. Namun, lagi-lagi Kyeo terlihat sedang memikirkan sesuatu sehingga mengabaikan gadis yang sedang bersamanya. Rin menghela napas gusar."Rin," panggil Kyeo tiba-tiba. Rin mendongak, mendapati wajah sedih laki-laki itu, "Ada apa?""Kau tahu, Rin? Kau adalah satu-satunya manusia yang mencoba untuk melindungiku. Sementara manusia lain selalu berdiri di belakangku." Ada nada getir yang terucap dari bibirnya. Namun, tetap diucapkannya pada Rin."Bahkan, dulu ketika aku masih menjadi manusia sekalipun, sama sekali tak ada yang pernah menolongku."Rin terperanjat, mundur seketika. "Manus
Butuh beberapa orang untuk membuatmu menderita, tetapi kamu cukup membutuhkan satu orang agar membuatmu bahagia.🥀🥀🥀Rin mendekap Kyeo erat, air matanya mengalir dengan deras. Ia menangis sesenggukan saat merasakan tubuh dalam pelukannya dingin bak es. Isak tangisnya pecah. "Bangun, Kyeo. Kumohon, buka matamu," pintanya lirih.Gadis itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi hingga mata terpejam itu terbuka lebar. Akan sangat menyakitkan baginya jika terlambat membawa Kyeo. Rin mengusap wajahnya kasar. Dia harus mencari pertolongan!Dalam hal ini, pikirannya hanya tertuju pada penyihir tua yang ada di dasar gunung Yaburi. Gurunya yang telah mengajari Rin sihir dan membagikan kekuatan gelapnya. Enzu!Guru penyihirnya itu pasti bisa membantunya menyelesaikan masalah ini. Rin tidak tega melihat raut wajah kesakitan pria dalam pelukannya, ia tak ingin kehilangan Kyeo yang teramat berharga baginya.Rin memejamkan matanya yang sembap, berkonsentra
Pagi ternyata datang lebih cepat. Rin telah mengganti pakaiannya dengan yukata merah tua dan hakama biru, gadis itu tampak berseri-seri sebelum keberangkatan mereka.Terbukti dari tak henti-hentinya dia bersenandung tatkala sedang merapikan perlengkapan sebelum pulang ke desa Anohagaku. Desa yang diberitahukan oleh roh pengantar jiwa bernama Tatarimokke.Berbicara tentang makhluk berwujud anak kecil berambut mangkuk, sudah lama sekali sejak terakhir kali Rin bertemu dengannya. Terakhir dia bersama Mokke adalah sebelum dia membebaskan sang iblis kelelawar.Sejak saat itu, keberadaan Mokke menjadi lenyap. Tak ada yang tahu di mana makhluk itu berada.Padahal Rin sudah mencarinya di ladang bunga tempat mereka pertama kali bertemu. Gadis itu juga telah bertanya pada seluruh penduduk desa. Tetapi, mereka hanya mengatakan bahwa Tatarimokke sedang pergi ke dunia kematian.Tak ada seorang pun yang tahu apa yang roh siluman itu lakukan di sana. Namun, jika