Tahun demi tahun pun berlalu. Belasan musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin juga telah terlewati begitu saja tanpa ada suatu hal yang sangat berarti. Waktu sudah banyak berlalu dengan cukup signifikan, kini telah tiba saatnya bagi seorang gadis berparas manis bernama Akibara Rin untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-18.
Gadis itu kini telah tumbuh dewasa, dan sudah kayak menyandang gelar seorang wanita, jika saja ia sudah menikah. Sungguh waktu berjalan dengan begitu cepat.
Sekarang Rin sudah menjadi seorang gadis yang sesungguhnya, dia bukan lagi anak-anak yang terbatas setiap pergerakannya.
Mula-mula, Rin bagaikan sekuncup bunga yang masih belum mekar, kini kuncup mungil itu telah berkembang dan menampakkan keindahannya.
Untuk merayakan hari kelahirannya itu, sang gadis muda Akibara biasa menghabiskan waktunya seharian penuh dengan cara menyendiri di dalam kuil, guna memanjatkan doa dan berharap keinginannya dikabulkan oleh Sang Dewa.
Rin bukannya tidak ingin berkumpul dengan orang-orang di hari istimewanya itu, hanya saja gadis periang dengan tanda lahir di bahu tersebut ingin lebih memfokuskan dirinya untuk beribadat saja, di hari di mana usianya bertambah satu tahun. Beribadat dengan tujuan mengucap syukur karena telah diberikan kesehatan dan kesempatan dalam menjalani hidup.
Gadis itu tak pernah sekalipun meminta suatu benda di hari ulang tahunnya. Ia tak menginginkan barang, aksesori, atau segala sesuatu yang biasa diinginkan oleh gadis seusianya. Rin tak memerlukan semua materi yang tak terlalu ia inginkan.
Rin hanya ingin harapan tentang kembalinya sang kakak yang bernama Akibara Yuuto, anak laki-laki yang hilang sebelas tahun silam, terkabul. Hanya itu saja keinginannya setiap tahun, sebuah doa yang tak pernah tergantikan.
Menghilangnya Yuuto adalah luka yang masih membekas di hati sang gadis muda Akibara yang sedang berulang tahun. Ia ditinggal pergi oleh sang kakak, tepat di saat ia benar-benar membutuhkan kehadiran lelaki itu di sisinya.
Rin masih sangat muda, tetapi sudah harus kehilangan sosok yang begitu menyayanginya setulus hati. Hati siapa yang tak sakit ketika ditinggal oleh orang yang paling disayang?
Rin masih ingat saat-saat itu, waktu di mana sang kakak menghilang selama belasan tahun.
Waktu itu adalah saat di mana gadis Akibara masih terlalu kecil, berusia sekitar tujuh tahun. Kala itu, Rin kecil tengah menderita sakit. Tubuh Rin menggigil hebat, dan wajahnya pucat pasi. Padahal ia sudah meminum resep obat dari dokter, bahkan meminum ramuan tradisional dari sang nenek. Namun, keadaan gadis kecil yang tidak kunjung membaik itu membuat kedua orang tuanya khawatir.
Kaede dan Hideki lalu mencurahkan seluruh perhatian mereka kepada Rin, tanpa tahu apa yang akan terjadi kepada anak mereka yang lain. Hal itu membuat Rin menyesal pada akhirnya, mengapa sang kakak diabaikan begitu saja pada saat itu?
Tentu saja itu merupakan sesuatu yang wajar. Sebab, Rin kecil harus mendapat perhatian ekstra karena sedang sakit. Akan tetapi, setidaknya mereka juga harus memperhatikan anak berusia 14 tahun bernama Yuuto.
Rin masih mengingat semuanya dengan jelas, betapa kehilangannya ia kala itu. Semua masih tersimpan baik di dalam otaknya, menimbulkan luka yang terkadang membuat air mata jatuh menetes.
Di saat ia terbaring lemah di atas ranjang, Kaede, sang ibu menatap dirinya dengan tatapan khawatir. Itu sudah lama sekali, tetapi rasanya baru saja terjadi kemarin padanya. Ingatan itu seolah menunjukkan rangkaian dari film lama yang diputar dalam layar lebar.
"Demam Rin belum turun juga ...." Kaede berucap dengan nada lesu. Ia tatapi putri kecilnya dengan sorot mata penuh kekhawatiran. Ibu mana yang tidak merasa cemas saat anak kesayangannya terkena demam setinggi 40° celsius? Jelas, Kaede dilanda kepanikan sekarang.
"Sayang, apa kau benar-benar sudah memanggilkan dokter?" tanya wanita berparas rupawan itu dengan cemas kepada sang suami. "Kenapa lama sekali datangnya?"
Hideki yang baru saja kembali dari mengambil air minum di dapur mengangguk pelan. Ia sodorkan segelas air kepada sang istri. "Tentu saja sudah," jawabnya. Hideki lalu menatap Rin yang terbaring lemah. "Bagaimana keadaan putri kita?" tanyanya. "Apa ia menginginkan sesuatu?"
Kaede mengelus puncak kepala anak kesayangannya dengan penuh kelembutan. Mendengar pertanyaan sang suami, ia lantas bertanya kepada anak bungsunya, "Rin, kau mau makan apa, Sayang?"
Rin kecil menatap kedua orang tuanya dengan sayu, bibir gadis bermata bulat itu terlihat gemetar menahan sakit. "Rin ... tidak lapar kok, Bu," jawabnya lirih. Suaranya seperti tertahan di tenggorokan.
Kaede hampir menangis saat menyaksikan dengan kedua matanya sendiri bahwa anak kesayangannya Rin terlihat kesulitan saat berbicara. Mereka harus melakukan sesuatu secepatnya.
Jika tidak, entah apa yang akan terjadi kepada mereka nantinya jika sesuatu yang buruk terjadi pada anak perempuan kesayangan mereka. Rin tidak boleh dibiarkan sakit, gadis itu satu-satunya harapan keluarga Akibara.
"Ayo kita ke rumah sakit segera!"
Yuuto yang baru saja masuk ke kamar adiknya, langsung memperhatikan kedua orang tuanya yang tampak sibuk mengemasi keperluan adiknya jika gadis itu memiliki kemungkinan untuk dirawat di rumah sakit. Anak berusia 14 tahun itu juga ingin membantu mereka, tetapi ia urungkan niatnya setelah melihat adiknya yang terbaring sendirian.
Yuuto berjalan menghampiri Rin dan memilih duduk di samping sang adik. Ia tatapi wajah lesu adik kesayangannya itu dengan penuh kasih sayang. "Rin, tunggu sebentar ya," ucap Yuuto sembari menggenggam jari-jari mungil sang adik, mengelus tangan yang terasa dingin itu dengan lembut. "Bertahanlah, Ayah dan Ibu akan membawamu ke Rumah Sakit."
Yuuto tersenyum kecil, yang adiknya perlukan sekarang adalah ketenangan dan juga dukungan berupa semangat. Ia harus selalu ada untuk mendampingi adiknya itu kapan pun Rin membutuhkannya.
Adik adalah malaikat kecil yang dititipkan tuhan untuk dijaga dengan baik, dan sebagai kakak Yuuto harus merawatnya dengan benar.
Tiba-tiba, Rin angkat bicara. "Kak ... Rin ... takut pergi ke dokter." Gadis itu berucap dengan susah payah, seolah tenaganya terkuras di satu titik yaitu di tenggorokannya.
Bibir Rin terlihat sedikit pucat dan kering, Yuuto lalu mengusap pipi adiknya dengan lembut, berusaha menyampaikan dukungannya terhadap orang yang paling ia sayang di dunia ini. Tangan sang adik yang masih digenggamnya erat, ia elus dengan perlahan.
"Tidak perlu takut, Adikku. Kakak ada di sini mendukungmu," bisik Yuuto dengan lembut seraya menyeka keringat yang membasahi kening sang adik.
Rin tampak berkaca-kaca, ia terharu dengan setiap perlakuan lembut yang diberikan oleh sang kakak. Setitik air bening terlihat menggenang di sudut matanya. Yuuto tersentak saat melihat adiknya menitikkan air mata, ia merasa ada sesuatu yang salah yang terjadi kepada adiknya sehingga gadis kecil itu menangis tanpa suara.
"Ada apa?" tanya Yuuto cepat, takut terjadi sesuatu kepada adiknya. Wajahnya terlihat panik. "Apa ada sesuatu yang membuatmu tak nyaman? Apa ada bagian tubuhmu yang sakit? Cepat katakan pada Kakak!"
Rin menggeleng pelan. Lengkungan tipis di bibirnya terangkat perlahan, tampak begitu lemah. Gadis bertubuh mungil tersebut lantas berucap, "Tidak ... Kak Yuuto. Hanya saja ... Rin, Rin ... takut pergi ke ... rumah sakit."
Rasa khawatir yang sempat Yuuto rasakan seketika lenyap, tergantikan dengan gelak tawa terhadap kepolosan sang adik. Ternyata adiknya menangis karena takut, Yuuto pikir telah terjadi sesuatu kepadanya. Yuuto lantas bertanya pada adiknya, "Kenapa harus takut? Kakak juga pernah ke rumah sakit."
Rin menggembungkan pipi dengan raut wajah kesal. Yuuto tertawa, di saat sakit adiknya masih bisa bercanda. Rin kemudian menjawab dengan terbata-bata, "Ta-tapi, Rin takut ... disuntik, Kak."
Yuuto yang gemas terhadap sang adik, akhirnya mencubit pelan hidung mungil adiknya, usia mereka yang terpaut tujuh tahun membuat ia harus bersikap lebih dewasa dari Rin. Ia dipercayakan untuk menjaga adiknya, oleh sebab itulah dia harus menjadi seorang kakak yang baik.
"Tidak perlu cemas, Rin! Dokter adalah malaikat utusan Dewa yang akan menyembuhkanmu!" ucap Yuuto semangat seraya mengedipkan sebelah mata. "Kau harus berani dan pergi ke sana, Adikku. Agar kau cepat sembuh. Mau, ya?"
Rin hanya mengangguk pelan saat melihat semangat sang kakak. Ia akan memberanikan dirinya untuk pergi ke tempat yang penuh dengan bau obat itu demi Yuuto yang telah menyemangatinya dengan penuh ketulusan. Gadis kecil itu lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar, seperti mencari sesuatu. "Kakak ... di mana Mimi?" tanyanya polos. "Apa Kakak ada melihatnya?"
"Mimi?" beo Yuuto mengulangi perkataan sang adik. "Jadi itu nama kucingmu?" tanyanya lagi. Yuuto lalu mencoba mengingat-ingat kembali rupa dari kucing hitam yang ditemukan Rin di belakang rumah sepekan yang lalu. "Kucing itu tak ada di sini, mungkin sudah kembali ke dalam hutan," timpal Yuuto dengan sikap yang tenang.
Kucing liar seperti itu, menurutnya sangat tidak cocok berada di sisi adiknya yang lembut.
Raut wajah Rin mendadak berubah, gadis itu terlihat sedih. Yuuto langsung panik begitu melihat kemurungan tampak di wajah adiknya. Sepertinya Rin benar-benar menyayangi kucing temuannya itu. "Te-tenang saja, Rin!" ujar Yuuto gelagapan. "Kakak akan mencarikan kucing itu dan membawanya kembali padamu! Tunggu ya."
Yuuto mengelus kepala Rin sebentar, sebelum berlari keluar dari kamar adiknya dengan semangat. Ia lalu menelusuri sekitar rumah dan kuil keluarga guna mencari kucing peliharaan sang adik.
Ketika tak juga menemukan kucing itu di dua lokasi, Yuuto pun memilih untuk masuk ke dalam hutan yang berada di belakang kuil kecil yang terletak tidak terlalu jauh dari kuil utama.
Kuil Akibara memang memiliki dua kuil, satu yang berukuran besar adalah kuil utama, satunya lagi begitu kecil dan tidak digunakan untuk umum.
Yuuto memanggil nama kucing Rin berulang kali, seraya mengawasi sekitar dengan matanya yang berwarna sedikit kecokelatan.
Hingga tiba-tiba terdengar suara yang tidak diketahui berasal dari mana. Suara yang samar-samar dan terdengar mirip dengan suara kucing membuat Yuuto buru-buru melangkahkan kakinya, berniat keluar dari dalam hutan karena merasa takut. Tanpa sadar, ternyata ia sudah memasuki hutan terlalu jauh.
"MIMI! Apa itu kau?" teriak Yuuto kepada suara yang tak diketahui asalnya. Yuuto sedikit panik, ia merasa paranoid.
Ia lalu berusaha untuk tidak mendekati semak belukar yang bisa saja dari sana keluar binatang buas yang akan melompat ke arahnya, Yuuto kemudian memandang takut-takut pada sekitar. Hutan yang selalu diimbau oleh keluarganya untuk tidak mendekatinya.
Anak laki-laki yang dagunya sedikit berbentuk seperti belah di bagian tengahnya itu lalu melanjutkan perjalanannya keluar dari dalam hutan dengan langkah yang terburu-buru. Sungguh, ia tidak berani berlama-lama di sana jika saja tidak untuk mencari keberadaan kucing peliharaan adiknya, Rin.
SRAK SRAK
Yuuto langsung menghentikan langkahnya, telinganya menangkap suara kucing beberapa saat yang lalu, dan arahnya tidak terlalu jauh dari posisinya berada sekarang. Tidak salah lagi, itu pasti kucing Rin yang ia cari sedari tadi. Jika itu benar, maka Yuuto akan langsung membawa kucing itu pulang ke rumah.
Mengabaikan rasa takutnya, Yuuto pun kembali berlari ke dalam hutan, memanggil-manggil nama kucing dengan mata kuning yang sangat disayangi oleh Rin. Yuuto harus mendapatkannya kembali! Ia tidak ingin melihat adiknya bersedih lagi.
Yuuto lalu mencari sumber suara dengan mengelilingi sekitar tempat itu. Akan tetapi, ketika ia sudah berhasil menemukannya, tubuhnya seketika tidak dapat digerakkan.
Yuuto terbelalak di tempatnya berdiri seraya menatap takut-takut pada makhluk berbadan besar, berbulu lebat, dan dari mulutnya tampak gigi-gigi besar lagi panjang yang menitikkan saliva. Yuuto dapat merasakan kakinya gemetar di bawah sana.
Sosok makhluk asing yang berdiri di hadapan Yuuto itu lalu mendekat, dan mulai mengeluarkan suara kucing yang terdengar memelas, "Nyaa ... nyaa."
Yuuto kembali terbelalak saat mendengar suara itu. Jadi suara yang kudengar tadi adalah makhluk ini? Pikir Yuuto dalam hati. Gigi-giginya seketika bergemeletuk. Keringat dingin langsung membasahi pelipisnya.
Makhluk itu lagi-lagi menirukan suara kucing yang terdengar sedang membutuhkan pertolongan. Yuuto benar-benar merasa telah dibohongi. Makhluk aneh bertelinga runcing semakin mendekat, makhluk itu berusaha menggapai Yuuto dengan lengan yang dipenuhi bulu dan kuku-kuku jarinya yang hitam panjang.
"TIDAAAKKK!!!" jerit Yuuto histeris.
Makhluk yang memiliki bola mata besar berwarna merah darah dengan cepat mengangkat Yuuto, dan membawanya masuk ke dalam hutan.
Yuuto terus berontak, menjerit dan berteriak minta tolong. Berharap akan ada seseorang yang mendengar jeritannya. Yuuto ingin memberitahu, bahwa ia telah diculik oleh sesosok makhluk besar mengerikan yang sudah berani menjebaknya, yang kemudian membawanya masuk ke portal dunia lain.
Jauh ... meninggalkan keluarga dan adik yang sangat disayanginya.
-Tambah tahu, tambah banyak ilmu-
Kasa-obake : Hati-hati dengan payung kesayangan kamu, bisa jadi ada roh jahat Kasa-Obake sedang menghuni payungmu itu. Legenda tentang Hantu payung Kasa-Obake sangat terkenal dalam Mitologi Jepang. Diceritakan bahwa asal mulanya Kasa-obake hanyalah sebuah benda payung biasa.
Namun karena payung tersebut merupakan benda kuno peninggalan jaman dahulu yang kurang lebih berusia 100 tahun. Tiba-tiba payung itu bisa hidup karena mempunyai roh dan bergentayangan untuk menakuti umat manusia.
"Ibu, kak Yuuto mana?" Rin kecil yang telah kembali dari rumah sakit setelah dirawat selama satu minggu di sana, terlihat sedang mencari-cari keberadaan sang kakak di rumahnya yang besar. Seluruh penjuru rumah sudah gadis itu jelajahi, tetapi tak kunjung ia temukan keberadaan sang kakak di tempat itu. Ada di manakah kakaknya Yuuto berada?"Bu, Kakak ada di mana? Rin rindu sekali dengannya, Kakak sama sekali tidak pernah menjenguk Rin selama Rin dirawat di rumah sakit. Padahal Kakak sudah janji .... Tapi, mengapa kakak sekarang tidak mau menemui Rin?" tanya gadis kecil itu lagi kepada kedua orang tuanya. "Padahal Rin 'kan sudah sangat merindukannya! Apa Kak Yuuto sedang pergi ke rumah temannya, ya?" Gadis itu menggumam pelan di akhir. Wajahnya tampak kebingungan.Hideki dan Kaede, orang tua dari gadis kecil itu, tampaknya sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi, cepat atau lambat. Di mana anak perempuan mereka akan menanyakan keberadaan Yuuto, sang kakak, tetapi bagaimana cara mer
Kyeo mempercepat larinya. Tak peduli apa pun yang bisa ia lakukan, ia harus berlari untuk menyelamatkan hidupnya yang teramat berharga.Orang-orang yang kini mengejarnya ingin menangkap dan menghukumnya atas kejahatan yang telah dilakukannya selama ini. Mereka hendak mengirimnya kembali ke tempat asalnya, ke Dunia Kematian, tempat para pendosa harus kembali dan berdiam diri.Kyeo tak mau itu terjadi, ia lebih suka di sini. Dunia yang ia tempati kini adalah surga yang nyata baginya.Kyeo cukup beruntung berada di dunia manusia. Tempat di mana ia bebas melakukan pembantaian dan memberi orang-orang menyedihkan itu pelajaran. Beruntung bagi iblis sepertinya, ada banyak sekali manusia bodoh yang memanggilnya ke dunia mereka, tetapi pada akhirnya, iblis itu akan membunuh mereka semua.Tak ada yang bisa menampik kelicikan yang dimiliki sesosok iblis, meski mereka telah berjanji akan tunduk kepada perintah sang pemanggil, tetapi nyatanya adalah sebaliknya. Kematianlah yang akan mereka dapatkan
Kaisar Tachibana merasa apa yang disampaikan oleh komandan pasukan pengawal miliknya itu terdengar aneh. Kyeo berkata seperti itu? Untuk apa iblis kejam mengutarakan apa yang ia rasakan? Bukankah iblis tak punya perasaan? Tanggapan seperti apa yang ingin Kyeo utarakan kepadanya selaku penguasa negeri? Sungguh, sang kaisar negeri Awan itu tak mengerti maksudnya.Tidak ada satu pun makhluk yang mampu membuat sang iblis kelelawar menghargai nyawa manusia. Ia akan leluasa membunuh, menghancurkan atau melenyapkan makhluk hidup bernama manusia, karena baginya nyawa mereka itu sangatlah rapuh dan iblis tidak menyukai kerapuhan. Mereka juga sangat tidak menyukai kelemahan yang identik dengan umat manusia.Tak beberapa lama kemudian, rombongan para pengawal yang datang membawa kurungan tempat Kyeo dikurung pun tiba di hadapan Kaisar Tachibana. Sang iblis diletakkan di depan umum, karena ada banyak warga yang meminta untuk melihat wujud Kyeo secara langsung.Tanpa disangka-sangka, suara teriaka
"Hyaahh! Huf, huf!!"Seorang pemuda berambut ikal tampak sedang berlatih dengan sebuah batang pohon yang berdiri tegak di depannya. Setiap kali dia bergerak menyerang pohon tersebut, rambut panjangnya akan bergoyang mengikuti gerak tubuhnya. Surai hitamnya tampak lembut dan lebat. Di batang pohon tersebut terdapat beberapa tongkat yang difungsikannya sebagai alat untuk berlatih pukulan. Seolah tongkat-tongkat itu adalah tangan dari musuh yang harus dihadapi. Sang pemuda terus memukul tongkat-tongkat tersebut secara berkala menggunakan kedua tangannya, seolah-olah sedang berlatih tanding dengan seseorang. Dia adalah Yuuto, pemuda yang sebelas tahun silam menghilang dari muka bumi dan masuk ke dunia lain karena dibawa oleh sesosok siluman berwajah buruk rupa. Dia adalah anak laki-laki keturunan keluarga kuil Akibara yang terkenal sangat baik hati dan juga penyayang terhadap sesama. Sudah lama sekali semenjak pemuda itu meninggalkan rumah, lebih tepatnya diculik dari dunianya yang seben
Yuuto tersenyum samar, ingatan tentang pertemuan pertamanya dengan sang guru tiba-tiba muncul ke permukaan. Ia yang dulu adalah seorang anak kecil yang suka bersembunyi dari kejaran siluman, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki kekuatan.Yuuto kini telah dewasa, ia sudah berhasil menguasai berbagai kemampuan dasar dan bela diri dari sang guru.Tak sia-sia pelatihan yang diberikan oleh Hiroshi—sang kakek tua yang ia temui belasan tahun silam. Selama bertahun-tahun lamanya, lelaki tua itu mengajari pemuda dengan gaya rambut panjangnya yang tidak rapi, si Yuuto, berbagai jurus bela diri dan lain sebagainya.Yuuto selalu ingat dengan pesan yang disampaikan oleh sang guru, bahwa untuk hidup di dunia yang keras haruslah memiliki tekad yang besar. Ia merasa hal itu ada benarnya. Yuuto membutuhkan kekuatan.Selain mempelajari ilmu kehidupan dengan sang guru, Yuuto juga belajar dari para biksu yang ia temui di setiap perjalanan spiritualnya. Kadang-kadang, pemuda itu akan ikut
Di sebuah dimensi yang bersebelahan dengan Dunia Bawah, tepatnya di dunia di mana para manusia bumi tinggal, bermukim dan melahirkan keturunan. Ada sebuah daerah di mana di sana terdapat sebuah kuil kecil yang merupakan milik keluarga Akibara. Ada sesosok makhluk tampan yang sedang berusaha keras mengalirkan kekuatan penyembuhan ke bagian perut dan tangannya yang sedang terluka parah, dan ia hanya seorang diri saat berada dalam kurungan tersebut.Tak ada seorang pun yang pernah menjenguknya. Sama sekali tak pernah ada yang berusaha menyelamatkan sang iblis kelelawar dari tempat terkutuk itu!Sialan, Kyeo dilanda amarah sekarang. Tempat tinggalnya berada jauh dari sentuhan tangan manusia. Kuil tempatnya tersegel pun tak pernah sekalipun didekati, apalagi dibuka oleh orang-orang yang penasaran dengan isinya.Tak pernah ada seorang pun manusia yang berani melakukannya. Mereka semua terlalu takut mendekati kandang milik sang iblis kelelawar bermata kuning keemasan. Mereka takut iblis itu
"Ck, menyedihkan," komentar Kyeo sesaat setelah mangsa keduanya mati. Ia lalu mengendus bau amis dari darah segar yang memenuhi tangan kanannya dengan perasaan senang. Puas lebih tepatnya, karena sudah berhasil membunuh.Bau amis darah selalu dapat memikatnya, tak peduli sejauh apa sumber darah tersebut, Kyeo akan tetap mendatanginya selagi tak ada halangan. Sang iblis kelelawar akan tetap datang dengan senang hati ketika menghampiri setiap mangsa yang kurang beruntung bertemu dengannya hari itu, dan mereka akan berakhir sebagai mainan dari sang iblis yang kejam.Lihat? Betapa baiknya sang iblis hingga menjemput kematian para korbannya dengan tangannya sendiri. Jadi, mereka tak perlu bersusah-susah menanyakan perihal kematian mereka yang tidak pasti itu.Kyeo merasa bangga karena sudah mengantarkan manusia-manusia itu ke alam kematian. Sang iblis kelelawar merasa, ia bagaikan seorang dewa kematian, tetapi dengan caranya sendiri dan itu benar-benar menyenangkan.Iblis dengan wujud manus
Yuuto yang baru saja selesai latihan bersama sang guru, berjalan pelan menuju sebuah pohon yang tampak rindang. Cuaca yang cukup terik membuatnya sedikit merasakan gerah. Walaupun ia sudah memakai yukata tipis berwarna gelap, tetapi tetap saja panas mengenai kulit sawo matang sang pemuda.Pemuda itu ingin berteduh sebentar sebelum kembali berlatih lagi bersama Hiroshi.Langkah laki-laki dewasa itu terlihat melambat ketika ia mendengar suara derap langkah kaki seseorang yang mengarah padanya dengan sangat cepat. Sebelum sempat berbalik badan sepenuhnya, Yuuto telah diterjang oleh seseorang dari belakang."Kakak!" teriak orang itu penuh semangat. Suaranya terdengar seperti seorang perempuan muda yang begitu ceria. Manis dan menyenangkan. Yuuto tertegun di tempat saat seorang remaja perempuan melompat ke arahnya secara tiba-tiba dan memeluknya dengan sangat erat. Helaian rambut hitam panjangnya mengingatkan Yuuto terhadap sang adik. Belum lagi dengan sang gadis yang memanggilnya kakak ta
Bertemu karena takdir dan berpisah pula karena takdir yang pilu.Tak ada seorang pun yang tahu jika cinta yang datang ke hati akan memberikan kebahagiaan ataukah luka. Pun dengan apa yang dirasakan oleh seorang gadis bernama Akibara Rin, gadis manusia yang dikutuk oleh iblis jahat dan harus menjalani kehidupannya di dunia lain, demi mencari kekuatan untuk mengalahkan sang iblis yang telah mengutuk keluarganya sejak beberapa generasi selama 500 tahun lamanya.Rin yang mencari kekuatan pun dipertemukan dengan Kyeo, iblis kelelawar yang disegel kekuatannya di dalam kuil keluarga Akibara. Rin membebaskan Kyeo dengan syarat sang iblis akan membantunya mengalahkan Yamasuke, iblis pengutuk sekaligus pimpinan di kerajaan iblis. Kyeo yang merupakan seorang pangeran iblis yang telah lama disegel pun menerima tawaran tersebut dan mereka berdua pun membubuhkan tanda tangan mereka di atas kertas magis menggunakan darah mereka sendiri.Mereka meninggalkan sedikit kekuatan mer
Kesulitan manusia adalah menentukan sendiri akhir dari cerita kehidupannya.🍃🍃🍃Suasana kerajaan iblis tampak lengang semenjak matinya Yamasuke, pemimpin para pangeran iblis Dunia Kematian yang zalim.Penghuni di kerajaan iblis itu sekarang hanya Akashita-iblis berlidah merah, Bake Neko-iblis kucing berwajah datar, dan Nekomata-iblis peniru dan pengendali yang sedang pergi berkelana ke dunia lain. Akashita mendengkus berulang kali, tak henti-hentinya merasa kesal. Semenjak matinya Yamasuke dan Kyeo, tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan di Dunia Kematian.Biasanya ia akan bermain-main dengan para roh wanita. Namun, kerajaan yang semula ramai oleh para roh Akibara itu kini senyap.Iblis bermata besar, menjilat bibirnya girang ketika melihat kedatangan salah satu pangeran Dunia Kematian lainnya. Ia buru-buru menghampiri, "Bake Neko! Ke mana saja kau ini?!"Siluman kucing berwarna putih memasang wajah datar. Namun, sesaat kemudian ia menyeri
"Aku tak menyangka akan menikah denganmu, Kyeo." Rin memilin rambut sehalus sutra miliknya. Ia kembali menerawang ke ingatannya selama kurang dari 100 hari ini.Kyeo mendengkus mendengar penuturan wanita dalam dekapannya, seperti ada kesan wanita itu tidak senang dinikahi olehnya. "Kenapa? Kau akhirnya menyesal juga? Cih, pergi sana!" sungut Kyeo mencebik.Rin tertawa terbahak-bahak, lucu melihat suaminya terpancing. Padahal ia mengatakan itu justru karena bersyukur bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai."Kau ini memang kelinci ya, Kyeo." Rin mengecup singkat pipi suaminya.Sepasang suami-istri itu tampak berbahagia setelah pernikahan mereka yang baru seumur jagung. Semua beban terlupakan begitu saja, termasuk perjanjian darah yang pernah mereka lakukan sebelumnya.Mereka melupakan inti dari perjanjian darah tersebut, meski melupakannya sekalipun, perjanjian akan tetap berjalan, berikut dengan konsekuensi di dalamnya.Syarat perjanj
Rin berada dalam situasi di mana ia harus menyembuhkan Kyeo yang tak sadarkan diri. Tetapi, tidak seperti sebelumnya, kali ini ia mampu menyembuhkan Kyeo dan mengobati luka pemuda itu hingga benar-benar pulih.Semua berkat bantuan Kimiko—roh orang yang tidak disangka akan membantunya. Nenek moyang Akibara yang dengan baik hati menolong mereka di saat keadaan sudah sangat genting.Rin tidak bisa membayangkan jika saat itu roh Kimiko tidak muncul untuk membantu mereka, entah akan seperti apa nasib mereka nantinya.***"Kyeo!" Rin langsung memeluk Kyeo erat begitu iblis itu bangun. Yuuto hanya tersenyum menyaksikan kedekatan keduanya."Yamasuke berhasil dikalahkan, Kyeo."Laki-laki itu terperanjat, sepasang mata dengan iris kuningnya membola, semudah itukah Yamasuke tiada?"Benarkah?"Rin mengangguk mantap sebagai jawaban. "Aku ditolong oleh roh generasi Akibara sebelumnya, bahkan Kimiko-sama langsung turun menangani sang ib
"Jigoku no honō!"Gadis itu menyemburkan jurus api andalannya ke arah sang iblis monyet yang dengan mudahnya menerima dan memadamkan api tersebut dengan tangan, hingga Rin tercengang."Ha! Jadi, kau berusaha melalapku dengan api yang telah menciptakan tubuh bajaku? Menggelikan!" Yamasuke tertawa mengejek, membuat Kyeo dan Rin sama-sama menggeram dengan hati yang dongkol.Kyeo merasa bersalah. Kekuatan gadis itu telah kembali seperti sedia kala saat dia belum memberikan kekuatannya. Tidak ada lagi kekuatan iblis di tubuh sang gadis, api hitam yang melegenda itu pun sudah tiada. Kyeo mendecih.Rin terlihat waspada, cemas jika Yamasuke tiba-tiba saja menyerangnya di saat ia tengah memikirkan strategi.Perasaan gamang mulai menyelimutinya. Padahal, ketika melihat sosok sang iblis monyet tadi, gadis itu tidak merasa takut sama sekali. Tetapi, setelah melihat serangannya dipatahkan begitu saja, membuat Rin kalut.Jika iblis itu tidak bisa diserang
Rin memandangi Kyeo dengan mata sembap. Sepanjang cerita, gadis itu menangis tak kenal henti, membuat siapa pun yang melihat akan lebih iba dengannya. Kyeo yang telah menyelesaikan kisahnya hanya tersenyum simpul melihat Rin menangis sesenggukan.Dia melewatkan bagian perjanjian dari ceritanya yang cukup singkat. Dia tak ingin Rin mengetahui perihal perjanjian yang akan membunuhnya cepat atau lambat.Kyeo juga tidak ingin mendengar komentar apa pun dari sang gadis tentang ajal yang akan menjemputnya. Apakah gadis itu akan menangisi kepergiannya seperti ketika dia menangis mendengar kisah hidup seorang Kyeosuke?Iblis itu ragu."Kakak yang jahat." Kyeo menatap kedua mata Rin yang basah. Kata-kata yang terlontar dari bibir mungilnya membuat Kyeo mengiyakan dalam hati."Dia sering menuduh, dan membuat semua buktinya mengarah padaku. Daichi itu sangat licik. Untungnya, hari itu aku mendapatinya sedang bermesraan dengan seorang gadis," Kyeo berucap deng
"Seharusnya tidak usah dikembalikan, kau jadi lemah tanpa kekuatan itu."Rin memutar bola mata gemas, Kyeo sudah membahas hal ini beberapa kali. "Aku tidak masalah kehilangan kekuatan, asal tidak kehilangan seseorang yang berarti," Rin menjawab jujur.Kyeo menepuk kepala Rin pelan, "Baiklah, kau cukup pintar sekarang."Keduanya memutuskan untuk pulang ke desa. Namun, lagi-lagi Kyeo terlihat sedang memikirkan sesuatu sehingga mengabaikan gadis yang sedang bersamanya. Rin menghela napas gusar."Rin," panggil Kyeo tiba-tiba. Rin mendongak, mendapati wajah sedih laki-laki itu, "Ada apa?""Kau tahu, Rin? Kau adalah satu-satunya manusia yang mencoba untuk melindungiku. Sementara manusia lain selalu berdiri di belakangku." Ada nada getir yang terucap dari bibirnya. Namun, tetap diucapkannya pada Rin."Bahkan, dulu ketika aku masih menjadi manusia sekalipun, sama sekali tak ada yang pernah menolongku."Rin terperanjat, mundur seketika. "Manus
Butuh beberapa orang untuk membuatmu menderita, tetapi kamu cukup membutuhkan satu orang agar membuatmu bahagia.🥀🥀🥀Rin mendekap Kyeo erat, air matanya mengalir dengan deras. Ia menangis sesenggukan saat merasakan tubuh dalam pelukannya dingin bak es. Isak tangisnya pecah. "Bangun, Kyeo. Kumohon, buka matamu," pintanya lirih.Gadis itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi hingga mata terpejam itu terbuka lebar. Akan sangat menyakitkan baginya jika terlambat membawa Kyeo. Rin mengusap wajahnya kasar. Dia harus mencari pertolongan!Dalam hal ini, pikirannya hanya tertuju pada penyihir tua yang ada di dasar gunung Yaburi. Gurunya yang telah mengajari Rin sihir dan membagikan kekuatan gelapnya. Enzu!Guru penyihirnya itu pasti bisa membantunya menyelesaikan masalah ini. Rin tidak tega melihat raut wajah kesakitan pria dalam pelukannya, ia tak ingin kehilangan Kyeo yang teramat berharga baginya.Rin memejamkan matanya yang sembap, berkonsentra
Pagi ternyata datang lebih cepat. Rin telah mengganti pakaiannya dengan yukata merah tua dan hakama biru, gadis itu tampak berseri-seri sebelum keberangkatan mereka.Terbukti dari tak henti-hentinya dia bersenandung tatkala sedang merapikan perlengkapan sebelum pulang ke desa Anohagaku. Desa yang diberitahukan oleh roh pengantar jiwa bernama Tatarimokke.Berbicara tentang makhluk berwujud anak kecil berambut mangkuk, sudah lama sekali sejak terakhir kali Rin bertemu dengannya. Terakhir dia bersama Mokke adalah sebelum dia membebaskan sang iblis kelelawar.Sejak saat itu, keberadaan Mokke menjadi lenyap. Tak ada yang tahu di mana makhluk itu berada.Padahal Rin sudah mencarinya di ladang bunga tempat mereka pertama kali bertemu. Gadis itu juga telah bertanya pada seluruh penduduk desa. Tetapi, mereka hanya mengatakan bahwa Tatarimokke sedang pergi ke dunia kematian.Tak ada seorang pun yang tahu apa yang roh siluman itu lakukan di sana. Namun, jika