Yuuto tersenyum samar, ingatan tentang pertemuan pertamanya dengan sang guru tiba-tiba muncul ke permukaan. Ia yang dulu adalah seorang anak kecil yang suka bersembunyi dari kejaran siluman, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki kekuatan.
Yuuto kini telah dewasa, ia sudah berhasil menguasai berbagai kemampuan dasar dan bela diri dari sang guru.
Tak sia-sia pelatihan yang diberikan oleh Hiroshi—sang kakek tua yang ia temui belasan tahun silam. Selama bertahun-tahun lamanya, lelaki tua itu mengajari pemuda dengan gaya rambut panjangnya yang tidak rapi, si Yuuto, berbagai jurus bela diri dan lain sebagainya.
Yuuto selalu ingat dengan pesan yang disampaikan oleh sang guru, bahwa untuk hidup di dunia yang keras haruslah memiliki tekad yang besar. Ia merasa hal itu ada benarnya. Yuuto membutuhkan kekuatan.
Selain mempelajari ilmu kehidupan dengan sang guru, Yuuto juga belajar dari para biksu yang ia temui di setiap perjalanan spiritualnya. Kadang-kadang, pemuda itu akan ikut membantu biksu yang telah memberinya ilmu spiritual dengan jasanya secara cuma-cuma.
Yuuto diberi tahu sebuah mantra menarik oleh Hiroshi. Dulu, ia tidak bisa kembali ke dunia manusia, ke tempat di mana ia seharusnya berada, Bumi. Akan tetapi, berkat kesaktian guru yang sudah ia anggap kakeknya sendiri, akhirnya Yuuto memiliki kemampuan membuat sendiri portal menuju dunia yang ia inginkan.
Pemuda berusia 25 tahun itu dapat berpindah tempat sesuka hatinya.
Ia dapat pergi ke Dunia Atas, sebuah tempat di mana para iblis dan siluman semuanya berkumpul. Juga bisa kembali ke dunia manusia, kembali ke rumahnya yang ada di daerah Fukuoka, Jepang.
Di antara semua tempat itu, tak ada tempat yang membuat Yuuto rindu selain Dunia Bawah; tempat berkumpulnya para pertapa, roh-roh dan juga manusia baik yang hidup berdampingan dengan para siluman. Terkadang dapat pula ditemui iblis di sana, dan jumlahnya sangat banyak.
Sampai sekarang, ia belum pernah berkunjung ke Dunia Kematian, karena tak ada hal baik di sana selain banyaknya siluman dan iblis-iblis yang buas dan sangat jahat. Walau Yuuto tak mengetahui, bahwa sebelumnya ia sudah pernah pergi ke sana.
Hal itu terjadi ketika ia tengah dikejar oleh siluman ular mengerikan beberapa belas tahun silam, dan berkat jalan masuk tak kasatmata yang dibuat oleh Hiroshi, akhirnya keduanya pun bisa bertemu. Meski sang guru tak pernah menyebutkan bahwa ialah yang telah membuat portal tersebut, tetapi Yuuto yakin itu semua adalah perbuatan gurunya.
Yuuto sendiri sering mengunjungi dunia manusia, berbaur di pasar, bahkan berdoa di kuil Akibara keluarganya. Akan tetapi, tak pernah terlintas dalam benaknya untuk menjumpai keluarga yang telah terpisah lama darinya.
Yuuyo masih ingin menikmati pengembaraannya di beberapa dunia lain. Tanpa mengetahui jika ... kemalangan sudah lebih dulu menemui adik kesayangannya, Rin.
~•~•~
Rin tersadar di sebuah tanah lapang, di luar hutan yang tampak gelap karena rimbunnya pepohonan. Pakaian berwarna putih yang biasa ia gunakan selama di kuil tampak kotor karena tahu-tahu ia sudah berbaring di tanah basah. Celana merah lipitnya penuh dengan debu dan tanah yang menempel.
Rin mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, retina matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Dapat Rin rasakan bahwa punggungnya sakit, entah bagaimana cara ia bisa tiba di tempat asing itu.
Apa ia terlempar? Ataukah dia jatuh terbanting di tanah? Rin sungguh tak bisa membayangkan jika itu benar terjadi kepadanya.
Gadis itu lalu mencoba berdiri menggunakan kaki kecilnya yang tidak berhenti gemetar sejak beberapa saat yang lalu. Sejak bangun dari pingsan, Rin sudah merasa tak enak badan.
Seluruh sendi di tubuhnya terasa sakit. Rin yang telah berdiri tegak lantas mengedarkan pandangannya kepada sekitar. Hutan lebat yang asing. Tidak, semuanya tampak asing baginya. Di manakah gerangan gadis itu berada?
Srak srak
Bunyi aneh mendadak muncul dari arah semak-semak yang berada tak jauh darinya, gadis yang merasa penasaran pun akhirnya memilih mendekat secara perlahan. Lantas menyibak semak-semak itu dengan hati-hati.
"HUWAAA!" pekik Rin ketakutan.
Gadis itu mundur dengan cepat ketika sesosok makhluk berbentuk aneh meloncat keluar dari balik semak yang sempat ia buka karena rasa ingin tahunya yang tinggi.
Mata merah besar milik sang makhluk asing, tengah menatap Rin dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Dari mulut lebarnya menitik saliva panjang yang membuat Rin langsung bergidik ngeri. Gadis itu lalu dengan cepat mengeluarkan beberapa lembar kertas mantra dari balik pakaiannya, berisi doa penangkal siluman yang selalu ia simpan di dalam sana.
Beruntung, Rin telah dibekali ilmu dasar untuk mengusir roh jahat.
Rin lalu melempar dua lembar kertas mantra kepada sang makhluk asing, tepat saat makhluk itu mencoba meloncat ke arahnya. Rin kemudian bangkit berdiri dengan hati-hati, lalu berlari cepat memasuki hutan ketika makhluk itu tidak dapat melepaskan diri karena segel pengikat yang menempel di tubuhnya.
Rin berlari kencang, tanpa menoleh sama sekali ke belakang.
Derap-derap langkah yang terdengar dekat membuat jantung sang gadis memompa tak kalah cepat dari kakinya. Suara-suara aneh kembali berdatangan, masuk ke telinga Rin yang tak memiliki niat untuk menghentikan larinya.
Rasa ingin tahunya memancing Rin untuk memalingkan sedikit wajahnya ke sisi belakang. Gadis itu menyaksikan makhluk-makhluk menyeramkan dengan beragam rupa tengah mengejar dirinya.
Bentuk tak wajar mereka, dan mata mereka yang beraneka warna dan ukuran menatap Rin dengan lapar.
Gadis itu terjebak di keadaan yang sulit, ia pun hanya bisa pasrah atas nasib yang kini mulai membayanginya.
Rin memilih untuk terus memacu kakinya menuju tebing yang ia lihat tak jauh di depan sana, ia berniat untuk menjatuhkan dirinya ke jurang yang dalam itu.
Ketimbang rasa sakit akibat jatuh dari tempat tinggi, Rin lebih mengkhawatirkan makhluk-makhluk yang mengikutinya dengan tatapan lapar. Demi Dewa, ia lebih memilih mati karena jatuh ke dasar jurang daripada harus mati karena dimakan oleh siluman yang mengerikan.
Dengan berani, Rin pun berlari lurus tanpa gentar dan akhirnya jatuh ke jurang.
"AAAHHH!!!" Rin langsung menukik turun dengan cepat ke bawah, begitu tidak ada lagi tanah yang menjadi pijakan. Tubuhnya langsung membentur bebatuan dan akar-akar pohon besar yang tertanam di tebing setelah ia memutuskan loncat dari atas.
Tak memedulikan keadaan tubuhnya sendiri.
Terdengar bunyi gedebuk yang nyaring. Begitu tiba di tanah, Rin terkapar sendirian di dasar jurang dengan baju putih yang memerah karena rembesan darah dari lukanya. Wajah gadis itu tampak kotor karena tanah yang mengenainya.
Gadis itu berbaring sendirian bersama luka, dan rasa takut yang tak berkesudahan. Mata hitamnya memandang nanar langit yang berubah menjadi kelabu.
"Mungkin ... seperti inilah takdirku," bisik Rin sendu. Air mata kesedihannya jatuh sesaat sebelum ia hilang kesadaran. Apakah ia masih memiliki kesempatan hidup?
~•~•~
Kaede memasuki ruang tamunya dengan ekspresi sendu, ia sudah berhasil mengirim anak kesayangannya Rin ke Dunia Bawah berkat ajaran generasi ke-5 keluarga Akibara. Ia tak menampik bahwa separuh hatinya merasa kehilangan sang anak. Sungguh berat baginya, melepas Rin demi kelancaran ritual turun temurun keluarganya.
Apalagi Rin adalah anak yang sangat pintar dan juga baik hati, gadis itu juga sopan dan sangat ceria. Tentu saja sebagai seorang ibu yang telah melahirkan dan juga membesarkannya sepenuh hati, Kaede benar-benar merasa kehilangan gadis yang ia lahirkan 18 tahun silam.
Tentu bukan kehendaknya sendiri melakukan hal ini, tetapi ini sudah menjadi keharusan dalam keluarga Akibara. Seperti tradisi yang telah ada bahkan jauh sebelum kelahiran sang nenek.
Akan tetapi, apa boleh buat? Inilah yang sudah ditakdirkan oleh sang pengutuk kepada keluarga Akibara mereka yang malang. Sebuah kutukan kejam yang tidak manusiawi di zaman sekarang. Ingin rasanya Kaede membatalkan kutukan tersebut dan tidak jadi mengirimkan anak kesayangannya ke Dunia bawah, tetapi semua sudah terlambat.
Rin sudah pergi ke sana. Satu-satunya cara untuk membuatnya kembali adalah dengan mengalahkan Yamasuke, iblis pengutuk keluarga Akibara.
Apalagi, wanita anggun tersebut tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya jika mereka tidak mengirim tumbal kepada sang iblis monyet, sosok yang telah mengutuk keluarga mereka sejak ratusan tahun silam.
Kaede tak ingin mengambil risiko apa pun. Walau bagaimanapun juga, mereka sekeluarga harus tetap bertahan dan memperjuangkan hidup mereka dengan cara melaksanakan ritual pengorbanan ini agar tidak membuat iblis itu murka.
Wanita itu lantas duduk bersimpuh di dekat meja kayu, sudah ada segelas teh hijau dan juga teko air panas di atas meja. Namun, Kaede tak berselera minum sekarang. Pikirannya larut kepada wajah ketakutan anak gadisnya, Rin.
Hatinya masih merasakan sakit dan kehilangan. Nafsu makannya lenyap entah kemana.
"Anakku Kaede, bagaimana? Apa kau sudah mengirimkan cucuku? Apa ritual yang tadi kau lakukan berjalan lancar?" Suara lembut seorang wanita tua menyapa rungu wanita dengan tanda lahir unik di pipi kanannya.
Kaede menoleh dan mengangguk pelan. Kesedihan masih menggelayuti hatinya. "Sudah ... Ibu," jawabnya lirih. Kaede menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Asano menatap Kaede dengan kesedihan yang tak kalah getirnya. Wanita paruh baya itu tahu apa yang menjadi beban pikiran anak perempuan kesayangannya.
Apa lagi sumber kesedihannya selain perginya gadis manis bernama Rin dari kehidupan mereka untuk selamanya? Walaupun kecil kemungkinannya gadis manis itu bisa menang melawan Yamasuke dan mematahkan kutukan Akibara, tetapi tak ada salahnya jika mereka menyiapkan hati terlebih dahulu mulai dari sekarang, bukan?
Rin adalah anak kedua Kaede sekaligus cucu perempuan yang paling Asano banggakan.
Gadis manis berwajah oval itu terpaksa dikorbankan menjadi tumbal karena permintaan sang iblis monyet, Yamasuke. Ratusan tahun lalu, nenek moyang keluarga mereka dikutuk olehnya, menyebabkan satu per satu anak perempuan Akibara yang berusia 18 tahun harus diasingkan ke dunia lain. Lebih tepatnya adalah, mereka sengaja dibuang ke dunia itu demi memenuhi permintaan Yamasuke.
Asano masih menangkap kesedihan di wajah anak perempuannya. Ia tahu perasaan kehilangan itu. Dulu, ia juga pernah mengorbankan anak perempuannya kepada sang iblis dan rasanya masih semenyakitkan dulu.
Namanya Haru, ia adalah kakaknya Kaede, dan saat itu Kaede masih sangat kecil—sekitar sepuluh tahun. Semuanya masih terngiang dalam ingatan Asano, meski tidak terlalu jelas. Walau samar-samar, tetapi masih sama rasa sakitnya seperti dahulu ketika ia harus mengorbankan anak pertamanya.
Tangisan dan permintaan untuk tidak dikirimkan ke Dunia Bawah terdengar menggema dalam benak Asano.
"Ibu! Ibu! Tidak! Kumohon, Bu! Jangan korbankan aku!" Haru menangis histeris, tak henti-hentinya menjerit memanggil sang ibu. Meminta belas kasihan darinya. "Ibu! Ibu! Tolong! Bebaskan aku, Bu! Aku berjanji akan menjadi anak yang lebih baik lagi ke depannya! Kumohon, Bu!"
Asano memejamkan mata, hatinya bak teriris sembilu. Sangat sakit dan membuatnya pilu. Oh, kami-sama, rintih Asano dalam hatinya. Setitik cairan bening menetes dan jatuh ke pipinya.
"Maafkan ibu, Haru ... semua ini demi keluarga kita," bisik Asano lirih. Ia mulai melakukan ritual pengiriman sang anak. Sebelum mulai melafalkan mantra, wanita dengan mata sayu itu berkata kepada anak pertamanya.
"Tolong kalahkan Yamasuke. Jika kau berhasil ... maka kita akan bertemu lagi. Berkumpul seperti biasa," ucapnya pelan sembari menatap mata yang sembap di hadapannya. Betapa sakit hatinya melihat kesedihan dan keputusasaan hadir di ekspresi anak kesayangannya.
Akan tetapi, Asano tidak boleh goyah. Ia harus kuat, ini semua demi kelangsungan hidup mereka sekeluarga.
Keluarga Akibara harus bertahan, dan semua luka juga kehilangan ini bukanlah apa-apa.
"Aku ... sangat takut, Ibu ...." Haru berbisik lirih, air matanya kembali mengalir dari matanya yang sembap, hidung dan pipinya basah. "Kumohon ... jangan aku, Ibu."
Asano bungkam, tak lagi menyahuti perkataan Haru. Ia mulai membaca mantra-mantra yang akan mengirimkan sang gadis Akibara menuju Dunia Bawah, berjuang selama 100 hari di sana sebelum akhirnya ... melenyapkan Yamasuke. Jika kekuatannya cukup.
Lambat laun, tubuh Hwru memudar dari pandangan Asano. Gadis itu menjerit-jerit, memanggil sang ibu dengan susah payah, tetapi Asano memalingkan wajah.
Hari itu adalah terakhir kali mereka semua melihat Akibara Haru.
+ Note +
Youkai* : berarti siluman dalam bahasa Jepang. Merujuk pada makhluk yang mempunyai berbagai bentuk mengerikan dan juga aneh.
Di sebuah dimensi yang bersebelahan dengan Dunia Bawah, tepatnya di dunia di mana para manusia bumi tinggal, bermukim dan melahirkan keturunan. Ada sebuah daerah di mana di sana terdapat sebuah kuil kecil yang merupakan milik keluarga Akibara. Ada sesosok makhluk tampan yang sedang berusaha keras mengalirkan kekuatan penyembuhan ke bagian perut dan tangannya yang sedang terluka parah, dan ia hanya seorang diri saat berada dalam kurungan tersebut.Tak ada seorang pun yang pernah menjenguknya. Sama sekali tak pernah ada yang berusaha menyelamatkan sang iblis kelelawar dari tempat terkutuk itu!Sialan, Kyeo dilanda amarah sekarang. Tempat tinggalnya berada jauh dari sentuhan tangan manusia. Kuil tempatnya tersegel pun tak pernah sekalipun didekati, apalagi dibuka oleh orang-orang yang penasaran dengan isinya.Tak pernah ada seorang pun manusia yang berani melakukannya. Mereka semua terlalu takut mendekati kandang milik sang iblis kelelawar bermata kuning keemasan. Mereka takut iblis itu
"Ck, menyedihkan," komentar Kyeo sesaat setelah mangsa keduanya mati. Ia lalu mengendus bau amis dari darah segar yang memenuhi tangan kanannya dengan perasaan senang. Puas lebih tepatnya, karena sudah berhasil membunuh.Bau amis darah selalu dapat memikatnya, tak peduli sejauh apa sumber darah tersebut, Kyeo akan tetap mendatanginya selagi tak ada halangan. Sang iblis kelelawar akan tetap datang dengan senang hati ketika menghampiri setiap mangsa yang kurang beruntung bertemu dengannya hari itu, dan mereka akan berakhir sebagai mainan dari sang iblis yang kejam.Lihat? Betapa baiknya sang iblis hingga menjemput kematian para korbannya dengan tangannya sendiri. Jadi, mereka tak perlu bersusah-susah menanyakan perihal kematian mereka yang tidak pasti itu.Kyeo merasa bangga karena sudah mengantarkan manusia-manusia itu ke alam kematian. Sang iblis kelelawar merasa, ia bagaikan seorang dewa kematian, tetapi dengan caranya sendiri dan itu benar-benar menyenangkan.Iblis dengan wujud manus
Yuuto yang baru saja selesai latihan bersama sang guru, berjalan pelan menuju sebuah pohon yang tampak rindang. Cuaca yang cukup terik membuatnya sedikit merasakan gerah. Walaupun ia sudah memakai yukata tipis berwarna gelap, tetapi tetap saja panas mengenai kulit sawo matang sang pemuda.Pemuda itu ingin berteduh sebentar sebelum kembali berlatih lagi bersama Hiroshi.Langkah laki-laki dewasa itu terlihat melambat ketika ia mendengar suara derap langkah kaki seseorang yang mengarah padanya dengan sangat cepat. Sebelum sempat berbalik badan sepenuhnya, Yuuto telah diterjang oleh seseorang dari belakang."Kakak!" teriak orang itu penuh semangat. Suaranya terdengar seperti seorang perempuan muda yang begitu ceria. Manis dan menyenangkan. Yuuto tertegun di tempat saat seorang remaja perempuan melompat ke arahnya secara tiba-tiba dan memeluknya dengan sangat erat. Helaian rambut hitam panjangnya mengingatkan Yuuto terhadap sang adik. Belum lagi dengan sang gadis yang memanggilnya kakak ta
Di sebuah rumah yang luarnya cukup megah, meski telah berusia tua, terlihat beberapa orang sedang berkumpul di ruang tamu keluarga. Mereka adalah sepasang suami istri dari keluarga Akibara. Keduanya tengah membicarakan sesuatu dengan serius, ketegangan tampak di wajah wanita yang memiliki tanda lahir di pipi kanannya yang hanya dimiliki oleh anggota keluarga Akibara saja. Meski setiap keturunan memiliki tanda lahir di tempat yang berbeda-beda. Simbol itu begitu unik, tetapi sangat cocok untuk para anggota keluarga Akibara yang terpandang sebagai keluarga kuil di kotanya. "Bagaimana nasib keluarga kita di masa depan? Kita sudah tidak punya keturunan lagi untuk melanjutkan persembahan itu!" Sang wanita mulai mengeluarkan argumennya. Wajahnya memerah, terlihat jelas sedang memendam perasaan yang terus berkecamuk di dalam dada. Kaede marah, sangat marah. Dia juga merasa sedih, kecewa dan perasaan mencolok lainnya tengah bercampur aduk di hatinya saat ini. "Kaede, tenanglah. Pasti a
Rin mengukir batang pohon yang ia lewati menggunakan salah satu anak panah yang dibawa olehnya, gadis itu sedang membuat goresan dengan bentuk yang indah, tetapi mengandung makna yang sangat ia senangi.Gadis itu tampak begitu serius dengan pekerjaannya yang menjadikan batang pohon menjadi tempat menuangkan kreativitas. Sang gadis Akibara terlihat seperti seorang seniman dengan alat pahatnya di tangan, tetapi sepertinya gadis itu tidak mengetahui benar apa yang sedang ia lakukan saat ini.Mungkin baginya, mengukir pohon hanyalah suatu bentuk pengungkapan diri. Semuanya tergambar jelas dari sang gadis yang begitu teliti saat mengukir namanya di permukaan batang pohon yang tidak terlalu kasar, dan agak berlumut itu. Senyum bahagianya langsung merekah begitu lebar saat namanya telah selesai terukir di sana.Mengukir karakter kanji-nya sendiri di sebuah kayu dan berbekal anak panah memang cukup sulit, tetapi ternyata setelah selesai, hasilnya lebih bagus daripada ekspektasinya."Wah, hasi
Selama beberapa saat, terjadi hening di antara mereka berdua. Zura sibuk menatap makhluk-makhluk bertubuh kekar yang tengah bercengkerama tak jauh dari tempat duduk mereka, sedangkan Rin sibuk memandangi sang pemuda, tanpa berkedip sama sekali.Rin memangku wajahnya dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja, masih sembari menatap wajah manis pemuda yang ada di hadapannya.Gadis itu bertanya-tanya dalam hati. Terjebak di dunia apakah ia kini? Zura memang mengatakan bahwa sang gadis Akibara tengah berada di Dunia Bawah, dunia tempat berkumpulnya makhluk-makhluk yang hidup berdampingan satu sama lain. Seperti manusia, siluman, iblis dan lain-lain.Akan tetapi, tetap saja gadis itu merasa kebingungan walau sudah diberitahu seperti itu. Sebab, ini adalah pertama kalinya bagi sang gadis Akibara berteleportasi—lebih tepatnya diasingkan—ke dunia asing yang sama sekali bukan tempatnya berasal.Ada banyak yang patut dipertanyakan selama berada di sana. Ditambah lagi, hal-hal ganjil yang sul
Sesosok rubah siluman berekor sembilan tiba-tiba saja melintas di depan Rin dan Zura yang sedang melakukan pencarian buah Sensa. Beruntung, Zura terlebih dahulu menarik sang gadis Akibara untuk bersembunyi di antara semak-semak sehingga siluman berbulu warna putih tersebut tidak menyadari keberadaan mereka."Kita harus ekstra berhati-hati di sini, Rin. Rubah yang kita lihat tadi itu adalah jenis siluman jahat yang sangat kuat. Jenis roh seperti itu harus kita hindari sebisa mungkin. Demi keselamatan kita bersama. Paham?" Zura menerangkan kepada teman seperjalanannya, Rin.Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya saat mendengarkan penjelasan singkat dan padat dari pemuda bermanik mata cokelat. Tak ingin banyak bicara dan cukup mengikuti Zura saja. Maka, dia akan aman, pikir Rin di dalam kepalanya.Keduanya lalu meneruskan perjalanan, hingga lagi-lagi bertemu dengan makhluk-makhluk pencari masalah. Rin dan Zura saling pandang. Saatnya beraksi!Usai mengalahkan beberapa roh dan siluman jah
"Ah!" Angin berembus dengan sangat kuat, disusul cahaya putih meta yang langsung membuat Rin menghalangi cahaya yang masuk ke retina matanya menggunakan lengan baju sebelah kanan.Helaian rambut hitam Rin beterbangan, berkibar dengan sangat kencang ke belakang. Dapat gadis itu rasakan partikel-partikel debu dan kerikil-kerikil kecil mengenai wajahnga dan ada pula yang sebagian menempel di bajunya, tetapi sama sekali tak gadis itu hiraukan.Angin yang menyerupai angin puyuh, tetapi tidak sekuat badai itu tak hanya menerbangkan bebatuan kecil di sekitar Rin saja.Puluhan lembar dedaunan kering maupun segar dari pohon di dekat sang gadis Akibara turut menjadi korban keganasan yang muncul dari Zura yang mengeluarkan setitik kecil kekuatannya.Pemuda itu tersenyum. Sepertinya sudah selesai proses perpindahannya, dan ia akan segera pergi. "Sampai jumpa lagi, Rin!" Zura berkata dengan riang, tetapi hatinya berkata lain.Ia sama sekali tidak ingin pergi dari sisi Rin. Zura ingin terus bersama
Bertemu karena takdir dan berpisah pula karena takdir yang pilu.Tak ada seorang pun yang tahu jika cinta yang datang ke hati akan memberikan kebahagiaan ataukah luka. Pun dengan apa yang dirasakan oleh seorang gadis bernama Akibara Rin, gadis manusia yang dikutuk oleh iblis jahat dan harus menjalani kehidupannya di dunia lain, demi mencari kekuatan untuk mengalahkan sang iblis yang telah mengutuk keluarganya sejak beberapa generasi selama 500 tahun lamanya.Rin yang mencari kekuatan pun dipertemukan dengan Kyeo, iblis kelelawar yang disegel kekuatannya di dalam kuil keluarga Akibara. Rin membebaskan Kyeo dengan syarat sang iblis akan membantunya mengalahkan Yamasuke, iblis pengutuk sekaligus pimpinan di kerajaan iblis. Kyeo yang merupakan seorang pangeran iblis yang telah lama disegel pun menerima tawaran tersebut dan mereka berdua pun membubuhkan tanda tangan mereka di atas kertas magis menggunakan darah mereka sendiri.Mereka meninggalkan sedikit kekuatan mer
Kesulitan manusia adalah menentukan sendiri akhir dari cerita kehidupannya.🍃🍃🍃Suasana kerajaan iblis tampak lengang semenjak matinya Yamasuke, pemimpin para pangeran iblis Dunia Kematian yang zalim.Penghuni di kerajaan iblis itu sekarang hanya Akashita-iblis berlidah merah, Bake Neko-iblis kucing berwajah datar, dan Nekomata-iblis peniru dan pengendali yang sedang pergi berkelana ke dunia lain. Akashita mendengkus berulang kali, tak henti-hentinya merasa kesal. Semenjak matinya Yamasuke dan Kyeo, tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan di Dunia Kematian.Biasanya ia akan bermain-main dengan para roh wanita. Namun, kerajaan yang semula ramai oleh para roh Akibara itu kini senyap.Iblis bermata besar, menjilat bibirnya girang ketika melihat kedatangan salah satu pangeran Dunia Kematian lainnya. Ia buru-buru menghampiri, "Bake Neko! Ke mana saja kau ini?!"Siluman kucing berwarna putih memasang wajah datar. Namun, sesaat kemudian ia menyeri
"Aku tak menyangka akan menikah denganmu, Kyeo." Rin memilin rambut sehalus sutra miliknya. Ia kembali menerawang ke ingatannya selama kurang dari 100 hari ini.Kyeo mendengkus mendengar penuturan wanita dalam dekapannya, seperti ada kesan wanita itu tidak senang dinikahi olehnya. "Kenapa? Kau akhirnya menyesal juga? Cih, pergi sana!" sungut Kyeo mencebik.Rin tertawa terbahak-bahak, lucu melihat suaminya terpancing. Padahal ia mengatakan itu justru karena bersyukur bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai."Kau ini memang kelinci ya, Kyeo." Rin mengecup singkat pipi suaminya.Sepasang suami-istri itu tampak berbahagia setelah pernikahan mereka yang baru seumur jagung. Semua beban terlupakan begitu saja, termasuk perjanjian darah yang pernah mereka lakukan sebelumnya.Mereka melupakan inti dari perjanjian darah tersebut, meski melupakannya sekalipun, perjanjian akan tetap berjalan, berikut dengan konsekuensi di dalamnya.Syarat perjanj
Rin berada dalam situasi di mana ia harus menyembuhkan Kyeo yang tak sadarkan diri. Tetapi, tidak seperti sebelumnya, kali ini ia mampu menyembuhkan Kyeo dan mengobati luka pemuda itu hingga benar-benar pulih.Semua berkat bantuan Kimiko—roh orang yang tidak disangka akan membantunya. Nenek moyang Akibara yang dengan baik hati menolong mereka di saat keadaan sudah sangat genting.Rin tidak bisa membayangkan jika saat itu roh Kimiko tidak muncul untuk membantu mereka, entah akan seperti apa nasib mereka nantinya.***"Kyeo!" Rin langsung memeluk Kyeo erat begitu iblis itu bangun. Yuuto hanya tersenyum menyaksikan kedekatan keduanya."Yamasuke berhasil dikalahkan, Kyeo."Laki-laki itu terperanjat, sepasang mata dengan iris kuningnya membola, semudah itukah Yamasuke tiada?"Benarkah?"Rin mengangguk mantap sebagai jawaban. "Aku ditolong oleh roh generasi Akibara sebelumnya, bahkan Kimiko-sama langsung turun menangani sang ib
"Jigoku no honō!"Gadis itu menyemburkan jurus api andalannya ke arah sang iblis monyet yang dengan mudahnya menerima dan memadamkan api tersebut dengan tangan, hingga Rin tercengang."Ha! Jadi, kau berusaha melalapku dengan api yang telah menciptakan tubuh bajaku? Menggelikan!" Yamasuke tertawa mengejek, membuat Kyeo dan Rin sama-sama menggeram dengan hati yang dongkol.Kyeo merasa bersalah. Kekuatan gadis itu telah kembali seperti sedia kala saat dia belum memberikan kekuatannya. Tidak ada lagi kekuatan iblis di tubuh sang gadis, api hitam yang melegenda itu pun sudah tiada. Kyeo mendecih.Rin terlihat waspada, cemas jika Yamasuke tiba-tiba saja menyerangnya di saat ia tengah memikirkan strategi.Perasaan gamang mulai menyelimutinya. Padahal, ketika melihat sosok sang iblis monyet tadi, gadis itu tidak merasa takut sama sekali. Tetapi, setelah melihat serangannya dipatahkan begitu saja, membuat Rin kalut.Jika iblis itu tidak bisa diserang
Rin memandangi Kyeo dengan mata sembap. Sepanjang cerita, gadis itu menangis tak kenal henti, membuat siapa pun yang melihat akan lebih iba dengannya. Kyeo yang telah menyelesaikan kisahnya hanya tersenyum simpul melihat Rin menangis sesenggukan.Dia melewatkan bagian perjanjian dari ceritanya yang cukup singkat. Dia tak ingin Rin mengetahui perihal perjanjian yang akan membunuhnya cepat atau lambat.Kyeo juga tidak ingin mendengar komentar apa pun dari sang gadis tentang ajal yang akan menjemputnya. Apakah gadis itu akan menangisi kepergiannya seperti ketika dia menangis mendengar kisah hidup seorang Kyeosuke?Iblis itu ragu."Kakak yang jahat." Kyeo menatap kedua mata Rin yang basah. Kata-kata yang terlontar dari bibir mungilnya membuat Kyeo mengiyakan dalam hati."Dia sering menuduh, dan membuat semua buktinya mengarah padaku. Daichi itu sangat licik. Untungnya, hari itu aku mendapatinya sedang bermesraan dengan seorang gadis," Kyeo berucap deng
"Seharusnya tidak usah dikembalikan, kau jadi lemah tanpa kekuatan itu."Rin memutar bola mata gemas, Kyeo sudah membahas hal ini beberapa kali. "Aku tidak masalah kehilangan kekuatan, asal tidak kehilangan seseorang yang berarti," Rin menjawab jujur.Kyeo menepuk kepala Rin pelan, "Baiklah, kau cukup pintar sekarang."Keduanya memutuskan untuk pulang ke desa. Namun, lagi-lagi Kyeo terlihat sedang memikirkan sesuatu sehingga mengabaikan gadis yang sedang bersamanya. Rin menghela napas gusar."Rin," panggil Kyeo tiba-tiba. Rin mendongak, mendapati wajah sedih laki-laki itu, "Ada apa?""Kau tahu, Rin? Kau adalah satu-satunya manusia yang mencoba untuk melindungiku. Sementara manusia lain selalu berdiri di belakangku." Ada nada getir yang terucap dari bibirnya. Namun, tetap diucapkannya pada Rin."Bahkan, dulu ketika aku masih menjadi manusia sekalipun, sama sekali tak ada yang pernah menolongku."Rin terperanjat, mundur seketika. "Manus
Butuh beberapa orang untuk membuatmu menderita, tetapi kamu cukup membutuhkan satu orang agar membuatmu bahagia.🥀🥀🥀Rin mendekap Kyeo erat, air matanya mengalir dengan deras. Ia menangis sesenggukan saat merasakan tubuh dalam pelukannya dingin bak es. Isak tangisnya pecah. "Bangun, Kyeo. Kumohon, buka matamu," pintanya lirih.Gadis itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi hingga mata terpejam itu terbuka lebar. Akan sangat menyakitkan baginya jika terlambat membawa Kyeo. Rin mengusap wajahnya kasar. Dia harus mencari pertolongan!Dalam hal ini, pikirannya hanya tertuju pada penyihir tua yang ada di dasar gunung Yaburi. Gurunya yang telah mengajari Rin sihir dan membagikan kekuatan gelapnya. Enzu!Guru penyihirnya itu pasti bisa membantunya menyelesaikan masalah ini. Rin tidak tega melihat raut wajah kesakitan pria dalam pelukannya, ia tak ingin kehilangan Kyeo yang teramat berharga baginya.Rin memejamkan matanya yang sembap, berkonsentra
Pagi ternyata datang lebih cepat. Rin telah mengganti pakaiannya dengan yukata merah tua dan hakama biru, gadis itu tampak berseri-seri sebelum keberangkatan mereka.Terbukti dari tak henti-hentinya dia bersenandung tatkala sedang merapikan perlengkapan sebelum pulang ke desa Anohagaku. Desa yang diberitahukan oleh roh pengantar jiwa bernama Tatarimokke.Berbicara tentang makhluk berwujud anak kecil berambut mangkuk, sudah lama sekali sejak terakhir kali Rin bertemu dengannya. Terakhir dia bersama Mokke adalah sebelum dia membebaskan sang iblis kelelawar.Sejak saat itu, keberadaan Mokke menjadi lenyap. Tak ada yang tahu di mana makhluk itu berada.Padahal Rin sudah mencarinya di ladang bunga tempat mereka pertama kali bertemu. Gadis itu juga telah bertanya pada seluruh penduduk desa. Tetapi, mereka hanya mengatakan bahwa Tatarimokke sedang pergi ke dunia kematian.Tak ada seorang pun yang tahu apa yang roh siluman itu lakukan di sana. Namun, jika