Yuuto yang baru saja selesai latihan bersama sang guru, berjalan pelan menuju sebuah pohon yang tampak rindang. Cuaca yang cukup terik membuatnya sedikit merasakan gerah. Walaupun ia sudah memakai yukata tipis berwarna gelap, tetapi tetap saja panas mengenai kulit sawo matang sang pemuda.
Pemuda itu ingin berteduh sebentar sebelum kembali berlatih lagi bersama Hiroshi.
Langkah laki-laki dewasa itu terlihat melambat ketika ia mendengar suara derap langkah kaki seseorang yang mengarah padanya dengan sangat cepat. Sebelum sempat berbalik badan sepenuhnya, Yuuto telah diterjang oleh seseorang dari belakang.
"Kakak!" teriak orang itu penuh semangat. Suaranya terdengar seperti seorang perempuan muda yang begitu ceria. Manis dan menyenangkan.
Yuuto tertegun di tempat saat seorang remaja perempuan melompat ke arahnya secara tiba-tiba dan memeluknya dengan sangat erat. Helaian rambut hitam panjangnya mengingatkan Yuuto terhadap sang adik. Belum lagi dengan sang gadis yang memanggilnya kakak tadi, membuat Yuuto semakin penasaran.
"Rin?" panggil pemuda itu pelan, memastikan apakah suara yang tadi ia dengar dari seseorang yang sedang memeluknya ini adalah adiknya yang tersayang, Rin. Adik yang sangat dia rindukan. Yuuto takut jika itu hanyalah khayalannya semata.
"Kaukah itu, Adikku?" tanyanya lagi. Suara sang pemuda Akibara terdengar ragu, tetapi tak ada salahnya jika ia bertanya, bukan?
Gadis itu lalu memundurkan tubuhnya, dan memberikan kesempatan kepada Yuuto untuk berbalik badan. Ketika Yuuto sudah memutar badannya, gadis cantik itu menatap Yuuto dengan bola matanya yang besar dan jernih. Warna mata yang serupa dengannya itu memandangi Yuuto dengan penuh kasih sayang. Meski warna mata Yuuto agak sedikit kecokelatan.
"Apa kabar, Kak?" tanya sang gadis sambil tersenyum lebar. Matanya memandangi Yuuto dengan sinar kebahagiaan yang menenangkan. Bagaikan seorang malaikat yang memandangi Yuuto dengan penuh kasih. "Rin sungguh sangat merindukan Kakak!"
Yuuto yang mulanya kebingungan dan merasa ragu, seketika tersenyum lebar hingga gigi-gigi rapinya terlihat. Walau belasan tahun tak berjumpa, ia tetap dapat mengenali gadis ini. Ternyata benar ... gadis yang berdiri di depannya ini adalah adik kesayangannya, Rin. Adiknya kini berada di hadapannya, dan terlihat nyata.
"Rin ... ba-bagaimana bisa kau berada di sini?" tanya Yuuto. Ia lalu memperhatikan penampilan sang adik dari atas ke bawah. Tangannya terulur menyentuh pipi sang gadis Akibara, sembari memeriksa keadaan adiknya dengan cekatan.
Matanya bergerak cepat bak radar. Adiknya nyata, dan ini sama sekali bukan mimpi. "Ka-kau sama sekali tak terluka, bukan?" tanyanya dengan suara bergetar. Yuuto saat ini sedang merasa bahagia sekali.
Setelah sekian lama, akhirnya ia berjumpa lagi dengan adik kesayangan yang sudah lama terpisah darinya. Sekitar 11 tahun, sungguh bukan waktu yang sebentar untuk menahan rindu di dada.
Mendapat pertanyaan dari sang kakak, lantas membuat Rin mengangguk mantap. Gadis itu tersenyum manis sebelum menjawab pertanyaan Yuuto. "Tentu saja Rin baik-baik saja, Kak! Tidak ada luka sedikit pun!" jawabnya dengan nada riang gembira.
Jawaban gadis berhidung mungil kontan saja membuat Yuuto menghela napas lega. Lelaki itu kembali mengajukan pertanyaan kepada sang gadis. "Bagaimana kabarmu, Adikku?" tanyanya.
Pemuda itu lantas menatap adiknya dari atas ke bawah dengan pandangan kagum. "Ternyata kau sekarang benar-benar menjadi seorang miko, Rin?" komentar Yuuto dengan ekspresinya yang terlihat sangat bahagia.
"Keluarga kita pasti bangga dengan perubahanmu ini, Adikku. Apalagi Ayah dan Ibu sudah pernah bercerita bahwa kau kelak harus menjadi gadis penjaga kuil. Aku senang mengetahui kau mengambil tugas suci ini, Adikku."
Gadis itu tersenyum samar selama beberapa saat, ekspresi lugunya masih sama seperti belasan tahun silam. Betapa Yuuto sangat merindukan gadis di depannya ini.
"Aku baik! Bagaimana dengan Kakak?" Gadis itu melempar pertanyaan kepada sang kakak. Yuuto yang gemas lantas mencubit pipi Rin pelan. "Kakak juga baik-baik saja, Adikku! Senang dapat bertemu lagi denganmu."
Rin memasang ekspresi sendu. "Kapan Kak Yuuto akan datang menemuiku?" tanya gadis itu seraya melingkarkan tangannya di tubuh sang kakak, memeluk Yuuto dengan erat. Yuuto tak sempat menangkap raut kesedihan di wajah sang adik, ia terlalu sibuk menatap rambut halus adiknya yang berwarna hitam legam.
Pemuda itu membalas pelukan sang adik dengan kening yang berkerut. Bukankah saat ini mereka berdua sudah bertemu? Mengapa Rin menanyakan sesuatu yang terdengar aneh, dan juga mengapa adiknya itu mengabaikan pertanyaannya yang kedua tentang gadis itu yang menjadi seorang gadis kuil?
Apa ada sesuatu yang terjadi kepada adiknya itu? Yuuto sedikit penasaran tentang hal itu.
"Apa maksudmu, Rin?" tanya Yuuto, roman mukanya menunjukkan kebingungan. Tangannya bergerak pelan mengusap rambut panjang sang adik.
Tinggi Rin yang hanya berkisar 155 cm, begitu pas di pelukan Yuuto yang memiliki tinggi sedikit di atas 170 cm. Tidak terlalu tinggi, tidak pula terlalu rendah. Yuuto dapat menaruh dagunya di puncak kepala sang adik, sembari menunggu pertanyaannya dijawab.
Rin mendongakkan kepalanya perlahan, lalu menatap dalam-dalam iris sehitam jelaga milik sang kakak. Tanpa melepaskan pelukannya terhadap Yuuto, gadis Akibara itu menjawab, "Kenapa Kakak pergi lama sekali? Kenapa tidak pulang ke rumah?"
Yuuto kembali membelai lembut rambut gadis di depannya. Senyum penuh kasih sayang ia perlihatkan. Sebelas tahun berpisah dengan sang adik, membuatnya benar-benar rindu dengan kampung halaman.
Yuuto rindu dengan berbagai kegiatan yang biasa ia lakukan dengan sang adik; bercerita sampai salah satunya tertidur, atau bermain air sampai dimarahi oleh ibu. Semuanya sangat indah, bagaikan mimpi. Terasa menyejukkan hati ketika mengingatnya.
Tangan Yuuto lantas berpindah ke pipi gembil milik adik kesayangannya, Rin. Pemuda itu terkekeh pelan saat menyadari pipi sang adik sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti belasan tahun silam, begitu putih, mulus dan juga menggemaskan.
"Maafkan Kakak, Rin. Setelah ini, ayo kita pulang bersama-sama," ajak Yuuto sambil tersenyum hangat. Berusaha menenangkan sang adik dengan jawabannya. Pemuda itu bahkan mengucap janji dalam hati, bahwa ia akan berpamitan kepada sang guru dan pulang bersama adiknya.
Entah dengan cara apa, ia akan memikirkannya nanti. Untuk sekarang, Yuuto ingin bersama adiknya sedikit lebih lama lagi sampai keduanya akan kembali pulang bersama-sama.
Rin termenung diam di posisinya selama beberapa saat, setitik air bening jatuh menetes dari pelupuk mata sang gadis Akibara yang indah. Yuuto menyaksikan semua itu, menyaksikan air mata Rin yang jatuh.
"Mungkin ... seperti inilah takdirku, Kak," bisik gadis itu dengan sendu. Ekspresinya terlihat begitu menyedihkan, seolah ada sesuatu yang mengganjal pikiran sang gadis miko.
Yuuto seketika kebingungan. Tak mengerti dengan perubahan roman muka sang adik yang sebelumnya ceria menjadi muram. Belum lagi air mata yang seperkian detik lalu ditunjukkan olehnya.
"Apa maksudmu, adikku?" tanya Yuuto keheranan. "Mengapa kau menangis? Apa ada sesuatu yang telah terjadi kepadamu, Adikku?"
Rin melepaskan pelukan mereka begitu Yuuto melonggarkan pelukannya dari sang adik. Gadis itu lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam dan menatap ke bawah. Lebih memilih memandangi alas kakinya yang terbuat dari kayu yang diwarnai merah tua. Gurat kesedihan tampak di wajah ayu sang gadis Akibara.
"Kak, tolong maafkan Rin." Secara tiba-tiba, gadis itu mengucap maaf.
Yuuto yang tak mengerti alasan adiknya meminta maaf, lantas memegang erat kedua bahu gadis itu dan sedikit menundukkan badannya demi menatap kesenduan di wajah sang adik.
Rin mengangkat wajahnya perlahan, dan Yuuto menunggunya dengan sabar. Pemuda itu masih penasaran terhadap apa yang terjadi kepada adiknya. Ia ingin tahu alasannya. Mengapa sang adik tiba-tiba memasang ekspresi wajah yang begitu sendu?
"Ada apa, Rin?" Yuuto akhirnya mengajukan pertanyaan setelah hening selama beberapa menit. Tak tahan melihat kebungkaman adiknya sendiri. Begitu melihat sang adik tak terlihat ingin menatap kedua bola matanya, Yuuto lantas berucap pelan, "Rin, tatap mata Kakak ...."
"Aku ... aku sangat merindukan Kakak." Sang gadis menjawab dengan lirih. "Cepatlah kembali ke rumah dan menolongku, Kak," ujar Rin lagi seraya mempertemukan kedua matanya dengan sepasang manik hitam milik sang kakak.
"Aku ... aku ... aku sangat merindukan Kakak." Rin berkata sembari menitikkan air mata. Ia menatap Yuuto dengan sorot mata penuh kesedihan. "Tolong Rin, Kak Yuuto .... Selamatkan Rin."
Perlahan, tubuh gadis itu menguap bagaikan gas. Yuuto terbelalak saat menyadari tubuh adiknya perlahan memudar—terlihat berubah menjadi sedikit tembus pandang. Secara perlahan, tubuhnya semakin transparan hingga akhirnya gadis itu mulai menghilang dari pandangan sang kakak.
"RIN!" teriak Yuuto memanggil nama sang gadis. Gadis itu menyempatkan dirinya tersenyum kepada Yuuto sebelum benar-benar menghilang dari pandangan sang kakak. Pemuda Akibara terlihat tak percaya terhadap apa yang ia lihat.
Yuuto berusaha menggapai-gapai apa yang bisa ia tangkap dari gadis bercelana lipit warna merah, seraya berteriak memanggil nama sang adik dengan kencang. "RIN! RIN! KEMBALI, RIN!"
Pemuda itu berlari, mencoba menangkap asap yang tertinggal dari tubuh adiknya sendiri. Jantungnya berdebar kencang, napasnya memburu. Wajahnya tampak merah padam, seperti sedang menahan kepanikan yang menggerogoti relung hatinya.
Kemana adiknya pergi? Kemana adiknya menghilang? Di mana ... Rin?
"Jangan, jangan ... jangan pergi, Rin!"
"RIN, KEMBALI!" Yuuto melompat-lompat sekuat tenaga, berharap dapat menjangkau jejak-jejak yang tertinggal dari adiknya yang lenyap secara tiba-tiba dari pandangannya. Yuuto tidak boleh lagi kehilangan sang adik, Rin tidak boleh pergi lagi dari sisinya.
"RIN!!" teriak sang pemuda dengan kencang. Yuuto tersentak dalam tidurnya, menyebabkan kedua matanya memelotot tajam. Buru-buru Yuuto duduk dan memijat keningnya sendiri. Peluh bercucuran dari kening sang pemuda Akibara. "Ta-tadi hanya mimpi?" gumamnya tak percaya. Suara Yuuto bergetar pelan.
"Jadi, semua tadi hanyalah mimpi? Bahkan pelukannya?"
Yuuto lalu menormalkan deru napasnya yang sempat berpacu cepat akibat mimpi yang baru saja ia dapatkan. Mimpi tadi terasa begitu nyata, Yuuto bahkan masih bisa mengingat betapa lembutnya surai berwarna hitam dan lebat milik adiknya, Rin.
Lelaki itu lalu kembali merebahkan dirinya di atas ranjang kayu. Ia yang memang tinggal bersama Hiroshi sejak kecil, sangat bersyukur dapat tidur di bawah atap, walau tempatnya begitu sederhana.
Yuuto kembali mengingat Rin yang muncul di dalam mimpinya untuk pertama kalinya sejak terakhir kali bertemu dengan gadis itu sebelas tahun silam. Yuuto telah memutuskan, ia akan kembali pulang ke dunia manusia dan menemui adik kesayangannya itu.
+++++
Yuuto berjongkok, demi memperhatikan kupu-kupu kecil yang hinggap di salah satu bunga mawar di dekatnya, berpikir tentang betapa cantiknya sayap biru dengan bintik-bintik hitam yang dimiliki makhluk kecil berantena itu.
Yuuto lalu berdiri dan meneruskan perjalanannya sambil bersenandung pelan. Waktunya telah tiba untuk mengunjungi adik kesayangan dan keluarganya di dunia manusia.
Yuuto sadar, setiap pergi ke dunia yang fana—tempat para manusia bermukim itu, Yuuto pasti tidak pernah menemui keluarganya. Alasannya karena ia ingin memberinya kejutan terlebih dahulu kepada mereka semua.
Memang, alasannya tidak terlalu jelas, tetapi sesungguhnya itu adalah benar. Yuuto hanya ingin lmemberi kejutan kepada keluarganya.
Setelah sekian lama tak bertemu secara langsung, Yuuto pun memantapkan hatinya untuk pulang dan menemui adik perempuan kesayangannya, Rin.
Seusai Rin yang datang ke dalam mimpinya, Yuuto benar-benar merindukan gelak tawa bahagia sang adik. Melihat adiknya tumbuh dewasa, sungguh membuat hati Yuuto gembira.
Walau sempat terkejut dan bingung saat gadis ceria itu meminta maaf di dalam mimpinya, setidaknya Yuuto tahu bahwa keadaan gadis itu baik-baik saja. Sayangnya Yuuto tak tahu, bahwa apa yang ia lihat sebelumnya adalah pertanda.
Tanda dari Rin untuk sang kakak agar segera pulang dan mencari keberadaannya. Mimpi memang pertanda yang sangat baik, tergantung seperti apa mimpi yang didapatkan.
Rin, tunggu kakak pulang, Yuuto berkata dalam hati lalu tersenyum setelahnya. Pemuda itu sudah berpamitan dengan gurunya, Hiroshi, bahwa ia akan pulang sebentar dan kembali lagi setelah selesai mengunjungi keluarganya di dunia manusia.
Pria yang masih memakai marga keluarga Akibara itu lantas membentuk sebuah segel tangan berupa dua jari tangan kiri yang digabungkan dengan dua jari di tangan kanannya. Yuuto sedang membuat jurus pembuka portal yang sudah ia pelajari dari sang guru.
Begitu jalan masuk terbentuk, Yuuto langsung memasuki pintu gerbang yang akan mengantarkannya kembali ke dunia manusia, untuk bertemu dengan anggota keluarga yang telah ditinggalkannya selama belasan tahun lamanya.
Satu kata untuk dunia yang akan ia masuki; tadaima*.... Kini, Akibara Yuuto telah kembali.
Note :
Tadaima*: Yang berarti adalah "Aku pulang"
✧◦✦◦✧ Lapak Promosi Karya ✧◦✦◦✧
Haloha, Nadnad atau Sefish kembali lagi menyapa! Semoga tidak bosan membaca cuap-cuap di akhir chapter ya, hehe. Kali ini, Nad membawakan satu cerita yang sangat menarik! Nad suka sama ceritanya, karya dari Hairunnisa Ys, kalian bisa cek di akunnya ya. Jangan lupa kasih Love hihi.
Berikut ringkasan dari cerita yang berjudul Lost My Heart. Cekidot! Blurb:
Claudia Basuki hanya seorang perempuan biasa yang ingin terlihat meski hanya sesaat di mata Raka.
Setiap manusia pernah berbuat kesalahan begitupun dengannya. Ia yang mengorbankan segalanya demi menjadikan Raka miliknya. Ia yang dibutakan oleh cintanya hingga melukai banyak pihak termasuk keluarganya. Ketika benci berakar sempurna maka setiap pengorbanan akan terlihat sia-sia. Claudia yang begitu banyak berkorban untuk Raka hanya dipandang sebelah mata. Hingga sebuah kecelakaan yang menimpa kakaknya membuat ia harus merendahkan egonya dan melepaskan suaminya untuk sang kakak.
Namun sebuah luka membawanya menjadi pribadi yang dingin tak tersentuh.
✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧
Ceritanya bikin baper, Nad pengen nangis pas bacanya, huwaaa, huhu. Kasihan ya. Biasalah, Nad orangnya suka mendramatisir apa yang dirasakannya, wkwkwk. Sekian cuap-cuap Nad hari ini. Semoga kalian baik-baik saja, dan ingat, jagalah kesehatan kalian. Sampai jumpa lagi.
Di sebuah rumah yang luarnya cukup megah, meski telah berusia tua, terlihat beberapa orang sedang berkumpul di ruang tamu keluarga. Mereka adalah sepasang suami istri dari keluarga Akibara. Keduanya tengah membicarakan sesuatu dengan serius, ketegangan tampak di wajah wanita yang memiliki tanda lahir di pipi kanannya yang hanya dimiliki oleh anggota keluarga Akibara saja. Meski setiap keturunan memiliki tanda lahir di tempat yang berbeda-beda. Simbol itu begitu unik, tetapi sangat cocok untuk para anggota keluarga Akibara yang terpandang sebagai keluarga kuil di kotanya. "Bagaimana nasib keluarga kita di masa depan? Kita sudah tidak punya keturunan lagi untuk melanjutkan persembahan itu!" Sang wanita mulai mengeluarkan argumennya. Wajahnya memerah, terlihat jelas sedang memendam perasaan yang terus berkecamuk di dalam dada. Kaede marah, sangat marah. Dia juga merasa sedih, kecewa dan perasaan mencolok lainnya tengah bercampur aduk di hatinya saat ini. "Kaede, tenanglah. Pasti a
Rin mengukir batang pohon yang ia lewati menggunakan salah satu anak panah yang dibawa olehnya, gadis itu sedang membuat goresan dengan bentuk yang indah, tetapi mengandung makna yang sangat ia senangi.Gadis itu tampak begitu serius dengan pekerjaannya yang menjadikan batang pohon menjadi tempat menuangkan kreativitas. Sang gadis Akibara terlihat seperti seorang seniman dengan alat pahatnya di tangan, tetapi sepertinya gadis itu tidak mengetahui benar apa yang sedang ia lakukan saat ini.Mungkin baginya, mengukir pohon hanyalah suatu bentuk pengungkapan diri. Semuanya tergambar jelas dari sang gadis yang begitu teliti saat mengukir namanya di permukaan batang pohon yang tidak terlalu kasar, dan agak berlumut itu. Senyum bahagianya langsung merekah begitu lebar saat namanya telah selesai terukir di sana.Mengukir karakter kanji-nya sendiri di sebuah kayu dan berbekal anak panah memang cukup sulit, tetapi ternyata setelah selesai, hasilnya lebih bagus daripada ekspektasinya."Wah, hasi
Selama beberapa saat, terjadi hening di antara mereka berdua. Zura sibuk menatap makhluk-makhluk bertubuh kekar yang tengah bercengkerama tak jauh dari tempat duduk mereka, sedangkan Rin sibuk memandangi sang pemuda, tanpa berkedip sama sekali.Rin memangku wajahnya dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja, masih sembari menatap wajah manis pemuda yang ada di hadapannya.Gadis itu bertanya-tanya dalam hati. Terjebak di dunia apakah ia kini? Zura memang mengatakan bahwa sang gadis Akibara tengah berada di Dunia Bawah, dunia tempat berkumpulnya makhluk-makhluk yang hidup berdampingan satu sama lain. Seperti manusia, siluman, iblis dan lain-lain.Akan tetapi, tetap saja gadis itu merasa kebingungan walau sudah diberitahu seperti itu. Sebab, ini adalah pertama kalinya bagi sang gadis Akibara berteleportasi—lebih tepatnya diasingkan—ke dunia asing yang sama sekali bukan tempatnya berasal.Ada banyak yang patut dipertanyakan selama berada di sana. Ditambah lagi, hal-hal ganjil yang sul
Sesosok rubah siluman berekor sembilan tiba-tiba saja melintas di depan Rin dan Zura yang sedang melakukan pencarian buah Sensa. Beruntung, Zura terlebih dahulu menarik sang gadis Akibara untuk bersembunyi di antara semak-semak sehingga siluman berbulu warna putih tersebut tidak menyadari keberadaan mereka."Kita harus ekstra berhati-hati di sini, Rin. Rubah yang kita lihat tadi itu adalah jenis siluman jahat yang sangat kuat. Jenis roh seperti itu harus kita hindari sebisa mungkin. Demi keselamatan kita bersama. Paham?" Zura menerangkan kepada teman seperjalanannya, Rin.Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya saat mendengarkan penjelasan singkat dan padat dari pemuda bermanik mata cokelat. Tak ingin banyak bicara dan cukup mengikuti Zura saja. Maka, dia akan aman, pikir Rin di dalam kepalanya.Keduanya lalu meneruskan perjalanan, hingga lagi-lagi bertemu dengan makhluk-makhluk pencari masalah. Rin dan Zura saling pandang. Saatnya beraksi!Usai mengalahkan beberapa roh dan siluman jah
"Ah!" Angin berembus dengan sangat kuat, disusul cahaya putih meta yang langsung membuat Rin menghalangi cahaya yang masuk ke retina matanya menggunakan lengan baju sebelah kanan.Helaian rambut hitam Rin beterbangan, berkibar dengan sangat kencang ke belakang. Dapat gadis itu rasakan partikel-partikel debu dan kerikil-kerikil kecil mengenai wajahnga dan ada pula yang sebagian menempel di bajunya, tetapi sama sekali tak gadis itu hiraukan.Angin yang menyerupai angin puyuh, tetapi tidak sekuat badai itu tak hanya menerbangkan bebatuan kecil di sekitar Rin saja.Puluhan lembar dedaunan kering maupun segar dari pohon di dekat sang gadis Akibara turut menjadi korban keganasan yang muncul dari Zura yang mengeluarkan setitik kecil kekuatannya.Pemuda itu tersenyum. Sepertinya sudah selesai proses perpindahannya, dan ia akan segera pergi. "Sampai jumpa lagi, Rin!" Zura berkata dengan riang, tetapi hatinya berkata lain.Ia sama sekali tidak ingin pergi dari sisi Rin. Zura ingin terus bersama
Rin tidak tahu seberapa lama waktu telah berlalu di sekitarnya, ia juga tak menghitung hari yang sudah ia lewati. Gadis itu hanya tahu bahwa ia terus berlatih untuk menjadi seseorang yang hebat. Berkat pelatihan intens yang diberikan oleh seorang lelaki tua yang kini menjadi gurunya yang bernama Isamu, membuat gadis Akibara itu bertambah kuat di setiap harinya.Rin berencana mematahkan kutukan yang telah membuat keluarganya menderita dan bertekad untuk menjadi sangat kuat ketika sudah kembali pulang ke rumahnya sana.Gadis itu sungguh sangat merindukan keluarganya. Rin rindu dengan ayah, ibu dan sang nenek. Meski, sebenarnya ia tahu jika keluarganya mengorbankan dirinya karena rasa takut berlebihan terhadap sang iblis, tetapi Rin dapat memaklumi itu semua. Keluarganya sebenarnya tak ingin kehilangan dirinya, dan itulah yang ingin gadis itu percayai sampai saat ini.Rin tahu jika kepercayaannya itu akan membuatnya sakit apabila sudah mengetahui kebenarannya, tetapi untuk sekarang, biarl
Rin lalu duduk dengan tenang mendengarkan kisah yang akan disampaikan oleh teman barunya—Tatarimokke. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk menjalin pertemanan dengan siluman anak kecil yang tampak begitu kesepian.Lagipula menurutnya, Mokke bukanlah makhluk yang dapat mengancam jiwanya, jadi bagi Rin tak masalah jika berteman akrab atau menceritakan sedikit kisah hidupnya kepada sang roh siluman pengantar jiwa.Meski sekarang, Tatarimokke lah yang akan menceritakan kisah nenek moyang Rin yang tak gadis itu ketahui dengan baik sejak dulu."Tahukah kau?" Mokke memulai ceritanya. Suasana di antara mereka seketika hening, Rin fokus mendengarka sementara Tatarimokke mengingat-ingat apa yang ia ketahui tentang kehidupan keluarga Akibara."Dahulu, sekitar 500 tahun yang telah lewat, seorang gadis bermarga Akibara mendapat kutukan dari penguasa Dunia Kematian—Yamasuke," ucap Mokke yang memiliki poni yang tebal. "Gadis itu bernama Akibara Kimiko, dan dialah nenek moyang keluargamu, Rin."Gadis y
Rin telah memutuskan untuk tinggal di desa yang diberitahukan oleh Tatarimokke selama beberapa hari ke depan, sebab ia tidak bisa kembali dan mendatangi sang guru—Isamu ke tempat asalnya.Padahal sang guru sudah memberikan Rin tempat tinggal, melatih dan memberi Rin makan layaknya anak kandungnya sendiri, tetapi Rin malah kabur ke tempat lain dan membuat pria tua itu sendirian di pondok kecilnya.Maafkan aku, Isamu-sama, batin Rin lirih.Lagipula menurutnya, desa yang ia tempati itu begitu nyaman dengan suasananya yang menenangkan. Orang-orang yang tinggal di sana selalu bersikap ramah terhadapnya dan hal itu membuat Rin senang tinggal di desa kecil itu. Ia merasa seperti ... benar-benar dibutuhkan oleh orang-orang desa.Jadi, tak ada salahnya Rin tinggal di sana sampai ia punya cara untuk kembali menemui Isamu. Entah kapan, tetapi Rin akan tetap menunggu saja.Hari itu adalah pagi yang cukup terik. Tidak terlalu panas, tetapi langit pun tak menunjukkan akan hujan. Angkasa tetap cerah
Bertemu karena takdir dan berpisah pula karena takdir yang pilu.Tak ada seorang pun yang tahu jika cinta yang datang ke hati akan memberikan kebahagiaan ataukah luka. Pun dengan apa yang dirasakan oleh seorang gadis bernama Akibara Rin, gadis manusia yang dikutuk oleh iblis jahat dan harus menjalani kehidupannya di dunia lain, demi mencari kekuatan untuk mengalahkan sang iblis yang telah mengutuk keluarganya sejak beberapa generasi selama 500 tahun lamanya.Rin yang mencari kekuatan pun dipertemukan dengan Kyeo, iblis kelelawar yang disegel kekuatannya di dalam kuil keluarga Akibara. Rin membebaskan Kyeo dengan syarat sang iblis akan membantunya mengalahkan Yamasuke, iblis pengutuk sekaligus pimpinan di kerajaan iblis. Kyeo yang merupakan seorang pangeran iblis yang telah lama disegel pun menerima tawaran tersebut dan mereka berdua pun membubuhkan tanda tangan mereka di atas kertas magis menggunakan darah mereka sendiri.Mereka meninggalkan sedikit kekuatan mer
Kesulitan manusia adalah menentukan sendiri akhir dari cerita kehidupannya.🍃🍃🍃Suasana kerajaan iblis tampak lengang semenjak matinya Yamasuke, pemimpin para pangeran iblis Dunia Kematian yang zalim.Penghuni di kerajaan iblis itu sekarang hanya Akashita-iblis berlidah merah, Bake Neko-iblis kucing berwajah datar, dan Nekomata-iblis peniru dan pengendali yang sedang pergi berkelana ke dunia lain. Akashita mendengkus berulang kali, tak henti-hentinya merasa kesal. Semenjak matinya Yamasuke dan Kyeo, tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan di Dunia Kematian.Biasanya ia akan bermain-main dengan para roh wanita. Namun, kerajaan yang semula ramai oleh para roh Akibara itu kini senyap.Iblis bermata besar, menjilat bibirnya girang ketika melihat kedatangan salah satu pangeran Dunia Kematian lainnya. Ia buru-buru menghampiri, "Bake Neko! Ke mana saja kau ini?!"Siluman kucing berwarna putih memasang wajah datar. Namun, sesaat kemudian ia menyeri
"Aku tak menyangka akan menikah denganmu, Kyeo." Rin memilin rambut sehalus sutra miliknya. Ia kembali menerawang ke ingatannya selama kurang dari 100 hari ini.Kyeo mendengkus mendengar penuturan wanita dalam dekapannya, seperti ada kesan wanita itu tidak senang dinikahi olehnya. "Kenapa? Kau akhirnya menyesal juga? Cih, pergi sana!" sungut Kyeo mencebik.Rin tertawa terbahak-bahak, lucu melihat suaminya terpancing. Padahal ia mengatakan itu justru karena bersyukur bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai."Kau ini memang kelinci ya, Kyeo." Rin mengecup singkat pipi suaminya.Sepasang suami-istri itu tampak berbahagia setelah pernikahan mereka yang baru seumur jagung. Semua beban terlupakan begitu saja, termasuk perjanjian darah yang pernah mereka lakukan sebelumnya.Mereka melupakan inti dari perjanjian darah tersebut, meski melupakannya sekalipun, perjanjian akan tetap berjalan, berikut dengan konsekuensi di dalamnya.Syarat perjanj
Rin berada dalam situasi di mana ia harus menyembuhkan Kyeo yang tak sadarkan diri. Tetapi, tidak seperti sebelumnya, kali ini ia mampu menyembuhkan Kyeo dan mengobati luka pemuda itu hingga benar-benar pulih.Semua berkat bantuan Kimiko—roh orang yang tidak disangka akan membantunya. Nenek moyang Akibara yang dengan baik hati menolong mereka di saat keadaan sudah sangat genting.Rin tidak bisa membayangkan jika saat itu roh Kimiko tidak muncul untuk membantu mereka, entah akan seperti apa nasib mereka nantinya.***"Kyeo!" Rin langsung memeluk Kyeo erat begitu iblis itu bangun. Yuuto hanya tersenyum menyaksikan kedekatan keduanya."Yamasuke berhasil dikalahkan, Kyeo."Laki-laki itu terperanjat, sepasang mata dengan iris kuningnya membola, semudah itukah Yamasuke tiada?"Benarkah?"Rin mengangguk mantap sebagai jawaban. "Aku ditolong oleh roh generasi Akibara sebelumnya, bahkan Kimiko-sama langsung turun menangani sang ib
"Jigoku no honō!"Gadis itu menyemburkan jurus api andalannya ke arah sang iblis monyet yang dengan mudahnya menerima dan memadamkan api tersebut dengan tangan, hingga Rin tercengang."Ha! Jadi, kau berusaha melalapku dengan api yang telah menciptakan tubuh bajaku? Menggelikan!" Yamasuke tertawa mengejek, membuat Kyeo dan Rin sama-sama menggeram dengan hati yang dongkol.Kyeo merasa bersalah. Kekuatan gadis itu telah kembali seperti sedia kala saat dia belum memberikan kekuatannya. Tidak ada lagi kekuatan iblis di tubuh sang gadis, api hitam yang melegenda itu pun sudah tiada. Kyeo mendecih.Rin terlihat waspada, cemas jika Yamasuke tiba-tiba saja menyerangnya di saat ia tengah memikirkan strategi.Perasaan gamang mulai menyelimutinya. Padahal, ketika melihat sosok sang iblis monyet tadi, gadis itu tidak merasa takut sama sekali. Tetapi, setelah melihat serangannya dipatahkan begitu saja, membuat Rin kalut.Jika iblis itu tidak bisa diserang
Rin memandangi Kyeo dengan mata sembap. Sepanjang cerita, gadis itu menangis tak kenal henti, membuat siapa pun yang melihat akan lebih iba dengannya. Kyeo yang telah menyelesaikan kisahnya hanya tersenyum simpul melihat Rin menangis sesenggukan.Dia melewatkan bagian perjanjian dari ceritanya yang cukup singkat. Dia tak ingin Rin mengetahui perihal perjanjian yang akan membunuhnya cepat atau lambat.Kyeo juga tidak ingin mendengar komentar apa pun dari sang gadis tentang ajal yang akan menjemputnya. Apakah gadis itu akan menangisi kepergiannya seperti ketika dia menangis mendengar kisah hidup seorang Kyeosuke?Iblis itu ragu."Kakak yang jahat." Kyeo menatap kedua mata Rin yang basah. Kata-kata yang terlontar dari bibir mungilnya membuat Kyeo mengiyakan dalam hati."Dia sering menuduh, dan membuat semua buktinya mengarah padaku. Daichi itu sangat licik. Untungnya, hari itu aku mendapatinya sedang bermesraan dengan seorang gadis," Kyeo berucap deng
"Seharusnya tidak usah dikembalikan, kau jadi lemah tanpa kekuatan itu."Rin memutar bola mata gemas, Kyeo sudah membahas hal ini beberapa kali. "Aku tidak masalah kehilangan kekuatan, asal tidak kehilangan seseorang yang berarti," Rin menjawab jujur.Kyeo menepuk kepala Rin pelan, "Baiklah, kau cukup pintar sekarang."Keduanya memutuskan untuk pulang ke desa. Namun, lagi-lagi Kyeo terlihat sedang memikirkan sesuatu sehingga mengabaikan gadis yang sedang bersamanya. Rin menghela napas gusar."Rin," panggil Kyeo tiba-tiba. Rin mendongak, mendapati wajah sedih laki-laki itu, "Ada apa?""Kau tahu, Rin? Kau adalah satu-satunya manusia yang mencoba untuk melindungiku. Sementara manusia lain selalu berdiri di belakangku." Ada nada getir yang terucap dari bibirnya. Namun, tetap diucapkannya pada Rin."Bahkan, dulu ketika aku masih menjadi manusia sekalipun, sama sekali tak ada yang pernah menolongku."Rin terperanjat, mundur seketika. "Manus
Butuh beberapa orang untuk membuatmu menderita, tetapi kamu cukup membutuhkan satu orang agar membuatmu bahagia.🥀🥀🥀Rin mendekap Kyeo erat, air matanya mengalir dengan deras. Ia menangis sesenggukan saat merasakan tubuh dalam pelukannya dingin bak es. Isak tangisnya pecah. "Bangun, Kyeo. Kumohon, buka matamu," pintanya lirih.Gadis itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi hingga mata terpejam itu terbuka lebar. Akan sangat menyakitkan baginya jika terlambat membawa Kyeo. Rin mengusap wajahnya kasar. Dia harus mencari pertolongan!Dalam hal ini, pikirannya hanya tertuju pada penyihir tua yang ada di dasar gunung Yaburi. Gurunya yang telah mengajari Rin sihir dan membagikan kekuatan gelapnya. Enzu!Guru penyihirnya itu pasti bisa membantunya menyelesaikan masalah ini. Rin tidak tega melihat raut wajah kesakitan pria dalam pelukannya, ia tak ingin kehilangan Kyeo yang teramat berharga baginya.Rin memejamkan matanya yang sembap, berkonsentra
Pagi ternyata datang lebih cepat. Rin telah mengganti pakaiannya dengan yukata merah tua dan hakama biru, gadis itu tampak berseri-seri sebelum keberangkatan mereka.Terbukti dari tak henti-hentinya dia bersenandung tatkala sedang merapikan perlengkapan sebelum pulang ke desa Anohagaku. Desa yang diberitahukan oleh roh pengantar jiwa bernama Tatarimokke.Berbicara tentang makhluk berwujud anak kecil berambut mangkuk, sudah lama sekali sejak terakhir kali Rin bertemu dengannya. Terakhir dia bersama Mokke adalah sebelum dia membebaskan sang iblis kelelawar.Sejak saat itu, keberadaan Mokke menjadi lenyap. Tak ada yang tahu di mana makhluk itu berada.Padahal Rin sudah mencarinya di ladang bunga tempat mereka pertama kali bertemu. Gadis itu juga telah bertanya pada seluruh penduduk desa. Tetapi, mereka hanya mengatakan bahwa Tatarimokke sedang pergi ke dunia kematian.Tak ada seorang pun yang tahu apa yang roh siluman itu lakukan di sana. Namun, jika