“Rasakan kau Rangga!” Diana mendorong tubuh suaminya sekuat tenaga, tapi tak mampu menggerakkannya sedikitpun. Diana terus berusaha, tapi tak berhasil. Dalam keptus asaannya, dia mengambil langkah seribu dengan terlebih dulu kembali menendang perut Rangga. Lagi-lagi, pria itu menjerit kesakitan.Diana melepas sepatu dengan hak setinggi lima belas centi yang membuat kakinya keseleo saat di tarik paksa oleh Rangga.Namun na’as, sebelum sempat Diana menuruni bukit, Rangga berhasil menyeret kakinya hingga terjatuh. Dia terpekik dan mencoba melepas dengan menendang suaminya. Rangga dengan terpaksa harus melumpuhkan kaki istrinya dengan memelintirnya sedikit hingga pemiliknya menjerit kesakitan.Rangga sudah tidak peduli dengan apapun. Dalam hatinya hanya ada balas dendam.Dianapun tak mau kalah. Walau dalam keadaan kaki yang terpelintir, wanita itu tetap berusaha melepaskan diri. Mereka berguling-guling hingga mencapai bibir pantai. Keberuntungan berada di pihak Rangga. Posisinya yang ber
Rangga mulai menghitung mundur, “tiga ... dua ...sa ....”“Papah jangan!” terdengar suara Marchel menghentikannya.Rangga menoleh ke arah suara. Marchel bersama Alex dan anak buahnya berlari mendekat. Anak Abg itu berlari sangat cepat dan berhasil membebaskan sang mamah. Dengan penuh kasih sayang dia memeluknya erat.“Minggir Marchel! Atau kau akan jadi korban pertama!” Rangga mengancam sang putra. Dia tidak suka ada orang yang berusaha membela Diana.Marchel menatap papahnya dengan wajah tak bersahabat. Anak ini tak tahu persoalan yang sedang terjadi dengan orangtuanya, hingga merasa apa yang di lakukan oleh papahnya adalah sebuah kejahatan. “Papah jahat dan berhati iblis!” Marchel bangkit dan mengepalkan tangannya.“Kau tak tahu apa-apa, Marchel. Jadi menyingkirlah, sebelum habis kesabaranku!”“Aku tidak akan menyingkir!”“Jadi kau mau melawan papahmu?!”“Kau tak pantas disebut papah. Karena kau luar biasa jahat! Kau hanya berani kepada perempuan saja! Salah apa mamah padamu?!”“Ak
Saat Alex sedang berkoordinasi dengan anak buahnya, Rangga mendekat ke arah Diana yang berlindung di belakang punggung Marchel. Rangga menarik lengan Marchel dan mendorongnya hingga terjatuh. Rangga terus mendekati Diana hingga wajah wanita itu memucat.“Terimalah balasanmu, Diana. Selamat tinggal.” Rangga mendorong tubuh Diana dari tebing.Bumm, suara tubuh Diana yang terjatuh di iringi teriakan Marchel. Dia tak menyangka papahnya tega mendorong tubuh mamahnya.Sementara Rangga, tersenyum puas sembari menepuk bajunya yang kotor.Alex yang sedang berkonsentrasi tak melihat kejadian itu. Dia membalikkan badan dan menatap tak percaya. Dia melihat Marchel yang menangis dan tak mendapati tubuh Diana. Alex mendekat dan melihat tubuh Diana yang teromang ambing oleh derasnya air laut.“Tuan, kenapa lakukan itu?!” Tanpa sengaja Alex berteriak.“Kecilkan suaramu! Ayo ikutlah denganku!” Rangga bejalan dengan santai.“Pah, jangan pergi! Selamatkan mamah atau aku akan membencimu seumur hidupku!”
“Kalian bertindak terlalu lama. Biar aku sendiri yang akan menyelamatkan Rania!” Rangga bangkit dan berlari tanpa arah. Dia tidak bisa untuk terus berdiam diri sedang wanitanya pasti sedang menderita. Terus berusaha berlari semampunya. Tak peduli dengan teriakan Alex yang menghentikannya. Rangga terus berlari tanpa henti.“Hentikan Tuan! Helikopternya sudah terlihat! Berhentilah. Percuma kau lari hanya membuat energimu terkuras habis!”Rangga berhenti. Dadanya naik turun. Nafasnya tak beraturan. Yang dikatakan Alex benar juga. Dia takkan mampu mengejar waktu walau berlari sampai mati sekalipun, tak mampu menjangkau Rania dalam waktu dekat.“Alex menepuk pundak Rangga dengan lembut. “Ayo, kita kesebelah sana.” Alex menarik lengan sang Tuan. Rangga mengekor di belakang Alex. Tak berapa lama helikopter datang dan membawa Rangga dan Alex menuju Villa taman mawar.****Rangga sampai di lokasi. Dia tak sabar dan segera berlari menuju villa. Namun Alex berhasil mengejar dan menghentikannya.
“Jangan bikin keributan! Sebentar lagi pembelimu akan datang. Dia akan membawamu selama tiga hari. Kehidupanmu akan berubah setelah ini!”“Aku tidak mau! Lebih baik aku mati daripada menjadi budakmu!”Mami mengangkat tangannya ingin menampar Rania. Namun urung melakukannya, mengingat sang pembeli sudah membayarnya lunas. Rania harus sempurna tanpa noda sedikitpun dalam tubuhnya. Mami melepas leher Rania dengan kasar.“Dewi! Rapihkan riasannya! Sepuluh menit lagi, Tuan Rusli akan datang kesini!” Mami keluar dan membanting pintu.“Sini, aku rapihkan dandananmu!” Dewi menyentuh pipi Rania, tapi gadis itu menepisnya.‘Tolong, jangan mempersulitku.”“Pergilah. Sampaikan pada suamiku permintaan maafku.” Ucap Rania tegas. Dia sudah tak bisa berfikir jernih. Hanya kematian yang bisa menjadi jalan keluar. Keputusannya sudah bulat untuk mengakhiri hidupnya.“Jangan bodoh! Apa yang mau kamu lakukan? Apa kau akan lompat dari gedung ini? Kau lihat itu? Tiap balkon di jaga oleh anak buah Mami. Kau
Tanpa pikir panjang, Rangga segera berlari menuju villa. Dia tak peduli dengan teriakan aparat dan juga Alex. Dengan gagah berani, berusaha menerobos penjagaan yang sangat ketat. Keributanpun terjadi. Rangga menghajar para penjaga dengan membabi buta. Semakin lama jumlah mereka semakin banyak hingga Rangga terlihat kewalahan. Untung saja Alex dan anak buahnya dan polisi membantunya.“Tuan, ayo kita masuk. Biarkan mereka polisi yang urus.” Ucap Alex.“Ayo!” Rangga dan Alex segera berlari menuju ke dalam rumah. Mereka harus melumpuhkan para penjaga yang berusaha menghalangi Rangga dan Alex. Namun pihak kepolisisan yang menyamar juga membantunya. Karena terjadi keributan, para pemuja syahwat keluar dari bilik asmara terkutuk. Mereka berlari sembari meneriakan kebakaran.Rangga menatap ke atas. Rania berada di lantai tiga dan kebakaran berasal dari sana. Rangga segera berlari tapi perjalannya di hadang oleh wanita bertubuh gemuk.“Siapa kau, beraninya membuat kekacauan di rumahku!”“Dima
“Ini darurat Alex! Kau jangan mendebatku!” Rangga melepaskan diri dari pegangan Alex, tapi Ales mengunci tubuhnya begitu kuat.“Rania! Apa kau baik-baik saja?!” teriak Rangga.“Aku takut, tuan, tolong aku!” Rania terlihat begitu ketakutan. Dia merasakan hawa panas menjalar di sekujur tubuhnya. Belum lagi asap tebal yang kian membuat dadanya sesak.“Lepaskan aku Alex!” Rangga menampar wajah Alex. Namun Alex bergeming. Dia tetap menomor satukan keselamatan tuannya. Pria itu hafal betul dengan sifat sang majikan. Kalau sedang emosi tak terkendali.“Nyonya Rania! Ambil kain yang tebal dan celupkan ke dalam air. Setelah itu lemparkan kemari!” seru Alex kepada Rania.“Untuk apa?!” tanya Rangga agak membentak.“Kain itu akan Tuan gunakan untuk melindungi tubuh kalau tuan masuk nanti.”“Kau benar juga. Rania! Cepat basahi kainnya dan lemparkan kesini!” Rangga berteriak kepada Rania.Alex melepas sang tuan saat sudah tahu cara untuk menolong sang nyonya. Setidaknya kalau sampai api itu menyent
Benar-benar nekat dan tanpa perhitungan. Alex harus segera menolong mereka sebelum semuanya terlambat. Api kian membesar dan mempersulit gerakan untuk menolong. Beberapa orang sudah berada di dekatnya untuk melakukan pertolongan semampu mereka.Rangga dan Rania saling berpelukan. Sangat erat seperti lama tak bertemu.“Sayang, maafkan aku yang telah mengingkari janjiku tak bisa menjagamu.”Rania hanya bisa menangis. “Kau kemana saja? Aku takut.”Rangga memeluk sangat erat seolah tak ingin terpisahkan lagi. Mereka saling bertangisan. Sangat mengharukan. Saat keduanya dipersatukan oleh cinta, tapi dengan keadaan yang begitu menyedihkan. Kobaran api yang membesar tak membuat nyali mereka menciut.“Tuan, tolong pergilah. Biarkan aku mati sendiri. Cepat pergi.” Rania mendorong tubuh suaminya. Namun Rangga tak melepasnya sedikitpun. Rangga menyentuh pipi sang istri dan membawa tatapan itu menuju ke arahnya. Rangga ingin memastikan harapan dan cintanya ada di sana.“Sayang, aku ingin mendeng