Cinta tak terlukiskan dengan kata-kata. Terkadang keluar dari jalur logika. Saat dalam keadaan lapang, tak menyadari cinta yang telah hadir. Saat dalam keadaan terdesak, cinta dapat dirasakan dan mampu di uraikan dengan kata-kata indah. Saat cinta telah menyatu dalam ikatan suci, kekuatannya akan melebihi baja. Kelembutannya akan mengalahkan kain sutra. Itulah cinta. Saat takdir menyatukan hidupmu akan menjadi indah.Alex berhasil melewati api dengan menutupkan sprei yang basah untuk menutupi tubuhnya. Satu tangannya yang lain membawa bedcover yang telah dibasahi. Alex menatap ke arah sang tuan, “Tu ....” dia menghentikan kalimatnya. Alex menatap ke arah sang tuan yang tengah asik memadu asmara. Alex tak tahu apa yang terjadi. Yang di rasakannya hanya rasa malu melihat keduanya. Alex menundukkan kepala membiarkan keduanya larut dalam indahnya asmara. Namun rasa panas kian menjalar di sekujur tubuhnya. Dengan terpaksa Alex mengganggu keduanya.“Tuan, pakailah ini untuk melindungi tubuh
“Tapi itu sudah menjadi tugas dari seorang istri yang melindungi dari jahatnya nafsu suaminya. Kalau kurangnya pelayanan, mereka akn mencari layanan yang lebih baik di luar sana.”“Itulah yang aku tidak suka. Dengan dalih itu mereka bisa seenaknya menghianati para istri. Termasuk juga dirimu yang menghianati Diana dengan mencintaiku.”‘Tapi itu sangat berbeda. Diana itu bukan istri yang baik. Aku juga berhak untuk bahagia.”“Tapi aku malu. Aku merasa telah menjadi duri dalam rumah tanggamu. Satu hal yang sangat aku takutkan adalah mencintaimu.”“Kenapa harus takut?”“Semua orang pasti akan mengatai dan menuduhku sebagai perebut suami orang. Dan aku hanya akan menjadi beban sepanjang hidupmu. Aku tidak mau itu terjadi.”“Rania, tatap mataku.”“Cukup, aku tak ingin rasa cintaku semakin dalam padamu. Aku tahu diri, keberadaanku di sini hanya selama dua bulan. Setelah aku bisa membuktikan kalau aku tidak hamil karena perbuatan Marchel, maka aku akan meninggalkan rumah ini.”“Kau takkan ke
“Tidak mungkin! Nyonya waktu itu sedang sakit kepala. Dan aku di suruh membelikan obat di mall. Itu saja, dan di tengah jalan aku diculik, dan itu bukan kesalahannya!”“Jangan bodoh! Otak dari semuanya adalah Diana! Dia memberi obat tidur yang di campur dalam minuman Alex. Saat dia berhasil membuat Alex tertidur, dia berpura-pura sakit dan menyuruhmu untuk membeli obat!”“Bohong! Jelas-jelas aku yang membuat minuman dan memberikannya kepada pak Alex secara langsung!”“Apa kau tak meninggalkannya sedetikpun?”“Hanya sebentar untuk mengambil ponselnya. Tidak ada lima menit aku juga sudah kembali.”“Nah, pada saat itulah, dia menaruh obat itu.”“Bohong! Kalau Diana punya obat, dia pasti takkan menyuruhku untuk membelinya!” Rania tetap kukuh dengan argumennya.“Aku tidak bohong! Diana orang yang berkelas! Tidak mungkin dia meminum obat warung. Kalau sakit, sudah pasti dia akan mendatangi rumah sakit atau praktik dokter yang dia percaya!”“Hentikan kebohonganmu, Tuan! Jangan mencoba menutu
Alex akan mengupayakan secara maksimal supaya tidak terjadi sesuatu yang bisa membahayakan sang tuan. Dia telah melakukan sebuah upaya untuk menolong Rangga tanpa bossnya mengetahui. Walaupun belum tentu bossnya akan setuju dengan tindakan yang dia ambil. Tapi setidaknya, hanya cara itu yang mampu dilakukannya.“Baik, Alex. Aku mempercayakan semua padamu.” Rangga beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Alex. Dia berharap orang kepercayaannya itu mampu membantunya dan memberikan solusi yang terbaik.Rangga merengkuh bahu sang istri dan membawanya untuk beristirahat.*****Rania merebahkan diri dan terlihat gelisah. Berkali-kali mengganti posisi tidurnya. Balik samping kanan, kiri dan berulang melakukannya. Sudah hampir jam tiga dini hari, kedua matanya tak mampu terpejam. Pikirannya terus tertuju pada apa yang sudah dilakukan oleh sang suami. Dia benar-benar takut kalau polisi akan menangkap suaminya.Rania tak mau itu terjadi. Sangat sulit untuk berpisah dengannya. Rania telanjur me
“Diriku. Aku akan memberikan diriku secara utuh padamu.” Rania menundukkan kepala. Dia merasa malu kepada dirinya sendiri. Rania merasa telah merendahkan harga dirinya di depan sang suami. Semoga saja pria yang mampu membuat dadanya bergear tak menganggapnya seperti itu.Rangga terkejut. Dia tak menyangka Rania akan menjawab seperti itu. Dia tahu sang istri sedang dalam keadaan tertekan, sehingga berpikir tak logis. Rangga bukan pria yang senang menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Menghembuskan nafas perlahan, lalu beranjak dari ranjang dan duduk di sofa. Pria itu menangkup wajahnya. Ada rasa bahagia dalam dada, seandainya bisa memiliki diri sang istri sepenuhnya. Namun bukan sebagai hadiah ataupun kenangan. Yang di inginkan adalah dua jiwa yang melebur menjadi satu dalam ikatan suci yang menguatkan tali sebagai pengikatnya. Penyatuan itu akan menjadi jembatan untuk mengikat tali lebih erat pada benteng asmara hingga tak mudah pudar oleh waktu. Bukan hanya penyatuan berdasarkan s
“Kenapa tidak? Secepatnya aku akan urus pernikahan kita. Apa kau mau?”“Iya, aku mau.”“Apa kau akan bahagia?”“Iya, aku pasti bahagia.”Mereka kembali berpelukan erat. Mencoba saling menguatkan dan berjanji takkan berpisah walau apapun keadaannya. Janji setia terukir dalam hati keduanya.****Seminggu telah berlalu. Rasa cemas dalam hati Rania mulai memudar. Keteguhan hati sang suami yang selalu meyakinkan takkan terjadi apa-apa, bisa menenangkan hatinya. Rania seperti menunggu bom waktu yang tinggal menunggu ledakkan dahsyatnya. Cepat atau lambat, polisi pasti akan menangkap suaminya.Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Rasanya ingin menghentikan waktu berada pada posisi sekarang. Tak ingin ada hari esok yang membuat jantungnya berdebar setiap kali mengingat waktu yang terus berputar. Kehidupannya saat ini selalu dihantui oleh pikiran tak tenang. Rasa was-was seolah menjadi makanan sehari-hari.Dua hari lagi, keduanya akan meresmikan pernikahan sah secara hukum agama dan negara
“Kau juga sangat tampan.” Rania membalas pujian dan senyum manis.“Tak sabar rasanya untuk menghabiskan malam pertama bersamamu.” Rangga mengecup jemari sang istri dengan mesra.“Aku juga.” Jawab Rania singkat dan menundukkan kepala. Ada desiran halus dalam dadanya saat sang suami mengungkapkan keinginan yang sama dengannya. Rania membayangkan akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia.“Sudah cukup, dilanjutkan nanti saja.” Canda pak penghulu di susul tawa para tamu undangan.Rania dan Rangga tersipu malu. Tanpa menunggu waktu lama, mereka berdua segera melangkah ke arah penghulu.Seluruh tamu undangan sudah berkumpul. Kedua mempelai juga sudah siap di hadapan penghulu. Setelah semua siap, akad nikah segera dilaksanakan.Rangga menggenggam erat tangan ayah Rania. Belum sempat Rangga mengikrarkan akad nikah, terdengar keributan dari luar. Tak berapa lama ada dua orang dari petugas kepolisian yang masuk dengan cara paksa karena sempat dihalangi oleh anak buah Alex.Dengan sigap,
“Cukup Rania. Bawa saja saya sekarang. Saya siap.” Rangga mengulurkan tangan. Polisi segera memasang borgol di tangan Rangga.“Tidak, jangan bawa suamiku, aku mohon.” Rania histeris dan terus memegangi suaminya.“Tenang Rania. Alex yang akan mengurus semuanya. Aku pastikan aku takkan lama berada di sana.” Rangga berusaha menenangkan sang istri.‘Maaf, bisa saya tahu siapa pelapornya?” Alex mencoba menggali informasi.“Aku!”Semua mata tertuju kepada seorang pria yang masuk dengan tatapan penuh kemenangan.“Joni?!” Rangga dan Alex terkejut.“Darimana dia bisa tahu, Alex?” tanya Rangga kepada Alex.“Saya juga tidak tahu, Tuan.” Jawab Alex lirih.“Aku pastikan kau akan membusuk dalam penjara, Rangga!” seru joni.“Jangan harap itu bisa terjadi! Takkan ada yang bisa menghukumku! Neraka sekalipun, takkan bisa membakar tubuhku! Tunggu pembalasanku Joni!” Rangga begitu emosi. Dia mengayunkan tangannya ingin memukul joni. Tapi tidak bisa. Dia lupa kalau tangannya sudah di borgol.“Ha ... ha...
Rangga menggelengkan kepala. Tatapannya lurus menatap langit-langit.“Aku tahu kamu masih sedih. Tapi kau tidak boleh terus berlarut dengan kesedihan. Yang sudah pergi tidak mungkin kembali. Hanya do’a yang kita punya. Dan hanya itu yang bisa kita lakukan.” Rania berusaha menasehati sang suami. Dia tidak tega melihat suaminya kehilangan gairah hidup.Rangga tetap bergeming. Sama sekali tak ada respon apapun. Dengan penuh kasih sayang Rania memindahkan kepala suaminya ke pangkuan dan membelai rambut.dengan lembut.“Tadi Alex bilang, katanya Joni sudah di tangkap polisi,” ucap Rania dengan lembut.“Hmm.” Hanya itu jawaban yang keluar dari bibir suaminya.Rania tersenyum dan berusaha untuk lebih bersabar. Keadaan ini pasti tidak mudah untuk dilalui oleh suaminya.“Mas. Apa kau percaya dengan takdir Tuhan yang penuh dengan keajaiban?” tanya Rania sembari mengusap rambut suaminya dengan lembut.“Aku tidak tahu!” jawab Rangga singkat. Tatapannya masih kosong dan tanpa harapan.“Apa kau pern
Rangga melihat apa yang terjadi. Dia tak percaya dengan penglihatannya. Joni benar-benar melukai leher Diana dan melarikan diri. Rangga menyimpan ponsel lalu berlari kearah Diana.“Alex! Cepat panggil ambulans! Dan kejar Joni! Jangan sampai lepas!”Rangga melepas pakaiannya lalu menutup luka di leher istrinya. Luka itu sangat dalam dan tak berhenti mengeluarkan darah. Sepertinya goresan itu mengenai nadinya dan ini sangat berbahaya. Bisa mengamcam nyawa Diana.“Diana. Bertahanlah. Kau pasti baik-baik saja!” Rangga mengangkat kepala Diana dan meletakkan di pangkuannya. Entah kenapa hati Rangga ikut teriris melihat wanita yang masih sah sebagai istrinya terluka. Walaupun wanita itu berkali-kali menghianati, tapi sebuah ikatan pernikahan takkan mudah melunturkan rasa dan kenangan.Kini kenangan manis bersama istri pertamanya berputar-putar di kepala. Dan membuat suasana hati menjadi sedih.“Rangga ... maafkan aku ... aku sudah ... banyak ... melakukan ... kesalahan ....”“Jangan bicaraka
Rangga segera berlari menyusul Diana. Dia tak peduli dengan panggilan Rania. Yang ada di kepalanya hanyalah ingin mengetahui apa yang terjadi. Kalau dugaannya benar, keduanya akan tahu akibatnya dan harus mendapat balasan yang setimpal.“Berhenti, pembunuh!” Diana menarik bahu Joni dengan keras hingga pria itu terjatuh.“Apa-apa an kamu? bagaimana kalau ada orang yang mendengar? Kita berdua bisa celaka.” Jawab joni dengan pelan sambil menengok ke arah kanan dan kiri.“Aku tidak peduli! Biarkan semua orang tahu kalau kau memang yang membunuh anakku!” Diana seperti orang kesetanan. Dia menarik kemeja kekasihnya dan mengguncangnya. “Kembalikan anakku, kembalikan nyawanya padaku!”“Lepaskan aku! Biarkan aku pergi sebelum orang lain mendengar ocehanmu!” Joni mendorong tubuh Diana hingga jatuh tersungkur. Entah mendapat kekuatan darimana, diana bangkit dan kembali menyerang kekasihnya.“Kau memang pembunuh anakku! Kau tak pandai melakukan tugasmu. Kalau kau cerdas, Marchel pasti takkan mati
“Tuan. Polisi sedang menyelidiki kematian Marchel. Sepertinya ada unsur kesengajaan.” Alex membawa sang tuan menjauh untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting.“Maksudmu, ada yang dengan sengaja membuat putraku celaka?” tanya Rangga sembari memijat dagunya.“Sepertinya begitu. Menurut saksi mata mobil yang dikendarai oleh Marchel seperti lepas kendali. Si pengendara tak bisa mengendalikan kendaraan dengan baik, hingga akhirnya terjadi kecelakaan itu.”“Bagaimana menurut pengamatanmu? Dan siapa kira-kira pelakunya?”‘Kalau menurut saya, ada yang sengaja merusak Rem. Dan mobil itu milik Tuan. Bisa jadi target utamanya adalah Tuan sendiri, bukan Marchel.”Rangga menatap Alex dengan serius. Dia seperti tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alex.“Tuduhanmu tidak main-main. Kecuali kau sendiri yang sudah mengeceknya. Kau tahu sendiri’kan mobil itu baru aku pakai semalam dan dalam keadaan baik-baik saja. Jika benar itu terjadi, artinya ada penyusup yang berhasil mengelabui pihak k
Suami yang juga berubah drastis keadaannya dari beberapa menit yang lalu. Rania semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.“Marchel kenapa, Mas?” Tiba-tiba Rania menjadi gelisah. Debaran jantungnya tak beraturan. Entahlah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi kepada marchel.Rania sangat mengkhawatirkannya. Bukan karena masih ada benih cinta dalam hatinya. Cintanya kepada Marchel sudah terbunuh semenjak tahu apa motif dari perbuatan Marchel. Kini cinta yang sudah tertimbun kembali tumbuh cinta baru yang akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Semoga saja.“Rania, Marchel ... Marchel ....” Rania dikejutkan oleh Rangga yang tiba-tiba saja mendekap tubuhnya erat. Ada isak tangis yang terdengar. Selama bersama sang suami, baru kali ini dia melihat suaminya menangis. Sifatnya yang keras dan dingin tak pernah sedikitpun memperlihatkan kesedihan. Tapi kini, pria itu meminjam bahunya untuk menumpahkan kesedihan.“Marchel kenapa, Mas? Tolong bicaralah yang jelas.” Rania menepuk-nepuk punggungn
“Astaga.’ Diana memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar. Tubuhnya lemas. Seperti ada himpitan batu yang membuat dada terasa sesak.‘Tidak mungkin. Tidak mungkin Marchel yang membawa mobil itu. Aku harus memastikannya.” Diana memutar tubuh hendak melangkah. Namun tulang belulang terasa lepas dari badan. Tubuhnya tak bertenaga. Untuk mengangkat kaki saja terasa sulit. Namun Diana terus berusaha. Walau dengan susah payah, dia berhasil mencapai kamar Rangga dan menggedor pintu dengan keras.“Buka pintunya! Buka pintunya!” Diana terus menggedor pintu. Dia tidak peduli apa yang dia lakukan akan menggangu penghuni rumah yang tertidur. Yang ada di pikirannya hanya Marchel.“Siapa?” Terdengar suara Rania. Dan itu membuat Diana sedikit lega. Namun dia terus menggedor pintu.Dari dalam kamar, Rania berusaha untuk bengkit. Perlahan, dia menyingkirkan lengan kekar yang melingkar di dadanya. Suaminya tertidur sangat pulas. Rania tidak ingin tidur suaminya terganggu.Walau sudah berhati-hati, tetap
Setelah selesai Diana segera menyuruh joni untuk pergi. Lalu berjalan mengendap-endap menuju kamarnya.Membuka pintu dan menghempaskan tubuh di atas ranjang. Menatap langit-langit dengan senyum merekah. Hati Diana sedang berbunga-bunga. Sampai dia tak menyadari putra semata wayangnya tak berada dalam kamar. Dia sedang asik dengan dunia hayalnya. Sungguh sangat miris. Di tengah malam seperti ini, tak sedikitpun memikirkan kenapa anaknya tak ada di tempat tidur. Itulah Diana. Dia memang tak pernah perhatian kepada putranya. Hanya uang dan uang yang selalu dijejalkan hingga anak itu tumbuh menjadi sosok yang selalu memandang uang adalah segalanya.Tak pernah tercurah sedikitpun kasih sayangnya sebagai seorang ibu. Rangga lah yang mendidik Marchel semenjak kecil hingga sebesar ini. Sayangnya, mulut sang wanita yang melahirkannya lebih tajam dari pisau. Hingga semua ucapan buruk tentang Rangga terserap dengan baik di kepala sang anak. Hingga hubungan keduanya seperti musuh bebuyutan. Tak
“Tenanglah, sayang. Beberapa menit lagi aku sampai di rumahmu. Kau keluarlah sekarang.”“Lewat pintu belakang saja. Supaya tidak ada orang curiga.”“Oke sayang, bye.”Diana segera mematikan sambungan telepon. Dia bergegas menuruni anak tangga menuju pintu belakang. Sebelumnya mengambil kunci gembok yang tergantung di dinding dapur.Tiba-tiba saja ponsel Diana berbunyi dan mengeluarkan suara yang sangat nyaring. Diana sangat kesal dan segera mengangkat telepon.“Jangan menelpon. Berisik tahu.’“Aku sudah sampai.”“Ya aku tahu. Aku juga sedang membuka gembok.’ Ucap Diana dengan kesal. Dia berbicara sangat pelan. Takut suaranya akan membangunkan seseorang. Bisa-bisa rencana yang sudah tersusun rapi gagal total.Pintunya berat sekali. Seumur Diana berada di rumah belum pernah membukanya.“Cepat, masuklah. Tolong, tutup pintunya kembali.’ Ucap Diana kepada kekasihnya. Dia memegangi lengannya yang terasa sakit.“Siap.” Joni menutup pintu. Laki-laki ini sengaja menggunakan penutup kepala. D
“Mas, aku takut.”“Kau tak perlu takut. Ada aku di sini.” Rangga menggenggam jemari Rania lalu mengecup kening sang istri. Rania tersenyum dan merasakan kedamaian. Entahlah, setiap kali sang suami mendaratkan kecupan pada keningnya, rasa hangat menjalar pada tubuh dan membuatnya nyaman. Mungkin ini yang dinamakan cinta. Walau hanya kecupan, tapi terasa merasuk ke dasar hati.“Buka pintunya, Pah!” Teriak Marchel sembari menuruni anak tangga.‘Kau? Juga di sini?” tanya Rangga dengan tatapan yang sulit diartikan.“Ya. Aku pulang bersama mamah! Apa tidak boleh aku pulang kesini?!” tanya Marchel dengan garang. Tatapan matanya tertuju kepada tangan papah dan mantan kekasihnya yang saling bertautan. Benar-benar membuatnya kesal.Rania segera melepas genggaman erat suami tercinta. Rangga menoleh ke arah Rania dan terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Rania.Rangga tidak peduli dan kembali menggengam jemari sang istri dengan erat. Seperti ada api cemburu yang membakar dalam dada.