“Tapi itu sudah menjadi tugas dari seorang istri yang melindungi dari jahatnya nafsu suaminya. Kalau kurangnya pelayanan, mereka akn mencari layanan yang lebih baik di luar sana.”“Itulah yang aku tidak suka. Dengan dalih itu mereka bisa seenaknya menghianati para istri. Termasuk juga dirimu yang menghianati Diana dengan mencintaiku.”‘Tapi itu sangat berbeda. Diana itu bukan istri yang baik. Aku juga berhak untuk bahagia.”“Tapi aku malu. Aku merasa telah menjadi duri dalam rumah tanggamu. Satu hal yang sangat aku takutkan adalah mencintaimu.”“Kenapa harus takut?”“Semua orang pasti akan mengatai dan menuduhku sebagai perebut suami orang. Dan aku hanya akan menjadi beban sepanjang hidupmu. Aku tidak mau itu terjadi.”“Rania, tatap mataku.”“Cukup, aku tak ingin rasa cintaku semakin dalam padamu. Aku tahu diri, keberadaanku di sini hanya selama dua bulan. Setelah aku bisa membuktikan kalau aku tidak hamil karena perbuatan Marchel, maka aku akan meninggalkan rumah ini.”“Kau takkan ke
“Tidak mungkin! Nyonya waktu itu sedang sakit kepala. Dan aku di suruh membelikan obat di mall. Itu saja, dan di tengah jalan aku diculik, dan itu bukan kesalahannya!”“Jangan bodoh! Otak dari semuanya adalah Diana! Dia memberi obat tidur yang di campur dalam minuman Alex. Saat dia berhasil membuat Alex tertidur, dia berpura-pura sakit dan menyuruhmu untuk membeli obat!”“Bohong! Jelas-jelas aku yang membuat minuman dan memberikannya kepada pak Alex secara langsung!”“Apa kau tak meninggalkannya sedetikpun?”“Hanya sebentar untuk mengambil ponselnya. Tidak ada lima menit aku juga sudah kembali.”“Nah, pada saat itulah, dia menaruh obat itu.”“Bohong! Kalau Diana punya obat, dia pasti takkan menyuruhku untuk membelinya!” Rania tetap kukuh dengan argumennya.“Aku tidak bohong! Diana orang yang berkelas! Tidak mungkin dia meminum obat warung. Kalau sakit, sudah pasti dia akan mendatangi rumah sakit atau praktik dokter yang dia percaya!”“Hentikan kebohonganmu, Tuan! Jangan mencoba menutu
Alex akan mengupayakan secara maksimal supaya tidak terjadi sesuatu yang bisa membahayakan sang tuan. Dia telah melakukan sebuah upaya untuk menolong Rangga tanpa bossnya mengetahui. Walaupun belum tentu bossnya akan setuju dengan tindakan yang dia ambil. Tapi setidaknya, hanya cara itu yang mampu dilakukannya.“Baik, Alex. Aku mempercayakan semua padamu.” Rangga beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Alex. Dia berharap orang kepercayaannya itu mampu membantunya dan memberikan solusi yang terbaik.Rangga merengkuh bahu sang istri dan membawanya untuk beristirahat.*****Rania merebahkan diri dan terlihat gelisah. Berkali-kali mengganti posisi tidurnya. Balik samping kanan, kiri dan berulang melakukannya. Sudah hampir jam tiga dini hari, kedua matanya tak mampu terpejam. Pikirannya terus tertuju pada apa yang sudah dilakukan oleh sang suami. Dia benar-benar takut kalau polisi akan menangkap suaminya.Rania tak mau itu terjadi. Sangat sulit untuk berpisah dengannya. Rania telanjur me
“Diriku. Aku akan memberikan diriku secara utuh padamu.” Rania menundukkan kepala. Dia merasa malu kepada dirinya sendiri. Rania merasa telah merendahkan harga dirinya di depan sang suami. Semoga saja pria yang mampu membuat dadanya bergear tak menganggapnya seperti itu.Rangga terkejut. Dia tak menyangka Rania akan menjawab seperti itu. Dia tahu sang istri sedang dalam keadaan tertekan, sehingga berpikir tak logis. Rangga bukan pria yang senang menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Menghembuskan nafas perlahan, lalu beranjak dari ranjang dan duduk di sofa. Pria itu menangkup wajahnya. Ada rasa bahagia dalam dada, seandainya bisa memiliki diri sang istri sepenuhnya. Namun bukan sebagai hadiah ataupun kenangan. Yang di inginkan adalah dua jiwa yang melebur menjadi satu dalam ikatan suci yang menguatkan tali sebagai pengikatnya. Penyatuan itu akan menjadi jembatan untuk mengikat tali lebih erat pada benteng asmara hingga tak mudah pudar oleh waktu. Bukan hanya penyatuan berdasarkan s
“Kenapa tidak? Secepatnya aku akan urus pernikahan kita. Apa kau mau?”“Iya, aku mau.”“Apa kau akan bahagia?”“Iya, aku pasti bahagia.”Mereka kembali berpelukan erat. Mencoba saling menguatkan dan berjanji takkan berpisah walau apapun keadaannya. Janji setia terukir dalam hati keduanya.****Seminggu telah berlalu. Rasa cemas dalam hati Rania mulai memudar. Keteguhan hati sang suami yang selalu meyakinkan takkan terjadi apa-apa, bisa menenangkan hatinya. Rania seperti menunggu bom waktu yang tinggal menunggu ledakkan dahsyatnya. Cepat atau lambat, polisi pasti akan menangkap suaminya.Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Rasanya ingin menghentikan waktu berada pada posisi sekarang. Tak ingin ada hari esok yang membuat jantungnya berdebar setiap kali mengingat waktu yang terus berputar. Kehidupannya saat ini selalu dihantui oleh pikiran tak tenang. Rasa was-was seolah menjadi makanan sehari-hari.Dua hari lagi, keduanya akan meresmikan pernikahan sah secara hukum agama dan negara
“Kau juga sangat tampan.” Rania membalas pujian dan senyum manis.“Tak sabar rasanya untuk menghabiskan malam pertama bersamamu.” Rangga mengecup jemari sang istri dengan mesra.“Aku juga.” Jawab Rania singkat dan menundukkan kepala. Ada desiran halus dalam dadanya saat sang suami mengungkapkan keinginan yang sama dengannya. Rania membayangkan akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia.“Sudah cukup, dilanjutkan nanti saja.” Canda pak penghulu di susul tawa para tamu undangan.Rania dan Rangga tersipu malu. Tanpa menunggu waktu lama, mereka berdua segera melangkah ke arah penghulu.Seluruh tamu undangan sudah berkumpul. Kedua mempelai juga sudah siap di hadapan penghulu. Setelah semua siap, akad nikah segera dilaksanakan.Rangga menggenggam erat tangan ayah Rania. Belum sempat Rangga mengikrarkan akad nikah, terdengar keributan dari luar. Tak berapa lama ada dua orang dari petugas kepolisian yang masuk dengan cara paksa karena sempat dihalangi oleh anak buah Alex.Dengan sigap,
“Cukup Rania. Bawa saja saya sekarang. Saya siap.” Rangga mengulurkan tangan. Polisi segera memasang borgol di tangan Rangga.“Tidak, jangan bawa suamiku, aku mohon.” Rania histeris dan terus memegangi suaminya.“Tenang Rania. Alex yang akan mengurus semuanya. Aku pastikan aku takkan lama berada di sana.” Rangga berusaha menenangkan sang istri.‘Maaf, bisa saya tahu siapa pelapornya?” Alex mencoba menggali informasi.“Aku!”Semua mata tertuju kepada seorang pria yang masuk dengan tatapan penuh kemenangan.“Joni?!” Rangga dan Alex terkejut.“Darimana dia bisa tahu, Alex?” tanya Rangga kepada Alex.“Saya juga tidak tahu, Tuan.” Jawab Alex lirih.“Aku pastikan kau akan membusuk dalam penjara, Rangga!” seru joni.“Jangan harap itu bisa terjadi! Takkan ada yang bisa menghukumku! Neraka sekalipun, takkan bisa membakar tubuhku! Tunggu pembalasanku Joni!” Rangga begitu emosi. Dia mengayunkan tangannya ingin memukul joni. Tapi tidak bisa. Dia lupa kalau tangannya sudah di borgol.“Ha ... ha...
“Pak polisi. Tolong ijinkan istri saya untuk ikut bersama saya. Saya berjanji dia tidak akan mengganggu selama perjalanan. Saya mohon.” Rangga berbicara dengan pelan. Tak ada emosi di dalamnya. Rangga seorang pria yang berjiwa besar. Semua adalah konsekuensi yang harus dijalani karena telah melakukan sebuah kesalahan besar.“Baiklah, pak.”jawab petugas.“Alex, bawa pak penghulu, ayah Rania juga dua orang saksi. Aku akan meminta waktu supaya di ijinkan untuk mengikat janjiku di sana. Kau mau sayang?” Rangga menatap penuh kemesraan kepada sang istri.“Aku mau, aku mau.” Rania menganggukkan kepala sembari tersenyum.“Hapuslah airmatamu.” Rangga mencoba tersenyum, walau jauh dalam lubuk hatinya sangat terasa sakit.“Aku ingin kau yang menghapusnya. Aku yakin, hanya kau yang mampu menghapus kesedihan di hari-hariku selanjutnya.” Wajah Rania terlihat lebih cerah.‘Tapi bagaimana caranya sayang. Kau lihat sendiri’kan kalau tanganku di ....”“Sst,” Rania meletakkan telunjuknya di bibir sang s