"Kamu jahat banget, Mas!" Alana menggelengkan kepalanya sembari meletakkan makanan yang dia bawa di meja tamu. Wanita itu sibuk menata makanan yang dia bawa untuk dinikmati sang suami. "Sekali-sekali memang harus dikasih paham!" Ujar Arkasa yang berjalan mendekati sang istri. Dia duduk di sofa, menunggu Alana selesai menyiapkan semuanya. "Memangnya dia sering begitu?" tanya Alana masih tidak memandangnya. "Yah gitu," balas Arkasa yang memberi kode lewat lirikan mata pada Arta agar tidak banyak bicara. Lelaki itu menahan cibirannya sembari menyusun berkas Arkasa yang hendak dia bagikan keluar. "Pak, Bu, saya pamit keluar dulu," ujar Arta undur diri. Alana mendongak, "ikut makan aja sini!" ajaknya. Arta menggeleng pelan, sudah siap dengan kumpulan dokumen milik Arkasa yang hendak dia teruskan pada Kepala Divisi. "Terimakasih tawarannya bu, tapi saya sudah makan. Pak Arkasa mentraktir makan siang seluruh pegawai hari ini," ujarnya memuji Arkasa. Alana melirik kearah suamin
"Aku sudah bilang kan? Kamu harusnya berhati- hati dengan Alana, dia bukan lawan yang mudah!" Tawa terbahak itu menggema memenuhi ruangan ketika wanita berambut panjang lurus baru saja memasuki flat kumuh. Diatas ranjang, lelaki yang tubuhnya mulai kurus itu akhirnya bangkit sembari menatap lucu wajah cemberut yang mendekat kearahnya. Wanita itu mendengus kasar lalu merebut puntungan rokok yang tadinya masih hinggap di bibir si lelaki. Ia melepaskan blouse pastel miliknya lalu seperti biasa memilih duduk di tepi jendela. Pikirannya kembali menerawang kearah gedung- gedung tua nan kumuh yang mengelilingi kediamannya. "Dia cukup teliti untuk bisa menemukan alat mahal yang kamu beli itu. Padahal itu berada di sisi yang tak akan dengan mudah dilihat siapapun. Untuk keberuntungannya kali ini aku mengakuinya," balas sang wanita. Lelaki kurus yang bertelanjang dada itu mendekat kearahnya sembari tersenyum licik. "Kemungkinan besar juga dia sudah tahu itu perbuatanmu. Aku pikir kamu sel
"Sudah dapat hasilnya?" Rosaline melangkah masuk ke dalam ruangan Alana dengan percaya diri. Dia membawa beberapa dokumen penting yang merupakan rangkuman hasil penyelidikannya selama beberapa hari belakangan. Berkat tugas tambahan yang bos cantiknya itu berikan, wanita dua puluh lima tahun itu sampai harus merelakan jam tidurnya. Meskipun begitu, dia tidak terlalu keberatan. Pasal komisi, Rosaline tak pernah kapok bekerja untuk tugas tambahan yang Alana berikan. Wanita itu terlalu dermawan dengan memberikan komisi ekstra yang jumlahnya mungkin cukup untuk membeli satu ponsel terbaru senilai dua digit. Selain itu, Rosaline juga merasa memiliki wadah yang tepat untuk menyalurkan bakat terpendamnya. Bukan hanya mampu mengorganisir dokumen dan jadwal dengan baik, gadis itu juga punya kemampuan merangkum gosip dan mengumpulkan bukti- bukti otentik. Hasilnya hampir seperti detektif- detektif yang dimunculkan dalam drama. Mungkin pengaruh drama yang banyak ditonton olehnya juga. Hari in
Apa yang disebut dengan 'papa gula' sebenarnya? Laki- laki beristri nan berumur yang mampu memberikan jutaan bahkan milyaran pada seorang gadis muda untuk jasa yang dia inginkan? Saddam Giovandra? Masih terlalu muda untuk disebut berumur. Menikahi janda konglomerat kaya juga tidak serta merta membuat hidupnya bergelimang harta. Pada kenyataannya, semua fasilitas mewah yang dia gunakan tak satupun atas nama dirinya. Jadi darimana dia bisa mendapatkan uang untuk secara kurang ajar berperan sebagai sugar daddy? Apalagi untuk anak tiri istrinya sendiri? Sepertinya dunia ini sudah benar- benar gila.Itu bulan pertama pernikahan saat ia akhirnya menyadari bahwa Veronica Wijaya tidak semudah kelihatannya. Wanita parubaya itu punya lebih banyak misteri dari yang dia duga sebelumnya. Jika dia berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya yang berusaha mengambil keuntungan dari Veronica, dia salah besar! Pada kenyataannya, justru Saddam-lah yang diperalat oleh istrinya itu.Kalau Saddam mau, dia
"Mas! Bangun!" Arkasa membuka mata melirik jam dinding, saat ini pukul tiga dini hari. "Kenapa Al?" "Laper!" Arkasa menarik nafas, oke baiklah! Ini adalah bentuk ujian kesabaran sekaligus ladang pahala untuknya! Selimut yang baru digunakan sebentar dia singkap pelan sembari menghela nafas pelan dan duduk di tepi ranjang. Laki- laki itu mencoba tetap tersenyum semanis mungkin walaupun matanya mungkin menjerit—ngantuk berat! Dengan kesadaran yang baru terkumpul setengah, Arkasa berbalik badan mendapati istrinya yang menatapnya manyun. "Maaf, Mas! Kamu tidur lagi aja! Aku turun makan sendiri!" Tak lama wanita itu turun dari ranjang dan bersiap keluar dari kamar. Arkasa yang memperhatikan itu menghela nafas pelan lagi. Mood Alana benar-benar naik turun secara drastis. Dia bahkan cukup sensitif hingga sepertinya akan segera ngambek. "Bareng aku aja turunnya! Kamu mau makan apa?" Arkasa jelas mempertahankan senyuman dan nada suaranya agar tetap tenang. Dia tidak mau membuat Alana j
"Saddam kabur?""Polisi sudah mencarinya sejak kemarin, tapi dia benar- benar menghilang tanpa jejak."Alana menonaktifkan laptop empat belas inch yang sempat menyita perhatiannya sejak tadi. Kabar terbaru dari Rosaline benar- benar mengambil alih fokusnya sekarang. Bagaimana tiba- tiba Saddam masuk dalam daftar pengejaran polisi? "Bagaimana dengan Evanny?" Tanya Alana penasaran.Rosaline menggeleng, "gadis itu masih berada di kota, dia bahkan tetap berangkat bekerja seperti biasa. Lagipula sepertinya tidak ada yang tahu bahwa dia ada hubungannya dengan Saddam. Mungkin karena itu tidak ada yang menyorotinya," jelas Rosaline.Alana membuka kacamata anti radiasi yang dia kenakan. Pandangannya lurus pada pemberitaan yang sedang hangat ditayangkan di televisi. Berita tentang pengejaran terhadap Saddam yang dilaporkan menghilang setelah dicurigai terlibat dalam pembunuhan Veronica. Setelah beberapa hari, polisi akhirnya baru menyampaikan babak baru dalam kasus yang belum mereda ini."Apa
Alana Point Of ViewAku merasa hari- hariku terlewati dengan begitu cepat. Usia kandunganku memasuki bulan keempat, perutku sudah mulai membesar meskipun masih bisa ditutupi dengan pilihan outfit yang tepat. Aku dan Mas Arkasa juga sudah memberitahu ayah ibu kami dua bulan lalu. Ayah dan bundaku jelas kaget namun senang sekali karena akhirnya ada info tentang calon cucu mereka. Ayah mertuaku juga kelihatan senang sekali, beliau bahkan jadi lebih sering menelponku dan Mas Arkasa sekarang, padahal dulunya cukup cuek bebek.Berbeda dengan ketiganya, mama mertuaku justru sudah tahu lebih dulu. Dia punya mata- mata di rumah sakit yang sepertinya membocorkan hasil tesku. Jelas, itu adalah salah satu rumah sakit yayasan yang dikelola langsung oleh mama. Aku harusnya sadar bahwa hari dimana dia datang ke rumah saat itu adalah karena ingin mendengar berita ini dari mulutku sendiri. Namun saat itu aku masih belum mau bicara karena hubunganku dengan Mas Arkasa yang sempat renggang. "Mama penge
"Kenapa wajahnya ditekuk begitu, pak?" Arta mengamati dari kursi panjang, pria yang baru saja keluar dari ruangan periksa itu nampak cemberut dengan nafas berat. Wajahnya juga merah padam menahan amarah sepertinya. Sebenarnya Arta pun tahu penyebab si bos bersikap begini, namun dia memilih untuk menahan tawanya. Kalau sampai bablas tertawa, Arta tak tahu apa yang akan bosnya itu lakukan padanya. Arkasa mendengus kasar, dia duduk disebelah Arta dengan gusar juga. Matanya tak berhenti menoleh kedalam pintu putih yang baru saja dia tutup. "Kamu lihat sendiri kan? Dia genit pada istri saya!" Ujar Arkasa. Arta sontak mati-matian berusaha menahan tawanya yang hendak meledak. Dugaannya benar, Arkasa masih kesal akan kejadian yang baru saja mereka lihat. Bosnya itu berusia tiga puluh satu tahun, tapi jika menyangkut tentang istri kesayangannya itu, dia bisa bersikap seolah remaja yang baru masuk puber. Belasan tahun mengenal Arkasa, hanya Alana yang seolah punya kunci sakti untuk membol
Semua orang yang berada dalam perhelatan sederhana namun meriah malam ini jelas melihat binar kebahagiaan di wajah pasangan luar biasa itu, Arkasa Dean Pradipta dan istrinya Alana Diandra Yasmin. Ketika mereka menikah empat tahun lalu, seluruh kota membicarakan kombinasi luar biasa tersebut. Bagaimana tidak? Arkasa Dean Pradipta memang sudah digadang- gadang menjadi pewaris utama dan punya latar belakang yang bersih luar biasa. Tidak pernah ada media yang mengendus kedekatannya dengan gadis manapun. Padahal ada banyak sekali keluarga kaya dari kalangan pengusaha atau bahkan politisi yang berusaha menjadikannya sebagai menantu mereka. Nyatanya, keluarga Pradipta tak pernah terjebak ataupun berusaha menjodohkan Arkasa dengan siapapun. Sebab lelaki itu tinggal diluar negeri selama bertahun- tahun, orang- orang berpikir dia mungkin memiliki seorang kekasih disana. Sampai akhirnya dia kembali ke Indonesia dan langsung dikabarkan meminang Alana Diandra Yasmin, putri tunggal salah seorang a
"Sudahlah, pengantin baru tidak perlu diajak! Mereka pasti belum bangun," Tuan Pradipta menarik lengan istrinya yang hendak melangkah keluar pendopo. Seolah menjadi tradisi mereka, jikalau sedang berkumpul begini keluarga itu akan makan bersama. Namun menyadari situasi saat ini, besar kemungkinan Adara dan Bayu bahkan belum bangkit dari ranjang. Nyonya Pradipta terkikik saat aru menyadari bahwa telah ada beragam perubahan dalam tubuh keluarga itu. Kini sudah melingkar Tuan dan Nyonya utama Pradipta, Alana, Arkasa,dan tak lupa bayi mungil yang sibuk di meja bayi. Kehadirannya tentu bak sihir yang membuat suasana disini menjadi semakin ceria. Terbukti dari tawa gemas yang sangat jarang muncul dari Tuan Tua Pradipta. "Sandi semalam rewel tidak, nak?" Tanya Mama Tiana.Alana sibuk membersihkan sisa susu di sudut bibir putranya, ia tersenyum kecil pada mertuanya yang baru saja bertanya."Aman kok, ma. Dia sempat bangun sekali namun setelah diberi susu langsung tidur lagi," jawab Alana s
Jika memang sudah garis yang ditentukan tuhan, maka terjadilah. Mungkin itu juga yang terjadi pada kisah Adara. Setelah penghianatan dan kesalah pahaman di masa lalu, ada banyak sekali jalan yang pada akhirnya kembali mempertemukannya dengan Bayu. Sekalipun Adara telah berusaha menolak berulang kali, kegigihan Bayu pada akhirnya berbuah manis. Bayu bahkan berhasil mendapatkan kembali kepercayaan Tuan Pradipta setelah sebelumnya sempat bersitegang. Semua itu tidak terjadi secara instan, ada proses panjang yang melatarbelakangi semuanya. Alana tak banyak ikut campur dengan kisah cinta bersemi kembali antara Adara dengan Bayu. Dia ingat tiga bulan lalu saat Adara ke rumahnya untuk seperti biasa bermain bersama Sandi. Bedanya, hari itu Adara membawa serta Bayu ke hadapannya dan Arkasa. Seolah berusaha mendapatkan restu dari Alana dan Arkasa lebih dahulu sebelum akhirnya kembali mengais restu dari orang tua. Alana dan Arkasa sepakat untuk tidak banyak mengambil andil. Mereka membiarkan
"Astaga Mas Arka!"Alana menggeleng- gelengkan kepalanya tak habis pikir. Dia baru saja selesai menyiapkan setelan pakaian untuk keluarga kecilnya ketika menyadari bahwa dua jagoannya belum juga keluar dari kamar mandi setelah hampir tiga puluh menit. "Mas! Sudah selesai belum?""Sepuluh menit lagi, Al!"Ibu satu anak itu berdecak sembari berkacak pinggang. Sebelumnya juga Arkasa sudah memberikan jawaban yang sama, namun sampai sekarang mereka berdua tidak kunjung keluar kamar mandi. Dari luar saja Alana sudah bisa mendengar riuh tawa dua jagoannya itu berpadu dengan suara air, putranya bahkan sampai cekikikan senang. Alana memang memberikan mandat pada sang suami untuk memandikan Sandi selagi dia menyiapkan pakaian dan beberapa keperluan untuk dibawa. Namun sepertinya dia lupa bahwa setiap kali Arkasa dan putranya itu bersatu pasti akan ada keriuhan dari kekompakan nakalnya mereka."Lho, belum selesai mandinya?"Alana setengah melotot saat membuka pintu kamar mandi. Menemukan bahwa
"Baju yang biru aja deh, Al! Lebih lucu! Eh tapi yang kuning kelihatan lebih mencolok! Duh, yang mana ya?"Adara saat ini turut membantu atau lebih tepatnya merecoki Alana di rumahnya. Dia sedari tadi bingung sendiri menentukan baju mana yang akan digunakan Arsena hari ini. Padahal seluruh baju yang dipilih merupakan hadiah dari Adara. Saking banyaknya, Adara sendiri jadi bingung mau memilih yang mana untuk dipakai ponakannya itu hari ini.Alana hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala karena tingkah adik ipar sekaligus sahabatnya itu. Dia sudah selesai mengoleskan telon dan lain- lain di tubuh putranya, namun Adara yang sedari tadi kekeuh ingin memilihkan baju justru masih bingung sampai mengeluarkan semua pakaian di atas tempat tidur."Yang mana aja, Dar! Kita kan lagi gak mau kemana- mana juga. Kenapa kamu jadi rumit begitu??"Alana melangkah melewati kebingungan Adara sembari mengambil satu stel pakaian berwarna biru cerah disebelah sahabatnya. Melihat Alana menentukan pilihan memb
Alana Point of View "Makan dulu yuk, Al!" Mas Arka muncul dari balik pintu sembari tersenyum teduh kearahku. Aku yang baru saja meletakkan Arsena di ranjang bayi hanya membalasnya dengan sebuah senyuman simpul. Dia merangkul bahuku hangat sembari menggiring menuju ruang makan. Ini sudah pukul sebelas malam. Keluarga kami baru saja pamit kembali ke rumah masing- masing setelah hampir seharian bermain bersama disini. Tadinya mama, bunda, dan Adara mau tinggal, namun kompak aku dan Mas Arkasa larang. Kami tahu, kalau mereka semalaman disini pasti akan ikut begadang dan lelah. Mama dan Bunda sudah terus berada di rumah sakit selama aku dirawat disana, sementara Adara benar- benar baru saja sampai setelah sekian belas jam penerbangan. Akan lebih baik jika mereka istirahat dengan nyaman malam ini. Banyak sekali ilmu yang kudapat dari mereka yang tentu sudah lebih berpengalaman. Mama dan bunda terutama banyak memberikan wejangan dan tips tentang dasar- dasar merawat bayi. Sebelumnya a
Beberapa manusia dengan pakaian serba hitam mulai berjalan menjauhi pusara. Aneka karangan bunga turut menghiasi disana. Suasana haru juga terasa karena sedari tadi terdengar isakan tangis di beberapa sudut. Dibawah langit cerah yang tak begitu terik, seorang laki- laki bertubuh atletis meletakkan karangan bunganya. Duduk bersimpuh menatap pusara yang benar- benar baru ini. Dia menundukkan kepalanya, memberikan doa dan sebuah penghormatan terakhir untuk yang berada dibawah batu nisan. "Aku harap, kamu dapat beristirahat dengan tenang." Ia meletakkan buket bunga putih menemani karangan yang lainnya juga. Tubuh jangkungnya sempat tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan dengan jemari lentik menekan bahunya. Arkasa menengadah menatap kaget sosok yang kini tersenyum kecil kearahnya. "Aku juga ingin mengucapkan salam perpisahan kepadanya." Meskipun ada banyak yang berkecamuk di kepala, Arkasa membiarkan wanita disebelahnya untuk mulai bersimpuh. Menyentuh nisan dan tersenyum
Masih percaya kekuatan takdir?Katanya, tidak semua yang kita inginkan bisa didapatkan dalam hidup ini. Bahkan ketika manusia mengklaim telah melakukan beragam usaha hingga titik darah penghabisan. Jika memang bukan itu jalan yang digariskan, maka tak akan tercapai jua.Di satu sisi, kalimat tak ada hasil yang menghianati proses juga masih relevan. Banyak orang yang harus melewati beragam kesulitan dan rintangan untuk mencapai tujuannya. Waktu yang diperlukan pun tidak main- main. Namun pada akhirnya dia juga mencapai hasil akhir yang indah. Meskipun mungkin tidak sesuai dengan rencana awalnya.Namun yang menjadi benang merahnya sekarang adalah seberapa realistis tujuan yang ingin manusia capai? Sekalipun telah berusaha dengan keras, apakah cara yang digunakan memang cara yang benar dan sudah seharusnya?Hidup itu mudah dan juga sekaligus sulit. Manusia dituntut untuk tidak mudah menyerah, namun juga diminta untuk tetap realistis. Sejatinya, tak ada usaha yang sia- sia. Kadangkala ki
Derap langkah flatshoes mahal itu menyerbu lorong dengan tergesa. Ditengah keramaian yang cukup padat, wanita parubaya itu membelah lorong buru- buru. Bau khas rumah sakit menemaninya sepanjang perjalanan hingga akhirnya sampai dalam sebuah lorong yang lebih sepi. Diatasnya tertulis ruangan utama khusus VVIP.Nyonya Pradipta masuk kedalam ruangan tanpa bisa membendung kekhawatiran yang nampak jelas di wajahnya. Segera setelah ia menerima kabar mengenai kejadian naas tersebut, dia langsung mengambil penerbangan tercepat untuk kembali ke kota asalnya. Dia berhambur memeluk suaminya yang sudah lebih dulu berdiri cemas di depan pintu bersama dengan besannya. Ayah dan bunda Alana jelas nampak terpukul akibat kejadian yang begitu tiba- tiba ini. Nampak juga Arta yang Rosaline mondar- mandir panik sembari sesekali menerima telepon entah dari siapa."Bagaimana keadaan mereka?" Sebagai satu- satunya yang masih bisa menampakkan sedikit ketenangan, Tuan Pradipta membelai punggung istrinya yang