"Sudah dapat hasilnya?" Rosaline melangkah masuk ke dalam ruangan Alana dengan percaya diri. Dia membawa beberapa dokumen penting yang merupakan rangkuman hasil penyelidikannya selama beberapa hari belakangan. Berkat tugas tambahan yang bos cantiknya itu berikan, wanita dua puluh lima tahun itu sampai harus merelakan jam tidurnya. Meskipun begitu, dia tidak terlalu keberatan. Pasal komisi, Rosaline tak pernah kapok bekerja untuk tugas tambahan yang Alana berikan. Wanita itu terlalu dermawan dengan memberikan komisi ekstra yang jumlahnya mungkin cukup untuk membeli satu ponsel terbaru senilai dua digit. Selain itu, Rosaline juga merasa memiliki wadah yang tepat untuk menyalurkan bakat terpendamnya. Bukan hanya mampu mengorganisir dokumen dan jadwal dengan baik, gadis itu juga punya kemampuan merangkum gosip dan mengumpulkan bukti- bukti otentik. Hasilnya hampir seperti detektif- detektif yang dimunculkan dalam drama. Mungkin pengaruh drama yang banyak ditonton olehnya juga. Hari in
Apa yang disebut dengan 'papa gula' sebenarnya? Laki- laki beristri nan berumur yang mampu memberikan jutaan bahkan milyaran pada seorang gadis muda untuk jasa yang dia inginkan? Saddam Giovandra? Masih terlalu muda untuk disebut berumur. Menikahi janda konglomerat kaya juga tidak serta merta membuat hidupnya bergelimang harta. Pada kenyataannya, semua fasilitas mewah yang dia gunakan tak satupun atas nama dirinya. Jadi darimana dia bisa mendapatkan uang untuk secara kurang ajar berperan sebagai sugar daddy? Apalagi untuk anak tiri istrinya sendiri? Sepertinya dunia ini sudah benar- benar gila.Itu bulan pertama pernikahan saat ia akhirnya menyadari bahwa Veronica Wijaya tidak semudah kelihatannya. Wanita parubaya itu punya lebih banyak misteri dari yang dia duga sebelumnya. Jika dia berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya yang berusaha mengambil keuntungan dari Veronica, dia salah besar! Pada kenyataannya, justru Saddam-lah yang diperalat oleh istrinya itu.Kalau Saddam mau, dia
"Mas! Bangun!" Arkasa membuka mata melirik jam dinding, saat ini pukul tiga dini hari. "Kenapa Al?" "Laper!" Arkasa menarik nafas, oke baiklah! Ini adalah bentuk ujian kesabaran sekaligus ladang pahala untuknya! Selimut yang baru digunakan sebentar dia singkap pelan sembari menghela nafas pelan dan duduk di tepi ranjang. Laki- laki itu mencoba tetap tersenyum semanis mungkin walaupun matanya mungkin menjerit—ngantuk berat! Dengan kesadaran yang baru terkumpul setengah, Arkasa berbalik badan mendapati istrinya yang menatapnya manyun. "Maaf, Mas! Kamu tidur lagi aja! Aku turun makan sendiri!" Tak lama wanita itu turun dari ranjang dan bersiap keluar dari kamar. Arkasa yang memperhatikan itu menghela nafas pelan lagi. Mood Alana benar-benar naik turun secara drastis. Dia bahkan cukup sensitif hingga sepertinya akan segera ngambek. "Bareng aku aja turunnya! Kamu mau makan apa?" Arkasa jelas mempertahankan senyuman dan nada suaranya agar tetap tenang. Dia tidak mau membuat Alana j
"Saddam kabur?""Polisi sudah mencarinya sejak kemarin, tapi dia benar- benar menghilang tanpa jejak."Alana menonaktifkan laptop empat belas inch yang sempat menyita perhatiannya sejak tadi. Kabar terbaru dari Rosaline benar- benar mengambil alih fokusnya sekarang. Bagaimana tiba- tiba Saddam masuk dalam daftar pengejaran polisi? "Bagaimana dengan Evanny?" Tanya Alana penasaran.Rosaline menggeleng, "gadis itu masih berada di kota, dia bahkan tetap berangkat bekerja seperti biasa. Lagipula sepertinya tidak ada yang tahu bahwa dia ada hubungannya dengan Saddam. Mungkin karena itu tidak ada yang menyorotinya," jelas Rosaline.Alana membuka kacamata anti radiasi yang dia kenakan. Pandangannya lurus pada pemberitaan yang sedang hangat ditayangkan di televisi. Berita tentang pengejaran terhadap Saddam yang dilaporkan menghilang setelah dicurigai terlibat dalam pembunuhan Veronica. Setelah beberapa hari, polisi akhirnya baru menyampaikan babak baru dalam kasus yang belum mereda ini."Apa
Alana Point Of ViewAku merasa hari- hariku terlewati dengan begitu cepat. Usia kandunganku memasuki bulan keempat, perutku sudah mulai membesar meskipun masih bisa ditutupi dengan pilihan outfit yang tepat. Aku dan Mas Arkasa juga sudah memberitahu ayah ibu kami dua bulan lalu. Ayah dan bundaku jelas kaget namun senang sekali karena akhirnya ada info tentang calon cucu mereka. Ayah mertuaku juga kelihatan senang sekali, beliau bahkan jadi lebih sering menelponku dan Mas Arkasa sekarang, padahal dulunya cukup cuek bebek.Berbeda dengan ketiganya, mama mertuaku justru sudah tahu lebih dulu. Dia punya mata- mata di rumah sakit yang sepertinya membocorkan hasil tesku. Jelas, itu adalah salah satu rumah sakit yayasan yang dikelola langsung oleh mama. Aku harusnya sadar bahwa hari dimana dia datang ke rumah saat itu adalah karena ingin mendengar berita ini dari mulutku sendiri. Namun saat itu aku masih belum mau bicara karena hubunganku dengan Mas Arkasa yang sempat renggang. "Mama penge
"Kenapa wajahnya ditekuk begitu, pak?" Arta mengamati dari kursi panjang, pria yang baru saja keluar dari ruangan periksa itu nampak cemberut dengan nafas berat. Wajahnya juga merah padam menahan amarah sepertinya. Sebenarnya Arta pun tahu penyebab si bos bersikap begini, namun dia memilih untuk menahan tawanya. Kalau sampai bablas tertawa, Arta tak tahu apa yang akan bosnya itu lakukan padanya. Arkasa mendengus kasar, dia duduk disebelah Arta dengan gusar juga. Matanya tak berhenti menoleh kedalam pintu putih yang baru saja dia tutup. "Kamu lihat sendiri kan? Dia genit pada istri saya!" Ujar Arkasa. Arta sontak mati-matian berusaha menahan tawanya yang hendak meledak. Dugaannya benar, Arkasa masih kesal akan kejadian yang baru saja mereka lihat. Bosnya itu berusia tiga puluh satu tahun, tapi jika menyangkut tentang istri kesayangannya itu, dia bisa bersikap seolah remaja yang baru masuk puber. Belasan tahun mengenal Arkasa, hanya Alana yang seolah punya kunci sakti untuk membol
Alana Point of ViewAku terbatuk pelan saat partikel micro yang entah apa terasa seperti menggelitik tenggorokan. Punggung tanganku masih cukup peka untuk merasakan ada sesuatu yang lembab menempel di kulit sekaligus sekelilingku. Bau disini benar- benar tidak dapat aku definisikan, seperti kayu lapuk dan busuk yang samar menyapa penciuman.Yakin sekali bahwa mata ini sudah terbuka sempurna, namun sesuatu menghalangi pandanganku sehingga semuanya masih gelap. Nyeri mulai terasa di punggung dan juga pergelangan tangan yang terikat dibelakang tubuh. Selain itu aku yakin pergelangan kakiku juga terikat. Rasa kebas merayap di beberapa bagian tubuh.Terbangun di lingkungan yang sama sekali tidak familiar bagiku. Dimana ini? Mengapa aku tiba- tiba berada di antah berantah? Samar- samar pendengaranku menangkap suara derap kaki yang seolah mendekat. Aku tidak berusaha menggerakkan tubuhku lagi karena semua tetap sia- sia. Ikatan kencang itu tidak akan terlepas hanya dengan menggeliat."Kamu
"Aku seperti tidak mengenalmu sama sekali sekarang."Dilafalkan dengan nafas kecewa. Namun bagaimanapun respon Saddam tidak sama sekali menggoyahkan wanita muda yang kini tengah duduk di sebuah sofa usang ruangan gelap tersebut. Bibir merahnya merekah naik, menarik sebuah garis licik yang dia tontonkan dengan sempurna. "Kamu memang tidak pernah mengenalku sama sekali," balasnya santai.Saddam menarik nafas dalam. Dia tidak pernah berpikir bahwa Evanny Wijaya yang dia kenal akan berlaku nekat lebih dari sebelumnya. Maksudnya, Saddam tahu bahwa Evanny merupakan wanita yang nekat, namun dia tidak menyangka wanita itu lebih gila dari yang dia bayangkan.Setelah sekian lama menghilang untuk menghimpun kekuatan baru, Saddam hampir tak pernah bertemu anak tirinya itu. Dia sibuk menyembunyikan beberapa puing sisa kejayaan yang sempat dikumpulkan sebelumnya. Setidaknya Saddam harus mengatur semua uang itu untuk masa depannya juga.Baru bulan kemarin akhirnya dia menghubungi Evanny yang ternya