Prisha mengabaikan telepon suaminya. Ia memutuskan menuntaskan pembicaraan dengan ibu mertuanya yang tak tahu diri itu.“Saya adalah menantu yang dipilih sendiri oleh Kakek Zed dan Nenek Diana.” Prisha menahan emosinya. “Anda mempersoalkan hal yang sudah basi,” lanjutnya, agak kasar.“Aku ibunya Gavin. Dia sangat mematuhiku. Dulu dia menikahimu atas permintaanku. Aku juga bisa menyuruhnya menceraikanmu. Jangan arogan hanya karena kamu pemilik saham terbesar. Gavinku sanggup menstabilkan perusahaan tanpa sahammu!”“Bu, selama ini saya selalu berusaha sabar menghadapi Anda. Tapi Anda terus merongrong saya! Ketahuilah, bukti pembunuhan akan segera saya dapatkan. Anda siap-siap saja berjumpa saya di pengadilan!” ancam Prisha.“Jaksa dan pengacara terkenal negeri ini bekerja untuk keluarga Devandra. Jangan mimpi bisa menyeretku ke pengadilan! Ibumu pantas mati!”“Astaghfirullah ....” Prisha mengelus dada. “Cukup, Bu! Kita lihat saja nanti!” Gadis itu memutuskan sambungan telepon secara sep
Suara piring pecah akibat beradu dengan lantai, terdengar nyaring memecah keheningan pagi. Bunyi pecah berkecai-kecai itu adalah musik harian yang mesti ditelan Tibra setiap hari.Karina, seperti biasa, membuang sarapan paginya dengan kekesalan memuncak. Untuk ke sekian kalinya, ia disuguhi makanan gosong oleh Tibra. Nasi goreng, roti bakar, ikan, atau telur mata sapi yang gosong. Karina sendiri sama sekali tidak bisa memasak. Selama menikah ke keluarga Devandra, ia selalu mengandalkan koki atau asisten rumah tangga.Semenjak saham Tibra dibekukan dan Tibra dipecat dari jabatan tingginya di Healthy Light, mereka kehilangan penghasilan. Sejumlah uang yang ditransfer Gavin saban bulan, sebenarnya lebih dari cukup untuk menggaji seorang pembantu atau memesan makanan di katering. Sayangnya, Karina tak mampu mengelola keuangan, padahal dulu terbiasa membantu Tibra mengurus proyek bisnis. Karena itulah mereka sama sekali tak sanggup menggaji asisten rumah tangga. Tibra dan Karina memiliki
“Sebelum saya menjawab, mari kita sepakati satu hal dulu, Kek.” Prisha menjawab santun. “Salah satu kunci rahasia kesuksesan sebuah perusahaan, adalah kerja profesional timnya. Kerja profesional menuntut kapabilitas atau kemampuan tinggi. Berdasar analisis neraca keuangan Healthy Light, penyebab penurunan laba tahun lalu adalah adanya kecurangan atau korupsi yang dilakukan orang dalam yang tidak kapabel. Kakek tentu lebih tahu dari saya, siapa yang membolongi keuangan Healthy Light. Kita tentu tidak ingin kecolongan lagi. Dalam bisnis, kita harus berkomitmen memberdayakan orang-orang yang profesional dan menjauhkan nepotisme. Selama ini, Healthy Light mencampuradukkan prinsip bisnis dan keluarga. Saya pikir, itu kurang profesional. Bisnis adalah bisnis. Keluarga, itu perkara lain. Jangan sampai karena hubungan kekeluargaan, malah mengabaikan prinsip-prinsip bisnis. Kalaupun ingin anggota keluarga jadi bagian manajemen perusahaan, kita kudu pastikan dulu kompetensinya. Nah, bagaiman
“Kandidat harus ditanyakan kesediaannya,” lanjut Prisha, tenang. “Cucuku pasti bersedia.” Kakek Zed menekankan kata “cucuku”, demi mengintimidasi semua orang. Artinya, tak seorang pun boleh mengajukan kandidat lain untuk berkompetisi dengan cucu dari founder sekaligus pemilik saham dominan. “Bukan begitu, Vin?”Gavin tak bereaksi. Ia mempertahankan sikap sepanjang rapat, yaitu diam tanpa ekspresi. Prisha memandang suaminya sambil tersenyum manis. “Hubby, jangan paksa Sha membuat keputusan yang bakal melukai harga dirimu.”Gavin merasakan tengkuknya menjadi dingin bagai dikompres es. Ada ancaman tersirat di balik senyum dan suara lemah lembut istrinya. Kakek Zed yang menyaksikan gelagat tersebut, segera berkata dengan tatapan mencemooh. “Seorang pria sejati tak akan pernah membiarkan dirinya dikendalikan istri. Istri yang baik, tak semestinya mengatur-atur suami.”“O, benarkah?” sahut Nenek Diana. Wanita tua berkerudung merah marun itu mencebik. “Begitu dari ceramah yang kudengar k
Seorang pramusaji menunjukkan meja VIP Prisha begitu ia masuk ke ruang makan eksklusif, yang dikhususkan bagi peserta rapat umum pemegang saham. Suasana ruang makan didesain mirip restoran mewah. Setiap tamu bebas memesan makanan apa saja yang ada di daftar menu. Begitu duduk bersama Gavin di tempat yang disediakan, dengan cepat, Prisha menjadi sorotan. Ia menjadi risih karena sadar dirinya dihujani tatapan. Bisik-bisik dan celetukan sindiran, lamat-lamat sampai ke telinganya."Kabarnya dia putri pe es ka. Mana mungkin ayahnya adalah putra sahabat Pak Zed? Jangan-jangan hanya ngaku-ngaku aja.""Boleh jadi. Sengaja pula menjerat Pak Gavin.""Gadis baik-baik pasti malu mengakui perasaan di tengah forum resmi. Dia sangat vulgar.""Turunan ibunya. Baidewe, kalian pernah baca berita affair Pak Tibra dengan ibunya? Psst ... sst .... tapi beritanya dibantah oleh humas keluarga Devandra.""Jangan-jangan dia sendiri ngincar posisi CEO.""Cih, nyesel dukung pemakzulan Pak Gavin."Walaupun kupi
Setelah terdiam sejenak, akhirnya Gavin berkata, "Kamu sungguh naif. Ada hal-hal yang tidak sesederhana yang terlihat.""Sha memang tak terlalu memahami keluarga Pal Dok," sahut sang istri, serius.Gavin mengganjur napas, kasar. Raut wajahnya setengah putus asa. "Karena terlalu peduli pada keluarga, Kakek membiarkan perusahaan didominasi anggota keluarga. Cita-cita awal leluhur Devandra ketika membangun usaha adalah demi kesejahteraan keluarga."Dokter spesialis bedah yang telah meraih gelar doktor itu melanjutkan kalimat dengan serius. "Kakek nenekku selalu teguh menjaga image 'keluarga'. Citra itulah yang membuat industri kesehatan kami menarik bagi investor dan konsumen. Kakek memastikan pimpinan perusahaan haruslah berdarah Devandra, tapi tidak asal pilih juga.""Dalam bisnis kapitalis, transaksi atau akad kerja sama saja bisa dipermainkan. Apalagi struktur manajemen perusahaan. Nggak peduli apakah CEO keturunan pemilik perusahaan atau bukan. Siapa pun CEO-nya, yang penting mamp
Gavin hendak membaringkan Prisha di sofa malas dalam ruang kerjanya. Namun, saat ia membungkuk, sang istri sudah meronta turun.Prisha berdiri sesaat dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Semenjak menikah dengan Gavin, baru pertama kali itu ia memasuki ruangan CEO Healthy Light.Ruang kerja CEO Healthy Light yang berukuran luas, mewah, dan elegan, membuat Prisha berdecak kagum. Ia pun merasa hangat oleh dominasi warna putih, cokelat muda, dan abu-abu. Serta siraman lembut cahaya matahari lewat dinding kaca yang sangat tebal. Pemandangan ibukota metropolis bagai miniatur artistik, terpampang dari dinding tersebut. Ada pintu tersedia di samping, menuju lobi berpagar tinggi.Di ruang kerja itu, selain meja kerja yang didesain apik, tersedia satu set sofa tamu, sofa malas, kulkas, pantry, dan dapur mini. Lantainya dilapisi beludru lembut. Udara sejuk mengalir dari AC, beserta wewangian segar dan memberi kesan mewah. Dalam sekejap, Prisha merasa nyaman berada di ruangan te
"Kamu kasihan melihat Joanna? Ayahnya hanya sedang menghukumnya. Sikapnya sangat tidak sopan terhadapmu. Itu setimpal," sahut Gavin. Ia berusaha menguatkan hati Prisha yang mudah kasihan. "Kasihan?" Prisha tersenyum sinis. "Masih untung Sha nggak laporin dia ke polisi. Dia bisa terciduk pasal pencemaran nama baik dan melanggar undang-undang anti perundungan."Gavin mengangkat sepasang alisnya. Dugaannya ternyata salah. Istrinya tidak sedang kasihan. "Ayahnya pasti tak ingin kelakuan anaknya tersebar ke publik dan berpengaruh pada posisinya di Healthy Light," tebak Prisha, yakin. "Kalian selalu menjaga prestise sebagai keluarga besar yang bersih tanpa cemar. Inilah yang Sha maksud. Betapa lelah hidup dalam keluarga seperti itu."Dada Gavin seketika sesak bagai ditindih batu besar. Namun, ia tak berdaya melepaskan beban itu. Kakek nenek menjadikan dirinya sebagai tumpuan harapan satu-satunya. Hanya mereka yang betul-betul dianggapnya sebagai keluarga. Gavin tak tega mengecewakan sepas
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa