"Kamu kasihan melihat Joanna? Ayahnya hanya sedang menghukumnya. Sikapnya sangat tidak sopan terhadapmu. Itu setimpal," sahut Gavin. Ia berusaha menguatkan hati Prisha yang mudah kasihan. "Kasihan?" Prisha tersenyum sinis. "Masih untung Sha nggak laporin dia ke polisi. Dia bisa terciduk pasal pencemaran nama baik dan melanggar undang-undang anti perundungan."Gavin mengangkat sepasang alisnya. Dugaannya ternyata salah. Istrinya tidak sedang kasihan. "Ayahnya pasti tak ingin kelakuan anaknya tersebar ke publik dan berpengaruh pada posisinya di Healthy Light," tebak Prisha, yakin. "Kalian selalu menjaga prestise sebagai keluarga besar yang bersih tanpa cemar. Inilah yang Sha maksud. Betapa lelah hidup dalam keluarga seperti itu."Dada Gavin seketika sesak bagai ditindih batu besar. Namun, ia tak berdaya melepaskan beban itu. Kakek nenek menjadikan dirinya sebagai tumpuan harapan satu-satunya. Hanya mereka yang betul-betul dianggapnya sebagai keluarga. Gavin tak tega mengecewakan sepas
“Istrimu?”Tiba-tiba terdengar celetukan bernada sinis dari seorang wanita separuh baya. Rambutnya disanggul rapi dan ia mengenakan blazer berbahan mahal. “Bukankah dia hanya pengantin pengganti yang ditempatkan ibumu demi menutupi hubungan gelapmu dengan ibunya yang PSK?”Seruan kaget terdengar di sana-sini. Semua orang terbelalak tak percaya. Ketegangan seketika mengental di udara. Prisha langsung diserang oleh tatapan berpuluh-puluh pasang mata yang sarat tuduhan dan cemoohan.“Benarkah? Benarkah Prisha bukan pengantin asli? Hanya pengganti?” “Berarti perkawinannya palsu!”“Ini pembohongan publik! Pencitraan!”“Kita tidak bisa menerima ini!”“Jangan-jangan bukan putri Profesor Egon. Kalo dipikir-pikir, memang mustahil Profesor Egon punya anak dari wanita panggilan. Kami mendukung tes ulang DNA!”Si wanita tua yang kalimatnya berhasil memantik kericuhan, menampilkan senyum jahat yang sarat kepuasan.“Kalau tak percaya, kalian bisa tanyakan sendiri pada Karina, ibu dari Gavin! Aku b
"Gavin, Prisha, berhenti!" perintah Kakek Zed. "Rapat belum selesai!"Gavin dan Prisha telah mencapai pintu. Keduanya menahan langkah. Dengan malas-malasan, Gavin memutar tubuh."Kakek, saya pikir rapatnya sudah selesai, karena sudah berubah jadi ajang hujatan dan fitnah," katanya dengan nada datar. Prisha yang sempat terbawa emosi, seketika sadar kalau tindakan dirinya dan Gavin--yang keluar forum tanpa permisi--sama sekali tidak sopan. Semarah atau sesedih apa pun dirinya, harusnya tetap menghargai orang-orang yang hadir dengan menjaga etika."Maafkan kami. Forum sudah tak kondusif lagi. Saya tak perlu menanggapi tuduhan dan perundungan terbuka tadi. Tapi saya telah merekamnya. Ruangan ini juga punya CCTV. Bagi pihak yang mem-bully saya, mari kita bertemu di pengadilan." Suara Prisha mengalir jernih merdu. Nadanya tenang dan lembut, tapi berisi ancaman. Clara terkesiap. Orang-orang yang memihaknya pun menjadi pucat dan gentar. Mereka telah meremehkan Prisha, mengira si gadis kam
Tatkala semua orang mengangkat tangannya, akhirnya Prisha mengerti bahwa hanya dirinya yang berjuang di sini. Ia sendirian. Tak seorang pun di antara keluarga Devandra dan tokoh-tokoh elit yang memihak dirinya. Dilihatnya Gavin yang bungkam seribu bahasa. Tidak memperlihatkan tanda-tanda penolakan sedikit pun. Prisha berusaha menjaga wajahnya agar tetap datar hingga terasa tebal dan kaku. Ia tak ingin kekecewaannya, terutama terhadap Gavin.Gavin sudah berbohong padanya. Sebelum resepsi perkawinan mereka yang mewah, ia dan Gavin jelas-jelas sudah mendiskusikan persoalan itu. Gavin telah setuju membujuk kakek neneknya agar tidak menunjuknya sebagai CEO perusahaan induk. Pada saat kematian Nenek Sarah, Gavin juga berjanji untuk mengupayakan agar mereka tidak lagi terlibat dengan berbagai hal yang terkait dengan perusahaan Healthy Light. Tidak terlibat perusahaan, bukan berarti Prisha ingin memutuskan hubungan kekeluargaan dengan Keluarga Devandra atau membuat Gavin jauh dari keluarga
“Memikirkan keluarga yang telah melukaimu? Keluarga yang mencoba membunuhmu? Serta keluarga yang dengan berbagai cara berusaha melukai Sha juga, setelah menewaskan mami dan nenek Sha. Pak Dok masih ingin membela keluarga yang seperti itu?” Nada suara Prisha dingin dan kata-katanya tajam. Meski demikian, wanita yang sedang marah itu terlihat semakin menarik di mata Gavin. “Pak Dok, perdebatan kita nggak akan pernah berhenti. Nggak bakalan mencapai titik temu kalo cara pandang kita terhadap persoalan nggak sama. Kita selalu muter-muter di tempat kayak gasing.” Gavin membuang pandang ke arah kolam, demi menetralisir desir di dada. Setelah beberapa menit, akhirnya ia berbicara panjang lebar.“Aku telah berkali-kali mengatakan kepadamu. Tolong jangan pukul rata sikapku pada semua keluarga. Aku hanya ingin memenuhi harapan kakek nenek. Dulu aku patuh pada mama karena kasihan melihat penderitaannya. Tapi setelah aku menyadari bahwa mama hanya memperalatku, aku tak mau lagi mematuhinya. Te
Gavin membeku. Ekspresinya datar dan tatapannya sedingin udara musim hujan. Ego dirinya sebagai lelaki terusik. Belum pernah ada perempuan yang mempermainkan hatinya sehebat ini. “Kamu benar. Aku tak memahamimu,” ungkapnya sambil mencengkeram tangan Prisha. “Tapi kamulah yang melemparkan diri ke pelukanku, jangan harap bisa melepaskan diri dariku!” Aura intimidasi terpancar kuat dari Gavin hingga Prisha sedikit menggigil. Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Bik Iyam bergegas pergi ke ruang depan untuk membukakan pintu. Tak berapa lama, ia kembali dan mengabarkan kepada Gavin bahwa ada salah satu asisten rumah tangga dari rumah induk ingin menyampaikan undangan. “Mana undangannya?” tanya Gavin dengan enggan. Bik Iyam balik lagi ke ruang depan. Selang dua menit, ia datang bersama selembar kartu undangan, lalu menyerahkannya kepada Gavin.“Ini, Mas. Undangannya katanya udah disampaikan juga lewat chat di grup keluarga.” “Oke,” sahut Gavin. Setelah membaca undangan itu beberapa detik, Ga
Sore itu, Gavin datang membawa sebuah kotak besar. “Bukalah,” katanya setelah meletakkan kotak tersebut di depan Prisha.Hem, mau nyogok hatiku rupanya. Prisha membatin, geer. Nggak bakalan berhasil, Dok.Dibukanya tutup kotak besar yang tampak eksklusif itu. Gerakannya ogah-ogahan. Prisha memandang datar satu set gamis yang terlipat rapi dalam kotak tersebut. Ia mengambil pakaian tersebut, lalu membentangkannya. Gamis itu berbahan sutra, berlapis brokat elegan berhiaskan batu-batu permata kecil berkilauan. Kerudungnya juga bertatahkan berlian murni berukuran mungil. Modelnya sederhana, tak berlebihan. Namun, sekali pandang saja, Prisha bisa menebak betapa selangit harga gaun dan kerudungnya.“Warna kesukaanmu, kan?” tanya Gavin. Ia menunggu mata Prisha bersinar gembira dan senyum gadis itu mekar seperti ketika menerima setelan gamis dan kerudung yang dibelikan Alif sebagai ganti pakaian yang tersiram jus buah.Sayang sekali, harapannya musnah. Sorot mata indah Prisha justru penuh t
Bambang, pengusaha tua berusia enam puluh tahun itu sangat menyukai Gavin. Lima tahun lalu, ia pernah mengutarakan harapan pada Zed dan Tibra, untuk menjodohkan putri bungsunya dengan Gavin. Gavin menolak perjodohan tersebut dengan alasan putrinya masih terlalu muda. Lima tahun lalu, Shazia memang baru berusia lima belas tahun. Alasan penolakan Gavin cukup logis sehingga Bambang tak mempermasalahkan.Sekarang Shazia, putri bungsu Bambang itu, telah berusia dua puluh tahun. Shazia ikut hadir dalam pesta beserta seluruh teman-teman sosialitanya yang terdiri dari putri-putri pengusaha dan putri pejabat teras. Tentu saja ia tak akan melewatkan kesempatan emas berjumpa dengan Dokter Gavin, CEO ganteng dari Healthy Light yang menempati jajaran atas ranking eksekutif muda level regional Asia. Shazia, sama seperti ribuan gadis-gadis di luar sana yang tergila-gila pada sang dokter. Tak pernah ia lewatkan sedikit pun berita tentang Dokter Gavin di sosial media. Demi menjadi pusat perhatian,
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa